PRATIKUM VI
IDENTIFIKASI KURKUMIN PADA EKSTRAK TEMULAWAK
Oleh :
I Wayan Adi Putra Tanaya (172200073)
Kelas B2A
Dosen Pengampu : I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm., M.Farm., Apt
A. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengetahui noda dan warna dari kurkuminoid pada pelarut dengan
konsentrasi yang berbeda.
2. Mengetahui noda dan warna dari kurkuminoid pada ekstraksi bertingkat
dengan pelarut yang berbeda
B. DASAR TEORI
Temulawak
Tanaman temulawak (curcuma xanthorrihiza) merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Temulawak
secara historis mempunyai kegunaan tradisional dan social cukup luas dikalangan
masyarakat Indonesia, banyak kalangan yang mempromosikkan temulawak
sebagai tanaman obat khas Indonesia, yang sangat efektif untuk mengatasi
gangguan lever, rematik dan lelah juga berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit,
anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare, anti oksidan, anti tumor, diuretic,
depresi dll. Tanaman ini dapat dipanen rimpangnya setelah berumur cukup tua,
yaitu apabila daun-daun dan batang telah menguning atau mengering . Cara
pemungutan rimpang temu lawak relatif mudah dan praktis, cukup dengan
menggali rumpun tanaman bersama akar-akarnya. Pada pertanaman yang baik dan
terpelihara secara intensif dapat menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton
per hektar. Untuk mendapatkan simplisia kering dengan cara pencucian,
pengirisan, pengeringan yaitu penjemuran atau dengan udara panas yang mengalir.
Materia Medika Indonesia (1979) menyebutkan rimpang dicuci bersih, dikupas
kulitnya. diiris melintang dengan ketebalan 7-8 mm.Penjemuran atau pengeringan
irisan dilakukan tanpa saling bertumpuk .Untuk alas penjemur dapat digunakan
anyaman bambu, lantai penjemur atau tikar. Pengeringan dengan alat pengering
dilakukan pada suhu 50-55 ° C, agar diperoleh warna yang haik, lama
pengeringan adalah 7 jam . Syarat utarna simplisia sebagai bahan baku obat
tradisional maupun keperluan ekspor, harus bersih dari jamur . Untuk itu
penanganan pasca panen yang pertama kali harus diperhatikan adalah proses
pengeringan .
1. Morfologi Temulawak
a. Batang
Batang temu lawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh
merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat
mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas
beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.
b. Daun
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar.
Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun
sekitar 50-55 cm, lebarnya + 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada
tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun
berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis-garis
coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, dengan jumlah
anakan perumpun antara 3-9 anak.
c. Bunga
Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus
sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe
erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup
dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning
tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga + 3
cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu
ketiak terdapat 3-4 bunga.
d. Rimpang
Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur, dan
berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian
samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang
cabang antara 3-4 buah.
Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang
induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning-kotor. Atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah
kuning atau oranye tua, dengan cita rasanya amat pahit, atau coklat
kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang
terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun tanaman
temu lawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah
rimpang muda.
e. Akar
Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar serabut.
Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar
sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.
2. Sistematika Tumbuhan
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah temulawak dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorizza Roxb.
3. Kandungan kimia
Kandungan zat yang terdapat pada rimpang temulawak terdiri atas pati,
abu, serat, dan minyak atsiri. Komponen utama kandungan zat yang terdapat
dalam rimpang temulawak adalah zat kuning yang disebut “kurkumin”, dan
juga protein, pati, dan minyak atsiri.
Kadar minyak atsiri rimpang temulawak antara 4,6%-11%, mempunyai
rasa yang tajam dan bau khas aromatik (Afifah, 2003). Berdasarkan penelitian
Jantan dkk. (2012) senyawa kimia yang dominan terdapat pada minyak atsiri
Gambar 2.
Struktur
Xanthorizzol (Jantan et al, 2012)
B. Kurkuminoid
Salah satu kandungan utama temulawak adalah kurkuminoid.
Kurkuminoid merupakan bentuk campuran senyawa diarilheptanoid, yakni
kurkumin, demetoksi kurkumin, dan bisdemetoksi kurkumin dengan pigmen
utama yakni kurkumin (Cahyono dkk., 2011). Fraksi kurkuminoid dalam
temulawak terdiri dari dua komponen yaitu kurkumin dan desmetoksi
kurkumin (Grafianita, 2011). Rumus struktur kurkuminoid dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Rumus Struktur Kurkuminoid (Cahyono dkk. 2011)
D. CARA KERJA
1. Pembuatan pelarut etanol dengan metode aligasi
Contoh pembuatan 50 ml etanol 80% berbahan dasar etanol 96% dan air :
2. Estraksi Bertingkat
Lihat warna noda dan banyak noda yang timbul, dan bandingkanlah
E. HASIL PRATIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., dan Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka
Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ahsan, H., Parveen, N., Khan, N.U., and Hadi, S.M., (1999), Pro-Oxidant, Anti-Oxidant And
Cleavage Activities On DNA Of Curcumin And Its Derivatives Demethoxycurcumin And
Bisdemethoxycurcumin, Chem.-Biol. Interact., 121, pp. 161-175.
Cahyono, B., Huda, M. D. K. dan Limantara, L. (2011). Pengaruh Proses Pengeringan Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB) terhadap Kandungan dan Komposisi
Kurkuminoid. Reaktor, 13 (3), hlm 165-171.
Gandjar IG & Abdul R. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Hidayat, S. dan Tim Flona. 2008. Khasiat Tumbuhan Berdasar Warna, Bentuk, Rasa, Aroma, dan
Sifat. PT Samindra Utama
Ibrahim bin Jantan, A.S. Ahmad, N.A.M. Ali, A.R. Ahmad dan H. Ibrahim, 1999. Chemical
composition of the rhizome oils of four Curcuma species from Malaysia. J.Essent.Oil.Res.
11 : 719 - 723.
M. Mateblowski (1991), Curcuma xanthorrhiza Roxb, penerbit PMI Verlag Said, Ahmad.
Khasiat & Manfaat Temulawak. PT. Sinar Wadja Lestari
Setyowati A., dan Suryani C. L. (2013). Peningkatan Kadar Kurkuminoid Dan Aktivitas
Antioksidan Minuman Instan Temulawak Dan Kunyit. Agritech, 33 (4).
Varalakshmi, Ch., A. Mubarak Ali., and B.V.V. Pardhasaradhi. 2008. Immunomodulatory Effect
of Curcumin : In Vivo. Int. J. Imm. 8 : 68