Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN V

“ UJI ANTIMITOSIS MENGGUNAKAN SEL TELUR BULU BABI “

OLEH :

KELOMPOK : V (LIMA)

KELAS : A/DII FARMASI 2021

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNUVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Uji antimitosis merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak

digunakan dalam medeteksi aktivitas sitotoksik senyawa baru dari bahan alam.

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan dapat diulang

(Amirah, 2015).

Salah satu tanaman yang berkhsiat dan digunakan sebagai antikanker yaitu

tanaman mengkudu (Moridan citrifolia L), manfaat mengkudu sebagaiuntuk

terapi adalah sebagai antikanker, antibakteri, antihipertensi, dan sebagai

antioksidan (Putra, 2021)

Adapun yang melatarbelakangi percobaan uji antimitosis menggunakan sel

telur bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) dan ekstrak kenal daun mengkudu

(Moridan citrifolia L), yaitu untk menentukan efek toksisitas dan nilai LC50

ekstrakhasil isolasi dari alam menggunakan menggunakan sel telur bulu babi

(Tripneustes gratilla Linn) dan ekstrak kenal daun mengkudu (Moridan

citrifolia L).

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu:

1. Memahami prinsip dasar antimitosis menggunakan sel telur bulu babi

2. Menentukan efek antimitosis dan nilai lC50 ekstrak/ fraksi/ isolasi hasil

isolasi dari alam menggunakan sel telur bulu babi


C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip dasar antimitosis menggunakan

sel telur bulu babi

2. Agar mahasiswa dapat menentukan efek antimitosis dan nilai lC 50 ekstrak/

fraksi/ isolasi hasil isolasi dari alam menggunakan sel telur bulu babi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Sampel

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnollophyta

Sub Divisi : Spermatophyta

Class : Magnollpsida

Sub Class : Asteridae

Ordo : Rubiales

MFamily : Rubiaceae

Genus : Morinda

Species : Morinda citrifolia L

(Putra,2021).

2. Gambar

Gambar 2.1 Tanaman Mengkudu


(Morinda citrifolia L)
3. Morfologi

Tanaman mengkudu termasuk tanaman tahunanan, berbatang kecil,

dan berdaun lebar. Bagian tanaman mengkudu terdiri darai akar, batang,

daun, buah, dan biji. Akar tanaman mengkudu memiliki struktur

perakaran tunggang yang menembustanah cukup dalam , akar cabang dan

bulu akar tumbuh ke segala akar. Batang dan cabang berbentuk bulat

panjang, pada umumnya bengkok, berkulit kasar, berwarna coklat tua.

Secara ilmiah tinggi tanaman dapat mencapai kira-kira 6 meter, cabang

tanaman berdiameter 0,5 cm, berbuku-buku dan dari tiap buku keluar

sepasang daun berukuran 12 cm × 28 cm. Daun mengkudu tumbuh

berpasangan pada tiap buku atau cabang, daunnya berwarna hijau tua,

tidak berbulu, dan berbentuk oval dengan urat daun menyirip. (Tofu dan

Sabat, 2022).

4. Kandungan

Beberapa kandunagn kimia yang terkandung dalam tumbuhan

mengkudu diantaranya inyak menguap asam copron dan asam caprylat.

Kulit akar mengkudu mengandung morindin, morindon, aligarin-

mthylether, dan soranjidol. Daun mengkudu mengandung protein, zat

kapur, zat besi, karoten, dan askorbin. Buah mengkudu mengandung

alkaloid triterpenoid, acubin, asperuloside, alizarin, asam askorbat, asam

karpoat, asam kaprik ( penyebabbau busuk pada buah), asam kapilat

(penyebab rasa buah tidak enak), zat antakoinon, protein, proxeronine,

xeronine, zat scolopetin, dan zat damnachantal ( zat antikanker),


sementara bunganya mengandung glykosida antrakionin (Satyanova,

2016).

5. Manfaat

Tanamn mengkudu memiliki berbagai manfaat untuk peengobatan

diantaranya yaitu memiliki keseimbangan sempurna dari vitamin, mineral,

asam amino, peptide, dan enzim. Buah mengkudu juga kaya akan

antioksidan alami seperti vitamin E dan koenzim Q10 yang diperlukan

tubuh untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian

menunjukkan bahwa minum jus menfkudu dapat membantu melindungi

tubuh dari efek radikal bebas. Tanaman mengkudu juga dikenal sebagai

obat sakit kepala dan nyeri sendi, ini dikarenakan kandungan analgesic

tinggi seperti morfim sulfat yang efektif mengurangi rasa sakit dan nyeri.

Melawan kuman, buah mengkudu memiliki sifat antibakteri, antijamur,

dan antiparasit yang baik untuk memelihara kesehatan kulit dan tubuh.

Penelitan menemukan bahwa tanaman mengkudu juga baik untuk

mencegah kerusakan DNA, menghambat pertumbuan sel-sel kanker, serta

membantu menjaga sel-sel sehat dalam tubuh, mengkudu memiliki

kandungan antioksidan yang tinggi dan mampu melindungi tubuh. Dalam

jangka panjang, hal ini dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan

stroke. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa mengkudu dapat

meningkatkan fungsi pembukuh darah, melindungi sel-sel otak dari

kerusakan, dan membantu mengurangi resiko terjadinya aterosklerosis

yaitu penumpukan plak di dalam arteri. Sebagai anti inflamasi, mengkudu


juga dapat membantu mengurangi gejala penyaki infalamasi kronis,

seperti osteorthirtis (Satyanova, 2016).

B. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi

Filum : Echinodermata

Sub Filum : Eautherozoa

Class : Echinoideate

Sub Class : Echinadea

Family : Ecinaceae

Genus : Tripneustes

Species : Tripneustes gratilla Linn

(Putra, 2021).

2. Gambar

Gambar 2.2 Hewan Bulu Babi

(Tripneustes gratilla Linn)

3. Morfologi

Bulu babi (Tripneustes gratilla Linn) tersebar mulai dari perairan

dangkal hingga ke laut dalam, keanekaragaman yang tinggi banyak


ditemukan di zona interdial. Bulu babi memiliki bentuk tubuh yang khas

yaitu berbentuk seperti bola atau bulat pipih dan pada bagian

cangkangnya dipenuhi oleh duri-duri yang dapat digerakkan, berfungsi

sebagai alat gerak dan menghindari diri dari predator. Mulutnya terletak

pada bagian oral, dilengkapi dengan gigi yang tajam dan kuat untuk

mengambil dan mengunyah makanan, sedangkan anus terletak pada

bagian aboral. Bulu babi diperairan memiliki perbedaan morfologi,

bantuk cangkang, duri dan konad karena dapat dipengaruhi oleh

ketersediaan makanan, kondisi substrat, kondisi lingkungan dan

topografi. Bulu babi secara ekologi memiliki fungsi sebagai pemakan

detritus, pemakan partikel-pertikel kecil dan penyeimbang di ekosistem

terumbu karang. Bulu babi dianggap sebagai hewan herbivore, namun

pada lingkungan yang berbeda dapat beradaptasi terhadap

lingkungannya dengan memakan krustecea, karang dan makroalaga

(Putra, 2021

C. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan penyarian komponen kimia atau zat-zat dari

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan biota laut. Komponen kimia

yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya

mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik yang

paling umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel

tanaman adalah methanol, etanol, kloroform, heksana, eter, aseton, benzene,

dan etil asetat. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan proses ini akan

berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif

di dalam dan di luar sel. Jadi tujuan dari ekstraksi adalah untuk menyari bahan

zat-zat yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggnakan

pelarut cair (Farsya, dkk 2020).

Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering digunakan adalah ekstraksi

secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung

dipanaskan dengan pelarut dimana umumnya digunakan untuk sampel yang

mempunyai bentukdan dinding sel yang tebal. Berikutnya ekstraksi secara

dingin misalnya meserasi, perkolasi, dan soxhelt. Dimana untuk meserasi

dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara

cairan penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian

terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia (Farsya, dkk 2020).

D. Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan

mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya

dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan agar bahan

utama obat sedikit mungkin terkena panas.


Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi menjadi empat yaitu ekstrak

encer, ekstrak kental, ekstrak kering dan ekstrak cair. Ekstrak encer

merupakan sediaan yang memiliki konsentrasi seperti cairan madu yang

mudah mengalir. Ekstrak kental merupakan sediaan kental yan apabila dalam

keadaan dinin dan kecil kemungkinan bisa dihitun. Kandungan airnya

berjumblah sampai 30%. Ekstrak kering merupakan sediaan yang memiliki

konsentrasi kering dan mudah dihancurkan dengan tangan. Produk ini

sebaikknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%. Ekstrak cair

merupakan sedian dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebaai

pelarut atau sebaai penawet . jika tida dinyatakan lain pada masing-masing

monorafi tiap mL ekstrak menandung baha aktif dari 1 g simplisia yan

memenuhi syarat (Nasmi,2021)

E. Uji Antimitosis

Uji antimitosis merupakan salah satu meode uji toksisitas yang banyak

digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksisk dari bahan alam.

Metode ini menunjukkan aktifitas farmakologi yang luas , tidak spesifik dan

dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap bulu babi (Trineustes

gratila). Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan dapt

diulang sehngga dapat digunakan sebagai Bioassay Guided Isolation yaitu

isolasi komponen kimia berdasarkan aktifitas yang ditujukan oleh bioassay

tersebut (Nurul ddk, 2012).


Uji sitotoksik adalah uji secra in vitro menggunakan kultur sel yang

digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastic dari suatu

senyawa. Penggunaan uji sitotoksik pada kultur sel merupakan salah satu cara

penetapan in vitro untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik. Sistem ini

merupakan uji kualitatif denga cara menetapkan kematian sel (Putra, 2021).

Toksisitas ialah efek berbahaya dari suatu bahan obat pada organ target.

Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan dan

keberbahayaan zat yang aka diuji. Tosisitas diukur dengan mengamati

kematian hewan percobaan. Kematian dari hewan percobaan dianggap sebagai

respon dari pengaruh senyawa yang diuji sehingga hubungan dari repon

dengan menggunakan kematian sebagai jawaban (Arifuddin, 2018).

F. Letal Consentration 50 (LC50)

Nilai LC50 merupakan jumlah kadar yangmenyebabkan kematian dari

50% hewan uji dalam selan waktu tertentu (Kurnia,2023)

Parameter yang digunakan untuk uji sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50

menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan prolifersi sel

sebesar 50% dan menunjukkan potensi suatu senyawa terhadap sel. Nilai ini

merupkan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel. Nilai IC 50

dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik semakin besar

harga IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir dari uji

sitotoksisitas pada organ target memberikan informasi langsung tentang

perubahan yang terjadi pada organ target memberikan informasi langsung

tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara spesifik (Putra, 2021).
G. Uraian Bahan

1. Air Laut

Komposisi :

Air 96,5 %

Garam 3,5 %

Dalam 3,5 garam mengandung :

a. Senyawa klorida 55 % wt

b. Senyawa sulfat 7,7 % wt

c. Sodium 30,6 % wt

d. Calsium 1,2 % wt

e. Potassium 1,1 % wt

f. Magnesium 3,7 % wt

g. Lain-lain 0,7 % wt

2. Air Suling (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Lain : Air suling, aquadest

RM/ BM : H20/ 18.02

Rumus Struktur : H-O-H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


Kegunaan : Sebagai pelarut.

3. Etanol (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, etil alcohol

RM/ BM : C2H6O/ 46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih dan mudah

menguap,bau khas, rasa panas mudah terbakar, dan

memberikan nyala biru.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dan eter serta dalam

kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

4. KCL (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : KALI CHLORIDUM

Nama Lain : Kalium klorida

RM/ BM : KCL/ 74,55

Pemerian : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma,

tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak


berbau, rasa asin, mantap di udara.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut dalam

air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol

mutlak P dan dalam eter P

Peniyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai penginduksi.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang di guanakan dalam percobaan kali ini yaitu batang

pengaduk, dek gelas, gelas kimia, gunting, kaca arloji, kamera, lemari

pendingin, mikropipet, mikroskop, pipet tetes, pinset, spoit, timbangan

analitik, vial. Sedankan bahan yang diunakan pada percobaan ini yaitu

aluminium foil, aquadest, ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia

L), formalin, hewan coba bulu babi (Tripneustes gratilla Linn), larutan KCL,

pelarut DMSO.

B. Prosedur Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu yang

pertama Induksi, Disiapkan alat dan bahan, kemudian induksikan bulu babi

jantan dan betina dengan menyuntikkan 3 mL larutan KCL 10% ke dalam

bagian gonad bulu babi, lalu ditambung sperma dan ovum secara terpisah

dalam gelas kimia yang berisi air laut, setelah itu imasukkan ke dalam lemari

pendingin. Kedua Fertilisasi, Diambil 2 mL sperma dan 8 mL ovum, lalu di

tambahkan dengan 50 mL air laut dan dihomogenkan kemudian ditutup degan

aluminium foil setelah itu didiamkan selama 10 menit dalam lemari

pendingin. Ketiga Pelaksanaan Uji, Ditimbang sampel ekstrak kenal daun

mengkudu (Morinda citrifolia L) sebanyak 50 mg, lalu ditabahkan dengan


pelarut DMSO sebanyak 5 mL Dibuat seri konsentrasi 10, 50, 100 µm/mL,

setelah itu ditambahkan air laut bebas protozoa hingga 1000 µm/mL kemudian

ditambahkan jigot kedalam masih-masing konsentrasi, lakukan replikasi

sebanyak 3 kali tiap sampeluji kontrol setelah itu disimpan dalam lemari

pendingin selama 2 jam sambil sesekali dilakukan pengocokan lalu

ditambahkan 100 µm/mL larutan formalin ke dalam masing-masing vialAmati

dibawah mikroskop dan dihitung % penghambatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan

Log Total Jumlah Sel


Konsentrasi Sel Yang Tidak Presentase
Konsentras Nilai
Membelah (%)
Probit
i

116 21 18,10 %

10 mL 1 112 26 23,21 %

131 19 14,50 % 4, 08

% Rata-Rata 18,60 %

76 13 17,10 %

50 mL 2 97 9 9,27 %
3, 87
104 16 15,38 %

% Rata-Rata 13,91 %

89 51 57,30 %

100 mL 3 50 32 64 %

101 43 42,57 % 5, 10

% Rata-Rata 54,62 %

DMSO 54 2 3,7 %

LC50 : 636679,7 µ/mL


6
5
4
Nilai Probit

3 f(x) = 0.51 x + 2.04


R² = 0.0357142857142857
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3
Log Konsentrasi

Gambar 1.3 : Grafik Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

Pada percobaa kali ini dilakukan uji bioassay berupa uji antimitosis sel

bulu babi (Tripneustus gratilla) terhadap sampel ekstrak kental daun

mengkudu (Morinda citrifolia L). pengamatan yang dilakukan yaitu melihat

penghambatan pembelahan sel bulu babi terhadap hasil metabolit ekstrak

kental daun mengkudu.

Pengujian antimitosis ini menggunakan sel telur dari bulu babi

(Tripneustus gratilla) dimana bulu babi diinduksikan dengan menggunakan

KLC 10% untuk proses penyiapa zigot. Sehinga, sel sperma (putih susu) dan

sel telur (kuning keemasan) dapat keluar. Sel sperma diambil sebanyak 2 mL

dan sel telur sebanyak 8 mL kemudian ditambahkan dengan air laur bebas

protozoa sebanyak 50 mL, setelah itu hasil dari pencampuran tersebut

didiamkan selama 10 menit didalam lemari pendingin. Sementara, pada proses

pengujian antimitosisya digunakan ekstrak sampel daun mengkudu (Morinda


citrifolia L), ditimang sebanyak 50 mg dan dilalutkan dengan pelarut DMSO

sebanyak 5 mL, setelah itu, dari campuran tersebut dibuat pengenceran dengan

variasi konsentrasi 10 mL, 50 mL, dan 100 mL, dimana masing- masing

konsentrasi tersebut ditambahkan dengan air laut bebas protozoa lalu

ditambahkan lagi dengan zigot. Selanjutnya, dilambahkan 100 µm/mL larutan

formalin ke dalam masing-masing vial lalu disimpan dalam lemari pendingin

selama 2 jam sambil sesekali dilakukan pengocokan, setelah itu dilakukan

pengamatan denganmenggunakan mikroskop, pada pengamatan tersebut

dihitung jumblah sel yang membelah dan dilakukan analisis nilai probit.

Adapun hasil dari perhitunggan Presentase (%) sel yang tidak membelah

pada konsentrasi 10 mL pada log konsentrasi 1 yaitu 18,10 %, 23, 21 %, dan

14, 50 % dengan nilai rata-rata yaitu 18, 60%. Pada konsentrasi 50 mL dengan

log konsentrasi 2 yaitu 17, 10 %, 9, 27 % dan 15, 38 % dengan nilai rata-rata

13, 91 %. Dan pada konsenrasi 100 mL dengan log konsentrasi 3 yaitu

57,30%, 64%, dan 42, 57% dengan nilai rata-rata yaitu 54, 02 %.

Adapun hasil yang di peroleh dari tabel probit yaitu pada konsentrasi 10

mL dengan nilai probit 4,08. Pada konsentrasi 50 mL dengan nilai probit yang

di peroleh yaitu 3,87 dan pada konsentrasi 100 mL di dapatkan nilai pobit

5,10.

Pada percobaan ini dilakukan perhitungan nilai Lc50 karena ingin diketahui

konsentrasi sampel ekstrak daun mengkudu dapat menghambat pertumbuhan

sel. Adapun hasil dari perhitungan nilai Lc50 ini yaitu 636679,7 µ/mL.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uji antimitosis merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak

digunakan dalam medeteksi aktivitas sitotoksik senyawa baru dari bahan alam.

Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan dapat diulang.

Percobaan ini bertujuan dilakukannya percobaan ali ini yaitu agar dapat

memahami prinsip dasar antimitosis menggunakan sel telur bulu babi

B. Saran

1. Laboraturium

Diharapkan fasilitas baik alat dan bahan dilengkapi lagi agar

praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancer.

2. Praktikan

Diharapkan kepada praktikan agar kerja samanya dalam

memalukan praktikun dan pembuatan laporan


LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Induksi

Bulu babi jantan dan betina

Diinduksi
3 mL KCL 10% ke bagian gonad bulu babi

Ditampung

sperma dan ovum secera terpisah dalam gelas kimia yang berisi air laut

Dimasukkan

Kedalam lemari pendingin

2. Fertilisasi

2 mL sperma dan 8 mL ovum

Ditambahkan

50 mLair laut

Dihomogenkan

kemudian diuttup dengan almunium foil


selama 10 menit dalam lemari pendingin

3. Pelaksanaan Uji

sampel ekstrak kental daun mengkudu

(Morinda citrifolia L) sebanyak 50 mg

Ditambahkan

pelarut DMSO sebanyak 5 mL

Dibuat

seri konsentrasi 10, 100 dan 1000 µm/mL

Ditambahkan

air laut bebas protozoa hingga 1000


µm/mL

Ditambahkan

Jigot kedalam masing-masing konsentrasi, lakukan replikasi


sebanyak 3 kali tiap sampel uji kontrol
Dimasukkan

dalam lemari endingin selama 2 jam sambil sesekali dilakukan


pengocokan

Diamati
100 µm/mL larutan formalin dalam masing-masing vial
Dibawah mikroskop dan
Hitunglah % penghambatan

B. Perhitungan

1. Perhitungan Presentase (%) sel yang tidak membelah

a. Konsentrasi 10 mL
jumblah sel yang tidak membelah
% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

21
= × 100 %
116

= 18, 10 %

jumblah sel yang tidak membe lah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah sel total

×100%

26
= × 100 %
112

= 23,21 %

jumblah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

19
= × 100 %
131

= 14,50 %

18,10+23,21+14,40
∑1 ¿ 3
= 18,60 %

b. Konsentrasi 50 mL
jumblah sel yang tidak membelah
% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

13
= × 100 %
76

= 17,10 %

jumblah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

9
= × 100 %
97

= 9, 27 %

jumblah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

16
= × 100 %
104

= 15, 38 %

17 , 10+9 , 27+15 , 38
∑1 ¿ 3
= 13,91 %

c. Konsentrasi 100 mL
jumblah se l yang tidak membelah
% sel yang tidak membelah =͵
jumblah sel total

×100%

51
= × 100 %
89

= 57, 30 %

jumblah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

32
= × 100 %
50

= 64 %

jumbl ah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah sel total

×100%

43
= × 100 %
101

= 42, 57 %

57 , 30+64+ 42 ,57
∑1 ¿ 3
= 54, 62 %

d. Kontrol Negatif

jumblah sel yang tidak membelah


% sel yang tidak membelah =͵
jumblah seltotal

×100%

2
= × 100 %
54

= 3, 7 %
2. Perhitungan LC50

y= 0,51 + 2,04

untuk y + 5,00 (nilai probit 50), maka:

5−0,51
×=
2 , 04

× = 5,803921

LC50 = antilog ×

= 636679,7 µ/mL

C. Gambar

LABORATORIUM FITOKIMIA LABORATORIUM FITOKIMIA


PROGRAM STUDI D III PROGRAM STUDI D III
FARMASI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket: Bulu Babi (Tripneustus Ket: Sel telur Bulu Babi (Kuning
gratilla)
Keemasan)

LABORATORIUM FITOKIMIA
PROGRAM STUDI D III
FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

Ket: Sel Sperma Bulu Babi (Putih

Susu)

DAFTAR PUSTAKA

Amirah Sitti, 2015 “ Jurnal Uji Efek Antimitosis Ekatrak Etanol Daun Wungu

(Graptophyllum pictum L) Dengan Metode Penghambatan Pembelahan

Sel Telur (Tripneustes gratilla) Terfatilisasi” Vol 07. No 01


Ditjen POM, 1979 “Farmakope Indonesia Edisi III” Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: Jakarta

Handoco E & Silalahi M, V, 2021 “Monografi Dan Skrining Fitokimia Ikan

Gulamah (Johnius trachyephalus) Di Pertanian Selat Malaka

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara” Cv Widina Media

Utama: Bandung

Nurul Haq, 2021 “ Uji Antimitosis Pada Sel Bulu Babi (Tripneustes gratilla)”

Universitas Hassanudin: Makassar

Putra Bayu, 2021 “ Antimitosis” Anggota IKAPI: Jakarta

Setyanova I, Dkk, 2016 “Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 2“ PT Penabur

Swadaya: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai