Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA DIRUANG RPU III

RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN 2023

DISUSUN OLEH :

NINDIA DESTIANA FITRIANI

JNR0230071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2023
1. Definisi

Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.

Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh

terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan

ketidakseimbangan metabolisme, dan sering kali menyerang individu usia

produktif, yakni usia 30- 50 tahun (Arif dan Sari, 2011). Dispepsia suatu

gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual, dan kembung. Gejala

ini bisa berhubungan / tidak ada hubungan dengan makanan (Nugroho,2011).

Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait

dengan makan (biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang

paling umum dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Biasanya,

makanan berlemak menyebabkan ketidaknyamanan karena membutuhkan

proses pencernaan lebih lama dari pada protein atau karbohidrat. Salad dan

sayuran hijau serta makanan berbumbu tinggi juga dapat menyebabkan

gangguan pencernaan (Kardiyudiani, 2019).

Gejala-gejala yang timbul disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya

hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stress, kecemasan, dan depresi

yang relevan dengan terjadinya dispepsia. (Abdullah dan Gunawan, 2012).


2. Anatomi & Fisiologi

a. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung.

Panjang sekitar 25 cm mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac

lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar lapisan mukosa, submukosa,

lapisan otot melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan depan

tulang belakang setelah melalui torak menembus difragma masuk

kedalam abdomen menyambung dengan lambung.

b. Gaster (lambung)

Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar

seperti kantong, terletak didalam rongga perut terutama didaerah

epigastrik. Sebagian terletak dibagian kiri daerah hipokondriak dan

umbilikal. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk g dan dalam

keadaan penuh lambung berbentuk seperti buah dengan kapasitas normal

lambung 1 sampai 2 liter. Lambung terbagi atas cardiac gaster, fundus


gaster, corpus gaster, antrum pylorus, spinkter kedua pada ujung

lambung untuk mengatur pengeluaran dan pemasukkan, mengalirkan

makanan masuk ke duo denum dan ketika berkontraksi spinkter ini akan

mencegah terjadinya aliran balik dari usus kelambung.

Persyaratan lambung sepenuhnya otonomi, suplai sarafparasimpatis

untuk lambung dan duodenum dihantarkan dari ke abdomenmelalui

nervus vagus. Serabut aferen mengantarkan infuls nyeri yang dirangsang

oleh peregangan kontraksi-kontraksi otot dan peradangan dandirasakan

pada daerah epigastrium, serabut eferen simpatis menghambat

pergerakan dan sekresi lambung. Didalam lambung makanan ditampung,

dilancarkan, digiling, dan beberapa fungsi, antara lain:

1) Fungsi motorik terdiri atas:

a. fungsi reservoir, menyimpan makanan sehingga sedkitdemi

sedikit akan dicerna dan akan masuk kedalam saluran

cerna.

b. Fungsi pencampuran, memecahkan makanan menjadi partikel -

partikel kecil dan bercampur dengan getah lambung melalui


kontraksi otot yang mengelilingilambung. Kontraksi

peristaltik diatur oleh satu irama listrik

intrinsik dasar.

c. Fungsi pengosongan lambung, diatur pembukaan spinkter

pilorus dan dipengaruhi oleh viskositas (kekentalan), volume,

keasaman, aktifitas motorik, keadaan fisik serta emosi, dan

obat-obatan. Lambung biasanya kosong dalam waktu empat

jam setelah makan dapat lebih cepat atau lebih lambat

tergantung dari banyak makanan yang masuk.

2) Fungsi pencernaan dan sekresi

a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan

karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam

lambung.

b. Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein

yang dimakan, perenggangan dan alkalinase antrum

dan rangsangan vagus.

c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin

B12 dari usus halus bagian distal.

d. Sekresi muskulus berbentuk selubung yang melindungi

lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga

makanan mudah diangkut. Pengaturan sekresi lambung

dapat dibagi menjadi:

a) Fase sefalik
Yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikirkan

atau mengecap makanan. Menyebabkan fase sefalik

berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan,

impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf

vagus ke lambung. Hasilnya kelenjar gastrik dirangsang

mengeluarkan asam HCL.

b) Fase gastrik

Dimulai antrum pilorus, distensi di antrum

menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari

reseptor-reseptor pada dinding lambung, gastrik

dilepaskan dari antrum kemudian dibawa oleh aliran

darah menuju kelenjar lambung untuk

merangsang sekresi pelepasan HCL.

c) Fase intestinal

Dimulai dari gerakan kimus dari lambung ke

duodenum. Adanya protein yang telah dicerna

sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang

pelepasan gastrin usus suatu hormon yang

menyebabkan lambung terus-menerusmensekresi

cairan lambung
3. Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,

membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:

1) Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia),

dengan gejala:

a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida

c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodic

2) Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like

dysmotility), dengan gejala:

a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3) Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas)

(Mansjoer, et al, 2007).

Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta

dapatakut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian

akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan

rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan

sendawa
dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa

penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain,

makan bisa mengurangi nyerinya.

Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,

sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dyspepsia menetap

selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap

pengobatan, atau disertai penurunan berat badanatau gejala lain yang

tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.

4. Etiologi

Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat

proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa,

2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%.

Dispepsia disebabkan karena kelainan organik, yaitu:

a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau

duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa

Jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.

c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti

hepatitis, pankreatitis, kolesistisis kronik.

d. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid,

penyakitjantung koroner.

Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung,

mual, cepat kenyang.

c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan

dispepsia mirip ulkus dan dispepsia mirip dismotilitas. Peranan

pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-

kasus dengan kelainan organic (Panchmatia, 2010).

5. Patofisiologi Dan Patwhay

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,

zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,

pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,

kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat

gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat

mengakibatkan peningkatan produksi HCL yangakan merangsang terjadinya

kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata

membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan

maupun cairan.
Pathway
6. Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu

adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia

yaitu luka didinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa

lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus

terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi

pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah,

dimana merupakan pertanda yang timbul belakangan.

Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna

hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi

yang paling dikuwatirkan adalah terjadinya kangker lambung yang

mengharuskan penderitanya melakukan operasi. Adapun komplikasi dari

didpepsia antara lain:

a. Perdarahan

b. Kangker lambung

c. Muntah darah

d. Ulkus peptikum

7. Pemeriksaan Diagnostik

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,

seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya

merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu

dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu

dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,

radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

1) Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak

ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti:

pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia

fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

2) Radiologis.

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit

di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan

radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya

menggunakan kontras ganda.

3) Endoskopi.

(Esofago-Gastro-Duodenoskopi) Sesuai dengan definisi bahwa

pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat

tidak spesifik.

4) USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin

faatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,

apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan

setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.
5) Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau

dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat

pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

8. Penatalaksanaan Dispepsia

1) Penatalaksanaan non farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,

obatobatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

c. Atur pola makan.

2) Penatalaksanaan farmakologis

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang

memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini

dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum

jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap

placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan

asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran

asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

9. Pengobatan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi

makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila

harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan

obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.


10. Rencana Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a) Anamnesa

1) Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal MRS,

nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.

2) Keluhan utama : Alasan utama pasien datang ke RS atau

pelayanan Kesehatan

3) Riwayat kesehatan sekarang : Yang mungkin dikeluhkan

pasien hipertiroid.

4) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pasien pernah

dirawat karena penyakit yang sama.

5) Riwayat kesehatan keluarga : kaji adanya Riwayat keluarga

b) Pola aktivitas sehari – hari

1) Aktivitas atau istirahat. Dengan gejala kelemahan, kelelahan

2) Sirkulasi : Gejala hipotensi, takhikardi, nadi perifer lemah,

pengisian kapiler lambat perlahan, warna kulit pucat /

sianosis, kelembapan kulit / membran mukosa berkeringat

(menunjukkan status syok, nyeri akut)

3) Integritas ego : Gejala faktor stress akut atau kronik

(keuangan, hubungan dan kerja), perasaan tak berdaya.

4) Eliminasi : Gejala Riwayat perawatan dirumah sakit

sebelumnya karena perdarahan, gastrointestinal, atau

masalah yang berhubungan dengan gastrointestinal.


5) Makanan / cairan : Gejala anoreksia, mual, muntah, masalah

menelan, nyeri ulu hati, perubahan berat badan.

6) Neurologi : Gejala rasa denyutan, pusing / sakit kepala,

kelemahan.

7) Nyeri atau kenyamanan : Gejala nyeri, digambarkan sebagai

tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat biasanya

tiba

– tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan /

distress samar- samar setelah makan banyak dan hilang

dengan makan, nyeri epigastrium kiri sampai tengah atau

menyebar ke pinggang terjadi 1-2 jam setelah makan dan

hilang dengan antasida.

8) Keamanan : Gejala peningkatan suhu.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri,

tampak meringis, (SDKI, D.0077)

2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d

BB menurun, nafsu makan menurun (SDKI, D.0019)


C. Intervensi

Tujuan Dan Kriteria


No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI) Rasional
Hasil (SLKI)
1. Nyeri Akut b.d setelah dilakukan Manajemen Nyeri Obsevasi :
Pencedera Fisioogis intervensi keperawatan (I.08238) 1. Untuk
(SDKI, D.0077) Intervensi Utama : Observasi mengetahui lokasi
Definsi : selama 2x2 jam maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Pengalaman sensorik tingkat nyeri Manajemen karakteristik durasi, frekuensi,
atau emosional yang Nyeri (L.08238) durasi,frekuensi, kualitas dan
berkaitan dengan menurun SLKI. L.08066 kualitas, intensitas intensitas nyeri.
kerusakan jaringan dengan kriteria nyeri 2. untuk mengetahui
aktual atau Observasi hasil : 2. Identifikasi skala nyeri tingkat cedera
fungsional, dengan 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang yang dirasakan
onset mendadak atau menurun (5) memperberat dan oleh klien.
lambat atau 2. Meringis menurun (5) memperingan nyeri) 3. agar dapat
berintensitas ringan 3. Gelisah menurun (5) Terapeutik mengurangi
hingga berat yang 4. Kesulitan tidur 1. Berikan Teknik faktor yang
berlangsung kutrang menurun (5) nonfarmakologis untuk memperparah
dari 3 bulan. 5. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri nyeri yang
Penyebab : membaik (5) (misalnya : terapi dirasakan klien
Agen pencedera 6. Pola tidur membaik (5) relaksasi napas dalam) Terapeutik :
fisiologis (,is. 2. Anjurkan mengunakan 1. agar dapat
Implamasi,isemia, analgetik secara tepat mengurangi rasa
neoplasma) Edukasi nyeri dengan
Gejala dan Tanda : 1. Jelaskan penyebab, menggunakan
Mayor periode dan pemicu cara non
- Mengeluh nyeri nyeri farmakologis.
- Tampak 2. Jelaskan strategi 2. agar kebutuhan
meringis meredahkan nyeri tidur klien dapat
- Gelisah terpenuhi
- Sulit tidur 3. Ajarkan Teknik Edukasi :
Minor : nonfarmakologis untuk 1. Agar klien dapat
- Tekanan darah mengurangi rasa nyeri menghindari
meningkat Kolaborasi : penyebab dan
- Nafsu makan 1. Kolaborasi pemberian nyeri yang
berubah analgetik jika perlu dirasakan.
2. Agar klien dapat
meredakan nyeri
secara mendiri
ketika sudah
pulang dari RS.
3. Agar klien dapat
mengurangi
/menghilangkan
nyeri
menggunakan
obet analgetik
dan terapi
nonfarmakologis
sesuai dengan
nyeri yang
dirasakan.
2. Defisit nutrisi b.d selama 2x2 jam maka Intervensi Utama : Oservasi :
Ketidakmampuan status nutrisi pasien Manajemen Nutrisi SIKI : 1. mengidentifikasi
Mengabsorbsi Manajemen Nutrisi I.03119 status nutrisi
Nutrien (D.0019) membaik Observasi klien
Definisi : (SLKI.L.03030) 1. Identifikasi status 2. mengidentifikasi
Asupan nutrisi tidak dengan kriteria hasil: nutrisi ada / tidak ada
cukup untuk 1. Porsi makan yang 2. Identifikasi alergi dan alergi makanan
memenuhi dihabiskan intoleransi makanan klien
meningkat (5) 3. Memonitor BB
Klien
kebutuhan 2. Berat badan 3. Monitor asupan Terapeutik :
metabolisme membaik (5) makanan 1. Untuk
Penyebab : 3. Frekuensi makan 4. Monitor berat ba dan meningkatkan
- Ketidakmampu membaik (5) 5. Monitor rasa nyaman dan
an 4. Nafsu makan BB Terapeutik kebersihan
Mengabsorbsi membaik (5) 1. Lakukan oral hygienen dimulut klien.
nutrien sebelum makan 2. Makanan tinggi
- Faktor 2. Berikan makanan serat dapat
fisiologis ( tinggi serat untuk mencegah
mis. Stress, mencegah konstipasi kontipasi dan
keenganan 3. Berikan makanan membantumempe
untuk makan). tinggi kalori dan tinggi rlancar proses
Gejala dan Tanda protein pencernaan
: Mayor : 4. Berikan suplemen 3. Kebutuhan kalori
- BB menurun makanan, jika perlu dan protein yang
Minor : Kolaborasi : dapat terpenuhi
- Cepat 1. kolaborasi dengan ahli dapat
kenyang gizi untuk menentukan meningkatkan
setelah jumlah kalori dan jenis produksi energi
makan nutrisi yang dibutuhkan dalam tubuh
- Kram/nyeri klien, jika perlu Kolaborasi :
abdomen 1. Untuk
- Nafsu makan menghitung dan
menurun menentukan
secara akurat
kebutuhan
makanan klien.
DAPTAR PUSTAKA

Abdullah, M. & Gunawan, J., 2012. Dispepsia dalam Cermin Dunia Kedokteran.

Vol. 39 no. 9.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan.

Yogyakarta: Gosyen Publisher Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011.

Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta

: Salemba medika. Nugroho, T. 2011.

Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit Dalam. Yogyakarta

: Nuha Medika PPNI (2016).

Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi I. Jakarta: DPP PPNI. PPNI (2018).

Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai