Anda di halaman 1dari 15

Oleh : apt. Nuur Aanisah, S.

Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020
PROGRAM STUDI FARMASI
FMIPA UNTAD
VISI
Tahun 2024 menjadi program studi unggulan di Kawasan
Timur Indonesia dalam pengembangan dan penerapan
Pendidikan kefarmasian yang berbasis pada penelitian dan
pengabdian pada masyarakat.

MISI

1. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan


pengajaran yang bermutu dalam rangka
menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, dan
adaptif sehingga mampu bersaing di kawasan timur
Indonesia pada khususnya dan di tingkat nasional
pada umumnya.
2. Mengembangkan penelitian keilmuan dan produk
farmasi bahan alam yang kompetitif melalui
pemanfaatan sumber daya alam.
3. Mengembangkan ilmu kefarmasian klinik berbasis
bukti (evidence-based medicine)
4. Menerapkan ilmu farmasi, baik secara mandiri
maupun kerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dan lingkungan.
5. Menjalin kerjasama dengan iiendidi pemerintah
dan swasta baik di dalam dan luar negeri meliputi
iiendidikan (pengajaran), penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat.

ii
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb dan Salam Sejahtera
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke
khadirat Allah swt karena atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga terwujud harapan untuk menyusun
Panduan Konseling Praktikum Ilmu Resep 2.

Panduan ini disusun untuk digunakan sebagai panduan


bagi mahasiswa dalam melakukan konseling dalam Praktikum
Ilmu Resep 2. Panduan ini dimaksudkan untuk membantu
mahasiswa dalam mengingat poin-poin penting dalam konseling
serta mengimplementasikan teori dispensing dan konseling.
Konseling diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien
tentang pengobatannya dan memastikan bahwa pasien dapat
menggunakan obat dengan benar.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi para calon


sarjana farmasis untuk melakukan komunikasi konseling
sehingga ketika terjun ke dunia kerja dapat terbiasa memberikan
pelayanan kefarmasian yang optimal dan menjadi farmasis yang
unggul dan berkualitas.

Palu, Oktober 2020

Penyusun,

Apt. Nuur Aanisah, S.Si

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................... iii
BAGIAN I PENGENALAN KONSELING ................... 1
BAGIAN II LEMBAR KONSELING ............................. 3
BAGIAN III LANGKAH DALAM KONSELING
OBAT ......................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 11

iv
PENGENALAN KONSELING

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker


dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien.

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk


mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat
yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patient -safety).

Saat memulai konseling obat, diperlukan niat yang kuat


untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien
yang ditangani agar terwujud pelayanan kefarmasian yang
optimal. Jika konseling telah terlaksana, maka akan banyak
manfaat yang diperoleh oleh pasien maupun tenaga farmasis,
antara lain: membantu pasien untuk mengatur pemberian obat,
membantu pasien menyesuaikan diri terhadap penggunaan obat
dan penyakitnya, meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi, meminimalkan masalah terkait obat dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker.
Setelah memiliki niat yang kuat, aspek farmakoterapi obat
maupun strategi berkomunikasi dengan pasien pun perlu untuk
dikuasai sebelum melakukan konseling obat.

Ada beberapa Kriteria Pasien yang perlu diberikan


konseling, yaitu:

1) pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan


fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui);
2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB,
DM, epilepsi, dan lain-lain);

1
3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi
khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tapering-
down/off, penggunaan pil KB);
4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi
sempit (digoksin, phenytoin);
5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi);
dan
6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

2
LEMBAR KONSELING

CATATAN PENILAIAN

Verbal: - penggunaan bahasa yang ramah & bersahabat - intonasi suara

Non-verbal: - posture - eye contact - gaya bicara - ekspresi wajah

3
LANGKAH DALAM MELAKUKAN KONSELING

Sebelum melakukan konseling obat, ada beberapa hal


yang harus diperhatikan bagi konselor, yaitu:

1. Berpenampilan rapi.

2. Menunjukkan wajah yang bersahabat, senyum, kontak


mata, suara yang tidak terlalu rendah dan tinggi

3. Menunjukkan rasa empati terhadap kondisi pasien.

4. Tidak mendiskriminasi pasien.

5. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah


dipahami. Jangan menggunakan istilah medis yang akan
membuat pasien lebih tidak mengerti

6. Hindari pertanyaan yang berbelit-belit dan pertanyaan


yang pasiennya menjawabnya hanya dengan ya atau tidak.
Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open ended
questions, karena pertanyaan terbuka memungkinkan
konselor memperoleh informasi yang maksimal dari
pasien.

Setelah hal diatas telah dipastikan, maka konselor dapat


melakukan tahapan konseling obat sebagai berikut:

1. Perkenalan

Pada tahap awal, konselor memperkenalkan diri,


mengkonfirmasi resep dan menjelaskan tujuan konseling. Pada
tahap ini merupakan tahap yang menetukan apakah pasien akan
melanjutkan konseling atau tidak. Sehingga penting untuk dapat
bersikap ramah dan sopan. Sapalah pasien sambal tersenyum
dan menanyakan keperluan pasien.

4
Contoh:

− Perkenalan diri
“Selamat siang, Ibu. Perkenalkan saya …, apoteker yang
bertugas saat ini”.

− Lakukan konfirmasi resep, kecuali swamedikasi tidak perlu


dikonfirmasi resepnya.
“Kalau boleh tau, dengan ibu siapa saya berbicara? Usia ibu
berapa? Alamat ibu dimana”

− Menanyakan kesediaan pasien untuk diberikan konseling


“Ibu, karena obat yang didapatkan tergolong obat yang
perlu dimonitoring, jadi kami ingin meminta waktu ibu
sekitar 5-10 menit untuk melakukan konseling. Apakah ibu
bersedia?”
“Ibu, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan terkait
obat yang diresepkan untuk mengoptimalkan terapi ibu.
Apa ibu bersedia jika saya meminta waktu sekitar 5-10
menit untuk menjelaskan?”

− Menjelaskan tujuan konseling


“Saya akan memberikan informasi penting terkait
pengobatan yang akan ibu jalani nantinya sehingga dapat
berjalan dengan maksimal. Ibu, tidak perlu ragu atau
khawatir untuk menyampaikan informasi terkait kesehatan
dengan sebenar-benarnya, karena saya jamin
kerahasiannya”

Jika pasien datang dengan kerabat, konselor juga wajib menyapa


kerabat pasien yang menemani.

5
2. Mengumpulkan Informasi

Pada tahap ini konselor harus dapat menggali informasi


dan memahami masalah yang dihadapi pasien. Awali proses
konseling dengan menanyakan kepada pasien 3-prime-questions
atau menggunakan teknik show and tell. Pengajuan 3-prime-
questions bertujuan untuk menghindari pemberian informasi
yang berbeda oleh konselor dengan dokter, misalnya
menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan. Pertanyaan
3-prime-questions diberikan khusus kepada pasien yang
mendapatkan obat dengan tipe resep. Jika pasien melakukan
swamedikasi atau membeli obat bebas, tidak perlu ditanyakan 3-
prime-questions.

Setelah itu, cari tau lagi mengenai keluhan yang dialami,


riwayat penyakit dan pengobatan, riwayat alergi, serta kebiasaan
pasien. Hal ini bertujuan untuk menggali lagi informasi tentang
kesehatan pasien. Pada saat melakukan konseling gunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam dan tunjukkan
empati.

6
Contoh :

- Ibu, apa saja gejala yang ibu alami jika boleh tau?
- Sudah berapa lama ibu merasakan hal tersebut?
- Apakah terdapat gejala lain?
- Apakah ibu sudah pernah mengonsumsi obat ini
sebelumnya?
Pertanyaan ini merupakan salah satu trik manajemen waktu
saat konseling. Jika pasien sudah pernah mendapatkan
pengobatan ini sebelumnya, maka kita harus memastikan
apakah terapinya berlanjut atau ada masalah dengan
pengobatannya sehingga kita bisa mengarahkan
pembicaraan menjadi diskusi.
- Apakah ibu memiliki riwayat penyakit tertentu seperti gula
atau tekanan darah bu?
- Apakah ibu sedang mengonsumsi pengobatan lain? Apakah
ibu sedang meminum jamu, herbal, vitamin?
- Sudah berapa lama ibu mengonsumsi obat-obatan lain?
- Apakah ibu memiliki alergi dengan obat atau makanan
tertentu
- Karena ada beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh
ibu hamil, kalau boleh tau, apa ibu sedang menyusui atau
hamil bu?
- Ibu bisa ceritakan terkait aktivitas ibu sehari-hari. Seperti
pola makan, aktivitas sehari-hari
- Saya rasa informasi yang ibu berikan sudah cukup, saya
siapkan dulu obatnya
-

7
3. Memberikan Informasi Obat

Pada tahap ini merupakan peran apoteker yang utama


yaitu memberikan penjelasan dan saran kepada pasien terkait
pengobatannya. Hal-hal penting dan harus disampaikan kepada
pasien antara lain deskripsi tentang obat berupa nama dagang,
zat aktif obat, kekuatan seidaan, indikasi, cara penggunaan,
waktu minum obat, efek obat yang tidak dikehendaki yang
mungkin muncul, cara penyimpanan, dan KIE. Untuk
mendapatkan informasi tersebut, konselor bisa membaca
literatur seperti MIMS, ISO Indonesia, Medscape atau Drug
Information Handbook.

Beberapa informasi yang dapat diberikan:

- Obat-obat simptomatik boleh dihentikan jika sudah


gejalanya sudah mereda
- Tablet ditelan menggunakan air putih. Jangan diminum
bersama teh atau kopi untuk menghindari efek yang tidak
diinginkan
- Beritahu mengenai efek samping yang dapat terjadi.
Namun, pastikan pasien tidak perlu khawatir karena efek
samping tidak akan terjadi pada setiap orang. Jika
mengalami efek samping, pasien diarahkan untuk
berkonsultasi dengan dokter apakah obatnya dapat diganti
atau dihentikan untuk sementara waktu
- Jika pasien akan mengonsumsi obat-obatan lain, dapat
berkonsultasi dengan apoteker agar tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan

8
- Penyimpanan obat tergantung dengan bentuk sediannya.
Berikut berbagai cara menyimpan obat yang benar, yaitu:
1. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di tempat
panas. Tablet dan kapsul disimpan di tempat kering
dan sejuk pada suhu 15º – 25ºC.
2. Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam
lemari pendingin, kecuali disebutkan pada etiket atau
kemasan obat. Hindari agar obat cair menjadi beku.
Larutan atau sirup disimpan di tempat kering dan
sejuk pada suhu 15º – 25º C.
3. Sediaan suppositoria harus disimpan di lemari
pendingin (2o–8o C) supaya tidak meleleh.
4. Sediaan aerosol/spray/semprot harus dijauhkan dari
panas/suhu tinggi karena dapat meledak. Simpan di
tempat kering dan sejuk pada suhu 15º – 25º C.
5. Tetes Mata / Tetes Hidung / Tetes Telinga disimpan
di tempat kering dan sejuk pada suhu 15º – 25o C.
6. Salep Mata / Salep Hidung / Salep Telinga disimpan
di tempat kering dan sejuk pada suhu 15º – 25o C.
7. Insulin disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2o
– 8o C.

Apabila pasien menerima obat dengan bentuk sediaan


khusus seperti insulin, inhaler, suppositoria, tablet vaginal, atau
tablet sublingual, dll usahakan gunakan alat peraga, gambit atau
diagram untuk mempermudah penjelasan.

4. Memberikan Saran Terapi Non-Farmakologi

Pemberian saran terapi non-farmakologi dapat menunjang


terapi pengobatan farmakologi. Terapi non-farmakologi
biasanya terkait dengan informasi kebiasaan/aktivitas pasien.
Pemberian terapi non farmakologi dapat berupa cara menjalani
pola hidup sehat atau modifikasi gaya hidup, menghentikan
pemakaian zat/makanan yang membahayakan tubuh, istirahat
yang cukup, mengelola stres, dan aktivitas fisik.

9
Saat memberikan saran pengobatan, hindari kata-kata
yang bersifat menyuruh, namun pasien diarahkan dan diberikan
informasi yang cukup, sehingga pasien dapat memutuskan
sendiri masalahnya.

5. Ringkasan dan Ulangi Kembali

Pada tahap ini, konselor dapat meringkas penjelasannya


dengan memberitahukan nama obat yang diberikan, nama
dagang jika ada, indikasi obat dan aturan pakainya. Setelah itu,
pasien diminta untuk mengulang kembali penjelasan yang sudah
diterima secara ringkas untuk memastikan pasien sudah cukup
memahami dan menerima informasi yang diberikan dengan baik
dan benar. Setelah itu, konselor mempersilahkan pasien untuk
bertanya jika masih ada yang belum jelas dan dimengerti terkait
obat yang diberikan.

6. Monitoring

Sebagai penutup, konselor memberikan nomor telpon


yang dapat dihubungi jika ada hal yang ingin ditanyakan terkait
obat yang diresepkan atau jika terdapat keluhan atau efek
samping obat. Sebagai bentuk pemantauan terapi obat bisa juga
diminta memberikan nomor telepon pasien yang bisa dihubungi.
Contoh: “Baik ibu, jika nanti ada pertanyaan terkait pengobatan
yang ibu dapatkan, ibu dapat mengubungi nomor saya. Jika
dalam beberapa hari kedepan, penyakit ibu belum mereda, ibu
bisa menghubungi dokter untuk segera berkonsultasi. Jika terkait
obat, bisa menghubungi saya bu. Terimakasih ibu ini obatnya.
Semoga lekas sembuh :)”

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Konseling


Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan, Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri


Kesehatan RI No 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Kementerian
Kesehatan, Jakarta.

APha, 2016, Drug Information Handbook, Lexicomp Drug


Reference Handbooks, 24th edition

Fristiohady, Adryan, Julian Purnama, La Ode Wahyuni.


2019. Komunikasi dan Konseling Farmasi. Wahana
Revolusi : Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai