Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FITOTERAPIGANGGUAN

SALURANPENCERNAAN PADA PENYAKIT DIARE

DOSEN PENGAMPU : Apt. Imas Maesaroh, M.farm

Disusun Oleh : Mumun Oktafiani

Nim : 33178K20080

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Fitoterapi mengenai
Pemilihan Terapi Berbasis Tanaman untuk Gangguan Saluran Pencernaan.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun dari pembaca untuk makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Apt. Imas
Maesaroh, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah Fitoterapi yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kuningan, 30 Desember 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencernaan adalah proses memperhalus makanan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh
tubuh. Fungsi utama dari sistem pencernaan yaitu mencerna makanan untuk memberikan nutrisi
pada tubuh. Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar yang
kemudian diserap oleh tubuh dengan alur jalannya proses pencernaan adalah penguyahan,
penelanan, dan pencampuran dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut hingga anus.
Saluran pencernaan makanan pada manusia terdiri dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung,
usus halus, usus besar, dan anus (Dwi, 2014).
Gerakan mekanis seperti menguyah merupakan awal pemecahan makanan sebelum
pencampuran di lambung dan usus. Kemudian proses pencernaan makanan dalam tubuh akan
dikendalikan oleh sekelompok enzim pada pencernaan. Selain enzim, beberapa kelenjar di usus
menghasilkan lendir yang melumasi dan melindungi saluran pencernaan, yang dapat berinteraksi
dengan obat herbal dan dapat mengurangi penyerapannya. Pencernaan ini difasilitasi oleh
peristaltic, yaitu suatu gerakan kontraksi otot yang dimulai di duodenum dan menyebar ke usus
besar. Di dalam mulut, pencernaan dimulai dengan penguyahan melalui aksi ptylin (untuk mencerna
pati), lambung akan menyimpan makanan yang telah dicerna dan kemudian mengarahkannya
melalui aktivitas asam klorida yang disekresikan oleh sel parietal dan pepsin (protease) yang
disekresikan oleh sel-sel utama. Usus halus, protease, lipase, dan amilase ini mencerna hampir
seluruh makanan. Lambung dilindungi dengan baik oleh lapisan lendir terhadap aktivitas korosif
asam lambung. Dalam usus halus, hampir seluruh obatobatan, gula, dan mineral diserap, sedangkan
kebanyakan air dan mineral diserap di dalam usus besar (Capasso et al., 2003).
Terjadinya gangguan pada saluran pencernaan ini dimulai dengan adanya bagian dari saluran
pencernaan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hingga bisa menimbulkan gangguan
pencernaan misalnya gangguan dalam pencernaan makanan, penyerapan makanan. Pada beberapa
kasus untuk gangguan pencernaan ini bisa disebabkan oleh kurangnya kontrol terhadap makanan
atau minuman yang masuk ke tubuh, makan tergesa-gesa, makan terlalu banyak, memakan banyak
makanan tinggi lemak, ataupun makan selama kondisi stress.
Tumbuhan dan turunannya merupakan pengobatan alternative yang sudah terbukti secara
ilmiah untuk mengobati berbagai penyakit. Faktanya, produk herbal merupakan obat yang paling
umum digunakan dalam kasus konstipasi, diare, dan perut kembung. Dan juga diet 2 dapat
memperbaiki gejala yang disebabkan misalnya kebiasaan makan yang buruk, yang apabila tindakan
ini tidak berhasil maka bisa dengan fitoterapi.
Obat herbal memiliki aktivitas dalam berbagai cara pada saluran pencernaan. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai berbagai macam gangguan saluran pencernaan seperti diare, konstipasi,
maag, wasir, dan gerd serta obat-obatan herbal yang berguna dalam pengobatan gangguan saluran
pencernaaan tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
- Bagaimana tinjauan mengenai gangguan saluran pencernaan “diare” serta pilihan
fitoterapinya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tinjauan mengenai gangguan saluran pencernaan pada penyakit diare
2. Mengetahui pemilihan fitoterapi untuk gangguan saluran pencernaan diare
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Tinjauan Tentang Diare

Diare atau diarrheal disease merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dengan konsistensi lembek atau cair bahkan berupa air dapat
disertai adanya darah ataupun tidak. Dapat pula disertai mual, muntah, dan nyeri abdomen. Diare dapat
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.

Diare dapat dibedakan menjadi diare akut ( 14 hari), diare kronis ( >30 hari). Sebagian besar kasus
diare akut disebabkan oleh infeksi bakteri (Shigella sp, Campyylobacter jejuni, Staphylococcus aureus,
Basillus cereus, Clostridium prefingens, enterohemorrhagic, eschersia colli), virus, atau parasit. Diseluruh
dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya dan 20% dari total
tersebut dapat menyebabkan kematian.

Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis).

2.1.1 Patofisisologi

 Diare adalah ketidakseimbangan dalam penyerapan dan sekresi air dan elektrolit. Hal ini
terkait dengan penyakit spesifik saluran gastrointstinal (GI) atau dengan penyakit diluar
saluran GI.
 Terdapat empat mekanisme patofisiologi umumnya mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit, antara lain: perubahan transpor ion aktif baik dengan penurunan penyerapan
natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas usus, peningkatan
osmolaritas luminan, peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
 Diare sekretori terjadi ketika suatu zat perangsang (misal: peptida intestinal vasoaktif (VIP),
pencahar, atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau mengurangi penyerapan sejumlah
besar air dan elektrolit.
 Penyakit peradangan pada saluran pencernaan dapat menyebabkan diare eksudatif dengan
mengeluarkan lendir, protein, atau darah kedalam usus, hal tersebut berakibat perubahan
motilitas usus, pengosongan lebih cepat di usus besar, atau pertumbuhan bakteri berlebih
2.1.2 Faktor Resiko
1. Usia. Diare banyak terjadi pada tahun pertama kehidupan atara usia 6-11 bulan pada masa
diberikan makanan pendamping selain asi. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan
alami dari anak pada usia dibawah 24 bulan.
2. Jenis kelamin. Resiko diare pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada laki-laki
karena ktivitas pada laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3. Status gizi. Pada anak yang kekurangan gizi (misal: makanan) dapat menyebabkan diare akut
lebih besar hingga terjadi diare persisten dan disertai disentri berat. Pada anak-anak resiko
kematian akibat diare persisten lebih besar.
4. Lingkungan. Daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek menyebabkan penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yang salah
satu penyebab diare dapat menyebabkan penyakit infeksi endemik yang berlangsung
sepanjang tahun terutama pada bayi dan anak-anak dengan usi antara 6 bulan sampai 3
tahun.
5. Status sosial ekonomi. Status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan ekonomi keluar untuk memenuhi kebutuhan
gizi keluarga terutama pada anak balita dan cenderung memiliki status gizi yang kurang,
sehingga memudahkan seseorang terkna diare.

Musim didaerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun. Terutama pada
peralihan musim kemarau ke musm penghujan menyebabkan frekuensi tengserang diare lebih
besar

2.1.3 Gejala

Gejalan dari diare meliputi mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, dan anoreksia.

2.1.4. Etiologi

Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut.
Kuman tersebuta dpat melalui air, makanan atau minumam yang terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan. Kontaminasi tersebut dapat melalui tangan penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna,
1993). Mikroorganisme penyebab diare akut :

Virus Bakteri Protozoa


Rotavirus Shigella Giardia lamblia
Norwalk virus Salmonella Entamoeba
Enteric virus Campylobacter Histolytica
Calictvirus Eschersta cryptosporidium
Astrovirus Yersinina
Small round viruses Clostridium difflctle
Coronavirus Staphylococcus
Cytomegalovirus Aureus
Bacillus cereus
Vibrio cholerae
Penyebab diare tidak hanya kare infeksi saja tetapi dapat disebabkan oleh faktor malabsorbsi
seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida
(inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Selain itu bisa disebabkan oleh faktor makanan basi,
beracun, alergi karena makan dan faktor psikologis (rasa takut dan cemas) (vila J et al, 2000).
2.2 Pilihan Fitoterapi Diare
Biji Duku Langsat (Lansium domesticum Jack)

 Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae

Genus : Lansium

Spesies : Lansium domesticum Jack

 Kandungan senyawa

Ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi diklorometana, dan fraksi etilasetat.

 Mekanisme Senyawa

Fraksi diklorometana mempunyai aktivitas yang paling kuat terhadap bakteri E. coli dengan nilai KHM
0.3125 mg/ml. Nilai KHM fraksi dilkorometana terhadap S.flexneri dan S.thypi adalah 0,625 dan 0,625
mg/ml. Fraksi diklorometana mempunyai aktivitais yang paling kuat, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh senyawa aktif yang terdapat dalam biji duku bersifat semipolar sehingga waktu difraksinasi
senyawa aktif terdapat dalam fraksi diklorometana.

 Preparasi
1. Ekstraksi dan Fraksinasi

 Biji duku dikeringkan dan dihancurkan sampai halus, sebanyak 1 kg simplisia dilarutkan dalam 4 liter
etanol selama 24 jam, ekstrak etanol cair yang didapatkan diuapkan dengan vacuum putar sehingga
didapat ekstrak etanol kental, kemudian dikeringkan dalam eksikator sampai didapat ekstrak etanol
kering.

 Ekstrak etanol difraksinasi secara cair-cair berdasarkan sistem kepolarannya (non polar, semi polar,
dan polar) dengan pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometana, dan methanol

Kemudian fraksi-fraksi tersebut diuji aktivitas mikrobanya dengan metode difusi agar, ditentukan nilai
KHM dan aktivitasnya dibanding antibiotik standar (tetrasiklin). 2. Aktivitas Antimikroba  Digunakan
metode difusi agar untuk penentuan aktivitas antimikroba biji duku,  Mikroba uji yang digunakan terdiri
dari tiga bakteri penyebab diare yaitu E.coli, S.thypi, Shigella flexneri. Bakterinya diinokulasikan kedalam
media NB (Nutrient Brouth), diinkubasi 24 jam pada 37˚C. Transmittan 25% pada panjang gelombang
580 nm diatur dengan penambahan bakteri atau medium cair.

 Suspensi bakteri T 25% dimasukkan kedalam cawan petri 0,1 ml. kemudian ditambahkan medium NA
(nutrient agar) 10 ml yang belum beku, digoyang-goyang sampai membeku.

 Dimasukkan kertas cakram 6 mm dan ditetesi dengan larutan ekstarak 10 (1 dengan konsentrasi 1 %
(10 mg/ml). Setelah disimpan selama 24 jam pada suhu 37˚C diukur diameter hambatan yang terbentuk.

2.3 Uji in vitro


Uji Aktivitas Antimikroba Hasil pengujian aktivitas antimikroba penyebab diare dari ekstrak etanol,
fraksi n-heksana, fraksi diklorometana, fraksi etilasetat, dan fraksi air dari biji duku menunjukkan
bahwa senyawa-senyawa tersebut aktif terhadap mikroba uji kecuali fraksi air tidak aktif terhadap
mikroba uji

No Jenis Ekstrak Jenis bakteri


E.coli S.flexneri s.thypi
1 Ekstrak etanol 9,3 ±0,47 8,6 ± 0,47 9,3 ± 0,47
2 Fraksi n-heksana 11,6 ± 0,47 10,6 ± 0,47 11,3 ± 0,47
3 Fraksi diklorometana 13,6 ± 0,47 13,3 ± 0,47 13,0 ± 0,81
4 Fraksi etilasetat 12,3 ± 0,47 11,3 ± 0,47 11,6 ± 0,47
5 Fraksi air 0,00 ± 0,00 0,0 ± 000 0,0 ± 0
Fraksi diklorometana mempunyai aktivias yang paling kuat dengan diameter hambatan 13,6 mm
untuk E.coli, 13,3 mm untuk S.flexneri dan 13,0 mm untuk S.thypi, selanjutnya diikuti oleh fraksi
etilasetat, fraksi n-heksana dan eksktrak etanol mempunyai aktivitas yang paling rendah. Ekstrak etanol
mempunyai aktivitas paling rendah dikarenakan ekstrak etanol masih berupa ekstrak yang kasar yang
banyak mengandung pengotor.

2. Penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Berdasarkan nilai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) yang ditentukan menggunakan metode difusi agar dengan membuat larutan ekstrak
dan fraksi secara seri yaitu 5, 2,5, 1,25, 0,625, 0,3125 mg/ml, larutan diteteskan sebanyak 10 (1/cakram,
konsentrasi terkecil yang masih menghambat). Fraksi diklorometana mempunyai aktivitas yang paling
kuat terhadap bakteri E. coli dengan nilai KHM 0.3125 mg/ml. Nilai KHM fraksi dilkorometana terhadap
S.flexneri dan S.thypi adalah 0,625 dan 0,625 mg/ml. Fraksi diklorometana mempunyai aktivitais yang
paling kuat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa aktif yang terdapat dalam biji duku bersifat
semipolar sehingga waktu difraksinasi senyawa aktif terdapat dalam fraksi diklorometana

2.4 Dosis

No Jenis Ekstrak Jenis bakteri


E.coli S.flexneri s.thypi
1 Ekstrak etanol 6,9 8.0 12.0
2 Fraksi n-heksana 13,9 16.0 24.0
3 Fraksi diklorometana 45,8 32.0 36.0
4 Fraksi etilasetat 9,6 16,0 24.0
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan pada saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya kerusakan pada bagian saluran
pencernaan dimana bagian tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. hingga akhirnya dapat
menimbulkan berbagai kondisi gangguan seperti diare, konstipasi, maag, wasir, dam GERD. Pada
beberapa kasus, gangguan pencernaan bisa terjadi karena kurangnya kontrol terhadap makanan atau
minuman yang masuk ke tubuh, makan tergesa-gesa, makan terlalu banyak, memakan banyak makanan
tinggi lemak, ataupun makan selama kondisi stress.

Tumbuhan dan turunannya dapat digunakan sebagai terapi alternatif dalam pengobatan
gangguan saluran percernaan. Faktanya, produk herbal lebih banyak dipilih oleh masyarakat untuk
pengobatan konstipasi, diare, perut kembung dan lain-lain. Pengobatan dengan produk herbal lebih
dipilih karena harganya yang lebih murah, efek sampingnya jauh lebih rendah serta memiliki khasiat
yang tidak jauh beda dengan obat sintetik. Beberapa contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai
pilihan fitoterapi untuk gangguan saluran pencernaan yaitu rimpang kunyit, lidah buaya, buah pepaya,
buah amla, buah murad, buah adas, akar manis cina, asam jawa, daun ceremai, daun ungu, biji duku
langsat, dan jamur lingzhi.

3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas tanaman-tanaman obat yang
berpotensi sebagai pilihan fitoterapi untuk pengobatan gangguan saluran pencernaan karena dapat
dijadikan sebagai alternatif terapi yang yang lebih murah, aman (efek samping lebih rendah), tidak kalah
efektif.

Anda mungkin juga menyukai