Anda di halaman 1dari 34

Proposal Penelitian

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN KEMANGI


(OCIMUN SANCTUM) TERHADAP KEMATIAN LALAT RUMAH
(MUSCA DOMESTICA) DI PUSKESMAS BULUSIBATANG

Diajukan oleh :

Syaiful
2020032

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM


STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN TAMALATEA
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lalat rumah (Muscadomestica) adalah spesies serangga terpadat di dunia.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/Per/III/2010

tentang Pengendalian Vektor, Vektor adalah artropoda (serangga) yang

bertanggung jawab terhadap penularan/penularan dan/atau penularan. manusia.

Salah satu vektor penularan penyakit adalah lalat rumah yang dapat menularkan

penyakit diare.

Diare ditularkan oleh lalat rumah ketika makanan dan bahan makanan yang

terbuka terinfeksi oleh lalat yang berpotensi sakit. Lalat membawa patogen dari

lingkungan kotor seperti tong sampah, tempat pembuangan sampah dan

lumbung dan membawanya ke makanan. Lalat rumah (Muscadomestica)

merupakan lalat yang paling terkenal karena biasanya hidup dalam komunitas

manusia. Lalat betina dapat bertelur hingga 2.700 butir dalam 30 hari dan

mengeluarkan lendir dalam 4-12 hari hingga menjadi lalat dewasa di tempat-

tempat yang lembab, busuk, atau busuk.

Kepadatan lalat di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain keberadaan tempat berkembang biak, sinar matahari, suhu dan kelembaban,

serta tekstur warna yang diinginkan. Kebersihan lingkungan yang buruk dapat

menyebabkan kepadatan lalat yang tinggi. Jika kepadatan lalat tinggi maka

perlu dilakukan pengendalian lalat rumah dengan insektisida. Insektisida adalah

jenis pestisida berdasarkan organisme subjek dan digunakan untuk membunuh


serangga. Insektisida berdasarkan struktur kimia bahannya terdiri dari pestisida

alami dan sintetis. Menurut Suharmiati dan Lestari (2007), pestisida alami dapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu pestisida herbal dan pestisida hayati.

Pestisida herbal adalah pestisida nabati, pestisida nabati adalah pestisida yang

memanfaatkan mikroorganisme, dan pestisida sintetis adalah pestisida yang

merupakan campuran bahan kimia.

Pestisida herbal dapat diproduksi dalam bentuk ekstrak atau larutan, namun

dalam pembuatannya ekstrak memerlukan biaya yang lebih tinggi dan proses

yang lebih lama dibandingkan dengan larutan. Penggunaan pestisida herbal

dalam bentuk larutan dianggap oleh masyarakat relatif sederhana, murah,

efektif dan mudah digunakan.

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman yang dapat digunakan

sebagai insektisida herbal karena jaringan tanaman mengandung minyak atsiri

yang berpotensi mengandung bahan aktif insektisida eugenol dan cineole.

Menurut Ratnasari dari Dattu Iffah (2008), eugenol bekerja pada sistem saraf.

Eugenol mengganggu fungsi saraf dan menyebabkan kerusakan fungsi saraf.

Selain eugenol, senyawa bioaktif lain dari daun kemangi yang berperan sebagai

insektisida adalah metilklabikol yang termasuk dalam golongan eter. Senyawa

metil klavikol merupakan racun kontak (contact poison). Menurut Wilbraham

dan Matta 1992 dari DattuIffah 2008, fenol (eugenol) dikatakan mudah terhirup

melalui kulit.

Daun kemangi merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak

keunggulan. Daun kemangi tidak hanya memiliki keunggulan sebagai obat


herbal, tetapi juga mengandung bahan aktif yang berperan sebagai pestisida

alami, seperti fenol dan senyawa turunan lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Syarifudin, 2020), daun kemangi

memiliki keistimewaan seperti fungsi yang dapat digunakan sebagai alternatif

hand sanitizer yang dapat membunuh bakteri dan jamur. Selain itu, ekstrak daun

kemangi juga digunakan sebagai pengusir lalat rumah alami, dengan efek

pengusir yang baik berdasarkan konsentrasi yang digunakan. Selain dalam

bentuk ekstrak, filtrat atau rasa daun kemangi juga dapat berperan sebagai agen

pengontrol larva.

Berdasarkan uraian di atas, perubahan konsentrasi ekstrak daun kemangi

(Ocimum sanctum) terhadap mortalitas Kemangi (Muscadomestica)

menggunakan larutan kemangi (Ocimum sanctum) dengan konsentrasi yang

berbeda yaitu 65%, 70% dan 75%. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

membuat makalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi

Ekstrak Daun Kemangi (Osimun sanctum) Terhadap Kematian Lalat Rumah

(Muska domestica)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun kemangi

(Ocimum sanctum) terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica)?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui variasi konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum

sanctum) terhadap kematian lalat rumah (Musca domestica)

2. Tujuan Khusus

Mengetahui jumlah rata-rata, perbedaan dan konsentrasi ekstrak daun

kemangi (Ocimum sanctum) yang efektif dalam membunuh lalat rumah

(Musca domestica)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa larutan kemangi

(Ocimum sanctum) dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati yang

murah, mudah dan ramah lingkungan dalam pengendalian lalat rumah

(Musca domestica).

2. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di kampus Stik Tamalatea

Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja khususnya

mengenai ilmu tentang pengendalian vektor dengan cara yang mudah

diaplikasikan di lingkungan masyarakat.

3. Bagi Institusi

Menambah referensi penelitian mengenai pengendalian vektor dan

kepustakaan di perpustakaan jurusan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Kerja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemangi

1. Morfologi

Kemangi merupakan jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan

masyarakat baik sebagai sayuran, obat tradisional, maupun berbagai produk

olahan yang bermanfaat bagi manusia. Kemangi tumbuh hingga ketinggian 100

cm. Namun, ada juga yang tingginya 0,3 hingga 1,5 m, yang memiliki diameter

batang kecil. Tinggi batang tanaman tergantung pada beberapa faktor, baik

unsur hara maupun faktor lingkungan yang ada di dalam tanah. Tanaman

kemangi memiliki batang dengan banyak cabang dan berwarna hijau. Mungkin

ada rambut halus pada batang dan ruas cabang kemangi, dan daun di setiap

bagian.

Daun kemangi merupakan jenis daun tunggal. Daun kemangi mengandung

banyak kandungan seperti apigenin fencona, isoflavon, flavonoid, phenesols,

tanin, beta-karoten, adaptogen dan beberapa senyawa lainnya. Daun kemangi

berbentuk lonjong atau bulat seperti telur berwarna hijau. Daun kemangi

memiliki aroma yang unik. Hal ini karena daun kemangi mengandung citral.

Bagian bawah daun kemangi halus dan berbulu dengan urat sejajar.

Kemangi datang dalam varietas bunga tunggal dan kompleks, termasuk

bunga hermaprodit dengan bunga putih di racemes. Karena kelopak kemangi

berwarna hijau, mereka dapat digunakan sebagai tempat untuk fotosintesis. Hal

ini menunjukkan bahwa daun mengandung zat hijau sebagai zat fotosintesis.
2. Klasifikasi

Nama ilmiah kemangi adalah Ocimumbasilicum Linn. Fa nama daerah

yang sering terdengar. Cilratum adalah kemangi. Ada banyak jenis

kemangi, yang tersebar di seluruh Amerika Tengah, Afrika, Asia dan

Amerika Selatan. Osimum sanctum, Occimum americanum, Occimum, dll.

Kemangi termasuk dalam famili Laniaceae. Klasifikasi tumbuhan kemangi

adalah sebagai berikut.

Kerajaan : Tumbuhan

Subkingdom : Tumbuhan berpembuluh

Divisi Super : Tanaman berbiji

Departemen : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Lamiares

Keluarga : Labiatae

Genus : Occimium

Spesies : Ocimum basilicum

3. Kandungan dan Manfaat

Kemangi merupakan tanaman yang banyak memilki kandungan

serta manfaat yang cukup banyak diantaranya adalah :

a. Flavonoid

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, filtrat daun kemangi

berpotensi sebagai insektisida. Kandungan metabolit daun kemangi


dapat menghambat peralihan dari stadium larva ke dewasa. Hal ini

karena daun kemangi mengandung flavonoid. Selain sebagai larvasida,

kandungan flavonoid juga dapat mencegah pertumbuhan virus, bakteri

dan jamur.

b. Antioksidan untuk melawan radikal bebas

Antioksidan adalah senyawa yang memiliki fungsi untuk

menghilangkan molekul radikal bebas. Daun kemangi merupakan salah

satu tanaman yang mengandung flavonoid yang berperan sebagai

antioksidan. Berdasarkan uji DPPH, ekstrak etanol daun kemangi

memiliki aktivitas antioksidan yang rendah yaitu IC5052.68 g/ml.

c. Beta Karoten

Betakaroten merupakan mineral penting bagi kesehatan tubuh

manusia karena fungsinya sebagai penjaga kesehatan jantung. Kemangi

merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan betakaroten.

d. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang didapatkan dari

berbagai jenis tanaman yang memiliki sifat tidak larut dalam air dan

bersifat mudah menguap. Minyak atsiri terbentuk karena adanya reaksi

persenyawaan yang dilakukan tanaman yang memiliki fungsi tersendiri,

misalnya memberi bau pada tanaman untuk menarik serangga

membantu proses penyerbukan.Campuran senyawa pada minyak atsiri

kebanyakan tergolong ke dalam golongan terpenoid. Terpen dibentuk

oleh metabolit sekunder tumbuhan.


Minyak atsiri tumbuhan bersifat atraktan (penarik) dan racun saluran

napas (fugimanto). Minyak atsiri mengandung senyawa yang tidak

disukai serangga, yang bisa berbahaya bagi pernapasan Anda. Aroma

minyak esensial juga bisa mengurangi nafsu makan Reduce. Serangga

(anti-feeder). Serangga tidak dapat bertelur dalam kondisi yang tidak

sesuai untuk perkembangan telur, mengganggu sistem endokrin,

mengurangi kesuburan, dan bertindak sebagai penolak serangga,

sehingga menghambat pertumbuhan.

