Anda di halaman 1dari 30

Klt (Kromatografi lapis

tipis)
Di susun guna memenuhi tugas kimia Analisis
Dosen Pengampu : Jasmidi, M.Si

Kimia
Fakultas matematika dan ilmu
pengetahuan alam
Universitas negeri medan
2018
1. Ade Pratiwi Maha 4161210001
2. Christin Vera Natalia G. 4162210006
3. Efrin Situmorang 4163210008
4. Esra Malau 4161210003
5. Lelita R. Banjarnahor 4162210009
6. Muhammad Yunus 4163210014
Pendahuluan
A. Pengertian Kromatografi

Teknik Suatu
pemisahan campuran Komponen

Komatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran


menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponen.
Jenis Kromatogarfi Berdasarkan
fase gerak

Gas chromatography Liquid chromatography.

HPLC LLC TLC


GLC GSC
Elsklusi Ion Exchange
Jenis-jenis Kromatografi Berdasarkan Teknik Kerja

Kromatografi Kromatografi Kromatografi


Kertas Kolom Kromatografi Gas
Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis
Cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan.

KLT digunakan untuk :


1. Memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas.
2. Memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya
Tujuan KLT
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan:
1. Dipakai selayaknya sebagai metode untuk
mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau
preparatif.
2. Kedua, dipakai untuk menjajaki system
pelarut dan system penyangga yang akan
dipakai dalam kromatografi kolom atau
kromatografi cair kinerja tinggi.
Pelaksanaan KLT
1. Fase Diam
2. Fase Gerak
3. Aplikasi (Penotolan) Sampel
4. Pengembangan
5. Deteksi Bercak
6. Perhitungan Nilai Rf
7. Alternatif Prosedur KLT
1. Fase Diam
• Fase diam yang digunakan dalam KLT
merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 μm.
• Penjerap yang paling sering digunakan adalah
silica dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT
adalah adsorpsi dan partisi
2. Fase Gerak

Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2


pelarut organik karena daya elusi campuran
kedua pelarut ini dapat mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat
terjadi secara optimal.
3. Aplikasi (Penotolan) Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume
sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl.

4. Pengembangan
Sampel yang telah ditotolkan  dikembangkan
dalam bejana kromatografi yg sebelumnya telah
dijenuhi oleh uap fase gerak  Tepi bagian
bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel
dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1
cm.
5. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLt dapat dilakukan
secara kimia dan fisika.
a. Cara kimia yang biasa digunakan adalah
dengan mereaksikan bercak dengan suatu
pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga
bercak menjadi jelas.
b. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan dengan
cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar
ultraviolet
6. Perhitungan Nilai Rf
Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa


pustaka menyatakan nilai Rf yang baik yang
menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah
berkisar antara 0,2-0,8.
7. Altertatif Prosedur KLT
Variasi prosedur pengembangan KLT ini
meliputi KLT 2 dimensi yaitu Pengembangan
kontinyu dan Pengembangan gradient.
Penggunaan KLT
Tujuannya yaitu untuk :
1. Menentukan banyaknya komponen dalam
campuran,
2. Identifikasi senyawa,
3. Memantau berjalannya suatu reaksi,
4. Menentukan efektivitas pemurnian,
5. Menentukan dan memantau kondisi yang sesuai
untuk kromatografi kolom,
6. Melakukan screening sampel untuk obat.
PLAT TLC (20X20 cm)
Spotting

