DISUSUN OLEH
KELOMPOK I :
RIZKY AULIA A.M TUDELLAH G701 17 227
FIRA RIFDA INSYIRAH G70115018
PUTU AYU NUGRAH ANANTA G70117185
DINDA DANIA SATAR G70117112
NINA REZKINA G70117222
ZULFAJRIAH G70117208
AN NISA UL MURSYIDAH G70117052
ANDI TENRI ABENG G70117001
DWI SHE DEWI M G70117163
GITA SANTIKA DEWI G70117017
NI KADEK DWI PUSPITA M G70117152
Apa itu Sistem pencernaan ?
Sistem pencernaan manusia adalah proses
perubahan atau pemecahan zat makanan
dari molekul kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-
organ pencernaan.
Sistem pencernaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Pencernaan mekanis
pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar menjadi halus, seperti
mengunyah, menggiling, mengaduk, menekan maupun melumatkan.
2. Pencernaan kimiawi atau enzimatis
pengubahan zat makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
3. Pencernaan biologis
pencernaan yang memanfaatkan kerjasama yang men
gunungkan dengan mikroba.
Saluran pencernaan terdiri atas:
Mulut
Tenggorokan ( Faring)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan ususbesar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta.
Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu :
1. usus dua belas jari (duodenum),
2. usus kosong (jejunum), dan
3. usus penyerapan (ileum).
Usus Besar (Kolon)
Rektum dan anus
Gejala:
•Nyeri abdomen yang sering terasa seperti rasa terbakar, kembung, perasaan perut penuh
•Nyeri nokturnal atau rasa nyeri pada malam hari umumnya antara pukul 12 malam hingga 3 pagi
•Tingkat keparahan nyeri akibat ulkus bervariasi pada beberapa pasien, dan mungkin bersifat musiman
terutama pada penderita yang tinggal dinegara empat musim. Episode nyeri dapat berlangsung dalam
beberapa minggu yang diikuti dengan periode bebas nyeri dalam kurun waktu mingguan hingga tahunan.
a) Adanya perubahan karakter nyeri dapat menunjukan adanya komplikasi
b) Mulas, bersendawa, dan kembung yang sering disertai rasa nyeri
c) Mual, muntah dan anoreksia lebih sering terjadi pada pasien ulkus lambung dibanding ulkus duodenum
Tanda:
Penurunan berat badan sebagai konsekuensi dari gejala mual, muntah dan anoreksia
Ditemukannya komplikasi seperti pendarahan, perforasi, penetrasi dan obstruksi
2. GERD ( Gastroesophageal Reflux Disease )
Epidemologi
Penyakit refluks gastroesofageal merupakan penyakit gastrointestinal yang paling
umum. Sekitar 9 juta kunjungan poli rawat jalan/outpatient department per tahun
terkait dengan GERD. Sekitar 5 dari 1000 orang per tahun di Amerika Serikat dan
Inggris terkena GERD.
Etiologi
Umumnya disebabkan oleh tidak berfungsinya lower esophageal sphinchter (LES).
LES adalah lingkaran otot pada bagian bawah dari esofagus. LES berfungsi sebagai
pintu otomatis yang akan terbuka ketika makanan atau minuman turun ke lambung.
Setelah makanan masuk, LES akan menutup untuk mencegah asam dan makanan yang
ada di lambung agar tidak naik kembali ke esofagus.
Patofisiologi
GERD bisa terjadi karena suatu kondisi yang disebut hernia hiatal, kondisi di mana bagian atas
perut menonjol hingga ke bagian pembukaan diafragma. Pada sebagian besar kasus, GERD
dapat reda melalui perubahan makanan dan gaya hidup, namun beberapa orang ada yang
membutuhkan obat-obatan maupun operasi.Dalam keadaan normal, makanan seharusnya
masuk ke mulut menuju esofagus, lalu masuk ke lambung. Di sana makanan umumnya
bertahan selama tiga hingga empat jam untuk dicerna. Namun pada kasus GERD, terdapat
suatu kelainan. Makanan yang sudah ditampung di lambung naik kembali ke kerongkongan
atau bisa saja hanya berupa cairan asam lambungnya.
Manisfestasi klinik
Gejala klinik yang khas dari GERD :
adalah nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya
dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala
disfagia (kesulitan menelan makanan), mual atau regurgitasi, dan rasa pahit di lidah.
3. Dispepsia
Epidemologi
Dalam beberapa penelitian di Asia, dispepsia fungsional lebih sering dijumpai pada
kelompok umur yang lebih muda, di Jepang prevalensinya 13% dan 8% untuk
kelompok umur dibawah dan diatas 50 tahun, di Cina prevalensi terbanyak pada
kisaran umur 41-50 tahun, dan di Mumbai, India terbanyak pada umur >40 tahun .
