Nim : 33178K20080
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Fitoterapi mengenai
Pemilihan Terapi Berbasis Tanaman untuk Gangguan Saluran Pencernaan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun dari pembaca untuk makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Apt. Imas
Maesaroh, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah Fitoterapi yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
PENDAHULUAN
Diare atau diarrheal disease merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja dengan frekuensi lebih
sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dengan konsistensi lembek atau cair bahkan berupa air dapat
disertai adanya darah ataupun tidak. Dapat pula disertai mual, muntah, dan nyeri abdomen. Diare dapat
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diare dapat dibedakan menjadi diare akut ( 14 hari), diare kronis ( >30 hari). Sebagian besar kasus
diare akut disebabkan oleh infeksi bakteri (Shigella sp, Campyylobacter jejuni, Staphylococcus aureus,
Basillus cereus, Clostridium prefingens, enterohemorrhagic, eschersia colli), virus, atau parasit. Diseluruh
dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya dan 20% dari total
tersebut dapat menyebabkan kematian.
Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis).
2.1.1 Patofisisologi
Diare adalah ketidakseimbangan dalam penyerapan dan sekresi air dan elektrolit. Hal ini
terkait dengan penyakit spesifik saluran gastrointstinal (GI) atau dengan penyakit diluar
saluran GI.
Terdapat empat mekanisme patofisiologi umumnya mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit, antara lain: perubahan transpor ion aktif baik dengan penurunan penyerapan
natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas usus, peningkatan
osmolaritas luminan, peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
Diare sekretori terjadi ketika suatu zat perangsang (misal: peptida intestinal vasoaktif (VIP),
pencahar, atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau mengurangi penyerapan sejumlah
besar air dan elektrolit.
Penyakit peradangan pada saluran pencernaan dapat menyebabkan diare eksudatif dengan
mengeluarkan lendir, protein, atau darah kedalam usus, hal tersebut berakibat perubahan
motilitas usus, pengosongan lebih cepat di usus besar, atau pertumbuhan bakteri berlebih
2.1.2 Faktor Resiko
1. Usia. Diare banyak terjadi pada tahun pertama kehidupan atara usia 6-11 bulan pada masa
diberikan makanan pendamping selain asi. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan
alami dari anak pada usia dibawah 24 bulan.
2. Jenis kelamin. Resiko diare pada perempuan lebih rendah dibandingkan pada laki-laki
karena ktivitas pada laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3. Status gizi. Pada anak yang kekurangan gizi (misal: makanan) dapat menyebabkan diare akut
lebih besar hingga terjadi diare persisten dan disertai disentri berat. Pada anak-anak resiko
kematian akibat diare persisten lebih besar.
4. Lingkungan. Daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang
jelek menyebabkan penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yang salah
satu penyebab diare dapat menyebabkan penyakit infeksi endemik yang berlangsung
sepanjang tahun terutama pada bayi dan anak-anak dengan usi antara 6 bulan sampai 3
tahun.
5. Status sosial ekonomi. Status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan ekonomi keluar untuk memenuhi kebutuhan
gizi keluarga terutama pada anak balita dan cenderung memiliki status gizi yang kurang,
sehingga memudahkan seseorang terkna diare.
Musim didaerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun. Terutama pada
peralihan musim kemarau ke musm penghujan menyebabkan frekuensi tengserang diare lebih
besar
2.1.3 Gejala
Gejalan dari diare meliputi mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, dan anoreksia.
2.1.4. Etiologi
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut.
Kuman tersebuta dpat melalui air, makanan atau minumam yang terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan. Kontaminasi tersebut dapat melalui tangan penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna,
1993). Mikroorganisme penyebab diare akut :
Klasifikasi
Genus : Lansium
Kandungan senyawa
Mekanisme Senyawa
Fraksi diklorometana mempunyai aktivitas yang paling kuat terhadap bakteri E. coli dengan nilai KHM
0.3125 mg/ml. Nilai KHM fraksi dilkorometana terhadap S.flexneri dan S.thypi adalah 0,625 dan 0,625
mg/ml. Fraksi diklorometana mempunyai aktivitais yang paling kuat, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh senyawa aktif yang terdapat dalam biji duku bersifat semipolar sehingga waktu difraksinasi
senyawa aktif terdapat dalam fraksi diklorometana.
Preparasi
1. Ekstraksi dan Fraksinasi
Biji duku dikeringkan dan dihancurkan sampai halus, sebanyak 1 kg simplisia dilarutkan dalam 4 liter
etanol selama 24 jam, ekstrak etanol cair yang didapatkan diuapkan dengan vacuum putar sehingga
didapat ekstrak etanol kental, kemudian dikeringkan dalam eksikator sampai didapat ekstrak etanol
kering.
Ekstrak etanol difraksinasi secara cair-cair berdasarkan sistem kepolarannya (non polar, semi polar,
dan polar) dengan pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometana, dan methanol
Kemudian fraksi-fraksi tersebut diuji aktivitas mikrobanya dengan metode difusi agar, ditentukan nilai
KHM dan aktivitasnya dibanding antibiotik standar (tetrasiklin). 2. Aktivitas Antimikroba Digunakan
metode difusi agar untuk penentuan aktivitas antimikroba biji duku, Mikroba uji yang digunakan terdiri
dari tiga bakteri penyebab diare yaitu E.coli, S.thypi, Shigella flexneri. Bakterinya diinokulasikan kedalam
media NB (Nutrient Brouth), diinkubasi 24 jam pada 37˚C. Transmittan 25% pada panjang gelombang
580 nm diatur dengan penambahan bakteri atau medium cair.
Suspensi bakteri T 25% dimasukkan kedalam cawan petri 0,1 ml. kemudian ditambahkan medium NA
(nutrient agar) 10 ml yang belum beku, digoyang-goyang sampai membeku.
Dimasukkan kertas cakram 6 mm dan ditetesi dengan larutan ekstarak 10 (1 dengan konsentrasi 1 %
(10 mg/ml). Setelah disimpan selama 24 jam pada suhu 37˚C diukur diameter hambatan yang terbentuk.
2. Penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Berdasarkan nilai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) yang ditentukan menggunakan metode difusi agar dengan membuat larutan ekstrak
dan fraksi secara seri yaitu 5, 2,5, 1,25, 0,625, 0,3125 mg/ml, larutan diteteskan sebanyak 10 (1/cakram,
konsentrasi terkecil yang masih menghambat). Fraksi diklorometana mempunyai aktivitas yang paling
kuat terhadap bakteri E. coli dengan nilai KHM 0.3125 mg/ml. Nilai KHM fraksi dilkorometana terhadap
S.flexneri dan S.thypi adalah 0,625 dan 0,625 mg/ml. Fraksi diklorometana mempunyai aktivitais yang
paling kuat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa aktif yang terdapat dalam biji duku bersifat
semipolar sehingga waktu difraksinasi senyawa aktif terdapat dalam fraksi diklorometana
2.4 Dosis
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan pada saluran pencernaan dapat terjadi karena adanya kerusakan pada bagian saluran
pencernaan dimana bagian tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. hingga akhirnya dapat
menimbulkan berbagai kondisi gangguan seperti diare, konstipasi, maag, wasir, dam GERD. Pada
beberapa kasus, gangguan pencernaan bisa terjadi karena kurangnya kontrol terhadap makanan atau
minuman yang masuk ke tubuh, makan tergesa-gesa, makan terlalu banyak, memakan banyak makanan
tinggi lemak, ataupun makan selama kondisi stress.
Tumbuhan dan turunannya dapat digunakan sebagai terapi alternatif dalam pengobatan
gangguan saluran percernaan. Faktanya, produk herbal lebih banyak dipilih oleh masyarakat untuk
pengobatan konstipasi, diare, perut kembung dan lain-lain. Pengobatan dengan produk herbal lebih
dipilih karena harganya yang lebih murah, efek sampingnya jauh lebih rendah serta memiliki khasiat
yang tidak jauh beda dengan obat sintetik. Beberapa contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai
pilihan fitoterapi untuk gangguan saluran pencernaan yaitu rimpang kunyit, lidah buaya, buah pepaya,
buah amla, buah murad, buah adas, akar manis cina, asam jawa, daun ceremai, daun ungu, biji duku
langsat, dan jamur lingzhi.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas tanaman-tanaman obat yang
berpotensi sebagai pilihan fitoterapi untuk pengobatan gangguan saluran pencernaan karena dapat
dijadikan sebagai alternatif terapi yang yang lebih murah, aman (efek samping lebih rendah), tidak kalah
efektif.