Daun kemangi merupakan salah satu tanaman yang mengandung

minyak atsiri yang mengandung bahan aktif eugenol dan cineole pada

daunnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kandungan minyak

atsiri daun kemangi dapat mengusir lalat rumah.

Minyak atsiri juga dapat menjadi racun bagi serangga karena

mengandung senyawa cineole. Senyawa ini dapat menembus pori-pori

kulit serangga ketika serangga bersentuhan langsung dengannya.

Tidak hanya bahan aktif dalam minyak atsiri beracun, mereka juga

dapat mengganggu pemijahan serangga. Serangga memiliki kebiasaan

yang terjadi sebelum mereka bertelur. Serangga memeriksa status dan

kondisi inang yang bertelur. Jika lingkungan inang beracun, serangga

tidak akan bertelur di sana, meminimalkan pemijahan serangga. Tidak

hanya bahan aktif dalam minyak atsiri beracun, mereka juga dapat

mengganggu pemijahan serangga. Serangga memiliki kebiasaan yang

terjadi sebelum mereka bertelur. Serangga memeriksa status dan kondisi


inang yang bertelur. Jika lingkungan inang beracun, serangga tidak akan

bertelur di sana, meminimalkan pemijahan serangga. Serangga memiliki

sepasang antena berbentuk benang tepat di atas kepala mereka yang

memungkinkan mereka mendeteksi bau, panas, atau rasa. Aktivitas

minyak atsiri sebagai pengusir serangga karena serangga dapat

mencium bau minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat volatil. Ketika

minyak atsiri diperas pada suhu tinggi, serangga mencium dan

mempengaruhi protein reseptor penciuman serangga. Protein reseptor

penciuman ini mendeteksi bau minyak esensial. Serangga memiliki

antena dan antena rahang atas. Telapak rahang atas mengandung dendrit

bersilia (neuron reseptor penciuman khusus (ORN)) yang membantu

mendeteksi bau yang tidak disukai serangga.

B. Mekanisme Larutan Kemangi Terhadap Kematian Lalat Rumah

Dalam hal ini larutan kemangi (Ocimum sanctum) lalat (Muscadomestica)

yang masuk ke dalam tubuh diklasifikasikan menjadi racun kontak dan

neurotoksin, tergantung pada jenis invasi insektisida. Insektisida dinyatakan

sebagai racun kontak jika dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit lalat rumah,

dan bersifat neurotoksik jika insektisida tersebut mengganggu dan merusak

sistem saraf lalat rumah. .. Larutan kemangi yang disemprotkan dapat

menyentuh dan mengenai bagian tubuh lalat rumah, merusak jaringan tubuh dan

sistem saraf lalat rumah, menyebabkan kelemahan saraf pada lalat rumah dan

menyebabkannya mati lemas. ada. Reaksi yang terjadi diawali dengan

munculnya gerakan lalat yang tidak teratur, yang semakin tidak terkendali,
melemahkan lalat, menyebabkan kelumpuhan, dan akhirnya kematian. Hal ini

terjadi karena larutan kemangi (Ocimum sanctum) mengandung senyawa kimia

dari minyak atsiri, eugenol sebagai neurotoksin, dan methylclabicol sebagai

racun kontak.

C. Gambaran Umum Lalat

Banyak spesies serangga di masyarakat yang perlu dikendalikan, meskipun

tidak dapat diberantas secara tuntas, termasuk spesies lalat. Lalat hidup lama

dengan manusia, terutama dalam kebersihan yang buruk, dan sering

menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia. Masalah yang ditimbulkan oleh

lalat ini jarang mendapat perhatian pengelola program di jajaran kesehatan

masyarakat dan sektor lainnya. Secara khusus masalah pengendalian penyakit

yang disebabkan oleh lalat ini dapat dilihat dari minimnya kegiatan surveilans

dan surveilans keberadaan lalat. Masyarakat (Andiarsa dkk., 2018)

Populasi alami lalat besar dan dipengaruhi oleh morfologi tubuh lalat yang

kecil, kemampuannya untuk terbang jarak jauh, dan siklus hidupnya yang

pendek, termasuk omnivora (omnivora). Serangga ini juga cukup subur dan

beragam (beberapa generasi dalam setahun).

Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yang berdekatan dengan

pemukiman manusia maupun di peternakan. Populasi lalat di alam sangat

tinggi, hal ini dipengaruhi oleh morfologi tubuh lalat yang berukuran kecil,

kemampuan terbang yang jauh, serta sirklus hidup yang pendek, termasuk

hewan omnivora (pemakan segala). Selain itu, serangga ini juga memiliki daya

reproduksi yang cukup tinggi dan merupakan multivoltine (beberapa generasi


dalam satu tahun) kebutuhan esensial yang harus dimakan oleh untuk

membunuh hidupnya adalah air dan gula, protein diperlukan untuk

memproduksi telur. Ovarium lalat tidak bisa berkembang jika lalat tidak makan

protein meskipun telah makan gula 20%.

Beberapa spesies lalat yang berperan dalam masalah kesehatan, antara lain

sebagai vektor penularan penyakit. Daya tarik terhadap bau busuk menuntut

mencari tempat kotor untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan. Pada waktu

makan di tempat kotor semua bagian tubuh lalat seperti badan, sayap dan kaki

akan dipenuhi bibit penyakit. Beberapa jenis bakteri yang dapat dibawa oleh

lalat adalah Salmonella, E coli, dan Staphylococcus.

1. Klasifikasi Lalat Rumah (Musca domestica)

Lalat termasuk dalam filum Arthropoda, Hexapoda, dan Diptera.

Serangga Diptera memiliki dua sayap dan sepasang dumbel di punggungnya

yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Lalat memiliki sepasang antena

dan mata majemuk, dan lalat jantan memiliki mata yang besar dan sangat

dekat. Tubuh lalat terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu, kepala, dada, dan

perut dengan sepasang antena. Lalat benar-benar bermetamorfosis. Yaitu

telur, larva, pupa, dan dewasa.

Muscadomestica bertindak sebagai komunikator mekanis untuk

amebiasis, disentri, taksoplasmosis, dan penyakit parasit usus. Lalat rumah

(Muscadomestica) mudah berkembang biak, dan tempat berkembang

biaknya dipenuhi dengan kotoran, kotoran manusia dan hewan. Setiap 3-4

hari sekali, lalat betina bertelur berkelompok 5-6 yang terdiri dari 75-150
butir telur. Jarak terbang maksimum adalah 10 km, dan lalat dewasa

berumur 2-4 minggu. Lalat mudah berkembang biak, jadi bersihkan rumah

atau kebun Anda dari tumpukan sampah, pasang wire mesh untuk mencegah

lalat rumah, tutupi makanan Anda dengan tudung makan, pelihara samijaga,

dan gunakan pestisida untuk meningkatkan populasi. Pemberantasan perlu

dilakukan untuk menguranginya.Ordo Diptera mempunyai genus dan

spesies yang sangat besar yaitu, Diptera Australiana/Oceania ada 3.880

spesies lalat yang ditemukan berdasarkan sebaran zoogeografisnya. Lalat

bersifat ketergantungan yang tinggi karena sebagian besar makanan lalat

berasal dari

Klasifikasi Lalat Rumah

Kerajaan : Kerajaan Hewan

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : Diptera

Keluarga : Lalat Rumah

Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fanni

Spesies : Lalat Rumah (Lilis Sri Astuti, 2007).

2. Morfologi Lalat

Morfologi lalat rumah (Muscadomestica) memiliki warna tubuh

hitam-abu-abu, perut kuning-oranye, dan ujung coklat-hitam. Ada empat

garis hitam di bagian atas dada. Panjang badan 7 mm, panjang urat sayap 6
mm. Kepalanya besar dan berwarna coklat tua, dan matanya besar dan

mencolok. Sayapnya tipis dan tembus cahaya, dan alasnya berwarna kuning.

3. Ciri-ciri Lalat Rumah (Musca domestica)

Lalat rumah berukuran sedang, panjang 6-7,5 mm, hitam keabu-

abuan, dengan empat garis vertikal di bagian belakang. Mata lalat betina

memiliki celah yang lebih lebar dari pada lalat jantan, antena terdiri dari tiga

ruas, ruas terakhir berbentuk silinder dan memiliki rambut pada bagian atas

dan bawah. Mulut lalat atau tengu digunakan untuk menyengat atau

menghisap makanan dalam bentuk cair atau cair, seperti paruh yang

menonjol. Sedikit lengket. Ujung moncongnya terdiri dari sepasang label

oval dengan tabung tipis yang disebut pseudotrachea di mana makanan cair

tertelan. Sayap memiliki empat garis yang melengkung ke arah rib/sayap di

dekat garis ketiga. Pola sayap bergaris (streptococcus) adalah ciri khas lalat

rumah dan membedakannya dari spesies muska lainnya. Ketiga pasang kaki

ini memiliki sepasang kuku dan sepasang di setiap ujungnya. Sebuah

bantalan yang disebut pulvillus yang berisi kelenjar rambut. Ketika lalat

mendarat di debu atau tempat kotor lainnya, lalat dapat menempel pada

permukaan noda yang halus atau mengambil noda.

4. Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca domestica)

Lalat memiliki siklus hidup yang sempurna. Artinya, pada stadium

telur, larva, pupa, dan dewasa, masa inkubasi rata-rata adalah 7 hingga 22

hari, tergantung pada faktor lingkungan


Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat

a. Telur

Telur lalat berwarna putih, mengandung bahan organik busuk,

dan mengendap di daerah lembab yang tidak terkena sinar matahari

langsung. Lalat betina bertelur sekitar 2000 telur dalam hidup mereka

dan dapat menetas setelah 8-30 jam, tergantung pada faktor lingkungan.

Gambar 2.2 Telur lalat Rumah

b. Larva

Ketika larva mengalami kekurangan gizi atau mengubah habitat,

mereka mempercepat metabolisme dan mengurangi waktu

pertumbuhan. Larva berkembang dengan baik di lokasi yang bergerak,

seperti bio-waste, pada suhu antara 30 dan 350 ° C. Ada tiga tahap tahap

larva: tahap larva 1, tahap larva ke-2, dan tahap larva ke-3. Stadium 1
berukuran 2 mm, berwarna putih, dan membutuhkan waktu 1 hingga 4

hari untuk menjadi larva stadium 2. Dari larva instar 1 hingga larva

instar 3 dalam 1 hingga beberapa hari. Pada usia terakhir, mereka

berukuran lebih dari 12 mm dan membutuhkan waktu 3-9 hari untuk

menjadi kepompong.

Gambar 2.3 Larva Lalat Rumah

c. Pupa

Setelah melewati stadium larva, lalat berubah menjadi pupa dan

tumbuh dalam waktu 3-9 hari pada suhu sekitar 350 °C.

.
Gambar 2.4 Pupa Lalat Rumah
5. Habitat lalat rumah

Lalat rumah (Muscadomestica) berperan sebagai vektor penyakit.

Dengan kata lain, lalat menularkan penyakit dari satu tempat ke tempat lain.

Ada dua jenis vektor: vektor mekanik dan vektor biologis. Jika patogen

tidak berubah dalam tubuh vektor, itu disebut vektor mekanis. Patogen

disebut vektor biologis karena mereka mengalami perubahan (banyak,

siklus bolak-balik, atau keduanya) di dalam tubuh vektor. Lalat rumah

(Muscadomestica) bukan merupakan parasit esensial, tetapi merupakan

vektor penting dalam penyebaran patogen. Selain itu, kolonisasi lalat rumah

(Muscadomestica) dapat menyebabkan myiasis atau kerusakan jaringan.

Ketika lalat rumah menempel pada makanan, patogen ditularkan ke manusia

oleh lalat rumah (Muscadomestica), menyebabkan refluks alami sebelum

dan selama makan, membantu memberi makan. Lalat rumah

(Muscadomestica) bukanlah alat suplai darah, tetapi mereka dapat melacak

lalat penghisap darah dan memakan darah busuk yang ada di aliran jaringan.

Patogen menginfeksi manusia dan hewan dari kutikula lalat dan tengu feses

dan air liur. Kebiasaan terbang kemudian kembali dari feses ke makanan

sangat mungkin dalam proses penularan penyakit.

6. Penyakit yang ditularkan

Lalat rumah (Muscadomestica) berperan sebagai vektor penyakit.

Dengan kata lain, lalat menularkan penyakit dari satu tempat ke tempat lain.

Ada dua jenis vektor: vektor mekanik dan vektor biologis. Jika patogen
tidak berubah dalam tubuh vektor, itu disebut vektor mekanis. Patogen

disebut vektor biologis.

Karena mereka mengalami perubahan (banyak, siklus bolak-balik,

atau keduanya) di dalam tubuh vektor. Lalat rumah (Muscadomestica)

bukan merupakan parasit esensial, tetapi merupakan vektor penting dalam

penyebaran patogen. Selain itu, kolonisasi lalat rumah (Muscadomestica)

dapat menyebabkan myiasis atau kerusakan jaringan. Ketika lalat rumah

menempel pada makanan, patogen ditularkan ke manusia oleh lalat rumah

(Muscadomestica),

Menyebabkan refluks alami sebelum dan selama makan, membantu

memberi makan. Lalat rumah (Muscadomestica) bukanlah alat suplai darah,

tetapi mereka dapat melacak lalat penghisap darah dan memakan darah

busuk yang ada di aliran jaringan. Patogen menginfeksi manusia dan hewan

dari kutikula lalat dan tengu feses dan air liur. Kebiasaan terbang kemudian

kembali dari feses ke makanan sangat mungkin dalam proses penularan

penyakit.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Hidup Lalat

Lalat rumah (Muscadomestica) adalah jenis yang menjilat dan

menghisap mulut, sehingga tidak mengunyah. Lalat rumah yang paling

dominan ditemukan di tempat pembuangan sampah dan kandang ternak.

Lalat rumah tumbuh subur pada banyak sampah berupa sayuran dan

karbohidrat serta tidak menyukai zat-zat berprotein. Ketika lalat rumah


menemukan makanan padat, pertama-tama mereka memuntahkan enzim di

perut, mencairkan makanan, dan kemudian menelannya.

Tempat favorit lalat adalah tempat yang lembab seperti kotoran

buah-buahan, kotoran hewan, tanaman busuk, dan kotoran yang menumpuk.

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (1991), tempat favorit lalat

adalah tempat lembab, bahan organik, feses, puing-puing lembab, kotoran

hewan, tanaman busuk, dan kotoran yang menumpuk (dalam kandang

hewan). Sangat populer dengan lalat, yang tersebar jarang digunakan

sebagai tempat berkembang biak lalat. Selain itu, sampah luar ruangan,

termasuk bahan organik, merupakan media berkembang biak yang penting

bagi lalat rumah. Lalat rumah (Muscadomestica) bekerja pada suhu

optimum 21°C dan mati pada suhu di atas 45°C.

a. Tempat Berkembang Biak

Lalat secara alami tertarik ke daerah yang bau dan berkembang

biak pada bahan organik yang busuk seperti kotoran, puing-puing,

bangkai dan bangkai.

