Kebutuhan pasar terhadap bahan baku obat dengan bahan alam akhir-akhir
ini terus mengalami peningkatan yang sangat berarti. Hal ini diduga akibat dari
adanya trend baru di masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alam sebagai
pengganti penggunaan bahan-bahan sintetik. Meningkatnya permintaan tanaman
obat juga disebabkan oleh berkembangnya industri obat tradisional maupun modern,
farmasi dan juga kosmetika yang menggunakan tanaman obat sebagai bahan
bakunya. Bahan yang digunakan dapat dalam bentuk segar maupun dalam keadaan
kering atau biasa disebut simplisia.
1. Penyortiran basah
4. Blansing
B. Pengeringan
Tabel 1. Hasil analisa kadar kurkuminoid oleoresin temulawak dengan perlakuan diberi kain pada
pengeringan matahari langsung (Kawaji, dkk, 2010).
Apabila dilihat dari perlakuan penutup kain putih dan penutup kain hitam,
perlakuan penutup kain putih memiliki kadar kurkuminoid yang lebih tinggi daripada
perlakuan penutup kain hitam. Hal tersebut diakibatkan karena warna kain putih
bersifat memantulkan semua spektrum cahaya. Sedangkan warna hitam mempunyai
sifat menyerap semua spektrum cahaya yang menyebabkan warna hitam kurang
efektif dalam melindungi kandungan kurkuminoid pada temulawak.
Pengering efek rumah kaca secara umum berbentuk bangunan dengan rangka
dan pada dinding serta atapnya (cover) menggunakan material yang dapat
menyerap panas matahari dan mentransfernya ke dalam ruangan pengering efek
rumah kaca serta memiliki retensi panas yang tinggi. Untuk material cover
greenhouse yang digunakan dalam jangka pendek, PVC film (umumnya dapat
digunakan hingga 3-4 tahun) dapat dipilih karena memiliki harga yang murah.
Sedangkan untuk jangka panjang (hingga 10 tahun), dapat menggunakan plastic
rigid berbahan polikarbonat atau fiberglass yang dilapisi PVC, karena fiberglass
polos dapat menguning seiring dengan waktu, sehingga mengurangi transmisi
cahaya (Odhiambo, 2015).
Di dalam pengering efek rumah kaca, terdapat rak-rak yang digunakan untuk
menaruh bahan yang akan dikeringkan sehingga lebih efisien tempat. Penggunaan
rak-rak tersebut juga dapat menjawab permasalah dari pengeringan matahari
langsung yang memerlukan tempat yang luas. Karena pengeringan dilakukan di
dalam ruangan yang secara umum tertutup, maka bahan yang dikeringkan akan
terhindar dari hujan sehingga tidak perlu tenaga tambahan untuk menutup dan
menjemur kembali bahan yang dikeringkan seperti pada pengeringan sinar matahari
langsung.
Tabel 2. Hasil analisa kadar kurkuminoid oleoresin temulawak dengan perlakuan diberi kain pada
pengeringan solar dryer (Kawaji, dkk, 2010)
Tray dryer / cabinet dryer merupakan salah satu alat pengering yang
tersusun dari beberapa buah tray di dalam sebuah rak. Tray dryer memiliki manfaat
yang sangat besar untuk kapasitas kecil, karena bahan yang dikeringkan akan
berkontak langsung dengan udara panas. Tetapi, alat tray dryer membutuhkan
tenaga kerja dan biaya operasi yang besar dalam proses pengeringan, sehingga alat
tray dryer ini sering digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan yang bernilai
tinggi.
Prinsip kerja tray dryer yaitu dengan menggunakan udara panas (air drying)
yang disirkulasikan dengan bantuan fan/blower dan heater. Udara dari luar
dimasukkan ke dalam sistem menggunakan fan/blower lalu dipanaskan
menggunakan heater sehingga udara panas tersebut mengalir melalui bahan yang
dikeringkan. Aliran udara panas tersebut menguapkan air yang terkandung di dalam
bahan. Kemudian, aliran udara yang tersebut membawa uap air keluar dari sistem
ataupun sehingga kelembaban di dalam ruangan pengering tetap terkontrol.
Penggunaan tray dryer listrik lebih memudahkan untuk mengatur suhu pengeringan
serta kelembaban ruang pengeringan, sehingga pengeringan dapat terkontrol
dengan baik dan dapat menghasilkan produk pengeringan yang berkualitas baik.
Pada dasarnya oven memiliki prinsip kerja yang mirip dengan tray dryer.
Oven berukuran lebih kecil daripada tray dryer sehingga kapasitas pengeringannya
juga kecil. Oven konvensional umumnya tidak memiliki sistem sirkulasi udara dan
hanya memanfaatkan radiasi panas dari dinding sumber panas sebagai pemanasan
utama. Namun saat ini oven sudah lebih berkembang yang mana juga dilengkapi
dengan fan dan humiditifier yang terkontrol untuk menjaga parameter suhu dan
kelembaban udara selama proses pengeringan berlangsung.
Keunggulan :
Kelemahan :
Hasil pengujian kadar air keseimbangan temu lawak dapat dilihat pada tabel
3 berikut ini.
Tabel 3. Kadar air keseimbangan (% bb) simplisia temulawak (Manalu, dkk, 2012)
Kondisi
20% 30% 40%
Pengeringan
70oC 7.0 7.7 7.9
60oC 7.8 8.2 9.0
50oC 8.1 9.0 10.3
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa untuk mendapatkan kadar air
keseimbangan yang rendah diperlukan suhu udara pengeringan yang tinggi dan RH
udara pengeringan yang rendah.
Tabel 4. Kadar kurkumin simplisia temulawak pada berbagai kondisi pengeringan (Manalu, dkk, 2012)
RH Rata-rata
Suhu
20% 30% 40% menurut suhu
70oC 2.26% 3.58% 2.14% 2.66%
60oC 3.07% 4.67% 5.18% 4.31%
50oC 7.56% 7.60% 7.99% 7.72%
Sortir Basah
Pencucian
Perajangan
(tebal 3-4 mm)
Blancing
(suhu 95 selama 5 menit)
o
Penirisan
Pengeringan
(suhu 50-60oC dan RH 20-30%)
Sortir Kering
Simplisia
Gambar 1. Diagram alir proses pengeringan simplisia rimpang
menggunakan oven
Pengeringan Simplisia Daun
Tanaman obat yang berasal dari daun dapat digunakan secara langsung
dalam kondisi segar ataupun dalam kondisi telah dikeringkan. Apabila herba daun
akan digunakan secara langsung dalam kondisi segar, maka daun harus dicuci
terlebih dahulu baru setelah itu diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan. Dalam
proses pengeringan, daun yang dipanen pada umur muda biasanya dikeringkan
secara perlahan, mengingat kandungan air di dalamnya masih cukup tinggi,
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis dengan cepat. Selain itu,
jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat
mudah rusak ataupun hancur. Sedangkan untuk daun yang dipanen pada umur tua
diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan proses
pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang menarik.
Diagram alir penyiapan bahan dan pengeringan bahan simplisia daun secara
umum dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Daun Segar
Sortir Basah
Pencucian
Penirisan
Pengeringan
suhu rendah
Simplisia
Gambar 2. Diagram alir proses pengeringan simplisia daun secara umum
Tabel 5. Pengaruh cara pengeringan terhadap perolehan kadar ekstraktif, kadar senyawa fenolat total dan
aktivitas antioksidan (IC50) pada herba meniran (Rivai, dkk, 2011)
1. Luas permukaan
Semakin besar perbedaan suhu antara bahan dan medium pemanas, maka
pemindahan panas ke dalam bahan akan semakin cepat dan penguapan air dari
bahan juga akan semakin cepat pula. Namun perbedaan suhu yang terlalu tinggi dan
tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan akan menyebabkan terjadinya keadaan
yang mana bagian luar/permukaan bahan sudah kering namun pada bagian dalam
bahan masih basah atau biasa disebut dengan case hardening.
4. Tekanan Udara
5. Kelembaban udara
Ariterty, Elsamila & Wulandani, Dyah. 2014. Performance of the Rack Type-
Greenhouse Effect Solar Dryer for Wild Ginger (Curcuma xanthorizza Roxb.)
Drying. Energy Procedia 47 (2014) 94 – 100.
Kawiji, dkk. 2010. Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan
Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorizza Roxb) dengan Variasi Teknik
Pengeringan dan Warna Kain Penutup. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian,
Vol. III, No. 2.
Rivai, Harrizul. 2011. Pengaruh Cara Pengeringan terhadap Mutu Herba Meniran
(Phyllanthus nuriri LINN.). Majalah Farmasi Indonesia, (22)1, 73 – 76, 2011.