Tutup bak
kromatogram

plat

Bak
kromatogram

Batas
bawah

Eluen

Sebelum adsorbsi Sesudah adsorbsi


VISUALISASI DENGAN CHARING
Densitogram dari TLC Scanner
Gambar Kromatografi Lapis
Tipis
1.
Jurnal pertama
Penulis :Lestyo Wulandari, Yuni Retnaningtyas,
Diyanul Mustafidah
Judul :PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI
UNTUK PENETAPAN KADAR TEOFILIN DAN
EFEDRIN HIDROKLORIDA SECARA SIMULTAN
PADA SEDIAAN TABLET
Tujuan :untuk mengembangkan suatu metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri untuk
penetapan kadar Teofilin dan Efedrin hidroklorida pada
sediaan tablet.
Metode : Menggunakan lempeng KLT silika gel 60 F254
sebagai fase diam, dan campuran Etilasetat : Asam asetat
glasial :Aquabides (11 : 5 : 1v/v/v)s ebagai fase gerak.
Untuk mendeteksi Efedrin hidroklorida, lempeng KLT
dielusi kembali dengan 0.5% larutan ninhidrin dalam
aquabidest dan dipanaskan dalam oven selama 15 menit.
Evaluasi secara kuantitatif menggunakan scanner
Densitometer win CATS Camag dengan detektor UV-Vis
pada A 279 nm untuk Efedrin hidroklorida dan 505 nm
untuk Teofilin. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode
ini memberikan hasil analisis yang selektif dan spesifik,
linier, presisi dan akurat. Metode KLT Densitometri ini
dapat diterapkan untuk menetapkan kadar Teofilin dan
Efedrin hidroklorida secara simultan pada sediaan tablet
dengan cepat, sederhana dan selektif.
Hasil :
Berdasarkan hasil optimasi pelarut maka pelarut
terpilih berdasarkan efektivitas dan efisiensi
pelarutan adalah etanol 70%. Sistem eluen yang
terpilih berdasarkan hasil optimasi adalah eluen
dengan komposisi etil asetat p.a : asam asetat
glasial : aquades (11:5:1 v/v/v) dengan nilai rf
efedrin hidroklorida dan teofilin sebesar 0,69 dan
0, 33, nilai N = 451 dan 89 setta nilai H = 0,02 dan
0,10 dengan nama penjenuhan dan eluen selama
kira kira 30 menit.
Metode KLT Densitometri untuk: analisis Teofilin
dan Efedrin hidroklorida secara simultan dalam
sampel tablet memberikan hasil analisis yang
selektif, spesifik, linier, peka, presis dan akurat.
kadar rata-rata pada tablet Neo Napacin adalah
Teofilin sebesar 102,5% dan Efedrin hidroklorida
sebesar 100,8%, sedangkan pada tablet Asma Soho
didapatkan kadar rata-rata Teofilin sebesar 104,3%
dan Efedrin hidroklorida sebesar 103,5% dengan
tingkat kepercayaan untuk: teofilin 100,7% dan
untuk: ephedrin 98,2%.
2.
Jurnal Kedua
Nama / Tahun terbit : Ridho Asra, Zulharmita dan
Muhammad Amrul; 2017
Judul : Evaluasi Penggunaan Kromatografi Lapis
Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) Densitometri Silika Gel
60 F254 pada Penetapan Kadar Vitamin C yang Terdapat
pada Daging Buah Naga Ungu (Hylocereus polyrhizus)
Tujuan : Untuk melakukan penetapan kadar vitamin
C dari buah naga ungu (Hylocereus polyhizus)
menggunakan kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi
(KLTKT) Densitometri dengan Penyerapan Silika Gel
60 F254 .
Metode : Dalam penelitian dilakukan dengan ekstraksi
vitamin C dari daging buah naga ungu mengikuti
modifikasi metode yang telah dilakukan dimana Buah
naga diperlakukan dengan cara mengambil bagian
dagingnya, setelah itu dihaluskan dengan blender sehingga
didapatkan daging buah naga dalam bentuk halus,
ditimbang 100 gram kemudian dimaserasi dengan 150 mL
metanol selama 48 jam sekali-kali diaduk, dan ekstrak
dipisahkan, hasil ekstraksi diekstraksi lagi dengan metanol
dilakukan 2x. Lalu penetapan Kadar Vitamin C pada
larutan uji dan larutan pembanding vitamin C ditotolkan
pada plat KLT yang sudah di persiapkan. Masukkan plat
KLT silica ke dalam chamber yang telah dijenuhkan,
Chamber dibuka, diambil dan dikering anginkan.
Kemudian diamati dibawah lampu UV 254 nm.
Hasil : KLTKT densitometri dapat digunakan
untuk penetapan kadar vitamin C yang terdapat pada
daging buah naga ungu (Hylocereus polyrhizus)
diperoleh 31,21564 ± 2,58116 ppm. Hasil KLTKT
vitamin C dengan fase diam plat silica gel F254, fase
gerak campuran etanol : asam asetat (9,5 : 0,5),
dengan jarak pengembangan 5 cm memberikan nilai
Rf vitamin C 0,64. Metode KLTKT Densitometri
merupakan metode yang valid untuk analisis vitamin
C pada daging buah naga ungu. Akurasi diperoleh
rata-rata persen perolehan kembali yaitu 99,24 %,
presisi yang didapat dengan nilai simpangan baku
relatif (SBR) adalah 7,42 %, koefisien korelasi (r)
yaitu 0,992, nilai batas deteksi (BD) dan batas
kuantitasi (BK) adalah 13,32360 ppm dan 44,41201
ppm.
3.
Jurnal ketiga
Penulis : Yohannes Alen, Fitria Lavita Agresa,
& Yori Yuliandra
Judul : Analisis Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia
Ekstrak Rebung Schizostachyum
brachycladum Kurz (Kurz) Pada Mencit Putih
Jantan
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat
pengaruh ekstrak bambu terhadap kadar
asam urat mencit putih jantan.
 Metode : 1) Penyiapan Ekstrak
Sampel diekstraksi dengan metoda maserasi dengan
menggunakan pelarut etanol.
2) Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada Ekstrak.
3) Evaluasi Aktivitas Antihiperurisemia.
 Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan kadar
asam urat serum pada mencit putih jantan setelah pemberian ekstrak
rebung dapat disebabkan karena terdapatnya senyawa golongan fenol.
Senyawa golongan fenol pada ekstrak rebung berhasil dikonfirmasi
dengan metode KLT. Senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai
inhibitor enzim xantin oksidase yaitu tanin, flavonoid dan polifenol, dan
asam ellagat Polifenol memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi,
antimikroba, antikarsinogenik, dan antioksidan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai