Disusun oleh :
1. Annisa (33178K20074)
2. Femi Ainul Fahmi (33178k19076)
3. Irna Apriyani (33178K20051)
4. Mei layasari (33178K20079)
5. Mumun Oktafiani (33178K20080)
6. Nurin Farlina (33178K20082)
7. Siti Romlah (33178K20085)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan alam memberi potensi pada masa kini dan masa depan.
Alam telah menjadi sumber agen terapi selama ribuan tahun, dan sejumlah
besar obat-obatan modern berasal dari sumber alam yang banyak
didasarkan pada penggunaannya dalam pengobatan tradisional. Selama
berapa abad terakhir, sejumlah obat komersil telah dikembangkan dari
bahan alam (vincristine dari vinca rosen, morfin dari papaver somniferum,
Taxol dari Taxus brevifolia, dll.) Dalam bebrapa tahun terakhir,
perkembangan yang signifikan dari kajian bahan alam sebagai sumber
potensial untuk obat-obatan baru, telah diamati oleh para akademis serta
perusahaan farmasi (Ilyas, 2013).
Senyawa bahan alam umumnya tergolong kedalam jenis senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh manusia, hewan, dan mikroba.
Senyawa metabolit sekunder secara fungsi tidak diperlukan oleh tumbuhan
dalam proses pertumbuhan, tetapi memiliki fungsi ekologis untuk bertahan
hidup pada lingkungannya. Senyawa metabolit sekunder yang umumnya
dimanfaatkan karena efek farmakologisnya umumnya senyawa metabolit
sekunder dari tumbuhan. Senyawa metabolit sekunder tumbuhan tergolong
menjadi alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, fenolik, lateks, toksin,
tanin, dan sebagainya.
Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) digunakan oleh orang Asia
sebagai obat dan bahan masakan dari generasi ke generasi. Secara
tradisional daunnya digunakan sebagai obat untuk mengobati mengusir
nyamuk, mual, kembung, panu, sariawan, bau mulut, bau badan dan
mengurangi baru keringat. Selain itu daun kemangi juga sering dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai lalapan.
Kandungan kimia tertinggi dari tanaman kemangi terdapat pada
daunnya. Kemangi telah terbukti memiliki sifat antioksidan, antikanker,
anti jamur, anti mikrobial, analgesik. Zat aktif dari kemangi ialah eugenol,
kandungan eugenol kemangi berkisar antara 40% hingga 71%. Ocimum
santum memiliki antivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
merupakan organisme yang paling sensitif. Aktivitas antibakteri
dikombinasikan dengan antiinflamasi dan analgesik membuat Ocimum
santum berguna dalam mengatasi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi
streptococcal
Pada semua pekerjaan fitokimia diperlukan metode pemisahan,
pemurnian, dan identifikasi kandungan yang terdapat dalam tumbuhan
yang sifatnya berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
percobaan ini untuk mengetahui cara-cara skrining fitokimia untuk
mengidentifikasi jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung
dalam suatu tumbuhan.
Pada penelitian ini dibuat sediaan sirup, granul effervescent, dan
masker gel peel off. Yang terbuat dari dari ekstrak daun kemangi dan
bahan-bahan tambahan lainnya yang di perlukan, agar terciptanya suatu
produk dengan berbahan dasar ekstrak daun kemangi. Sebagai salah satu
syarat dari suatu formulasi maka perlu di lakukan uji evaluasi sediaan,
untuk mengetahui standarisasi suatu produk tersebut layak di gunakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana skrining fitokimia ekstrak Daun kemangi?
2. Bagaimana formulasi sediaan masker gel peel of, granul effervescent,
sirup dengan bahan dasar ekstrak daun kemangi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi awal terhadap tumbuh-tumbuhan
yang mengandung senyawa kimia aktif dan mengetahui pereaksi spesifik
serta pembuatannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi kepada pembaca tentang senyawa yang
terkandung dalam ekstrak daun kemangi.
2. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan serta memberikan pengalaman
kepada peneliti dalam hal melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Daun Kemangi
a. Asal usul Daun Kemangi
Tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.) tersebar luas di
Asia, Afrika, Amerika tengah, Amerika Selatan. Kemangi banyak
dibudidayakan secara komersial di eropa bagian selatan, maroko,
mesir, california, dan Indonesia. Kemangi di Indonesia dikenal dengan
banyak nama lokal. Kemangi di Jawa dikenal dengan nama kemangi
atau kemangi, bahasa sunda dikenal dengan nama
lampes/sarawung/ruku-ruku. Di Jawa kemangi secara umum ditanam
oleh masyarakat dikebun, pagar rumah dan di pinggir jalan (Maghfoer.
2019).
b. Klasifikasi Daun Kemangi
Tanaman kemangi menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk
dalam sistematika, adapun klasifikasi dari tanaman kemangi sebagai
berikut:
METODE PENELITIAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah, maserator,
spatel logam, botol semprot, alat-alat gelas, cawan petri, mortir dan
stamper, pH meter, hot plate, mikroskop, rotary evaporator, viskometer,
skin analyzer, wadah maserasi, , timbangan analitik , lemari pengering,
gelas beaker , gelas ukur , piknometer 25 mL, kertas pH meter , botol
kaca,
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
simplisia daun kemangi, alcohol 96%, larutan pereaksi besi (III) klorida,
serbuk magnesium, larutan asam klorida, larutan natrium hidroksida, amil
alkohol, pereaksi mayer, pereaksi dragendorf, gelatin 1, air suling, PVA
(polyvinil alkohol), karbopol 940, proplin glikol, TEA, tween 80, metil
paraben, propil paraben,sirup simplex, nipagin, sukrosa, asam sitrat, asam
tartrat,natrium bikarbonat, laktosa,pereaksi mayer, pereaksi dragendroff.
C. Lokasi waktu praktikum
Lokasi praktikum di laboratorium Stikes Muhammadiyah
Kuningan pada tanggal 19 November 2022 dan 28 Januari 2023
D. Prosedur penelitian
1. Methode pemisahan ekstrak
Ekstraksi cair-cair
a. Timbang 0,5 gr ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
metode maserasi kemudian larutkan dalam 50 ml aquadest. Cara
melarutkan nya adalah ekstrak ditambahkan sedikit-sedikit
aquadest sampai ekstrak tercampur homogen.
b. Masukan larutan ekstrak kedalam corong pisah dan tambahkan
pelarut kedua (n-heksana) sama banyak dengan pelarut pertama.
c. Kocok larutan dalam corong pisah dengan seksama sambal sesekali
udara dalam corong dikeluarkan.
d. Diamkan larutan dalam corong pisah sampai kedua pelarut terpisah
sempurna dan pisahkan lapisan n-heksana.
e. Ulangi proses pengocokan sampai diperoleh fraksi n-heksana yang
hamper tidak berwarna
f. Lapisan air dalam corong pisah kemudian dikocok kembali dengan
pelarut etil asetat dengan cara yang sama seperti pelarut n-heksana.
2. Penapisan Fitokimia Daun Kemangi
Penapisan fitokimia dilakukan pada simplisia dan ekstrak meliputi
pemeriksaan terhadap kandungan senyawa alkaloid, saponin,
flavonoid, kuinon, polifenol, dan tanin.
a. Identifikasi alkaloid
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah 5 ml HCl 2N dipanaskan
diatas penangas air selama 2-3 menit, sambal diaduk, setelah
dingin ditambah 0,3 gram NaCl diaduk rata kemudian disaring.
Filtrat yang diperoleh ditambah 5 ml Hcl 2N dan dibagi menjadi
tiga bagian yang disebut sebagai larutan IA,IB,IC. Lapisan asam
dipipet kemudian dibagi menjadi 3 bagian : filtrat 1 ditambahkan
pereaksi mayer, terjadinya kekeruhan atau endapan putih
menunjukan adanya alkaloid. Filtrat 2 ditambahkan perekasi
dragendroff terjadinya endapan jingga coklat menunjukan adanya
alkaloid. Filtrat 3 digunakan sebagai blanko.
b. Identifikasi flavonoid
Reaksi warna : 0,3 gr ekstrak dikocok menjadi 3 ml N-heksana
berkali-kali sampai ekstrak n-heksana tidak berwarna. Residu
dilarutkan dalam etanol dan dibagi menjadi 4 bagian masing-
masing disebut sebagai larutan III A, IIIB,IIIC,IIID.
a) Uji Bate-Sith dan metalf
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambahkan 0,5 ml
HCl pekat dan diamati perubahan warna yang terjadi,
kemudian dipanaskan di atas penangas air dan diamati lalu
perubahan warna yang terjadi, bila perlahan-lahan menjadi
warna merah terang atau ungu menunjukan adanya senyawa
leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko).
b) Uji Wilstater
Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambahkan 0,5 ml
HCl pekat dan 4 potong magnesium. Diamati warna yang
terjadi. Diencerkan dengan air suling, kemudian ditambahkan
1 ml butanol. Diamati warna yang terjadi disetiap lapisan.
Perubahan warna merah jingga menunjukkan adanya flavon,
merah pucat menunjukan adanya flavonol, merah tua
menunjukan adanya flavonon.
c. Identifikasi tannin dan polifenol
Reaksi warna : 0,3 gr ekstrak ditambah 10 ml aquadest
panas,diaduk dan dibiarkan sampai temperature kamar, lalu
ditambah 3-4 tetes 10 % NaCl diaduk dan disaring filtrat dibagi
menjadi 3 bagian masing-masing 4 ml dan disebut sebagai IV A,
IV B, IV C.
a) Uji Ferriklorida
Larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3, kemudian
diamati terjadinya perubahan warna. Jika terjadi warna hijau
kehitaman menunjukan adanya tanin. Jika pada penambahan
gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi setelah
ditambahkan dengan FeCl3, terjadi perubahan warna menjadi
hijau biru hingga hitam, menunjukan adanya senyawa
polifenol.
FeCl3 positif, uji gelatin positif = (+) tanin.
FeCl3 negatif, uji gelatin positif = (+) polifenol
FeCl3 positif = (-) tanin, (-) polifenol.
b) Uji Gelatin
Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB
ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan
NaCl 10% jika terjadi endapan putih menunjukan adanya
tanin.
d. Identifikasi saponin, triterpenoid dan steroid
Uji buih : ekstrak sebanyak 0,3 gr dimasukan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambah air suling 10 ml dikocok kuat-kuat
selama kira-kira 30 detik. Tes buih positif mengandung saponin
bila terjadi buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan
tinggi 3 cm diatas permukaan cairan.
Reaksi warna : 0,3 gr ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol lalu
di bagi menjadi 3 bagian ,masing-masing disebut sebagai larutan II
A. II B, II C . uji Lieberann-Burchard : larutan IIA digunakan
sebagai blangko, larutan IIB ditetesi asam asetat anhidrat dan 1
tetes asam H2SO4 pekat,lalu dikocok perlahan dan amati
terjadinya perubahan warna. Adanya warna biru menunjukan
adanya triterpenoid steroid dan warna kuning muda menunjukan
adanya saponin jenuh.
Uji Salkowski : Larutan II A digunakan sebagai blangko laruta II
C sebanyak 5 ml ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi . adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya
cincin berwarna merah.
e. Senyawa Golongan Antrakuinon
1. Reaksi Warna
a) Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram di ekstraksi dengan 10 ml air
suling, saring lalu filtrate diekstraksi dengan 3 ml toluene
dalam corong pisah. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali.
Kemudian fase toluene dikumpulkn dan dibagi menjadi 2
bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB. Larutan VA
sebagai blanko. Larutan VB ditambah ammonia dan
dikocok, warna merah menunjukan adanya senyawa
antrakuinon.
b) Uji Modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 1 ml KOH
5N dan 1 ml H2SO4 encer. Dipanaskan dan disaring filtrate
ditambahkan asam asetat glacial , kemudian diekstraksi
dengan toluene. Fase toluene diambil dan dibagi menjadi
dua sebagai VIA dan VIB. Larutan VIAsebagai blanko,
larutan VIB ditambah ammonia. Warna merah atau merah
muda pada lapisan alkalis menunjukan adanya antrakuinon.
3. Ekstraksi
Pembuatan ekstrak daun kemangi dilakukan dengan cara dingin yaitu
dengan cara maserasi. Ditimbang sebanyak 300 g simplisia daun
kemangi kemudian ditambahkan etanol 96% sampai simplisia
terendam sempurna di dalam maserator. Diaduk selama 30 menit
dengan batang pengaduk dan didiamkan selama 3 jam, diaduk lagi
selama 15 menit. Setelah itu didiamkan selama 72 jam (usahakan
maserator tidak pindah). Ekstrak disaring ekstrak yang lebih pekat.
Kemudian diuapkan diatas tangas air untuk mendapatkan ekstrak
kental.
4. Masker gel peel off
Formulasi pembuatan sediaan masker gel peel off yaitu dengan cara
mengembangkan PVA di wadah A dengan air suling panas. Di wadah
yang terpisah, dikembangkan juga karbopol 940 dengan air suling
yang telah dipanaskan dan ditambahkan TEA. Kedua masa yang sudah
dikembangkan, dicampurkan dengan propilen glikol, metil paraben,
propil paraben dan tween 80 dalam satu wadah, diaduk hingga
homogen. Kemudian ekstrak ditambahkan ke dalam basis sedikit demi
sedikit sambil diaduk hingga homogen.
Tabel formula sediaan masker gel peel,off
5. Sediaan sirup
Pada Formula sediaan sirup menggunakan konsentrasi 3%;
Propilenglikol yang digunakan sebanyak 12%, nipagin 0,2%, dan
sirupus simpleks ad 100 g . Langkah-langkah pembuatan sirup yaitu
membuat sirupus simpleks dengan cara menggerus sukrosa, kemudian
dilarutkan dengan aquadest dan sirupus simplek disaring menggunakan
kain flanel. Pembuatan sirup dimana ekstrak daun kemangi dilarutkan
dengan propilenglikol sedikit kemudian diaduk hingga homogen dalam
gelas beker. Nipagin dilarutkan dengan sisa propilenglikol hingga
homogen dalam gelas beker yang berbeda. Dimasukkan nipagin ke
dalam campuran ekstrak dan propilenglikol, kemudian diaduk hingga
homogen. Setelah itu, ditambahkan sirupus simplek sesuai dengan
yang diperlukan, diaduk sampai semua bahan larut dan homogen.
Dilanjutkan dengan evaluasi sediaan sirup.
6. Sediaan granul effervescent
Formula tablet effervescent ekstrak daun kemangi
Organoleptis Hasil
Bentuk Ekstrak Kental
Bau Khas
Warna Hitam
Rasa Agak Pedas
Setelah itu dilakukan uji skrining fitokimia pada bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa) dengan didapat sebagai berikut:
Setelah dilakukan uji skrining fitokimia ekstrak bunga rosella, lalu dilakukan
uji ekstraksi cair-cair lalu dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis pada
ekstrak bunga rosella. Pada pembuatan formula sediaan bahan alam digunakan
ekstrak daun kemangi dengan formula sediaan sirup, granul effervescent, dan
masker gel peel off.
Pertama pembuatan sediaan serbuk effervescent adalah hasil dari
gabungan senyawa asam dan basa yang bila ditambahkan dengan air (H2O)
akan bereaksi melepaskan karbon dioksida (CO2), sehingga efek ini yang
akan menghasilkan buih pada sediaan. Pemilihan menjadi bentuk serbuk
effervescent karena serbuk effervescent disukai karena mempunyai warna bau
dan rasa menarik. Selain itu jika dibandingkan dengan minuman serbuk biasa,
serbuk effervescent memiliki keunggulan pada kemampuan untuk
menghasilkan gas karbon dioksida yang memberikan rasa segar seperti pada
air soda. Kemudian, jika dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, kelebihan
dari sediaan serbuk everfecent diantaranya adalah dikonsumsi lebih mudah,
dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika mengandung dosis obat
yang tepat, dan dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan
menelan tablet atau kapsul. Serbuk effervescent memiliki kemampuan untuk
menghasilkan gas karbon dioksida dimana adanya gas tersebut akan menutupi
rasa pahit serta mempermudah proses pelarutannya tanpa melibatkan
pengadukkan secara manual (Syamsul dan Supomo, 2014). Dalam pembuatan
granul effervescent dibutuhkan formulasi ekstrak kemangi (1,12gram), pvp 30
(0,14gram), asam sitrat (0,931gram), asam tartrat (1,869gram), natrium
bikarbonat (2,8gram) dan laktosa (ad 7 gram). Dalam formulasi granul
efervecent selain zat aktif ada juga beberapa bahan tambahan yang digunakan
diantaranya sumber asam yang terdiri dari asam sitrat dan asam tartrat, sumber
basa yaitu bikarbonat, pengisi yaitu laktosa dan pengikat yaitu PVP K30. Pada
proses pembuatannya, ekstrak kemangi ditimbang dan dilarutkan dengan
etanol 96% dalam gelas kimia, granul effervescent dibuat secara terpisah
antara granul asam dan granul basa untuk mencegah terjadinya reaksi dini.
Granul asam terdiri dari campuran asam sitrat, asam tratrat dan laktosa
sedangkan granul basa terdiri dari natrium bikarbonat. Kemudian mucilage
dibuat dengan mencampurkan PVP K30 dengan etanol, setelah itu granul basa
dan asam dicampurkan kedalam mucilage dan dilakukan pengeringan pada
suhu 40-60ᵒC yang bertujuan untuk membentuk massa yang akan digranulasi.
Evaluasi yang keempat yaitu evaluasi bobot jenis yaitu dengan cara
menimbang piknometer yaitu piknometer +air dan piknometer + sirup ekstrak
daun kemangi. Hasil dari piknometer + air 46,77 gram dan piknometer + sirup
49,72 gram. Evaluasi yang kelima yaitu evaluasi uji waktu tuang yang
bertujuan untuk megetahui kekentalan dari suatu sediaan sirup, sehingga
semakin kental sirup akan semakin sulit untuk dituang. Hasil dari uji waktu
tuang yaitu 08.93.
Ketiga pembuatan masker gel peel of dari ekstrak daun kemangi. Pada
pembuatan masker gel peel of bahan-bahan yang digunakan yaitu PVA,
Carbopol, Propilen glikol, Metil paraben, Propil paraben, tween 80, Ekstrak
etanol daun kemangi, dan aquadest. Berdasarkan hasil pemeriksaan, bahan
bahan yang digunakan pada formulasi ini dalam keadaan baik dan sudah
sesuai dengan persyaratan. Polivinil alkohol berfungsi sebagai pembentuk
lapisan, carbopol 940 sebagai gelling agent, trietanolamin sebagai stabilizer
agent (pembasa), propilenglikol sebagai humektan, metil paraben dan propil
paraben sebagai pengawet, tween 80 untuk mencegah terjadinya sineresis, dan
air suling sebagai pelarut.
Hasil dari evaluasi uji organoleptis ekstrak daun kemangi yaitu warna
hijau tua, bau khas,dan bentuknya gel. Evaluasi kedua yaitu uji pH sediaan
masker gel peel off .Pada uji ini pH yang didapatkan yaitu 6 memenuhi
persyaratan untuk sediaan masker gel peel off. Evaluasi ketiga yaitu uji waktu
kering yang bertujuan untuk mengetahui berapa lama masker gel mengering
pada permukaan kulit dan membentuk lapisan film. Waktu sediaan kering
pada masker gel peel off yaitu 15-30 menit. Hasil dari evaluasi uji waktu
kering pada sediaan masker gel peel off ekstrak daun kemangi yaitu 51.04.
Pada uji waktu kering yang di dapatkan tidak memenuhi persyaratan. Dapat di
sebabkan karena beberapa faktor seperti bahan-bahan yang sudah tidak stabil
karena penyimpanan bahan-bahan tersebut sudah terlalu lama, ketidakstabilan
pada saat penimbangan bahan, pemilihan bahan yang kurang tepat,
penggerusan bahan yang terlalu lama pada saat pembuatan basis masker gel
peel off ekstrak daun kemangi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ekstrak
daun kemangi (Ocimim basilicum L.) dapat diformulasikan sediaan sirup,
granul effervescent dan masker gel peel off. Hasil evaluasi fisik sediaan
menunjukan bahwa semua sediaan tidak menunjukan adanya perubahan
seperti bentuk, warna, dan bau.
Berdasarkan hasil evaluasi pengujian efektivitas sediaan, dapat
disimpulkan bahwa sediaan masker gel peel off memiliki efektivitas
bermakna dalam hal mengecilkan pori-pori. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak yang ditambahkan , maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya.
Ekstrak daun kemangi (Ocimim basilicum L.) dapat diformulasikan
dalam bentuk sediaan tablet effervescent dengan variasi kadar Natrium
Bikarbonat berdasarkan hasil pengngujian baik pada massa cetak maupun
tablet effervescent. Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat memberikan
pengaruh terhadap kekerasan dan waktu melarut tablet effervescent.
Kestabilan tablet effervescent masih perlu diteliti lebih lanjut untuk
menjamin aktivitas senyawa bioaktif ekstrak kemangi selama
penyimpanan.
Sirup ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 3% dapat di
formulasikan sebagai sediaan sirup dan memiliki aktivitas mukolitik
seiring dengan meningkatnya konsentrasi.
B. Saran
Proses produksi granul effervescent sebaiknya dikerjakan di ruang
dengan kondisi kelembaban relatif (RH) yang lebih rendah (≤ 25%)
sehingga menghasilkan granul effervescent yang lebih baik. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan pada sediaan masker gel peel off ekstrak
daun kemangi di sarankan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
dalam hal pengembangan bentuk sediaan laiinya dan menguji parameter
lain pada skin analyzer yaitu kelembaban dan kelembutan.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 15. Proses pengeringan Daun Kemangi Gambar 16. Penimbangan serbuk Daun
Kemangi
Gambar 17.Penimbangan serbuk Daun Kemangi Gambar 18.Proses ekstraksi Daun
Kemangi yang sudah dimaserasi
Gambar 21.Penimbangan NaCl sebanyak 0,3 gr Gambar 22. Pereaksi mayer dan
pereaksi Dragendrof
Gambar 23. Peraksi Butanol Gambar 24. Pereaks Etil Asetat
Gambar 25. Penimbangan Ekstrak Bunga Rosella Gambar 26. Pereaksi NH3
kemangi
Gambar 41.Penimbangan Propilenglikol untuk Gambar 42. Penimbangan Piknometer +Air
Pembuatan sirup ekstrak Daun kemangi
Gambar 47. Uji Waktu kering masker gel peel off Gambar 48. Proses pembuatan
kemangi
Gambar 49. Hasil dari uji waktu kering Gambar 50.Hasil uji pH maker gel
maske gel peel of ekstrak Daun Kemangi peel off ekstrak Daun Kemangi