DYSPEPSIA
BAB I
KONSEP TEORI
1.2.2 Fisiologi
Fisiologi lambung, sebagai berikut :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 –
3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene
utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan
air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran
darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali
protein dirobah menjadi polipeptida.
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam
lambung oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus [ CITATION Kun19 \l 1033 ].
1.3 Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
Menurut Ida (2016) berdasarkan penyebabnya dispepsia dibedakan
menjadi dua jenis,yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional
1. Dispepsia organik
Dispepsia organik artinya dispepsia yang penyebabnya sudah pasti.
Dispepsia jenis ini jarang ditemukan pada pasien usia lebih dari 40 tahun.
Penyebabnya antara lain sebagai berikut :
a. Dispepsia tukak (ulcus-likedyspepsia) gejala yang ditemukan
biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan atau perut kosong
b. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak,bisa
pada pasien gastritis,duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak
ditemukan tanda-tanda tukak.
c. Refluks gastroesofagus. Gajala berupa rasa panas di dada dan
regurgitasi terutama setelah makan.
d. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut
kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan atau
punggung.
e. Karsinoma
1) Kanker esofagus. Keluhan berupa disfagia,tidak bisa makan,
perasan penuh di perut,penurunan berat badan, anoreksia,
adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.
2) Kanker lambung jenis yang paling umum terjadi adalah
adenorkasinoma atau tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak
nyaman pada epigastrik,tidak bisa makan, dan perasaan kembung
setelah makan.
3) Kanker pangkreas. Gejala paling umum antara lain penurunan
berat badan,ikterik dan nyeri daerah punggung atau epigastrik
4) Kanker hepar. Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan
mungkin menyebar ke spakula kanan, penurunan berat badan,
episgastrik terasa penuh, dan anoreksian.
5) Obat-obatan. Golongan Non steroid Inflammatory drugs (NSID)
dengan keluhan berupa rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu
hati, disertai mual dan muntah
6) Pangkreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke
punggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
7) Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea,
anoreksia, sering flatus dan perut kembung.
8) Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan
neuropati sering timbul komplikai pengosongan lambung yang
lambat sehingga menimbulkan nausea, vomitus, perasaan lekas
kenyang. Hipertiroid menimbulkan rasa nyeri di perut, vomitus,
nausea, dan anoreksia [CITATION Ida161 \l 1033 ].
2. Dispepsia fungsional
Dispepsia ini tidak memunculkan kelainan organik melainkan
kelainan fungsi dari saluran cerna. Penyebabnya antara lain:
a. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap
kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan
nyeri .
b. Kelainan psikisis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor
lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna,
menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi
c. Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin
dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas,
diantaranya pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif,
refluks gastroduodenal.
d. Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman helicobacter pylori),
gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak
makanan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan
pengaruh obat-obatan yang di makan secara berlebihan dalam waktu
lama [CITATION Ida161 \l 1033 ].
1.6 Klasifikasi
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis yaitu dispepsia fungsional dan
dispepsia organik :
1. Klasifikasi dari dispepsia organik adalah
a. Tukak pada saluran cerna atas
Keluhan yang sering terjadi nyeri epigastrum. Nyeri yang dirasakan
yaitu nyeri tajam dan menyayat atau tertekan, penuh atau terasa perih
seperti orang lapar. Nyeri epigastrum terjadi 30 menit sesudah makan
dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri dapat berkurang atau hilang
sementara sesudah makan atau setelah minum antasida. Gejala lain
seperti mual, muntah, bersendawa, dan kurang nafsu makan [ CITATION
ARa17 \l 1033 ].
b. Gastritis
Gastritis adalah peradangan/inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Penyebabnya oleh makanan atau obat-obatan yang
mengiritasi mukosa lambung dan adanya pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri
epigastrum, nafsu makan menurun, dan kadang terjadi perdarahan
[ CITATION Sud18 \l 1033 ].
c. Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
GRD adalah kelainan yang menyebabkan cairan lambung mengalami
refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan gejala khas
berupa rasa panas terbakar di dada (heart burn), kadang disertai rasa
nyeri serta gejala lain seperti rasa panas dan pahit di lidah, serta
kesulitan menelan. Belum adates standart mendiagnosa GERD,
kejadiannya diperkirakan dari gejala-gejala penyakit lain atau
ditemukannya radang pada esofagus seperti esofagitis [ CITATION
Ars18 \l 1033 ].
d. Karsinoma
Karsinoma/ terdapat kanker pada saluran pencernaan (esofagus,
lambung, pankreas, kolon) sering menimbulkan dispepsia. Keluhan
utama yaitu rasa nyeri di perut, nafsu makan turun, timbul anoreksia
yang menyebabkan berat badan turun [ CITATION ARa17 \l 1033 ].
e. Pakreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri hebat di
epigastrum. Nyeri timbul mendadak dan terus menerus, seperti ditusuk-
tusukdan terbakar. Rasa nyeri dimulai dari epigastrum kemudian
menjalar ke punggung. Perasaan nyeri menjalar ke seluruh perut dan
terasa tegang beberapa jam kemudian. Perut yang tegang menyebabkan
mual dan kadang-kadang muntah. Rasa nyeri di perut bagian atas juga
terjadi pada penderita pankreatitis kronik. Pada pankreatitis kronik tidak
ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai tanda-tanda diabetes melitus
atau keluhan steatorrhoe [ CITATION ARa17 \l 1033 ].
f. Dispepsia dan Sindrom Malabsorbs
Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan proses
absorbsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi.
Penderita ini mengalami keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia,
sering flatus, kembung dan timbulnya diare berlendir [ CITATION Sud18 \l
1033 ].
g. Gangguan Metabolisme
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang
hebat sehingga muncul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, mual dan muntah. Definisi gastroparesis yaitu
ketidakmampuan lambung untuk mengosongkan ruangan. Ini terjadi
bila makanan berbentuk padat tertahan di lambung. Gangguan
metabolik lain seperti hipertiroid yang menimbulkan nyeri perut dan
vomitus [ CITATION ARa17 \l 1033 ].
h. Dispepsia Akibat Infeksi Bakteri Helicobakter Pylori (HP)
Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih nobel dari
Australia, Barry Marshall dan Robin Warre yang menemukan adanya
bakteri yang bisa hidup dalam lambung manusia. Penemuan ini
mengubah cara pandang ahli dalam mengobati penyakit lambung.
Penemuan ini membuktikan bahwa infeksi yang disebabkan oleh
Helicobacter pyloripada lambung dapat menyebabkan peradangan
mukosa lambung yang disebut gastritis. Proses ini berlanjut sampai
terjadi ulkus atau tukak bahkan dapat menjadi kanker [ CITATION Ars18 \l
1033 ].
2. Dispepsia fungsional
Dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Dispepsia Fungsional Mirip Ulkus (Ulcer-Like)
Biasanya ditandai dengan nyeri di ulu hati atau epigastrik [ CITATION
Ars18 \l 1033 ].
b. Dispepsia Fungsional Mirip Dismotilitas (Dismotility-Like)
Biasanya ditandai dengan kembug, mual dan cepat kenyang (Post
Prandial Distress Syndrome) [CITATION Dif20 \l 1033 ].
c. Dispepsia Non-Spesifik
Gejalanya tidak ada keluhan seperti dispepsia fungsional mirip ulkus
dan mirip dismotilitas [ CITATION Ars18 \l 1033 ].
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dispepsia menurut Zakiyah, W. dkk. (2021), sebagai berikut :
1. Farmakologis
a. Antihiperasiditas
1) Antasida
Golongan antasida ini termasuk yang mudah didapat dan murah.
Antasida akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya
mengandung zat yang tidak larut dalam air seperti natrium bikarbonat,
Al (OH)3, Mg (OH)2, dan magnesium trisiklat (kompleks hidrotalsit).
Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena
hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Magnesium
trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun dalam dosis besar
akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Zat
magnesium bersifat pencahar sehingga menyebabkan diare sedangkan
aluminium menyebabkan konstipasi oleh sebab itu kedua zat ini
dikombinasikan [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
2) NaHCO3
Antasida jenis ini larut dalam air dan bekerja cepat, Namun zat
utama NaHCO3 dapat menyebabkan darah bersifat basa (alkalosis)
jika dosisnya berlebih. Terlepasnya senyawa karbondioksida dari
kompleks obat ini dapat mennyebabkan sendawa [ CITATION Zak21 \l
1033 ].
3) Kombinasi Bismut dan Kalsium
Kombinasi antara Bi dan Ca dapat membentuk lapisan pelindung
pada lesi di lambung. Namun obat ini dijadikan pilihan terakhir karena
bersifat neurotoksik yang menyebabkan kerusakan otak dengan gejala
kejang-kejang dan kebingungan aatau yang dikenal dengan
ensefalopati. Selain itu, dapat menyebabkan konstipasi, dan kalsium
dapat menyebabkan sekresi asam lambung yang berlebih. Kelebihan
kalsium dapat menyebabkan hiperkalsemia [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
4) Sukralfat
Golongann sukralfat yang sering dikombinasikan dengan
aluminium hidroksida, dan bismuth koloidal dapat digunakan untuk
melindungi tukak lambung agar tidak teriritasi asam lambung dengan
membentuk lapisan dinding pelindung [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
b. Antikolinergik
Obat yang termasuk golongan ini obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan sekresi asam lambung sekitar 28% sampai 43%. Kerja obat
pirenzepin tidak spesifik dan juga memiliki efek sitoprotektif [ CITATION
Zak21 \l 1033 ].
c. Antagonis reseptor H2
Obat yang termasuk golongan obat ini adalah simetidin, nizatidin,
roksatidin, dan famotidin. Ranitidin merupakan yang paling banyak
digunakan dalam pemilihan obat golongan ini, namun telah ditarik dari
peredaran karena adanya N-Nitrosodimethylamine (NDMA) pemicu
kanker. Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik dengan mekanisme
penghambatan reseptor H2 sehingga sekresi asam lambung berkurang
[ CITATION Zak21 \l 1033 ].
d. Proton pump inhibitor (PPI)
Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol,
esomeprazol lansoprazol, dan pantoprazol. Golongan obat ini mengatur
sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung pada pompa proton yang merupakan tempat keluarnnya proton
(ion H+) [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
e. Sitoprotektif
Obat yang termasuk golongan ini prostaglandin sinetik seperti
misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat siroprotektif
juga dapat menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus, dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan
protektif yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran
cerna bagian atas [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini yaitu cisapride, domperidon, dan
metoclopramide. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki asam lambung [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
g. Golongan anti depresi
Obat yang termasuk golongan ini adalah golongan trisiclic
antidepressants (TCA) seperti amitriptilin. Obat ini biasanya dibutuhkan
psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti depresi dan cemas) pada pasien
dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan cemas dan depresi. Pengobatan
untuk dispepsia fungsional masih belum jelas. Beberapa pengobatan yang
telah didukung oleh bukti ilmiah adalah pemberantasan helicobacter
pylori, PPI, dan terapi psikologi. Pengobatan yang belum didukung bukti:
antasida, antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, antagonis
reseptor H2, misoprostol, golongan prokinetik, selective serotonin-
reuptake inhibitor, sukralfat, dan antidepresan [ CITATION Zak21 \l 1033 ].
2. Non Farmakologis
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk penanganan kasus
dispepsia yaitu:
a. Mengurangi stress
Stress berlebihan dapat menyebabkan produksi asam lambung
meningkat, sehingga dapat memicu dispepsia. Istirahat yang cukup dan
melakukan kegiatan yang disukai dapat meminimalisir stress [ CITATION
Ash21 \l 1033 ].
b. Mengatur pola hidup sehat
Pola hidup yang sehat dapat dilakukan dengan olahraga secara
teratur, menjaga berat badan agar tidak obsesitas, menghindari
berbaring setelah makan, makan banyak terutama pada malam hari,
merokok, menghindari makanan yang berlemak tinggi dan pedas serta
menghindari minuman yang asam, bersoda, mengandung alkohol dan
kafein [ CITATION Sum19 \l 1033 ].
c. Terapi hangat /dingin
Terapi kompres hangat Warm Water Zack (WWZ) dilakukan dengan
menggunakan botol karet yang berisi air hangat kemudian diletakan
pada bagian perut yang nyeri [ CITATION Abd20 \l 1033 ].
d. Terapi Komplementer
Terapi komplemeter berguna untuk mengurangi nyeri yang terjadi
pada lambung. Terapi ini dapat dilakukan dengan terapi aromaterapi,
mendengar musik, menonton televisi, memberikan sentuhan terapeutik,
dan teknik relaksasi nafas dalam [ CITATION Uta18 \l 1033 ].
1.9 Komplikasi
Komplikasi dispepsia yaitu luka didinding lambung yang dalam atau
melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila
keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat
menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan
terjadinya muntah darah, ulkus peptikum, perforasi lambung dan anemia.
Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang
paling dikhawatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan
penderitanya melakukan operasi.