b. Jarak Terbang

Kemampuan lalat dalam jarak terbang sejauh kira-kira 1-2 mil dan

dalam 24 jam lalat mampu terbang sampai 3 km.

c. Kebiasaan Makan

Makanan lalat adalah zat gula yang ada pada makanan manusia

pada saat hinggap lalat mempunyai mekanisme mengeluarkan air liur

dan melakukan defekasi


d. Lama Hidup

Lalat tidak dapat bertahan hidup tanpa air dan dapat bertahan

hidup hingga 46 jam. Kehidupan lalat tergantung pada faktor

lingkungan. Anda dapat hidup selama 2-4 minggu di musim panas dan

70 hari di musim dingin.

e. Temperatur

Kehidupan lalat tergantung pada kondisi lingkungan. Lalat aktif

penuh pada suhu antara 20-250 °C dan mulai menurun pada suhu antara

35-400 °C. Sedangkan lalat mulai menghilang dan tidak terdeteksi lagi

pada suhu di bawah 100 °C dan di atas 400 °C. waktu lalat rumah

(Muscadomestica) adalah 26,2 hari pada suhu 200 °C dan 9,6 hari pada

suhu 350 °C.

f. Cahaya

Lalat bersifat menyukai cahaya (fototropik) dan tempat yang

hangat, maka dari itu lalat lebih banyak beraktivitas pada siang hari dan

beristirahat pada malam hari.

8. Pengendalian Vektor Lalat

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam pengendalian,

yaitu:

a. Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan sebagai cara yang terbaik untuk

mengontrol arthropoda karena hasil yang akan didaptkan akan bersifat


permanen, salah satu contohnya adalah memberishkan tempat

perkembang biakan vector.

b. Pengendalian Kimia

Pengendalian kimiawi adalah penggunaan pestisida seperti

senyawa organoklorin, organofosfat dan karbamat. Namun, penggunaan

pestisida seringkali menimbulkan resistensi dan pencemaran

lingkungan.

c. Pengendalian Biologi

Pengelolaan ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran

lingkungan akibat penggunaan pestisida daun. Salah satu contohnya

adalah pendekatan biologis, perkembangbiakan ikan pemakan serangga.

9. Jenis – Jenis Insektisida

Insektisida berdasarkan struktur kimia senyawa penyusunnya terdiri

dari insektisida alami dan insektisida sintetis.

a. Insektisida Alami

Pestisida alami dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu

pestisida herbal dan pestisida organik. Pestisida herbal adalah pestisida

nabati, dan pestisida biologis adalah pestisida berbasis mikroba.

Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida herbal antara lain

mimba (Azadirachta indica), tembakau, srikaya (Annona squamosa),

serai wangi (Cymbopogon nardus), dan kemangi (Ocimum sp).


b. Insektisida Sintetik

Insektisida sintetik adalah insektisida yang merupakan

campuran bahan kimia, diproses secara kimia di pabrik, dan banyak

mengandung logam berat seperti merkuri, timbal, arsenat, seng, fosfor.

Insektisida sintetik dalam penggunaannya memiliki dampak negatif

baik terhadap lingkungan maupun kesehatan seperti dapat membunuh

predator, sulit terurai di alam dan dapat menyebabkan keracunan pada

manusia.

c. Insektisida Nabati

Pestisida herbal adalah pestisida alami yang terdapat pada

beberapa tanaman seperti akar, batang, daun dan buah. Pestisida herba

adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mengandung

kelompok metabolit sekunder yang mengandung ribuan senyawa

bioaktif, seperti alkaloid, fenol, dan bahan kimia sekunder lainnya.

Pestisida nabati ini tidak hanya merupakan bahan alami, tetapi

juga biodegradable, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif

aman bagi organisme hidup khususnya manusia.

1. Keunggulan dan Kekurangan Insektisida Nabati

a. Keunggulan Insektisida Nabati

Penggunaan pestisida herbal di rumah memiliki manfaat sebagai

berikut:
Pestisida herbal lebih aman daripada pestisida sintetis/kimia karena

meninggalkan sedikit atau tidak ada residu pada lingkungan dan bahan

makanan. Anda dapat dengan mudah membuatnya sendiri.

a) Pestisida yang terkandung dalam pestisida nabati lebih cepat terurai

di alam dan tidak menimbulkan resistensi terhadap sasaran.

b) Bahan internal untuk produksi pestisida herbal dapat disediakan.

c) Dari segi ekonomi, biaya pembelian pestisida berkurang.

d) Kelemahan Insektisida Nabati

2. Adapun kelemahan insektisida nabati adalah sebagai berikut.

a) Frekuensi penggunaan pestisida nabati lebih tinggi dibandingkan

dengan pestisida sintetik. Pestisida tanaman sering digunakan karena

biodegradabilitasnya yang tinggi. Oleh karena itu, pestisida lebih sering

digunakan.

b) Pestisida herbal mengandung bahan aktif yang kompleks dan tidak

semua bahan aktif dapat dideteksi.

c) Tanaman dengan pestisida nabati yang sama, tetapi pada lokasi yang

berbeda, umur tanaman yang berbeda, dan waktu panen yang berbeda,

menghasilkan bahan aktif yang sangat beragam.

d) Tidak tahan terhadap sinar matahari dan tidak stabil untuk

penyimpanan

10. Insektisida Berdasarkan Cara Masuk

Cara masuknya kedalam badan serangga, insektisida dibagi dalam:

a) Racun Kontak (Contact Poisons)


Ketika pestisida menempel pada permukaan yang mengandung

residu pestisida, mereka memasuki tubuh serangga melalui kerangka

luar melalui tulang tarsal (jari kaki). Biasa digunakan untuk membasmi

serangga berbentuk pengisap.

b) Racun lambung (racun perut)

Insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui mulut.

Serangga yang dibasmi dengan pestisida ini umumnya berbentuk mulut

untuk mengunyah, menghisap anggota tubuh, menghisap kerak, dan

menghisap jamur. Dengan kata lain,

c) toksin pernafasan (fumigant)

Insektisida menyerang melalui saluran pernapasan dan melalui

permukaan tubuh serangga. Pestisida ini dapat digunakan untuk

membasmi segala jenis serangga tanpa memperhatikan bentuk

mulutnya. Pestisida dikategorikan berdasarkan bagaimana mereka

memasuki tubuh target, dan pestisida dikategorikan sebagai berikut:

a. Racun lambung/lambung merupakan racun pestisida yang dapat

merusak sistem pencernaan bila tertelan oleh serangga.

b. Racun kontak adalah pestisida beracun yang apabila zat beracun

mengenai tubuh serangga dapat membunuh atau mengganggu

pertumbuhan serangga.

c. Racun pernapasan adalah zat beracun pestisida, biasanya dalam

bentuk gas atau volatil lainnya, yang dapat membunuh serangga jika

terhirup melalui sistem pernapasan serangga.


d. Neurotoksin adalah pestisida yang bekerja dengan cara merusak

sistem saraf tubuh target.

e. Toksin protoplasma adalah toksin yang berfungsi dengan cara

menghancurkan protein intraseluler dalam tubuh target.

f. Racun sistemik adalah racun pestisida yang menembus sistem

jaringan tanaman dan menyebar ke seluruh bagian tanaman dan

dapat menjadi racun bila terhirup, dimakan, atau mengenai tubuh

sasaran. Pestisida jenis tertentu hanya menembus jaringan tanaman

dan tidak bermigrasi ke seluruh bagian tanaman.

11. Teknik Pembuatan Insektisida Nabati

Teknik pembuatan pestisida nabati dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Penggerusan, penggilingan, pembakaran atau pengepresan untuk

menghasilkan produk tepung, abu atau pasta

b. Perendaman ekstrak

c. Ekstraksi dengan pelarut kimia dengan perawatan khusus oleh tenaga

profesional.
D. Kerangka Teori

Gambar 2.5

Suhu dan Kelembaban Lalat Rumah


Udara dan Sanitasi Penyakit Diare
(Musca domestica)
Lingkungan

Pengendalian Vektor

Fisik Kimia Biologi

Insektisida Sintetik Insektisida Nabati

Larutan Kemangi (Ocimum


Kematian lalat rumah
sanctum)

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.6

Independent Variable Dependent Variable

Konsentrasi larutan kemangi


Kematian lalat rumah
(Ocimum sanctum) 65%, 70% dan
(Musca domestica)
75%

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang akan diubah-

ubah konsentrasinya dan akan dilihat pengaruhnya terhadap variabel

terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah larutan

daun kemangi (Ocimum sanctum) konsentrasi 65%, 70% dan 75%


2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang akan diteliti,

dimana keberadaan variabel ini tergantung pada variabel bebas, yang

termasuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah kematian lalat

rumah (Musca domestica)

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1
Definisi Operasional

N Variabe Definisi Skala


Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o l Operasional Ukur
1. Berbaga Variasi Pengukuran Gelas ukur, Ordinal Konsentrasi
i kepekatan (volume/vol pipet, larutan
konsentr larutan kemangi ume) beaker kemangi
asi dalam bahan glass (Ocimum
larutan pengencernya sanctum)
kemangi (aquadest) dengan
(Ocimu dengan satuan
m konsentrasi persen (%)
sanctum 65%, 70% dan
) 75%.
2. Kematia Banyaknya Pengamatan ATK Rasio Selisih
n lalat jumlah lalat antara
rumah rumah (Musca jumlah lalat
(Musca domestica) yang rumah awal
domestic mati didalam dengan
a) masing-masing jumlah lalat
kandang uji akhir
yang ditandai
dengan tidak
bergeraknya
lalat setelah
kontak dengan
larutan kemangi
(Ocimum
sanctum)
F. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Di duga pengaruh larutan daun kemangi (Ocimum sanctum) dapat

mematikan lalat rumah (Musca domestica)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen murni sesuai

dengan prosedur dan persyaratan eksperimen. Para penyelidik merawat

serangkaian lalat uji dan kontrol untuk menguji pengaruh konsentrasi larutan

Basil (Ocimum sanctum) yang berbeda terhadap kematian lalat rumah

(Muscadomestica).

Sebagai desain penelitian, kami menggunakan eksperimen murni dengan

desain post-test menggunakan kelompok kontrol (desain kelompok kontrol

dengan post-test saja). Dalam desain penelitian ini, peneliti dapat mengukur

pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan membandingkan

kelompok dengan kelompok kontrol, tetapi karena tidak ada pretest yang

dilakukan pada data dasar, para peneliti tidak stabil. Atau ukurannya tidak dapat

ditentukan. (Agus Riyanto, 2011). Dengan bentuk rancangan sebagai berikut :

a. Kelompok Perlakuan

b. Kelompok Kontrol

Gambar 3.1

Rancangan Penelitian

(1)Lalat Rumah (x) Perlakuan (2)Lalat Rumah

Keterangan :

1 : Jumlah lalat rumah sebelum perlakuan


2 : Jumlah lalat rumah yang mati

x : Perlakuan yaitu dengan menyemprotkan larutan kemangi pada lalat rumah,

kemudian diamati selama 8 jam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan

Poltekkes Makassar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2022

C. Populasi, Sampel dan Cara Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lalat rumah (Musca

domestica) dewasa yang berada di Tempat Sampah Sementara (TPS).

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 285 ekor lalat rumah dewasa

yang berada di Tempat Sampah Sementara (TPS) baik jantan maupun

betina.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

banyaknya perlakuan serta banyaknya pengulangan saat dilakukannya

penelitian. Menentukan banyaknya pengulangan (r) menggunakan

perhitungan rumus menurut Gomez (2007) sebagai berikut.

t (r - 1) ≥ 15

3 (r - 1) ≥ 15
3r – 3 ≥ 15

3r ≥ 18

r ≥ 6

Keterangan:

t : Banyaknya perlakuan

r : Banyaknya pengulangan

Banyaknya perlakuan dalam penelitian ini adalah sebanyak 3

perlakuan dengan 1 kontrol dan dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali

pengulangan. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

15 ekor lalat Musca domestica untuk setiap perlakuannya (Komisi Pestisida

Departemen Pertanian, 1995). Sehingga jumlah sampel yang digunakan 285

ekor lalat Musca domestica yang diperoleh dari perhitungan: 15 ekor lalat x

(3 perlakuan) x 6 kali pengulangan + 15 ekor lalat (Kontrol). Sampel lalat

diambil di lokasi TPS Puskesmas Bulusibatang.

3. Cara Penentuan Sampel

Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan dengan cara

random sampling. Artinya, sampel yang terdiri dari beberapa elemen atau

anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel acak.. Sampel diambil dari TPS kemudian dimasukkan kedalam

kandang sampel uji, masing-masing kandang sebanyak 15 ekor lalat rumah.


D. Instrumen Penelitian

1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat :

a. Kandang Uji ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm

b. Termohygrometer

c. Beaker glass 100 ml sebanyak 4 buah

d. Gelas ukur 50 ml

e. Alu dan mortil

f. Alat semprot (sprayer)

g. Timer

h. Pipet volume 10 ml dan 5 ml

i. Alat tulis

Bahan :

a. Lalat Rumah (Musca domestica)

Lalat rumah (Musca domestica) dewasa jantan maupun betina yang

diperoleh dari Tempat Sampah Sementara (TPS) di Puskesmas

Bulusibatang.

b. Kemangi (Ocimum sanctum)

Kemangi diperoleh dari kebun yang berasal dari Petani di kabupaten

Gowa dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dan

batang kemangi.

c. Aquades
E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara berikut.

a. Menghitung jumlah lalat yang mati pada setiap perlakuan dan kontrol

setelah kontak dengan larutan kemangi pada jam ke 1, 2, 3 , 5, 6,7 dan

8 yang diamati secara visual.

b. Melakukan pengukuran suhu dan kelembaban ruangan setiap jam

sampai jam ke 8

c. Melakukan pengambilan gambar selama penelitian untuk

dokumentasi.

2. Jenis data yang digunakan adalah:

a. Data primer yang dikumpulkan langsung oleh peneliti pada saat proses

penelitian berlangsung, yaitu jumlah lalat rumah yang mati pada

masing-masing perlakuan yang dinyatakan dalam bentuk persen (%)

dan hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara ruang uji pada saat

penelitian.

b. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kepustakaan yang

berasal dari buku, jurnal, Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi.


F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian.

Data yang diedit adalah data suhu dan kelembaban udara dan jumlah

kematian lalat rumah pada masing-masing konsentrasi larutan kemangi

b. Data entry merupakan penyimpanan data kedalam program atau

software komputer dengan program Microsoft Office Word. Data yang

di entry adalah data suhu dan kelembaban dan jumlah kematian lalat

rumah pada masing-masing konsentrasi larutan kemangi.

c. Cleaning merupakan kegiatan untuk mengecek kembali data hasil

penelitian yang telah di entry kemudian dilakukan koreksi.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan

melihat hasil dari pengujian yang dilakukan selama 8 jam pada 285 ekor lalat

yang diberi perlakuan berupa larutan kemangi dengan 3 dosis berbeda, lalu

melihat keefektifan dari 3 dosis lautan kemangi yaitu 65%, 70% dan 75%.

Anda mungkin juga menyukai