Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM


OBJEK III
“ISOLASI TRITERPENOID DARI PEGAGAN (Centella asiatica L.)”

NAMA : ROMIZA ADILAH FADIYAH


NO BP : 2011013020
SHIFT : 1 (SENIN)
HARI/TANGGAL : SENIN/ 09 MEI 2022

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADAG
2022
OBJEK III
“ISOLASI TRITERPENOID DARI PEGAGAN (Centella asiatica L.)”
I. Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktikkan cara mengisolasi senyawa golongan
triterprnoid.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan triterpenoid.
II. Tinjauan Pustaka
II.1Tinjauan Botani

Gambar 2.1.1 Centella asiatica L.


II.1.1 Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledone
Ordo : Umbellales
Famili : Umbellaferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.)
(1)
II.1.2 Morfologi
Pegagan secara morfologi memiliki lima buah petiol yang setiap petiol
terdapat daun dengan bentuk membulat oval, dan daunnya berwarna hijau,
memiliki rambut-rambut pada daunnya. pegagan mengandung agen anti-inflamasi
yang telah digunakan secara tradisional obat-obatan dan dieksploitasi secara
komersial untuk penyembuhan luka. Centella asiatica dilaporkan memiliki
neuroprotektif, antioksidan, antidiabetik dan antimikroba, antitumor,
penyembuhan luka, obat penenang, dan kegiatan neuroprotektif. (1)
Daun pegagan (Centella asiatica L.) berwarna hijau tua, permukaan
daunnya bagian atas halus dan bagian bawah terdpat rambut-rambut berwarna
putih yang merupakan modifikasi dari jaringan epidermis yaitu trikoma daun.
Daun bertangkai panjang dengan panjang antara 10-15 cm. Daun pegagan
menyertai setiap tangkai daun yang tumbuh secara umum berjumlah lima buah.
Ujung daunnya membulat. Tepi daun bergerigi. Pangkal daunnya tumpul.
Susunan tulang daunnya menjari. Helaian daunnya oval. Daging daunnya
perkamen atas perkamanteus. (1)
II.1.3 Sebaran dan Ditribusi
Pegagan ditemukn di Asia Tropis sampai daerah sub-tropis, mulai
dari dataran rendah sampai tinggi 100-2500 m di atas permukaan laut, pada tanah
lembab sampai berpasir ternaungi maupun di lahan terbuka, sehingga diduga telah
terbentuk berbagai ekotipe maupun genotype yang memperkaya keragaman
genetic plasma nutfah yang luas, yang antara lain dapat diperoleh melali
eksplorasi ke berbagai daerah endemic. (2)
Di Indonesia pegagan ditemukan tumbuh di berbagai daerah mulai
dari Aceh sampai papua. Karakterisasi dan evaluasi merupakan salah satu
kegiatan plsma nutfah yang bertujuan untuk mendapatkan data sifat atau karakter
morfologi, agronomis dan sifat pentng lainnya dari aksesi plasma nutfah,
sehingga dapat digunakan untuk mmembedakan fenotip dari setiap aksesi dengan
cepat dan mudah. (2)
Pegagan tumbuh baik pada tanah yang agak lembap, tetapi cukup
sinar matahari atau agak terlindung. Pegagan tumbuh optimun di dataran medium
pada ketinggian sekitar 700 m dpl, namun juga mampu tumbuh di daerah tinggi
hingga 2.500 m dpl. Secara empiris tanaman pegagan mempunyai syarat tumbuh
spesifik dalam hal kebutuhan cahaya matahari, yang akan memengaruhi bentuk
morfologi daun dan kandungan bioaktif. Pegagan tumbuh baik pada lingkungan
dengan intensitas cahaya rendah, hampir sama dengan shade plant, dan memiliki
laju respirasi rendah. Dengan sedikit fotosintesis netto sudah cukup membuat laju
pertukaran netto CO2 menjadi nol, dibandingkan tanaman sun plant yang
mempunyai titik kejenuhan cahaya pada 10-20 mol m2 /detik, sedangkan shade
plant sebesar 1-5 mol m2 / detik. Nilai kejenuhan cahaya tanaman shade plant
lebih rendah karena laju respirasinya juga rendah. Laju respirasi yang rendah
menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang memungkinkan shade plant mampu
bertahan pada lingkungan cahaya terbatas di dataran tinggi beriklim basah dengan
intensitas cahaya matahari rendah, seperti di Gunung Putri, Cipanas, Cianjur, dan
Bogor. (3)

II.1.4 Sinonim
Hydrocotyle asiatica L. Pes, berasal dari daerah tropis di Asia. (1)
Pegagan juga dikenal dengan nama gotu cola, pennywort India,
Centella asiatica, Hydrocotyl asiatica, Centella cariacea, Hydrocotyl lunata,
cochia trisanthus, chinensis, barmi, bokkudu, brahma, herba kaki kuda, pepagan
herba, mandooka. (2)

II.2Kandungan Kimia
Berdasarkan penelitian kandungan senyawa pegagan terdiri atas
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida. Selain itu
senyawa yang paling banyak terdapat pada pegagan yaitu asiatikosida. Senyawa
tannin dan flavonoid pada pegagan berfungsi sebagai antioksidan yang dipercaya
mampu mentralisir radikal bebas dalam tubuh. (4)
Triterpenoid merupakan senyawa paling penting dalam tanaman
pegagan. Triterpenoid berfungsi meningkatkan fungsi mental dan memberi efek
menenangkan. Senyawa ini juga dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga
memperlancar peredaran darah menuju otak. Asiatikosida merupakan bagian dari
triterpenoid yang berfungsi menguatkan sel-sel kulit dan meningkatkan
perbaikannya, menstimulasi sel darah dan sistem imun, dan sebagai antibiotik
alami. Pegagan juga meengandung kalsium, magnesium, fosfor, seng, tembaga,
betakaroten, serta vitamin B1, B2,B3, dan C. Kandungan kimiawi lainnya ialah
tankunisida, isotankunisida, madekasosida, asam brahmik, asam madasiatik,
meso-inositol, sentelosa, karotenoid, garamgaram mineral seperti kalium,
natrium, magnesium, kalsium, dan besi, vellarine dan zat samak yang bermanfaat
untuk menjaga kesehatan tubuh.(5)

Gambar 1. Asiatikosida Gambar 2. Asam Madekasat

Gambar 3. Asam Asiatat

II.3Kegunaan secara Tradisional


Tanaman pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman yang
sering dianggap sebagai gulma, daunnya berbentuk menyerupai ginjal dengan
pangkal melekuk ke dalam. Pada beberapa tempat masyarakat memanfaatkan
daun pegagan sebagai lalapan segar, minuman, dan obat tradisonal. (6)
Pegagan dipercaya memiliki senyawa anti mikroba dan terbukti dari
beberapa senyawa yang berkhasiat, ternyata juga mampu menimalisir bakteri.
Untuk bakteri Escherica coli yang merupakan bakteri penyebab diare, pada
ekstrak pegagan 25% mampu menghambat perkembangan bakteri dan pada kadar
50% mampu membunuh bakteri. Namun, ekstrak daun pegagan belum mampu
menghambat pertumbuhan Vibrio chlorae yang merupakan penyebab penyakit
kolera. (7)
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa tanaman ini memiliki
efek farmakologi, pegagan telah dikenal luas untuk dimanfaatkan sebagai obat
lepra, disentri, penyembuhan luka, reumatik, radang, wasir, tuberculosis, demam,
asma, dan penambah selera makan.(8)
Tanaman pegagan dimanfaatkan sebagi obat karena banyaknya
kandungan kimia yang dimilikinya antara ain zat aktif pegagan berupa
asiatikosida, asam asiatik, dan asam madekasik berperan dalam sintesis kolagen.
(9)

II.4Bioaktivitas
II.4.1 Bioaktivitas Ekstrak
Ekstrak daun pegagan mengandung saponin yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran sel bakeri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi
membrane, menyebabkan denaturasi protein membrane sehingga membrane sel
akan rusak dan lisis. Saponin mampu berinteraksi dengan kolesterol pada
membrane sel dan menyebabkan membrane sel mengalami modifikasi lipid yang
akan mengganggu kemamuan bakteri untuuk berinteraksi dengan membrane yang
sudah mengalmi modifikasi tersebut. (10)
Terganggunya interaksi antara bakteri dengan membrane selnya akan
menyebabkan kemampuan bakteri untuk merusak atau berinteraksi dengan
inangnya akan terganggu. Ketika membrane sel terganggu, zat antibakteri akan
dapat dengan mudah masuk ke dalam sel dan akan mngganggu metabolism
hingga akhirnya terjadilah kematian bakteri. (10)
Selain itu, ekstrak daun pegagan juga mengandung terpenoid dan
steroid. Mekanisme terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin
(protein transmembrane) paada membrane luar dinding sel bakteri, membentuk
ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya
porin yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi
permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan
kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati. (10)
II.4.2 Bioaktivitas Metabolit Sekunder
Pegagan (Centella asiatica L.) mengandung sejumlah besar senyawa
golongan saponin triterpenoid pentasiklik. Pegagan diketahui mempunyai
aktivitas farmakologi yang luas yaitu untuk penyembuhan luka terbuka, untuk
pengobatan berbagai kondisi kulit seperti kusta, lupus, varises, bisul, eksim,
psoriasis, diare, demam, ame nore, suatu penyakit pada saluran genitourinari
perempuan dan juga untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan daya
ingat , antibakteri, antioksidan, antifungi, hemoroid serta antiinflamasi. (11)
Aktivitas farmakologi asam asiatat diantaranya yaitu sebagai
antiinflamasi dengan aktivitas antiinflamasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan asiatikosida, berperan dalam penyembuhan luka terbuka, dan
hepatoprotektor. Dalam penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa asam
asiatat mempunyai sifat farmakokinetik lebih baik dari pada asiatikosida, karena
sifat hidrofobisitas asam asiatat yang lebih besar, serta sifat absorbsi asam asiatat
di dalam usus yang lebih baik dari pada asiatikosida. (3)

II.5Metabolit Sekunder
Banyaknya khasiat dari tumbuhan pegagan sangat dipengaruhi oleh
senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Pada penelitian
sebelumnya telah melaporkan bahwa tumbuhan pegagan mengandung beberapa
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, flavonoid, fenolik steroid,
tanin, dan triterpenoid. Sedangkan untuk senyawa kimia yang terdapat dalam
tumbuhan pegagan adalah quercetin dan kaemferol yang termasuk dalam
golongan flavonoid. Selain itu asiatikosida, asam asiatik, asam brahmat,
medasiatic acid, medakasosida yang termasuk dalam golongan triterpenoid,
sementara untuk sitosterol dan stigmasterol termasuk dalam golongan steroid
serta vallerin brahmosida golongan saponin.(8)
Penelitian sebelumnya telah melaporkan beberapa bioaktivitas dari
tumbuhan pegagan antara lain sebagai antitumor, antijamur dan sitotoksik.
Sedangkan untuk aktivitas antibakteri juga telah dilaporkan dari ekstrak etanol,
kloroform, petroleumeter, metanol, aseton, etil asetat, heksana, dan air. Terapat
ekstrak etanol, kloroform, petroleum eter, heksana dan air dari daun pegagan
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Proteus vulgaris, Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli . Ekstrak metanol dan heksana daun
pegagan dapat menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis.
Dhanalakshmi et al. (2018) telah melaporkan ekstrak etil asetat, etanol, aseton,
kloroform, petroleum eter dari daun tumbuhan pegagan memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococus heamolyticus, Staphylococus lentus,
Staphylococus aureus, Bacilus cereus, Escheria coli, Klebsiella pneumonia dan
Brevibacterium paucivorans. (8)
III. Metode Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
- Wadah untuk maserasi
- Kolom kromatografi
- Botol 100 mL
- Vial
- Pipet tetes
- Seperangkat alat rotary evaporator
- Chamber
- Penotol
III.1.2 Bahan
- Daun pegagan kering 100 gram
- Methanol
- Etil asetat
- Plat KLT
- Kapas
- Norit
- Penampak noda untuk triterpenoid
III.2 Cara Kerja

Daun pegagan kering 100 gram

Grinder

Daun pegagan yang sudah menjadi serbuk halus

Maserasi dengan 500 mL


methanol selama 3 hari

Maserat daun pegagan

Masukkan norit 100 gr ke Uapkan maserat hingga


dalam kolom, tampung 200 mL

KLT sampel (Fase diam berupa silica gel 60 dan fase


gerak etil asetat: methanol: aquadest (4:1:0,5))
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil

No Hasil Gambar
1. Organoleptis :
- Warna : Putih dan kuning
- Bau : Seperti tembakau
- Bentuk: cairan

2. Hasil KLT diketahui


Panjang lintasan komponen
Rf =
Panjang lintasan pelarut
Jarak tempuh eluen = 4 cm
Jarak tempuh noda = 0
Nilai Rf = Tidak dapat dihitung

KLT pada sinar UV


254 nm
3. Berat vial kosong = 93,53 gram dan 101,7
gram
Berat vial + kristal = 94,75 gram dan 103,20
gram
Berat kristal 1 =
(Berat vial + kristal) – (berat vial kosong)
= 94,75 gram – 93,53 gram
= 1,22 gram
Berat kristal 2
= 103,20 gram – 101,7 gram
= 1,5 gram
Berat total kristal
= 1,22 gram + 1,5 gram
= 2,72 gram
Rendemen
Berat senyawa isolat
x 100 %
Berat awal sampel
2,72 gram
= x 100 %
100 gram
= 2,72 %
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji isolasi triterpenoid pda
tumbuhan pegagan (Centella asiatica L.). Tujuan dari praktikum isolasi senyawa
tersebut ialah untuk dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi triterpenoid
dari pegagan beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT).
Senyawa yang akan diisolasi adalah asiatikosida, asam asiatat, dan
asam madekasat. Sampel yang diguakan adalah sampel kering sebanyak 100
gram. Di dalam langkah kerja juga di haruskan sampelnya dalam keadaan halus
dengan tujuan adalah agar luas permukaan sampel bertambah sehingga
mempermudah proses pelarutan senyawa-senyawa yang terkandung didalam
sampel. Setelah itu baru dimasukkan kedalam botol infus dan dilakukan proses
ekstraksi.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diperoleh maseratnya, serta proses perendaman yang cukup lama
diharapkan dapat menarik lebih banyak zat aktif yang terkandung di dalam
simplisia. Maserasi merupakan proses perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di
luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut
dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur
lama perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam pelarut tersebut. Jika di tinjau dari titik leleh pegagan sendiri yaitu
146 – 147 ℃, pegagan ini juga dilakukan proses ekstraksi dengan metode
sokletasi.
Maserasi memiliki prinsip yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk dalam cairan penyari yang sesuai selama sehari
atau beberapa hari pada temperatur kamar yang terlindungi dari cahaya. Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Langkah awal yaitu daun pegagan yang terlebih dahulu di keringkan
menggunakan oven, selanjutnya digrinder. Tujuan dilakukannya pengeringan
daun pegagan ini adalah untuk mempermudah terjadinya inaktivasi enzim yang
ada pada daun pegagan dan agar simplisia tersebut tidak ditumbuhi oleh mikroba.
Sedangkan tujuan dilakukannya penghalusan yaitu untuk memperbesar luas
permukaan sampel, sehingga dapat mempermudah proses penyarian zat aktif oleh
pelarut pada saat di ektraksi. Lalu simplisia halus pegagan tersebut di maserasi
menggunakan methanol selama 3 hari. Pada jangka waktu tersebut, jangan lupa
untuk membolak balikkan botol agar mencegah terjadinya kejenuhan zat aktif
pada bagian tertentu dan agar konsentrasi tersebar merata di seluruh bagian.
Setelah dimaserasi, uapkan dengan rotary evaporator, dan maserat
yang didapatkan dilewatkan ke norit yang bertujuan untuk menghilangkan klorofil
yang terdapat pada daun pegagan dan agar didapakan senyawa yang murni.
Sehingga didapatkan larutan yang jernih yang kemudian diuapkan kembali.
Kemudian didapatkan larutan yang kental yang kemudian didiamkan agar
didapatkan endapan, zat pengotor yang berwarna hijau kehitaman yang terdapat
pada maserat tadi. Pada saat proses penguapan, pelarut akan terpisah dengan zat
terlarutnya. Kemudian didiamkan selama beberapa hari sampai terbentuk amorf.
Namun, sampel lama membentuk amorf. Tapi yang terbentuk hanya sedikit dan
sampai akhir tidak terbentuk dan hanya cairan.
Lakukan proses KLT, namun untuk proses KLT sinar UV pegagan
tidak dapat dilakukan dikarenakan triterpen yang terkandung dalam daun pegagan
tidak mempunyai gugus kromofor seperti benzena, sehingga hasil KLT tidak
dapat dilihat menggunakan sinar uv, oleh karena itu digunakan reagen penampak
noda seperti vanilin sulfat. Namun, pada praktikum tidak digunakannya reagen
tersebut dikarenakan tidak ada di laboratorium. Pada proses ini menggunakan
silica gel sebagai fasa diam dan etil asetat : methanol : aquadest dengan
perbandingan (4:1:0,5) sebagai fasa diamnya.
Untuk mekanisme penampak noda vanillin-asam sulfat adalah
abstraksi H+ sehingga terbentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi, peristiwa
ini tidak terjadi sekaligus tetapi satu persatu secara berurutan yang menyebabkan
warnanya semakin lama semakin tidak stabil. Reaksi vanillin yang mungkin
terjadi pada uji triterpenoid yakni :

Gambar 4.2.1 Perkiraan reaksi triterpenoid dengan vanillin sulfat


Selanjutnya perhitungan rendemen yang didapat adalah 2,72% dan hasil
ini masih sangat sedikit. Dimana nilai rendemen dikatakan baik jika nilainya lebih
dari 10%. Nilai rendemen juga berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif
yang terkandung pada senyawa flavonoid di Centella asiatica.
V. Kesimpulan dan Saran
V.1Kesimpulan
- Tidak didapatkan nilai Rf dikarenakan tidak adanya gugus
kromofor seperti benzena, sehingga hasil KLT tidak dapat dilihat
menggunakan sinar uv
- Didapatkan hasil rendemennya adalah 2,72% dan hasil ini masih
sangat sedikit. Dimana nilai rendemen dikatakan baik jika
nilainya lebih dari 10%.
V.2Saran
- Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan
percobaan
- Selalu teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
1. Susetyani E, Latifa R, Poncojari W, Nurrohman E. Atlas Morfologi Dan
Anatomi Pegagan (Centella asiatica). 2020;1–12.
2. Vinolina NS. Pegagan (Centella asiatica L. Urban) dan Metabolit
Sekundernya. Medan: Yayasan Kita Menulis; 2021.
3. Sutardi S. Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya untuk
Meningkatkan Sistem Imun Tubuh. J Penelit dan Pengemb Pertan.
2017;35(3):121.
4. Sadik F, Anwar ARA. Standarisasi Parameter Spesifik Ekstrak Etanol Daun
Pegagan ( Centella asiatica L .) Sebagai Antidiabetes. J Syifa Sci Clin Res.
2022;4:1–9.
5. Waluyo BB. Sehat dan Cantik dengan Cica, Centella Asiatica. Guepedia,
editor. Blitar: Guepedia; 2021.
6. A. Rahmaniati M, M. Ulfah and DAKM. STANDARISASI PARAMETER
NON SPESIFIK EKSTRAK ETANOL DAUN PEGAGAN (Centella asiatica
L.) DI DUA TEMPAT TUMBUH. J Inov Tek Kim. 2018;3(1).
7. Krisetyadi BC. SIFAT KIMIA, MIKROORGANISME DAN
ORGANOLEPTIK DODOL SUSU DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
PEGAGAN (Centella asiatica) YANG BERVARIASI. Semarang: Univeristas
Diponegoro; 2017.
8. Andria Y. Pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica(L.)
Urban) terhadap kadar hormon estradiol dan kadar hormon progesterontikus
putih (Rattus norvegicus) betina. In Padang: Universitas Andalas; 2012.
9. Sulistio andian dwi. Pemanfaatan Daun Pegagan ( Centella asiatica ) menjadi
Olahan Keripik. 2021;5(2):125–30.
10. Yahya MA, Nurrosyidah IH. Antioxidant activity ethanol extract of gotu kola
(Centella asiatica (L.) Urban) with DPPH method (2,2-Diphenyl-1-
Pikrilhidrazil). J Halal Prod Res. 2020;3(2):106.

Anda mungkin juga menyukai