Etiologi
› Menelan udara (aerofagi)
› Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
› Iritasi lambung (gastritis)
› Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
› Kanker lambung
› Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
› Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
› Kelainan gerakan usus
Patofisiologi
faktor - faktor yang dicurigai berperan dalam menyebabkan dispepsia adalah sebagai berikut:
- Gangguan pergerakan saluran pencernaan seperti gangguan pengosongan dan pengembangan lambung
dapat menyebabkan terjadinya gangguan penyaluran makanan ke usus halus. Hal ini akan mengakibatkan
timbulnya keluhan rasa penuh saat makan, cepat kenyang, mual dan muntah.
- Saluran pencernaan yang terlalu sensitif terutama lambung dan usus halus terhadap rangsangan
pengembangan lambung, asam lambung, asam empedu, dan lemak dapat mengakibatkan timbulnya keluhan
nyeri setelah makan, bersendawa, dan mual.
- Pengeluran asam lambung yang berlebihan dan gangguan pembersihan asam lambung menuju duodenum
dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada lambung yang menimbulkan keluhan nyeri pada ulu hati
- Stres, gangguan cemas dan depresi telah dilaporkan berhubungan dengan penurunan kontraksi lambung dan
peningkatan pengeluaran asam lambung oleh karena itu semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi
risiko untuk mengalami dispepsia
Infeksi lambung Helicobacter pylori mungkin mempengaruhi terjadinya kelainan-kelainan pada lambung
dan tingkat keparahan gejala dispepsia namun masih belum dapat disimpulkan dengan pasti hubungan yang
kuat diantaranya.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang timbul pada dispepsia umumnya berasal dari saluran cerna bagian atas, terutama
lambung dan usus halus. Gejala dapat berupa nyeri perut di atas pusar, kembung, bersendawa, mual
dengan atau tanpa muntah, sensasi penuh pada perut, rasa cepat kenyang, dan pembesaran perut. Gejala
ini umumnya dirasakan setelah makan.
4. Konstipasi
Epidemologi
Konstipasi biasa terjadi pada anak 40% diantaranya diawali sejak anakberusia 1
4 tahun, pada anak usia 7 - 8 tahun angka kejadiannya menurun hingga sebesar
1,5 % dan usia 10 - 12 tahun menjadi sekitar 0,8 % saja.
Etiologi
Kebiasaan tidak teratur buang air besar, Berlebihan pencahar, Meningkatkan
psikologika stres, Diet tidak seimbang, Tidak cukup cairan, Obat , Kurangnya
latihan. , Umur.
• Manifestasi klinik
Pada pasien yang mengalami kosntipaasi akan ditemukan tanda-tanda ataupun gejala klinis sebagai berikut:
-Ada rasa tidak nyaman dan kembung pada perut, kelelahan, sakit kepala, mual dan muntah, pergerakan usus
yang hilang, feses dengan ukuran kecil, perasaan penuh, kesulitan, dan sakit saat mengeluarkan feses.
-Feses yang keras, feses yang kecil atau kering, perut kembung, nyeri kram perut dan ketidaknyamanan pada
perut, perut tegang atau ngeluarkan suara, kelelahan, sakit kepala, mual dan muntah.
-Konstipasi menunjukan gejala yang parah apabila ditandai dengan gejala berlangsung lebih dari 3 minggu,
terdapat darah dalam feses, penurunan berat badan, demam, anoreksia, mual, dan muntah atau setiap kali
terjadi perubahan kebiasaan buang air besar yang biasa terjadi secara signifikan.
-Implikasi dari konstipasi dapat bervariasi mulai dari rasa tidak nyaman sampai gejala kanker usus besar atau
penyakit serius lainnya.
5. Diare
Epidemologi
Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia
tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk
per tahun, dari angka prevalensi tersebut 70-80 % menyerang anak dibawah usia lima
tahun (balita) Golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare per tahun.
Diperkirakan
kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya.
Etiologi
1. Infeksi
Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Bakteri
Protozoa
Patofisiologi
- Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit. Pada keadaan normal,
absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan ekskresi.
- Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
- Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na) dan peningkatan sekresi
klorida
- Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
- Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
- Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
- Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang menyebabkan diare osmotic
Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan terjadi sekresi mucus, protein atau darah
dalam usus halus.
Manifestasi Klinik
- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa
kering dan disertai penurunan berat badan.
- Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
6. Gastritis
Epidemologi
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan negara dunia
dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika
dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan persentase 43%,
lalu beberapa negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, Perancis 29,5% dan Indonesia 40,8%
Etiologi
1. Cimetidine (Ulsikur )
Cimetidine (Ulsikur ) yang
Cara kerja
Histamin diketahui dapat meningkatkan
sekresi asam lambung. Sifat
bahkan dipakai sebagai prosedur
diagnostik untuk mengetahui kemampuan
sekresi asam lambung.Namun obat
antihistamin klasik seperti CTM tidak
mampu meng-antagonis pengaruh histamin
terhadap lambung.Kemudian ternyata
histamin bekerja pada 2 macam reseptor,
yaitu reseptor H1 dan reseptor H2.
Terapi farmakologi diare
Terapi non farmakologis Terapi farmakologis