PENDAHULUAN
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital
bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi
tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita.
Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita
1.2.2 Bagaimana persiapan klien pada pemeriksaan barium enema, USG abdomen
dan endoskopi?
1.2.3 Bagaimana pemeriksaan fisik pada kondisi saluran cerna, bentuk abdomen,
1
1.2.4 Bagaimana masalah keperawatan yang terjadi pada ulkus peptikum,
1.3 Tujuan
endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
e) Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan
atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut,
apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.
3) Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum
terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian
anamnesis.
a. Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan
perawat di klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami
peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan
kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan.
Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin
serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala
ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin,
atau ekskresi bilier.
b. Kaheksia dan atrofi
Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus
dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit
yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan
yang belum lama terjadi.
c. Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan
pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris,
daerah-daerah yang tertekan, dan mulut
d. Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak terkonpensasi
(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan
neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-
faktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan
mengalami penurunan kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi
kerusakan hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang
terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini.
Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan
metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi
amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai
untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS
- Jenis kelamin
- Tempat tinggal : pada masa bayi, kanak2 dan pada saat sekarang
- Gangguan Tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar gonad.
- Infertilitas
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
- BB yg tidak sesuai dgn usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah
berkonsentrasi.
mencerminkan gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji :
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
Hal-klien lain yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi hormonal
secara umum :
aktifitas sehari-hari.
10
7). Pola Eliminasi dan keseimbangan cairan
terjadi
pada ibu hamil hipertiroid. Kaji gangguan tumbang yang dialami semenjak lahir atau
rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dampaknya terhadap kejiwaan,
9). Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan
perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji:
- Abortus
- Melahirkan
10). Pada pria kaji apakah Klien mampu ereksi dan orgasme. Dan kaji juga apakah
2.2 Persiapan Klien pada Pemeriksaan Barium Enema, USG Abdomen dan
Endoskopi
Enema barium adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar. Barium sulfat
(zat kontras tunggal) atau barium sulfat dan udara (kontras ganda atau kontras
dimonitor melalui fluoroskopi dan kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas
dari
sebelum barium enema, yang terpenting bahwa kolon bebas dari tinja.
atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya kelainan anatomi atau
Persiapan pemeriksaan enema barium (Brunner & Suddarth’s, 2010 hal 989:
Pra – persiapan
frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gema ultrasonik dicatat
kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. (Uliyah,2008). Hal ini sangat berguna dalam mendeteksi sebuah kantong
empedu yang membesar atau pankreas, adanya batu empedu, ovarium membesar,
kehamilan ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini teknik ini telah terbukti
kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang terkena gelombang.
(hal. 7, judul buku : lecture notes: radiologi edisi 2, pencipta pradip r. Patel,
penerbit erlangga, 2005). Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu cara
kehamilan, atau usus buntu. (Brunner & Suddarth’s, 2010 hal 987).
pancreas.
3. Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG
gelisah.
masuknya udara.
ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh
2.2.3 Endoskopi
1. Diagnostik
b) Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh nyeri
Pra endoskopi :
1. Persiapan umum
a. Psikologis
klien mengenai tujuan, prosedur, dan kemungkinan yang dapat terjadi agar klien
b. Administrasi
1). Mengisi surat pernyataan persetujuan tindakan (informed consent)
ditandatangani oleh klien atau keluarga.
2. Persiapan khusus
esofagogastroduodenoskopi (EGD) :
1). Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam sebelum pemeriksaan atau
tindakan endoskopi.
endoskopi.
b. Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian bawah (SCBB) atau kolonoskopi:
1). Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diit rendah serat (bubur kecap atau
bubur maizena).
2). Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium bifosfat, sodium klorida,
c. Bronchoskopi:
tindakan bronkoskopi.
6). Premedikasi
7). Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowler dengan
Post Endoskopi:
merasa mengantuk untuk itu pasien tetap berada di kamar pasien sampai
efek obat-obatan menghilang.
4. Pasien baru diperbolehkan makan atau minum satu jam setelah tindakan
endoskopi.
2.3.1 Inspeksi
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan,
2.3.2 Auskultasi
selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika
kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus,
konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari
2.3.3 Perkusi
berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar
pekak, berarti perkusi mengenai organ padat.
2.3.4. Palpasi
Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan
letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara
merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam
Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian
hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat pasien inhalasi
kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.
Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar. Anjurkan pasien miring
kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi
Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan
setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien
inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon
nyeri.
Intestinal, Diabetes Melitus
2.4.1 Ulkus Peptikum
A. Definisi:
terputus dan meluas sampai ke bawah epitel (Price, Sylvia Anderson, 1995)
B. Etiologi:
(Charlene dkk, 2001). Faktor lain yang menyebabkan Ulkus Pepetikum: Genetik,
1. Nyeri
Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau dipunggung.
Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah kosong dan
alkali menghilang nyeri kembali timbul. Nyeri tekan tajam setempat yang
ditimbulkan dengan memberi tekanan kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan
3. Muntah
Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi. Mungkin didahului oleh
mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti serangan nyeri hebat; hilang dengan
Sebagai akibat diet dan obat. Beberapa pasien yang mengalami perdarahan
D. Pemeriksaan Penunjang
lesi.
mendiagnosis aklorhidria.
bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agen
seperti H. Pylori.
E. Penatalaksanaan
1. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi
dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.Selain itu untuk menetralisir
perbaikan ulkus.
fisik dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta kerjasama anggota keluarga.
Stress dapat meningkatkan sekresi asam lambung oleh karena itu intervensi
20
penurunan stress perlu dilakukan dengan melibatkan anggota keluarganya.
4. Obat- obatan a.
Sucralfate
peptikum dan merupakan pilihan ke dua dari antacid. Sucralfat diminum 3-4x/hari
dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit tetapi bisa
menyebabkan sembelit.
b. Antagonis H2
diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total
d. Antibiotik
Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan bila ulkus tidak memberikan
kekambuhan.
e. Misoprostol
1. Keadaan Umum
dan masam.
10. Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.
Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan nyeri tekan
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien dapat berkurang.
Kriteria evaluasi:
relaksasi.
kopi.
sekalipun.
Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan kecemasan pada
klien.
Kriteria evaluasi:
Intervensi:
a. .Kaji apa yang ingin pasien ketahui tentang penyakit dan evaluasi tingkat
dukungan emosional.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam kebutuhan nutrisi pasien
Kriteria evaluasi:
Klien dapat makan makanan pada interval yang dijadwalkan secara teratur.
Klien dapat terpenuhi atau memilih lingkungan yang tenang untuk makan.
Intervensi:
Kriteria evaluasi:
Intervensi:
Bantu pasien dalam mengerti tentang kondisi dan faktor-faktor yang dapat atau
a. Ajarkan pasien obat apa yang harus diminum dirumah, termasuk nama, dosis,
2. Diet
pencernaan.
pembentuk asam.
c. Berikan dorongan makan teratur dalam suasana rileks dan untuk menghindari
3. Merokok
b. Buat pasien sadar terhadap program untuk membantu penghentian merokok.
dalam feses.
b. Perforasi: nyeri abdomen hebat, abdomen kaku dan keras, muntah kenaikan
tahun.
b. Ajarkan bahwa ulkus dapat terjadi kembali dan untuk mencari bantuan obat
kesembuhan.
2.4.2 Gastroenteritis
A. Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer Arief dkk, 1999). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung
dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan
B. Etiologi
a) Faktor infeksi
Astrovirus, dll
3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
C. Patogenesis
1) Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
D. Penatalaksanaan
beberapa cairan yang berisikan NaCL,NaHCO 3,KCL dan Glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang,
kadar Natrium 50-60 mEg/1 formula lengkap sering disebut oralit. Sebagai
pengobatan sementara yang dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya air gula
dan garam (NaCL dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya
bergantung pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai umur dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
A. Definisi
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. Etiologi
merupakan somatikmenyebar)
antigen H ( Hauch, antigen (tidak menyebar)
terdapat ada dalam
pada flagella dindingtermolabil
dan bersifat sel kuman,dan
C. Penatalaksanaan
D. Komplikasi
6. T : 40 c
7.
N : 90 x/m
8.
RR : 23x/m
Sebagian masuk
Data Objektif Ke usus halus,
Mukosa bibir kering
1.
Turgor kulit jelek Pasien
2.
tampak lemah Ileun terminalis,
3.
Lidah tampak kotor Sebagian menembus
4.
5. lamina propia,
6. o
7. T : 40 c
N : 90 x/m Masuk aliran limfe,
Berkeringat Menembus dan masuk aliran
darah,
Hipothalamus,
Peningkatan
Suhu tubuh, MK
= Hipertermi
2.4.4 Colitis
A. Definisi
30
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai
mukosa dan submukosa kolon. (White. Y., Owen, F., Sibbald, J. & Crookes, P.
jaringan di dalam usus yang menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen
Wilson, 2006 )
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan
Jadi, Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai
mukosa dan submukosa kolon, ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang
seperti Shigella, disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti dan
B. Etiologi
infeksi virus atau bakteri (masih spekulatif), kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh
distres emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini
mungkin dapat memicu timbulnya gejala pada beberapa orang. ( Sylvia A. Price &
D. Patofisiologi
Etiologi
elektrolit
Dehidrasi
dilapisan dan dinding usus sehingga terjadi pembengkakan dan ulserasi sehingga
motilitas usus meningkat menyebabkan absorbsi kurang dan terjadi diare sehingga
dapat timbul masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan karena terjadi
diare dan absorbsi yang kurang, diare yang terus menerus menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit tubuh sehingga masuk ketahap dehidrasi sehingga
timbul masalah keperawatan volume cairan kurang dari kebutuhan. Dari ulserasi
menimbulkan lesi pada mukosa, terbentuk abses dan pecah sehingga timbul iritasi
2.4.5 Hemoroid
A. Definisi
Hemoroid adalah masa vaskuler yang menonjol kedalam lumen rectum bagian
segmen atau lebih vena - vena hemoroidalis (bacon) (kapita selekta kedokteran).
Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus saku
B. Etiologi
Yang menjadi faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan,
psikis, dan sanilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitas adalah faktor mekanis
dan radang. Pada umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
8. Tumor rectum
9. Diare
10. Kongesti pelvis
11. Usia lanjut
12. Obesitas
b. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah
c. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi
D. Data Fokus
Dalam data fokus terdapat DS dan DO. DS atau Data Subjektif merupakan data
yang diperoleh dari keluhan klien kepada pemeriksa, sedangkan DO atau Data
saat BAB
anus anus
menahan nyeri
- Konjungtiva pucat
perdarahan pada saat
BAB/perdarahan di
anus
tidak seimbang di anus
nyeri
pertahanan tubuh
kurang adekuat
mudah
masuknya kuman
resiko infeksi
secara mandiri
Tidak dapat
- Klien tampak lemas beraktivitas secara
mandiri
Intoleransi aktivitas
ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus
- Klien mengeluh nyeri pada saat duduk
- Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO : - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
- Klien tampak meringis menahan nyeri
ditandai dengan :
dengan :
dengan :
DS : - Klien mengeluh badan terasa panas
DO: - Badan klien saat diraba terasa panas
dengan :
DS : - Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
2.4.6 Hepatitis
A. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi
virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer,
2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;
131).
B. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus.
Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh
virus.
C. Masalah Keperawatan
Do2 : pasien mengatakan mual tidak nafsu Anoreksia Nutrisi kurang dari
makan kebutuhan
Ds : klien tampak lemah dan lemas, porsi
sendok
bantuan
- Pasien nampak terkulai lemas di atas
tempat tidur
Ds4 : pasien mengatakan bahwa tubuhnya Gatal sekunder Resiko tinggi
jaringan
5 Pasien mengatakan bahwasering muntah Mual – muntah Resiko tinggi
pasien muntah 1x/ lebih sehari
Turgor Kulit kembali > 2 Detik Mukosa kekurangan volume
Bibir Kering
Mata Cowong cairan
Konjungtiva Anemis
sekunder terhadap
inflamasi hepar
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar. 2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan
tubuh.
4. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal
muntah.
6. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
40
A. Definisi
Obstruksi usus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
pada traktus intestinal ( Price & Wilson, 2007). Obstruktif usus adalah suatu
sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007 dikutip
dari ( h
h tt p : // w w w .F il es - o f- D rsMed. tk ). Obstruksi usus adalah gangguan
pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi
merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
B. Etiologi a.
Mekanis
parut bisa melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu kusut
atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen tersebut mengalami supply
2) Tumor atau polip. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen
usus
strangulasi dari kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply darah
yang cukup. Bagian tersebut akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.
derajat sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada akhirnya
bisa menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera ditangani karena
usus ke dalam lumen usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara
ileum bagian distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam
lumen cecum.
1) Ileus paralitik.
2) Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Uremia
C. Diagnosa Keperawatan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis
absorbsi
dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis
B. Etiologi
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
C. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
D. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a) Akut
nefropati.
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik 4)
Proteinuria
5) Kelainan koroner
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
E. Evaluasi Diagnostik
yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa
yang besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200
mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik
penyakit DM.
F. Diagnosa Keperawatan
biologis.
pengaturan.
sumber informasi.
e. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.
Pengertian
NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang
Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi
pasiennya.
Handscon bersih
Handuk
Perlak
Bengkok
Spuit 10 cc
Stetoskop
Tongue spatel
Plaster
Pen light
Gunting
f. Prosedur Kerja:
2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT
suruh pasien untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah
sampai batas plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan
pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang
lagi.
10. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang
teraspirasi
tidak masuk
12. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau
keluarga.
Piring
Sendok
Garpu
Gelas
Serbet
Mangkok cuci tangan
Pengalas
Jenis diet
b) Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi depan
Pasang pengalas
Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum berdoa
Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan
makan.
sebentar.
Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan
Cuci tangan
Tujuan:
Indikasi colostomy yang permanen yaitu pada penyakit usus yang ganas
seperti carsinoma pada usus dan kondisi infeksi tertentu pada colon:
untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi
pasien
Pers iapan a la t :
· Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat.
· Zink salep
· Perlak dan alasnya
· Plester dan gunting
· Bengkok
Prosedur kerja:
· Cuci tangan
· Gunakan sarung tangan
· Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
· Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
sekitar stoma.
· Mencuci tangan
· Membuat laporan
b. Tujuan
c. Indikasi
1. Keracunan obat
Keracunan makanan 4.
Hematemesis
d. Persiapan
corongnya.
f) Gelas ukuran
Pelicin / jelly
k) Pinset anatomi
l) Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam
tempatnya)
2) Pasien
a) Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
3) Lingkungan 4)
Petugas
e. Pelaksanaan
menekuk/diklem
mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
3. Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu,
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat
obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan
dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap
6. Cuci tangan
dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan
dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
5. Cairan pelarut
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
3. Bebaskan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades
( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1
12. Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis
obat.
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha
sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ). Pemberian
obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2
tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin
tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe
lambat.
3. Spuit insulin
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
Cuci tangan
4. Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan
suntikan
subkutan)
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah
10. Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat,
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
vena frontalis / temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan
Cairan pelarut
7. Bengkok
9. Karet pembendung
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang
akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan
disuntik
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan
dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan
dilakukan penyuntikan
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat
6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
dalam spuit.
selang intravena.
Cuci tangan
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
penyuntikan ).
penyuntikan
6. Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau
terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
8. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada
bengkok.
Alat :
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik 4.
Computer
5. LCD
Proyektor Bahan :
1. ATK
Instruksi Kerja :
1. Persiapan
Mempersiapkan materi
Absesnsi peserta
2. Pelaksanaan :
Perkenalkan diri
duduk di tempat
berpartisipasi
selesai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital
bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi
tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita.
Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami meminta agar pembaca berkenan member kritik dan saran demi
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan.Jakarta.EGC.
h tt p :// k m br ik is at y a nugraha .b logspo t.co .id /20 11 /05 /pengka jii an - sii stt e m--
Jakarta:Salemba Medika.