BAB II
PATHWAY
Keterlambatan pengosongan
Nyeri epigastrik
Nyeri Abdomen
MK : Ketidak
seimbnagan
nutrisi kurang Intake makan kurang
dari kebutuhan DISPEPSIA Klien cemas dengan
tubuh keadaannya MK : Ansietas
Mual, muntah
Lambung
Ransangan di madula oblongata
MK : Nyeri akut
Erosi pada lambung karena gesekan dinding lambung
MK : Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
Produksi HCL
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan palpasi : Amati ada tidaknya pulsasi, ictus cordis
teraba atau tidak, terjadi kardiomegali atau tidak.
Normal ictus cordis berada pada ICS V pada linea
midclavicula sinistra selebar 1 cm.
Perkusi : Pada pemeriksaan perkusi jantung tentukan batas-
batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung
membesar atau normal. Suara perkusi normal
jantung yaitu pekak (dullness).
Auskultasi : Pada auskultasi jantung dengarkan BJ I
trikuspidalis dan mitral, BJ II aorta dan pulmonal,
BJ III kalau ada. BJ III pada anak dan dewasa
muda merupakan normal, namun BJ III pada orang
dewasa disertai oedem/dipsneu merupakan
abnormal disebut Gallop Rythm. Dengarkan ada
tidaknya bunyi mur-mur atau bissing jantung
[ CITATION Nun20 \l 1033 ].
j. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Amati bentuk abdomen, ada tidaknya lesi, benjolan,
asites, bayangan pembuluh darah vena.
Auskultasi : Periksa bissing usus dalam 1 menit, bising usus
normal yaitu 5-35 x/menit.
Perkusi : Ada tidaknya keabnormalan bunyi perkusi pada
abdomen. Bunyi perkusi normal abdomen yaitu
timpani.
Palpasi : Adanya nyeri tekan pada abdomen.
k. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : adanya warna kulit sianosis, ada atau tidaknya lesi
Palpasi : Akral kulit hangat atau dingin, CRT >2 detik, nyeri
tekan atau tidak.
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi : Amati adanya kelumpuhan pada ekstremitas dan ada
tidaknya edema.
Palpasi : Nyeri tekan dan edema.
m. Pemeriksaan neurologis
Perubahan status mental pasien meliputi orientasi,
kemampuan verbal atau bicara, afek yang tidak tepat, memori,
dan proses berpikir.
No. Masalah Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. ( D.0077 ) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri ( I.08238 )
selama 1x24 jam diharapkan tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil: Observasi
1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Kesulitan tidur menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3. Anoreksia menurun nyeri Identifikasi skala nyeri
4. Muntah menurun 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Mual menurun Identifikasi faktor yang memperberat
6. Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri
7. Tekanan darah membaik 3. Identifikasi pengetahuan dan
8. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri
4. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas nyeri
6. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfamakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music,
2. biofeedback, terapi pijat, aromaterapi
3. teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
5. Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. ( D.0032 ) Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi ( I.03119 )
selama 1x24 jam diharapkan status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil : Observasi
1. Porsi makanan yang dihabiskan 1. Identifikasi status nutrisi Identifikasi
meningkat alergi dan intoleransi makanan
2. Nyeri abdomen menurun 2. Identifikasi maknan yang
3. Frekuensi makan membaik disukai Identifikasi kebutuhan
4. Nafsu makan membaik kalori dan jenis nutrien
5. Membran mukosa membaik 3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, Jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
3. ( D.0037 ) Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Elektrolit
elektrolit selama 1x24 jam diharapkan status cairan
menurun dengan kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Perasaan lemah menurun
4. Keluhan haus menurun
5. Tekanan darah membaik
6. Membran mukosa membaik
7. Intake cairan membaik
4. ( D.0080 ) Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas ( I.09314 )
selama 1x24 jam diharapkan tingkat
ansietas menurun dengan kriteria hasil : Observasi
1. Perilaku gelisah menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
2. Keluhan pusing menurun berubah (mis. Kondisi, waktu,
3. Anoreksia menurun stresor)
4. Tekanan darah menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil
5. Pucat menurun keputusan
6. Pola tidur membaik 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
7. Palpitasi menurun dan nonverbal)
Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Pahami situasi yang membuat
ansietas
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
6. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur, temasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,jika perlu
3. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu
1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien memperbaiki masalah status kesehatan yang dihadapi
menjadi lebih baik dengan kriteria hasil sesuai yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berfokus pada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pelayanan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi [ CITATION Din171 \l 1057 ]. Perawat melakukan tindakan
keperawatan untuk melaksanakan intervensi yang disusun pada tahap perencanaan dan
pada tahap terakhir implementasi dilakukan pendokumentasian berupa tindakan dan
respon klien. Adapun proses pada implementasi yaitu :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawatan terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervisi terhadap asuhan keperawatan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan