Anda di halaman 1dari 42

I.

PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN 1) Keluhan Utama Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: nyeri, mual, muntah, diare, pembesaran abdomen, kembung, dan sendawa, ketidaknyamanan abdomen, gas khusus, hematemisis, perubahan pada kebiasaan defekasi, serta karakteristik feses, malaise, dan sebagainya. a Nyeri Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri. Factor lain seperti makanan, istirahat, defekasi, dan gangguan vascular, dapat mempengaruhi secara langsung nyeri ini. b Mual muntah Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang. Etiologi dan Patofisiologi Pusat muntah di batang otak mengkoordinasi berbagai komponen yang terlibat dengan aksi muntah. Pusat muntah menerima masukan dari berbagai stimulus. Impuls-impuls saraf
1

mencapai pusat muntah melalui jalur aferent dari cabang sistem saraf otonom simpatis. Reseptor-reseptor visceral dari serabut aferent yang terdapat di saluran gastrointestinal, jantung, ginjal, dan uterus. Ketika terstimulasi reseptor-reseptor ini memberikan informasi ke pusat muntah dan menjadi permulaan reflex muntah (Lewis, 2000). Distensi yang berlebihan atau iritasi pada duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Impuls ditransmisikan baik dari saraf afferent vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medulla, yang terletak dekat traktus solitaries kurang lebih pada tingkat nucleus dorsalis vagus. Reaksi motorik otomatis yang sesuai kemudian menimbulkan perilaku mutah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf cranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal ke bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diaphragma dan otot abdomen (Guyton, 1996). Pada stimulasi kortikal di dapat dari berbagai rangsangan psikis, termasuk gambaran yang mengganggu, yang memuakkan, dan stress psikologi lain yang sesuai juga dapat menyebabkan muntah. Hubungan saraf yang tepat terhadap efek-efek ini tidak diketahui, walaupun mungkin impuls melewati secara langsung pusat muntah tidak melibatkan zona perangsangan kemoreseptor. Zona pencetus kemoreseptor yang berlokasi di ventrikel keempat di dalam otak mendapat respon dari stimulus kimia dari onat-obatan dan racun. Rangsangan elektrik pada daerah ini juga mencetuskan muntah, ang terpenting adalah pemakainan obatobat tertentu termasuk morfin, dan beberapa derivat digitalis secara langsung merangsang zona pencetus kemoreseptor dan memulai muntah. Destruksi daerah tersebut menghambat muntah jenis ini, tetapi tidak menghambat muntah yang ditimbulkan oleh rangsangan iritasi pada traktus gastrointestinal itu sendiri (Lewis, 2000). Selain itu juga, telah diketahui dengan baik bahwa motion sickness (gerakan perubahan arah tubuh yang cepat mengakibatkan organ tertentu muntah). Mekanisme peristiwa ini adalah sebagai berikut:gerakan merangsang reseptor dari labirin dan impuls ditransmisikan terutama melalui inti-inti vestibular ke dalam cerebellum, kemudian zona pencetus kemoresptor, dan akhirnya ke pusat muntah untuk menyebabkan muntah (Ganong, 1997).
2

Kembung dan Sendawa (Flatulens). Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu

pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas (Smeltzer, 2002). d Ketidaknyamanan Abdomen Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri. e Diare Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar (Lewis, 2000). Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas

dan secara langsung meyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsure-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar (Cowin, 2007). Diare juga dapat disebabkan oleh factor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu, yang diperantai oleh stimulus usus oleh saraf parasimpatis. Diare juga dapat ditandai dengan pengeluaran feses berjumlah kecil tapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserativa dan penyakit crohn. f Konstipasi Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi. Rasa takut akan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus psikologis bagi seseorang untuk menahan BAB dan dapat menyebabkan terjadi konstipasi. Input-input psikologis lain juga dapat menyebabkan kelambatan defekasi. Rangsangan simpatis atas saluran GI dapat menurunkan motilitas dan dapat memperlambat defekasi. Aktivitas simpatis meningkat pada individu yang mengalami stress lama. obat-obat tertentu misalna antacid dan opiat juga dapat menyebabkan konstipasi. Trauma korda spinalis, sklerosis multiple, neoplasma usus, dan hipotiroidisme juga dapat menyebakan konstipasi. Suatu penyakit yang ditandai oleh disfungsi pleksus mienterikus di usus besar yang disebut penyakit Hirschpung (Megakolon congenital) juag dapat menyebakan konstipasi. Penyakit ini biasanya telah tampak segera setelah lahir.
4

2)

Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal: 1. Pengkajian rongga mulut 2. Pengkajian esofagus 3. Pengkajian lambung 4. Pengkajian intestinal 5. Pengkajian anus dan feses 6. Pengkajian organ aksesori

Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang. Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanykan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.

b Riwayat kesehatan dahului Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

Riwayat penyakit dan riwayat MRS Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat

mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.

Riwayat penggunaan obat-obatan Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas

maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses(agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau xzat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada hati.

d Riwayat alergi Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.

e Lokasi geografik Riwayat bagaimana pasien melakukan perjalanan, khususnya pada are-are tertentu pada struktur geografis di indonesia dimana tempat pasien tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan yang memerlukan transportasi yang kompleks dan memerlukan lama perjalan yang berpariasi sehingga memberikan manifestasi terhadap lama sakit pada gangguan GI seperti mual, muntah, dan diare.

f Riwayat nutrisi Pada saat melakukan pengkajian fungsi sisten GI, pengkajianan nutrisi merupakan elemen penting yang harus dilakukan pada pengkajian riwayat kesehatan. Pengkajian status nutrisi lebih lengkap dapat dipelajari pada BAB selanjutnya. Beberapa pengkajian penting dilakukan perawat dalam mengkaji bagaimana nafsu makan pasien sebelum dan sesudah mengalami keluhan GI dan bagaimana proses perubahan nafsu makan tersebut, apakah bersifat mendadak atau perlahan-lahan. Perawat membantu pasien agar bisa mendiskripsikan makanan dan minuman yang telah dikonsumsi pada periode 24 jam. Perawat mengeksplorasi hubungan antara asupan makanan dengan manifestasi gangguan GI yang mungkin terjadi. Perawat juga mengidentifikasi interaksi dari obat dan makanan yang dikonsumsi.

g Riwayat Pola Hidup Pengkajian ini untuk mengidentifikasi beberapa kebiasaan yang bisa memengaruhi gangguan GI, seperti pola makan (berpengaruh pada kondisiobesitas), minum kopi (kafein meningkatkan iritasi mukosa lambung dan meningkatkan resiko gastritis), alkohol
7

(meningkatkan resiko peradangan lambung dan kerusakan sel-sel hati), atau merokok (mengiritasi mukosa GI dan meningkatkan resiko kanker esophagus). Perawat mengkaji bagaimana kondisi lingkungan atau pekerjaan pasien sehari-hari mempunyai hubungan dengan gangguan gastrointestinal. Seperti pada beberapa pasien yang bekerja dengan banyak stresor seperti sekuriti atau bagian keuangan memberikan manifestasi keluhan yang berhubungan dengan GI.

1) Pemarikasaan fisik Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.

1. Survei umum Survei umum pada pemeriksaan GI untuk melihat adanya ikterus, kaheksia, pigmentasi kuli, status mental dan pengkajian tangan.

a. Ikterus Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan. Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier. ( smeltzer,2002).

b. Kaheksia dan atrofi

Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang belum lama terjadi.

c. Pigmentasi kulit Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati, hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut (Elrord, 2000). Bercak bercak seperti flek (lesi diskrit berwarna cokelat-hitam) pada bibir disebut dengan sindrome Peutz-Jeghers serta jari-jari tangan dan kaki berkaitan dengan hemartoma usus kecil (50 %) dan kolon (30%) yang dapat menimbulkan perdarahan atau intususepsi. Pada keadaan autosomal dominan ini insiden dari adenokarsinoman GI meningkat (Talley, 1995). Spider nevi atau gambaran kapiler yang melebar dan bercabang-cabang dari bagian tengahnya sehingga menyerupai sarang laba-laba. Ukuran dari spider nevi bervariasi dari hanya terlihat saja sampai berdiameter 0,5 cm. Distribusi spider nevi biasanya pada daerah yang berhubungan dengan kava superior sehingga ditemukan pada lengan, leher dan dinding dada. Spider nevi terkadang dapat berdarah secara hebat. Tekanan pada arterior serta dengan alat penunjuk menyebabkan seluruh lesi memucat. Ditemukannya lebih dari dua spider nevi dimana pun pada badan dianggap abnormal. Spider nevi dapat disebabkan oleh sirosis, paling sering ditemukan pada pasein dengan konsumsi alkohol. Kelainan ini dapat terjadi untuk sementara pada hepatitis virus yang kemudian menghilang sendirinya. Patogenesis dari spider nevi sampai saat ini masih kontrversial dan tidak ada penyebab yang pasti ( Taller, 1993).
9

d. Pengkajian tangan Clubbing. Dari pasien-pasien yang tidak berkompensasi sepertiganya menderita clubbing pada jari tangan. Kelainan ini dapat berkaitan dengan shunting arteriovenosa pada kedua paru sehingga menimbulkan desaturasi oksigen arterial. Sianosis dapat berkaitan dengan penyakit hati kronik yang berat dan suadah berlangsung lama. Penyebab dari AV shunting ini tidak diketahui. Keadaan seperti penyakit inflamasi usus besar yang menyebabkan deplesi nutrisional dalam jangka lama dapat menimbulkan clubbing.

e. Status mental dan tingkat kesadaran Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak

terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktorfaktor presipitasinya. Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu (keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam rantai pendek, dan amin.

2. Bibir Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
10

3. Rongga mulut Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga mulut. Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat. Pada lansia mukosa normalnya kering karena penuruna salifasi. Bercak putih dan tebal (leukoplakia) dapat dilihat pada perokok berat dan alkoholik. Leukoplakia harus dilaporkan karna dapat juga merupakan lesi prakanker. Perawat memalpasi pipi dengan satu jari sepanjang mukosa dalam dan ibu jari sepanjang pipi luar untuk memeriksa adanya benjolan dalam atau ulsirasi. Sambil merektrasi pipi, perawat menginspeksi warna, adanya edema, retraksi, pendaharahan, dan lesi pada gusi atau ginggiva. Busi disebelah sekitar graham bungsu juga harus diperiksa karena area ini merupakan area yang sulit untuk dijangkau pada saat bembersihkan gigi. Gusi yang sehat berwarna merah muda, halus,dan lembab dengan teppian yang kuat pada setiap gigi. Perawat memeriksa adanya ulkus mulut yang merupakan tanda sekunder dari beberapa penyakit sistemik yang dapat timbul sebagai ulkus dimulut. Ulkus aftosa adalah jenis yang paling sering dijumpai. Ulkus ini dimulai dengan vesikel kecil yang nyeri pada lidah atau permukaan mukosa mulut yang dapat pecah membentuk ulkus dangkal yang nyeri. Ulkus-ulkus ini sembuh tanpa meninggalkan parut. Penyebaanya tidak diketahui sama sekali. Ulkus ini biasanya tidak menunjukkan adanya penyakit serius yang mendasarinya, tetapi dapat terjadi pada penyakit Crrohn atau penyakit seliak.
11

Moniliasis. Infeksi jamur oleh kandida abilkans menyebabkan terjadinya bercak-bercak putih didalam rongga mulut yang sulit dilepas dan bekasnya berdarah. Infeksi ini dapat menyebar hingga mengenai esofagus dan menimbulkan disfagia. Moniliasis berkaitan dengan imunosupresi (steroid, kemoterapi tumor, atau kelainan imunologis yang mendasarinya seperti AIDS) atau keganasan hematologis dimana disebabkan oleh daya tahan hospes yang menurun. Anti biotikk septrum luas yang menghambat flora normal mulut juga merupakan penyebab yang sering karena terjadi pertumbuhan jamur yang berlebihan. Higiene mulut yang buruk, defisiensi besi, dan diabetes militus, juga menjadi predisposisi penyebab. Pemeriksaan kualitas higiene mulut dapat ditentukan dengan mudah melaui inspeksi gigi. Posisi dan kesejajaran gigi harus dicatat untuk memeriksa permukaan posterior gigi perawat meminta pasien membuka mulut dengan bibir rileks. Spatel lidah diperlukan untuk merektrasi bibir dan gigi terutama ketika memeriksa molar. Tartar disepanjang dasar gigi, karies gigi (lubang), daerah denga ekstrasi, dan warna gigi harus dicatat. Gig yang sehat, normal, halus, putih, dan bercahaya. Perubahan warna seperti kapur pada email merupakan indikasi dini pembentukan karies. Perubahan warna coklat atau hitam mengindikasikan pembentukan karies. Pada lansia, gigi yang tanggal atau lepas merupakan hal yang umum terjadi karena adanya peningkatan resorsi tulang. Gigi lansia sering kali terasa kasar saat enamel gigi mengeras.

4. Lidah dan dasar mulut Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah. Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple forroed . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.
12

Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-are yang umumnya terkena lesi kanker oral. Pasien mengangkat lidahnya dengan menempatkan bagian ujungnya pada palatum dibegian belakang gigi taring. Perawat memerik warna adanya pembengkakan, dan lesi seperti nodul atau kista. Permukan fentral dari lidar berwarna merah muda dan halus dengan vena besar diantara lipatan frenulum. Untuk memalpalpasi lidah, perawat menjelaskan prosedur dan kemudian meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya. Perawat memegang ujung lidah pasien dengan kasa segi empat dan menariknya dengan hati-hati kesatu sisi. Dengan menggunakan sarung tangan, perawat memalpasi sepanjang lidah dan juga bagian dasarnya untuk adanya pengerasan atau ulserasi. Dapat terlihat adanya varises(vena yang membengkan dan berkelokkelok). Parises jarang menimbulkan masalah tetapi banyak terjadi pada lansia. Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula

Kelenjar parotis Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa malnutrisi.

5. Pemeriksaan fisik Abdomen a) Modalitas pemeriksaan abdomen

13

Abdomen dibagi secra imajiner. Adanya garis batas membantu perawat memetakan region abdomen.prosesus hipoideus (ujung sternum) menandai tepi atas region abdomen dan simfisis pubis menggambarkan tepi bawah. Dengan membagi abdomen menjadi empat kuadran imajiner, perawat dapat merujuk hasil pengkajian dan mewncatatnya dalam hubungannnya dalam setiap kuadran. Sebagai contoh, perawat dapat menentukan bahwa pasien mengalami nyeri tekan pada kuadran kiri bawah ( LLQ ) dengan bising usus normal. Sebelah posterior ginjal terdapat di vertebra T12 sampai L3, dilindungi oleh iga bawah dan otot. Sudut kostovertebral dibentuk oleh iga terakhir dan kolumna vertebra adalah garis batas yang digunakan Selama palpasi ginjal. b) Persiapan dan survei abdomen secara umum Perawat manata ruangan pemeriksaan dengan menurunkan kebisingan, optimalisasi pencahayaan, dan mengatur privasi denga memasang sampiran apabila pemeriksaan dilakukan pada bangsal keperawatan. Pada saat pemeriksaan abdomen, pasien harus rileks. Otot abdomen yang mengencang menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi. Perawat meminta berkemih sebelum pemeriksaan dimulai. Perawat kemudian mengatur posisi pasien secara terlentang, meletakkan selimut untuk melindungi tungkai dan pakaian bagian abdomen dibuka. Bantal kecil ditempatkan dibelakang lutut. Jika pasien meletakkan lengan dibawah kepala, otot abdomen dapt mengncang. Abdomen dipajankan btepat dari atas prosesus hipoidius sampai kebawah simfisis pubis. Perawat melakukan pemeriksaan dengan tenang dan perlahan, memastikan bahwa terdapat pencahayaan yang adekuat. Abdomen dipanjankan tepat dari atas prosesus sifoideus kebawah ke simfisis pubis. Tangan dan stetoskop yang hangat akan meningkatkan relaksassi. Mempertahankan percakapan kecuali selama auskultasi membantu mendistraksi pasien. Pasien diminta melapor jika terjadi nyeri dan menunjuk area yang nyeri. Area yang nyeri harus dikaji paling akhir. Urutan pemeriksaan abdomen asedikit berbeda dengan pengkajian sebelumnya. Perawat memulainya denga inspeksi dan diikuti dengan auskultasi.pengkajian dengan
14

auskultasi sebelum palpasi dan perkusi merupakan hal yang penting dilakukan karena palpasi dan perkusi dapat mengubah frekuensi dan karakter bisisng usus. Perawat juga memerluka pita ukur dan pena ( potter, P.A,2005). Pertama-tama perawat melakukan survey secara umum dengan mengobservasi pasien selama aktivitas layanan rutin. Perawat mencatat postur pasien dan status nutrisi. Pengkajian status nutrisi dinilai dari pertimbangan komposisi berat badan dan tinggi badan. Pasien yang terlalu kurus atau malnutrisi akan memperberat kesembuhan dan terjadi penurunan sistem imun yang berhubungan dengan penurunan kandungan protein plasma. Perawat kemudian melakukan inspeksi pada perut dengan melihat gerakan atau bayangan abnormal paada abdomen. Perawat berdiri disisi kanan pasien dan melakukan inspkeksi dari tas abdomen. Dengan posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen, perawat mengkajia kontur. Pemeriksaan ringan diarahkan pada seluruh abdomen. Inspeksi Kulit. Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola vena atau pembesaran vena, lesi, dan striae ( tanda guratan-guratan ). Kulit memiliki warna yang sama dengan bagian tubuh yang lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada pasien yang kurus. Pada kondisi klinis, pasien dengan pembesaran vena pada abdomen bagian atas sampai dinding dada anterior merupakan manifestasi pembesaran vena dari pasien yang tummur mediastinum. Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau kehamilan. Adanya lubang buatatan menunjukkan adanya daerah drainase yang terjadi akbat pembedahna atau kolostomi. Jaringan parut menunjukkan trauma atau pembedahan dimasa lampau yang menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ dibawahnya. Memar dapat mengindikasikan cedra kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis gangguan perdarahan. Hasil yang tidak diharapkan mencangkup perubahan warna seperti ikterik atau sianosis. Pasien diminta miring ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung jika cairan merupakan penyebab distensi. Perawat harus berhati-hati agar tidak rancu antara distensi atau obesitas.
15

Kesimetrisan abdomen. Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen; mempertahankan adanya massa, penonjolan, atau distensi. Abdomen datar membentuk bidang horizontal dari proseus sifoideus sampai simfisis pubis. Abdomen yang bulat menonjol kedalam bola cekung dari bidang horizontal. Setio hasil temuan tersebut normal jika bentuk abdomen simetris. Pada lansia, sering terdapat peningkatan distribusi jaringan adipose yang merata. Adanya massa yang hanya pada satu sisi atau tidak simetris dpat mengindikasikan adanya kondisi patologis. Gas intestinal, tumor,atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan distensi (pembengkakan). Jka distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan menonjol, kulit sering tampak tegang, seperti diregangkan di atas abdomen. Jika gas menyebabkan distensi, panggul tidak menonjol. Akan tetapi, jika cairan yang menjadi sumber masalahnya, maka akan terlihat perut katak atau pembesaran kea rah samping pada pasien dengan akumulasi cairan pada rongga adomen. Pasien diminta miring ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung, jika cairan merupakan penyebab distensi.perawat menanyakan pada pasien apakah abdomen terasa kencang. Perawat harus berhati-hati agar tidak tertukar antara distensi dengan obesitas. Pada obesitas ditemukan abdomen besar, gulugan jaringan adipose terdapat disepanjang panggul, dan pasien tidak mengeluh sesak pad abdomen. Jika terjadi distensi abdoemen, perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur disekeliling abdomen setinggi umbilicus. Penguuran berurutan akan menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan distensi. Gunakan pena dengan untuk menunjukkan dimana pita ukur tersebut diletakkan. Perawat memperhatikan kondisi abdomen kuadran bawah tentang kontur dan kesimetrisan dari abdomen yang dilihat dari identifikasi penonjolan local, distensi, atau gelombang peristaltic. Adanya tanda sikatrik merupakan tanda adanya pembedahan abdomen bagian bawah. Perhatiakan adanya pembesaran pada abdomen bagian bawah yang bukan karena penumpukan cairan (acites). Perbedaan dari pembesran abdomen yang bukan karena cairan dengan yang berisi cairan adalah dengan melihatb bentuk dari pembesaran tersebut.
16

Pembengkakan local dapat menunjukan pembesarn salah satu oragan dalam abdomen atau pelvis. Hernia adalah protrusi dari suatu viskus melalui lubang yang abnormal. Kedaan ini dapat terjadi karena operasi sebelumnya yang memperlemah dinding abdomen(hernia insisional), kelemahan diding abdomen kongenital ( paraumbilikal, inguinal atau femoral hernia), atau tekanan abdominal yang meningkat (hernia umbilkal, inguinal atau femoral). Auskultasi Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi ( yang dapat meningkatatkan motilitas usus dan dengan demikian mengubah bising usus). Perawat mengauskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan untuk mendeteksi bunyi vascular. Pasien diminta untuk tidak berbicara. Jika pasien memakai selang neogastrik atau selang intestinal yang dihubungkan dengan kepenghisap intermiten, maka selang tersebut harus dimatikan sementara. Bunyi alat penghisap (suction) dapat mengaburkan bising usus. Motilitas usus. Peristaltic atau motilitas usus halus merupakan fungsi normal usus halus dan usus besar. Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dari cairan yang diciptakan oleh peristalsis tersebut. Diagfragma stetoskop yang dihangatkan diletakkan sedikit diatas setiap kuadran. Normalnya udara dan cairan yang mengalir melwati usus menimbulkan bunyi berdeguk atau bunyi klik yang terjadi tidak teratur 5-35 kali permenit. Bunyi tersebut dapat berlangsung selama 0,5 detik sampai beberapa detik. Normalnya diperlukan 5-20 detik untuk mendengarkan bisisng usus. Akan tetapi, diperlukan waktu 5 menit mendnegarkan secara kontinu sebelum memutuskan bahawa tidak ada bising usus (potter, 2005). Bising vena. Bising vena secara khas terdengar diantara prosesus sifoideus dan

umbilicus pada kasus-kasus hipertensi porta, tetapi tidak sering. Bising vena ini dpat menjalar ke dada atau hepar. Volume darah yang besar yang mengalir didalam vena-vena umbilikalis atau paraumbilikalis pada ligamentun falsiformis adalah bertanggung jawab untuk timbulnya bising vena ini. vena-vena ini menyalurkan darah dari vena portal kiri menuju vena epigastrika atau vena mamaria interna pada diding abdomen. Bisisng vena (venous hum) kadang kadang dapat terdengar pada pembuluh-pembuluh darah besar lain seperti vena mesentrika inferior atau setelah shunting postkaval (Talley, 1993).
17

Bruit. Pada kondisi kilinik, sangat jarang suatu bruit sistolik arterial dapat terdengar pada hepar basanya ini disebabkan oleh hepatoma atau hepatitis alkoholik. Auskultasi untuk bruit ginajl diindikasikan dicurigai adanya stenosis arteri renalis. Perkusi Perkusi abdomen dilakukan untuk mengetahui letak organ-organ yang berada di bawahnya, tulang, atau massa; dan membantu mengungkapkan adanya udara di lambung dan usus. Peserta didik pemula menggunakan keterampilan ini dengan cara yan terbatas. Diperlukan latihan untuk memastkan keakuratan timpani atau pekak di catat selama perkusi. Perawat memerkusi secara sistemik setiap kuadran untuk mengkasji area timpani dan pekak. Area-area yang menimbulkan nyeri selalu diperkusi paling akhir. Timpani biasanya mendominasi karena adanya udara di dalam lambung dan usus. Perkusi pekak terdengar sebagai bunyi bernada sedang sampai tinggi yang terdengar di atas massa padat seperti hati, limfe, pancreas, ginjal, dan kandung kemih yang terdistensi. Selain itu, bunyi pekak juga dapat mengindikasikan adanya tumor. Jika terdengar adanya pekak sangat bermanfaat untuk palpasi untuk menyeesaikan pengkajian yang lebih lengkap. Palpasi Dengan palpasi umumnya peserta didik keperawatan menggunakannya untuk mendereksi area-area nyeri tekan pada abdomen dan mencatat kualitas distensi abdomen atau massa. Semakin terampil peserta didik tersebut maka semakin mempelajari penggunaan palpasi untuk organ-organ spesifik seperti hati. Palpasi yang digunakan adalah palpasi ringan dan dalam. Setelah mengosongkan kedua tangan, perawat menggunakan palpasi ringan. Area yang menimbulkan nyeri dipalpasi paling akhir. Perawat meletakkan telapak tangan dengan jari diekstensi dan menekan ringan pada abdomen. Perawat mejaga agar telapak tangan dan lengan atas tetap horizontal. Bantalan ujung jari menekan kira-kira 1,3 cm dengan gerakkan menukik yang lembut. Perawat menghindari tusukan cepat dan menggunakan gerakan terkoodinasi yang halus. Dengan meletakkan tangan pasien di atas abdomen dan tangan
18

perawat di atas tangan pasien akan sangat membantu jika pasien tersebut mudah merasa geli. Ha ini dilakukan sampai perawat meindahkan tangan pasien secara bertahap. Palpasi sistemik dilakukan untuk mebgkaji adanya resistensi muscular, distensi, nyeri tekan, dan organ atau massa superficial. Sambil memalpasi perawat mengobservasi wajah pasien untuk melihat adanya ketidaknyamanan. Abdomen normalnya halus denngan kelunakan yang konsisten yang tidak ada nyeri tekan tanpa massa. Lansia sering kali kekurangan tonus abdomen. Apabila perawat memalpasi area sensitive, maka dapat terjadi ketegangan otot. Jika ketegangan otot tersebut tetap ada setelah pasien dibantu untuk rileks, maka hal tersebut dapat disebabkan oleh peritonitis, kolesistitis akut, atau apendiksitis. Kandung kemih yang terdistensi mudah didteksi dengan palpasi ringan. Normalnya kandung kemih berada di bawah umbilicus dan tidak di atas simpisis pubis. Perawat secara rutin memeriksa adanya distensi kandung kemih jika pasien tidak dapat berkemih (misalnya karena anaestesia atau sedasi), mengalami inkontinensia, jika kateter tidak mengalir denga baik. Palpasi ringan dilakukan untuk mengidentifikasi rasa nyeri tekan, misalnya pada palpasi lambung. Adanya temuan abnormal harus di catat berdasarkan pengalaman perawat dapat melakukan palpasi dalam untuk menggambarkan organ-ogan abdominal dan untuk mendeteksi adanya massa yang kurang jelas. Saat melakukan palpasi diperlukan kuku yang pendek. Penting bagi pasien untuk rileks pada saat tangan perawat menekan kira-kira 2,5/7,5 cm kedalam abdomen. Palpasi dalam tidak pernah digunakan di atas insisi bedah atau organ yang sangat lunak. Palpasi juga tidak digunkan pada massa yang normal. Tekanan dalam dapat menyebabkan nyeri tekan pada pasien sehat jika diberikan di atas sekum, kolon sigmoid, aorta, dan garis tengah di dekat prosesus sifoideus. Massa yang terpalpasi dikaji ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, ulsasi, dan mobilitasnya. Jika terdapat nyeri tekan, pemeriksa memeriksa adanya nyeri lepas. Dengan tes ini perawat menekan tangan secara perlahan dan mendalam ke dalam area yang sakit dan kemudian melepaskannya dengan cepat. Jika nyeri muncul pada saat di lepaskan, maka seperti apendisitis, rangkaian pankreatitis, atau cedera peritoneum yang menyebabkan empedu,

darah, atau enzim memasuki rongga peritoneum.


19

6. Pemeriksaan Rektal Anus Inspeksi Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri. Perawat yang mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada anus dan daerah perianal dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai adanya konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini: 1. Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-in-ano biasanya terjadi secara berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah. Mungkin perlu menyuruh pasien mengedan agar fisura dapat terlihat 2. Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena akibat bendungan vena usus. 3. Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah terlihat menonjol dari anus. 4. Fistel-in-ano, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus. Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi. Fistel ini mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn. 5. Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada pinggir anus. Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada anus. Pasien diminta bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini dimasukkan perlahan-lahan kedalam rectum.

20

Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang bertambahdan akan menjadi sangat keras bila terdapat karsinoma prostat. Massa di atas prostat atau serviks dapat menunjukkan adanya metastatic. Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan, dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara berurutan. Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik keluar menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip, lebih mungkin teraba dengan cara ini. Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar atau melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan menunjukkan kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru mengalami thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal. Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum: 1. Karsinoma rekti 2. Polip rekti 3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas) 4. Deposit metastatic pada pelvis 5. Keganasan uterus atau ovarium 6. Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung) 7. Endometriosis

7. Pengkajian organ aksesori Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.
21

a. Palpasi dan perkusi hati Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati. Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut. Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah. Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata. Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan. Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran tersebut
22

tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut. Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Asites. Penumpukan cairan (asites) dalam rongga abdomen. Dengan terjadinya asites, volume intravascular cenderung menurun dan ginjal akan melepaskan rennin. Rennin akan meningkatkan sekresi hormone aldosteron oleh kelenjar adrenal yang selanjutnya membuat ginjal menahan natrium dan air dalam upaya untuk mengembalikan volume intravascular pada keadaan yang normal (Smeltzer, 2002). Dengan berlanjutnya hipertensi portal, retensi cairan turut membentuk lebih banyak lagi cairan asites karena albumin dalam cairan asites menimbulkan gradient osmotic dan menarik lebih banyak cairan ke dalam kavum peritoneal. Meskipun asites sering merupakan akibat dari kerusakan hati, pada kondisi klinik keadaan ini dapat pula terjadi pada kelainan lain seperti penyakit kanker, penyakit ginjal dan gagal jantung. Adanya asites dan luasnya dikaji dengan perkusi abdomen. Apabila sudah terdapat pengumpulan cairan dalam kavum peritonei, daerah pinggang akan menonjol ketika pasien berada dalam posisi berbaring telentang (supinasi). Cairan asites dapat dipastikan dengan melakukan perkusi untuk pemeriksaan shifting dullness atau dengan mendeteksi gelombang cairan. Adanya gelombang cairan (fluid wave) kemungkinan hanya ditemukan bila terdapat cairan dalam jumlah yang besar. Pengukuran dan pencatatan lingkar abdomen serta berat badan yang dilakukan setiap hari sangat penting untuk mengkaji perkembangan asites dan responnyaterhadap pengobatan (Smeltzer, 2002).

II.

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM CERNA

1) Endoscopy Endoskop adalah suatu instrument yang dilengkapi dengan lampu dan di gunakan untuk memvisualisasikan rongga atau organ tubuh. Endoskopi yang dulu berbentuk kakis,tubular,dan terbuat dari logam disebut endoskopi kaku. Endoskopi yang banyak digunakan adalah endoskopi jenis serat optic
23

yang mentrasmisikan cahaya melalui serat kaca kecil di sepanjang tabung yang fleksibel. Endoskopi digunakan untuk pemeriksaan melalui pengamatan langsung,pencitraan video atau fotografi,biopsy,dan pengobatan (mis. Pemasangan stent untuk

mempertahankan agar saluran empedu tetap terbuka dan lain-lain) Endoskopi dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya baik dan dibuat rileks (sedasi). Akan tetapi ,beberapa pemeriksaan perlu menggunakan anestesi

umum,biasanya dilakukan dalam kegiatan pembedahan sehari (ODS=one day surgery). Pemeriksaan endoskopi terdiri atas esofagoskopi, gastroskopi, duodenoskopi, enteroskopi,anuskopi, proktoskopi,sigmoiddoskopi,kolonoskopi dan koledokoskopi. Sedangkan, pemeriksaan panendoskopi adalah sekaligus melakukan esofagoskopi,

gastroskopi,dan duodenoskopi. Enteroskopi dipakai untuk mendorong jejunum dan ileum. Kolonoskopi dilakukan untuk melihat sebagian saja dari kolon atau untuk

memeriksa seluruh kolon yang dinamakan kolonoskopi total. Pemeriksaan endoskopi untuk melihat duktus koledokus, duktus pancreas, serta duktus hepatic melaui ampula Vater di duodenum dengan tujuan membantu dalam mengevaluasi

ikterik,pancreatitis,tumor pancreas,batu duktus koleduktus dan penyakit lainnya. Pemerikasaan ini disebut kolangio-pankreatografi retrograde endoskopik (ERCP= Endoscopic retrograde colangio pancreaography). Endoskopi Gastrointestinal Atas Fiberoskopi terhadap saluran GI atas memungkinkan untuk visualisasi langsung esophagus lambung dan mukosa duodenal melalui endoskop berlampu (gastroskop). Prosedur ini khususnya bermakna bila ada abnormalitas esophagus,lambung atau duodenal dan inflamasi,neoplastik atau infeksi ysng dicurigai. Motilitas esophagus dan lambung dapat dievaluasi. Sekresi dan specimen jaringan dapat dikumpulkan untuk analisa lanjut. Fotografi video diambil melalui skop yang memungkinkan untuk dokumentasi temuan.

24

Indikasi endoskopi diagnostic saluran cerna atas meliputi ; kasus yang tidak sembuh dengan terapi intensif, kondisi perdarahan saluran cerna atas, adanya obstruksi saluran cerna, adanya kecurigaan kea rah keganasan,serta menetukan jenis keganasandengan biopsy atau penyikatan (untuk sitologi). Pemeriksaan ini dilakukan apabila hasil rontegen tidak jelas, mencurigakan, untuk penelitian serta sebagai follow up setelah terapi medis atau pembedahan (Lewis,2000). Kontraindikasi endoskopi saluran certa atas dapat bersifata absolute seprti pada pasien yang tidak kooperatif, pasien yang mengalami serangan status asmatikus, kondisi infark miokard akut, dekompensasi jantung dan dalam kondisi syok. Sementara itu, kontraindikasi relative utama pada pasien yang mengalami hipertermi, faringitis, kelainan tulang servikotorakal, sesak nafas yang ringan,infeksi akut seperti pneumonia,peritonitis, tumor mediastinum dan aneurisma aorta (Black,1995). Keuntungan endoskopi saluran cerna atas untuk diagnostic adalah : 1. Lesi kecil seperti erosi atau polip kecil dapat diatasi 2. Dapat membedakan antara jaringan atau tukak aktif 3. Dapat membedakan tukak yang ganas dari tukak yang tidak ganas. 4. Dapat melakukan pewarnaan, misalnya dengan biru metilen untuk mempermudah mendiagnosis keganasan. 5. Dapat melakukan biopsy untuk menentukan keganasan dan mengetahui jenis keganasan. 6. Dapat melakukan penyikatan (brushing) untuk pemeriksaan sitologi 7. Dapata menentukan lokasi perdarahan.

Prosedur Internvensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Pemerikasaan Endoskopi Gastrointestinal Atas Prosedur Umum 1. Pasien diinstruksikan untuk puasa selama 6-12 jam sebelum pemeriksaan

25

2. Siapkan sarana format persetujuan tindakan. 3. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien, serta berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih kooperatif pada saat intervensi. 4. Anjurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan tindakan (Informed consent ). 5. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang jadwal pemeriksaan. 6. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi. Prosedur keperawatan saat dilaksanakan prosedur endoskopi 1. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut : a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi. b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan kardiorespirasi. 2. Jelaskan langkah prosedur a. Tenggorokan akan dilakukan penyemprotan dan kumur dengan anestetik local. b. Pasien akan mendapat pemberian obat-obatan secara intravena seperti diazepam (valium), atropine untuk mengurangi sekresi, dan glucagon untuk merilekskan otot halus.. c. Pasien akan dilakukan prosedur pengaturan endoskopi posisi dengan untuk cara

memudahkan

memiringkan tubuh pasien memudahkan aliran saliva dan memberikan akses mudah untuk endoskop. 3. Bantu ahli gastroenterology untuk mmberikan pelumas larut air pada instrument endoskopi. 4. Anjurkan pada pasien untuk melakukan seperti menelan ludah pada saat dimasukkan dengan perlahan sepanjang bagian belakang mulut. Hal ini dilakukan agar alat lebih mudah masuk
26

ke esophagus. 5. Lakukan monitoring pada kondisi jalan nafas selama prosedur yang dilakukan sekita 30menit. 6. Beri dukungan psikologis pada pasien ada saat ahli

gastroenterology melihat dinding gaster serta sfingternya. Endoskop kemudian dimasukkan terus ke duodenum untuk pemeriksaan lebih jauh. 7. Serahkan alat forsep biopsy untuk mendapatkan specimen jaringan atau apusan sitologi untuk mendapatkan sel yang akan digunakan dalam pemeriksaan mikroskopik. Spisemen tersebut dapat dimasukan melalui skop. Setelah selesai,apusan sitologi dipersiapkan untuk dikirim ke laboratorium. 8. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai

dilaksanakan. Prosedur Keperawatan Pascaendoskopi 1. Instruksikan tidak makan atau minum sampai reflex faring kembali (dalam 1-2 jam) untuk mencegah aspirasi makanan atau cairan ke dalam paru 2. Observasi tanda-tanda perforasi seperti nyer perdarahan, kesulitan menelan yang tidak biasanya. 3. Berikan kumur salin dan obat analgesic oral setelah reflex faring kembali. 4. Lakukan pengaturan tirah baring sampai dengan pengaruh sedasi telah sadar betul. Dokumentasi 1. Catat persiapan umum yang telah dilakukan pada pasien. 2. Catat apusan sitologi sudah dikirimkan ke bagian laboratorium. 3. Pemberian informasi sudah diterima dan dimengerti oleh pasien 4. Catat bagaimana tingkat toleransi pasien pada saat prosedur. 5. Catat pemberian cairan,obat-obatan, dan sarana yang

digunakan.
27

6. Catat tanda-tanda vital pascaprosedur.

Endoskopi Gastrointestinal Bawah Pemeriksaan endoskopi gastrointestinal bawah diindikasikan pada pasien dengan kasus yang tidak sembuh dengan terapi intensif dan pasien dengan foto rontgen menunjukan adanyapenyempitan, gambaran yang tidak jelas. Pasien dengan hematokesia yang disebabkan oleh hemoroid juga menjadi indikasi pada

pemeriksaandiagnostik ini. Untuk menentukan jenis radang kolon atau sebagai follow up setelah operasi misalnya pada karsinoma kolorektal atau setelah terapi medis misanya pada colitis ulserosa dan sebagainya atau setelah polipektomi membutuhkan pemeriksaan diagnostic secara endoskopi. Kontraindikasi endoskopi saluran cerna bawah secara absolute adalah pasien dengan kehamilan semester ketiga dan kondisi akut pada abdomen. Kontraindikasi yang bersifat relative pada kondisi dialtasi akut pada colitis ulserosa (penyakit Crohn), diverticulitis akut, adnya penyakit kardiovaskuler atau aneurisma aorta abdominal. Kenuntungan endoskopi saluran cerna bawah untuk diagnostic adalah sebagai berikut : 1. Dapat menentukan adanya radang kolorektal dan jenis radang. 2. Dapat melakukan biopsy untuk menyokong diagnosis radang dan tukak kolorektal misalnya adanya amuba dan sebagainya 3. Dapat menentukan keganasan kolorektal disertai biopsy. 4. Dapat menentukan lokasi perdarahan Alat yang digunakan untuk prosedur endoskopi gastrointestinal dapat menggunakan skop kaku atau skop serat optic fleksibel. Prosedur endoskopi
28

gastrointestinal bawah,terdiri atas anoskop yaitu skop kaku yang digunakan untuk memeriksa kanal anal. Proktoskop dan sigmoidoskop adalah skop kaku yang digunakan untuk melihat rectum dan kolon sigmoid, untuk bukti ulserasi, tumor,polip, atau proses patologis lain.Kolonoskopi adalah inspeksi visual langsung terhadap kolon sampai sekumdengan alat kolonoskop serat optic. Perawat melalukan persiapan praendoskopi dengan tujuan pasien secara fisik dan fisikologis saiap untuk dilakukan prosdur endoskopi dan koordinsi untuk penetapan jadwal dapat lebih efesien dan efektif Prosedur interensi keperawatan pada pasien dengan pemeriksaan endoskopi

gastrointestinal bawah Prosedur kaku skop 1. Siapkan sarana format persetujuan tindakan. 2. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien, serta berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih kooperatif saat intervensi. 3. Ajnurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan tindakan (informed consent). 4. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang jadwal pemeriksaan. 5. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi. 6. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut : a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi kaku. b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan kardiorespirasi. 7. Jelaskan langkah prosedur :

29

a. Pasien akan diatur posisi lutut - dada pada tepi tempat tidur atau meja periksa. Punggung naik dengan sudut kira-kira 45 derajat, pasien pada posisi tepat untuk memasukan anoskop,proktoskop, atau sigmoidoskop b. Selama pemeriksaan proktosigmoidoskopik, pasien akan diberi informasi tentang kemajuan pemeriksaan. c. Pasien akan merasakan tekanan yang ditimbulkan oleh alat akan menciptakan dorongan untuk defekasi. 8. Bantu ahli gastroenterologi untuk memberikan pelumas larut air pada instrumen endoskopi. 9. Beri dukungan pada pasien pada saat ahli gastroenterology memasukan alat ke lubang anus sampai pada saat melepas alat. 10. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. 11. Transportasikan pasien secara aman keruang rawat inap. 12. Observasi adanya pendarahan fekal dan tanda-tanda perforasi usus (misalnya demam drainase rectal,distensi abdomen, dan nyeri) 13. Lakukan aktivitas regular diet sesuai toleransi. Prosedur serat optik skop 1. Siapkan sarana format persetujuan tindakan. 2. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien, serta berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih kooperatif saat intervensi. 3. Ajnurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan tindakan (informed consent).

30

4. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang jadwal pemeriksaan. 5. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi. 6. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut : a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi serat optic. b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan kardiorespirasi. 7. Jelaskan langkah prosedur : a. Pasien akan ditempatkan pada posisi nyaman miring kiri dari tempat tidur dengan kaki ditekuk dan ditempatkan dianterior b. Pasien akan merasakan tekanan yang ditimbulkan pada saat alat masuk ke rectum dan akan menciptakan dorongan untuk defekasi. 8. Bantu ahli gastroenterologi untuk memberikan pelumas larut air pada instrumen endoskopi. 9. Beri dukungan pada pasien pada saat ahli gastroenterology memasukan alat ke lubang anus sampai pada saat melepas alat. 10. Serahkan alat forsep biopsy untuk mendapatkan specimen jaringan atau apusan sitologi untuk mendapatkan sel yang akan digunakan pada pemeriksaan mikroskopik. Spesimen dapat dimasukan melalui skop. Setelah selesai, apusan kelaboratorium. 11. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. 12. Transportasikan pasien secara aman keruang rawat inap. 13. Observasi adanya pendarahan fekal dan tanda-tanda perforasi usus (misalnya demam drainase rectal,distensi abdomen, dan nyeri) 14. Lakukan aktivitas regular diet sesuai toleransi. sitologi dipersiapkan untuk dikirim

31

Dokumentasi

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Catat persiapan umum yang telah dilakukan pada pasien Catat apusan sitologi lalu kirimkan ke bagian laboratorium. Pemberian informasi sudah diterima dan dimengerti oleh pasien Catat bagaimana tingkat tolerasi pasien pada saat prosedur. Catat pemberian cairan, obata-obatan, dan sarana yang digunakan. Catat tanda-tanda vital pascaprosedur

2) Rektosigmoidcopy

3) USG Abdomen Ultrasonografi adalah tekhnik diagnostik noninfasif dimana gelombang bunyi dimasukkan melalui struktur tubuh internal dan dipantulkan kembali yang menghasilkan citra organ dan struktur abdomen pada oskiloskop. Prosedur ini secara umum digunakan untuk mengetahui ukuran dan konfigurasi struktur abdomen. Keuntungan utama dari ultrasonografi adalah prosedur ini tidak memerlukan radiasi pengionisasi. Tidak terdapat efek samping yang dilaporkan dan prosedur relatif tidak mahal. Satu kerugiannya dalah teknik ini tidak dapat digunkan untuk memeriksa struktur yang ada dibalik jaringan tulang yang mencegah pasase gelombang suara ke struktur yang lebih dalam. Gas di dalamn abdomen atau udara dalam paru juga bermasalah karena USG tidak ditransmisikan dengan baik melalui gas, udara, atau cairan.

4) CT Scan Abdomen
32

Pemindaian Computed Tomography (CT) merupakan suatu teknik diagnostik deengan menggunakan sinar sempit dari sinar-x untuk memindai gastrointestinal dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memeberi gambaran melintang dari organ GI dengan membedakan bandingan perbedaan jaringan padat pada tulang dengan organ atau struktur abdominal terobservasi lebih langsung. Indikasi pemeriksaan CT pada saluran pencernaan adalah untuk menilai kelayakan pembedahan dengan membuat stagingpada berbagai tumor

esofagus,lambung, dan kolon, serta menilai inflitrasi kejaringan sekitar dan deposit sekunder, melokalisasi abses dan komplikasi pascaoperasi, serta membuat prosedur biopsi dan drainase. Pemindaian CT dilakukan non-invasif, tidak nyeri dan memiliki derajat sensivitas untuk mendeteksi lesi pada sistem GI. Kemudian versi-versi yang baru berkenbang dan semakin banyaknya oaran-orang yang berpengalaman banyak mengiterprestasi hasil pemindahan CT sehingga jumlah penyakit dan cedera padat didiagnosa meninggat, serta kebutuhan prosedur diagnostik invasif berkurang. Perawat perlu secara ringkas mengetahui persiapan dan cara pemeriksaan yang berguna sebagai bahan penyuluhan atau pembelajaran kepada pasien agar lebih kooperatif pada saat pemeriksaan. Penting diberikan penjelasan pada pasien bahwa prosedur ini tidak menimbulkan nyeri agar menurunkan kecemasan sebelum pemeriksaan. Bila pemberian barium dilakukan tindakan ini harus dijadwalkan setelah pemindaian CT agar tidak memengaruhi pencritaan. Implikasi Keperawatan Pada setiap pemeriksaan, perlu diberikan penjelasan tentang proses pelaksanaan pemeriksaan CT scan agar pasien lebih kooperative. Pasien juga perlu mendapat dukungan psikologis agar kecemasan sebelum pemeriksaan dapat berkurang. Penjelasanyang perlu diberikan perawat meliputi hal-hal berikut ini:

33

1. Intruksikan pasien untuk berbaring telentang di atas meja yang dikelilingi mesin, tetapi jangan menyentuh daerah yang akan discan. 2. Pasien juga sedapat mungkin harus berada pada posisi tidak bergerak (mungkin dibutuhkan sedatif). 3. Jelaskan pada pasien bahwa scan tidak akan memberikan hasil dengan kualitas terbaik jika pasien bergerak selama pemeriksaan atau bila sorotan x-ray dialihkan oleh benda logam di dalam atau di sekitar pasien.

III.

PENGAMBILAN DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAZIM DALAM SALURAN CERNA 1) Rectal Swab 2) Darah Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menilai gngguan gastrointestinal terhadap fungsi sistemik. Pemriksaan tersebut,meliputi : hemoglobin, jumlah sel darah merah, hematokrit, dan kadar elektrolit. Tes Fungsi Hati Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan sebelum tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal. Fungsi hati umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim serum (yaitu alkali fosfatase, laktat dehidrogenase,serum aminotransferase [transaminase]) dan konsentrasi serum protein, bilirubin,ammonia, factor pembekuan,serta lipid. Beberapa test ini dapat membantu mengkaji keadaan pasien penyakit hati. Namun, sifat dan luas disfungsi hati tidak dapat ditentukan oleh tes-tes ini saja karena banyak penyakit lainnya yang dapat memengaruhi hasil tes hati (Smeltzer,2002).

34

Pengukuran bilirubin total terdiri atas kadar bilirubin terkonjugasi dan tidak terkonjugasi. Pada penyakit hati,kadar bilirubi dapat meningkat dengan berbagai kombinasi. Pengukuran Enzim-Enzim Hati

Serum aminotransferase (yang juga disebut Transaminase) merupakan indicator yang sensitive untuk menunjukkan cidera sel hati dan sangat membantu dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti hepatitis . Alanin

aminotranferase (ALT) (yang juga dinamakan serum glutamik-piruvik transaminase [SGPT]) dan aspartat aminotranferase (AST) (yang juga dinamakan serum glutamikoksaloasetik transaminase [ SGOT] ) merupakan tes yang palingsering dilakukan untuk menunjukkan kerusakan hati. Kadar ALT (SGPT) meningkat terutama pada penyakit hati dan dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit hepatitis, serosis, atau hasil pengobatan yang mungkin toksik bagi hati. AST (SGOT) terdapat dalam jaringan yang memiliki aktivas metabolic yang tinggi. Jadi, enzim ini dapat meningkat pada kerusakan atau kematian jaringan oragan sseperti jantung, hati, otot skeletal, dan ginjal. Meskipun tidak spesifik bagi penyakit hati, kadar AST (SGOT) dapat meningkat pada sirosis, hepatitis, dan penyakit kanker hati (Corwin, 2001).

3) Faeces dan urine Pemeriksaan feses secara umum adalah melihat kondisi feses baik dari segi jumlah, konsistensi,dan warnanya.

Warna Feses Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap. Berbagai

makanan, zat, dan obat-obatan dapat memengaruhi warna feses, seperti berikut ini. 1. 2. Protein menghasilkan warna coklat gelap. Sayur bayam menghasilkan warna hijau.
35

3. 4. 5. 6.

Wortel dan bit menghasilkan warna merah. Kokoa menghasilkan warna merah gelap atau coklat Bismut, besi (ferum), dan karbon menghasilkan warna hitam. Barium menghasilkan penampilan warna seperti susu.

Bila darah keluar dalam jumlah cukup ke dalam saluran GI atas, darah akan membuat feses berwarna hitam seperti ter (melena). Darah yang masuk bagian bawah saluran GI atau melewati saluran GI dengan cepat akan tampak merah terang atau elap. Perdarahan rectal bawah atau anal dicurigai bila ada lapisan darah pada permukaan feses atau bila darah terlihat pada tisu toilet.

Konsistensi dan Penanpilan Feses Pada berbagai gangguan feses menunjukan penampilan khas (Talley,1994). 1. Pada steatorea, feses secara umum berminyak, berbusa dan bau menyengat; warna feses abu-abu dengan lapisan seperti perak. 2. Pada colitis, ulsiratif kronis, benang-benang mucus atau pus mugkin terlihat pada inspeksi tak langsung terhadap feses. 3. Konstipasi, obstipasi (konstipasi ekstrem), atau imfaksi fekal dapat

mengakibatkan pasase masa yang kecil, kering,keras, seperti batu yang disebut skibala. Tipe feses ini dapat melukai mukosa rectal yang dapat menyebabkan perdarahan, dimana kasus massa fekal terlapisi oleh darah .

IV.

PERSIAPAN PASIEN OPERASI Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

A. Persiapan Psikologi
36

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena : 1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya. 2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga. Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah.

1. Penjelasan tentang peristiwa Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi : - Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). - Hal-hal yang rutin sebelum operasi. - Alat-alat khusus yang diperlukan - Pengiriman ke ruang bedah. - Ruang pemulihan. - Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi : Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin. Perlu kebebasan saluran nafas. Antisipasi pengobatan. B. Persiapan Fisiologi 1. Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain : - Aspirasi pada saat pembedahan
37

- Mengotori meja operasi. - Mengganggu jalannya operasi. 2. Persiapan Perut. Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

3. Persiapan Kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

4. Hasil Pemeriksaan Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasi en / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin. C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK) 1. Mencegah Cidera Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
38

- Catatan tentang persiapan kulit. - Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN). - Pemberian premedikasi. - Pengobatan rutin. - Data antropometri (BB, TB) - Informed Consent - Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

Selama dilaksanakannya operasi Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b. Pengkajian fisik - Tanda-tanda vital (Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
39

- Transfusi (Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

- Infus (Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

- Pengeluaran urin Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut : 1. Cemas 2. Resiko perlukaan/injury 3. Resiko penurunan volume cairan tubuh 4. Resiko infeksi 5. Kerusakan integritas kulit

Fase Pasca Anaesthesi Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan.

40

1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih. 2. Saluran nafas buatan. Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction. 3. Terapi oksigen O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

Mempertahankan sirkulasi. Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi.Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

Mempertahankan keamanan dan kenyamanan Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

41

Memberikan obat analgesic Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

42

Anda mungkin juga menyukai