ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas.Namun, kami harap karya
yang tidak seberapa ini dapat membantu untuk menjadi inspirasi bagi pembuat
makalah selanjutnya.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHAHULUAN
Salah satu sumbangan nyata ilmu kimia kepada ilmu kedokteran ialah
bidang pengobatan. Obat adalah senyawa kimia yang dapat mempengaruhi
organisme hidup serta digunakan untuk diagnosis, pencegahan dan pengobatan
suatu penyakit. Sintesis obat sangat memerlukan peran ilmu kimia. Kini telah
banyak obat-obat yang dibuat secara sintetis, baik berupa senyawa organik
maupun senyawa anorganik. Diantara banyak obat yang kini telah dikenal, ada
beberapa obat yang mempunyai fungsi berbeda. Demikian pula dengan efek
samping atau pengaruh samping obat yang merugikan kesehatan.
Antibiotik merupaka obat yang sangat penting dan digunakan untuk
memberantas berbagai penyakit infeksi. Zat kimia ini dihasilkan oleh
mikroorganisme, terutama jamur dan bakteri tanah, dan mempunya khasiat
bakteriostatik atau bakterisid terhadap satu atau beberapa mikroorganisme lain
yang rentan terhadap antibiotik.
Antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai spesies
mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies mikroorganisme lain. Sifat
toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan bahkan ada yang langsung
membunuh bakteri (efek bakterisid) yang kontak dengan antibiotik tersebut.
Antibiotik mempunyai sifat toksik dan berbahaya apabila masuk ke dalam
tubuh dalam dosis yang besar. Efek toksik antibiotik dapat memengaruhi bagian-
bagian tubuh tertentu. Kloramfenikol menimbulkan efek toksik pada sumsum
tulang belakang sehingga pembentukan sel darah merah terganggu, sedangkan
streptomisin dapat merusak organ keseimbangan dan pendengaran sehingga
menyebabkan pusing, bising telinga, dan kemudian menjadi tuli. Pemberian
penisilin kepada seseorang yang tidak tahan atau peka dapat menimbulkan gatal-
gatal, bintik-bintik merah pada kulit, bahkan menyebabkan pingsan.
Resistensi bakteri dapat terjadi jika pengobatan dengan antibiotik tidak
mencukupi misalnya, karena terlalu singkat atau terlalu lama dengan dosis yang
terlalu rendah. Dalam hal ini, bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja
antibiotik sehingga khasiat antibiotik akan menjadi berkurang, atau tidak
berkhasiat sama sekali. Bila suatu antibiotik tidak mampu membunuh bakteri atau
bakteri menjadi kebal, pengobatan selanjutnya harus dilakukan dengan antibiotik
lain.
Tetrasiklin adalah antibiotik yang mempunyai spektrum luas. Untuk lebih
jelasnya mengenai resistensi, spektrum, farmakodinamik, dan lain-lain mengenai
tetrasiklin akan dijelaskan pada makalah ini.
2.1 SejarahTetrasiklin
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu
penemuan antibiotika penting. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens.
Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin
sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari spesies Streptomyces lain.
Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur
kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten
perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada
tahun 1950. Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-")
hidrokarbon cincin ("-cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari
poliketida yang memiliki kerangka octahydrotetracene-2-karboksamida.
R1 R2 R3 R4 Nama senyawa
H H H H 6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
H OH H H 6-dimetiltetrasiklin
H OH CH3 H Tetrasiklin (akromisin)
Cl OH H H 7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
H OH CH3 OH 5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
Cl OH CH3 H 7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)
2.5 Resistensi
Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli,
Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella
dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi
terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua
tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin
pada resistensi B.fragilis.
Mekanisme resistensinya adalah sebagai berikut:
2) Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan
oleh kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran
pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman
dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel
hewan yang terkena), dan panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel
darah putih kucing menurun dengan drastis).
Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit
pada hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai
spectrum luas.Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk
mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia, mastitis, enteritis,
leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis, penyakit jembrana dan
antraks.
Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan
lain-lain.Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam
pakan.
Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD,
sinusitis, infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan
kadar tetrasiklin dengan dosis rendah.
Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya
sediaan tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%.Dapat digunakan untuk
mengobati penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk
mengatasi pink eye.
Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati. Doksisiklin
dan minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup berarti sehingga aman
diberikan pada pasien gagal ginjal.
Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan
melalui empedu.Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin
diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam
empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat
ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila
terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan
mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui
tinja.
2.7 Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya anti biotik ke dalam ribosom
bakteri gram negative, pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua
melalui sistem transport aktif. Setelah masuk anti biotik berikatan secara
revarsible dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA – amino asil pada
kompleks mRNA – ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida
yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.
Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri.Obat ini dipakai untuk
pengobatan Acne dengan dosis rumatan yang lebih rendah dalam jangka waktu
beberapa bulan. Tetrasiklin tidak boleh diminum bersama antasid atau produk dari
susu, karena akan mengikat trasiklin menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga
mengurangi absorpsinya. Tetrasiklin meningkatkan efek antikoagulan oral dan
me-ngurangi efek kontrasepsi oral.Efek samping utama dari tetrasiklin adalah
fotosensitivitas.
Paparan sinar matahari akan menimbulkan kulit terbakar matahari yang
berat. Tetrasiklin tidak boleh dipakai wanita hamil karena adanya kemungkinan
efek teratogenik pada janin.Tetrasiklin dapat diberikan per oral, intramuskular,
dan intravena. Tetrasiklin oral efektifjika tidak diminum bersama bahan makanan
yang terbuat dari susu atau antasid.
Injeksi intramuskular dapat menimbulkan rasa sakit.Tetrasiklin intravena
biasanya diberikan dengan infus yang intermiten dalam waktu 5-30 menit. Mula
kerja dari tetrasiklin intravena adalah segera, dan waktu untuk mencapai kadar
puncak adalah pada akhir pemberian infus.
2.8 Dosis
Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg
diberikan setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja. Pemberian
ini akan menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3 µg/ml.
Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat
farmakokinetiknya :
a) Tetrasiklin,klortetrasiklin dan oksitetrasiklin
Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12
jam.
b) Demetilklortetrasiklin
Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16 jam sehingga cukup
diberikan 150 mg peroral tiap 6 jam.
c) Doksisklin dan minosiklin
Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam.Tetrasiklin golongan
ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100mg sehari.
e. Uretritis nonspesifik
Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia
trachomatis ini terobati baik dengan pemberian tetrasiklin oral 4 kali 500
mg sehari selama 7 hari. Infeksi C.trachomatis seringkali menyertai uritritis
akibat gonokokus.
3. Infeksi Mycoplasma Pneumoniae
Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini dapat diatasi
dengan pemberian golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan klinis cepat
dicapai Mycoplasma pneumoniae mungkin tetap terdapat dalam sputum setelah
obat dihentikan.
4. Infeksi Basil
a. Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk
penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan
bersama streptomisin 1gram sehari IM.
b. Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi
terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
c. Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk
penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
d. Sampar
Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi ini ialah streptomisin. Bila
streptomisin tidak dapat diberikan, maka dapat dipakai golongan tetrasiklin.
Pengobatan dimulai dengan pemberian secara IV selam 2 hari dan
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 1 minggu.
5. Infeksi Kokus
Golongan tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan untuk infeksi
stafilokokus maupun streptokokus karena sering dijumpai resistensi. Tigesiklin
efektif untuk infeksi kulit dan jaringan lunak oleh streptokokus dan stafilokokus
(termasuk MRSA).
6. Infeksi Venerik
Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan kedua setelah penisilin untuk
mengobati sifillis. Dosisnya 4 kali 500 mg sehari per oral selama 15 hari.
Tetrasiklin juga efektif untuk mengobati chancroid dan granuloma inguinal.
Karena itu dianjurkan memberikan dosis yang sama dengan dosis untuk terapi
sifilis.
7. Akne Vulgaris
Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis
yang diberikan untuk ini ialah 2 kali 250 mg sehari selama 2-3 minggu, bila perlu
terapi dapat diteruskan sampai beberapa bulan dengan dosis minimal yang masih
efektif.
8. Penyakit Paru Obstruksi Menahun
Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif menahun dapat diatasi dengan
doksisiklin oral 2 kali 100 mg/ hari. Antibiotika lain yang juga bermanfaat ialah
kotrimoksazol dan koamoksiklav.
9. Infeksi Intraabdominal
Tigesiklin efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal yang disebabkan
oleh E. Coli, C.freundii, E.faecalis, B.fragilis dan kuman-kuman lain yang peka.
10. Infeksi lain
a. Aktinimikosis
Golongan tetrasiklin dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini bila
penisilin G tidak dapat diberikan kepada pasien.
b. Frambusia
Respons penderita terhadap pemberian golongan tetrasiklin berbeda-beda.
Pada beberapa kasus hasilnya baik, yang lalin tidak memuaskan. Antibiotik
pilihan utama untuk penyakit ini ialah penisilin.
c. Leptospirosis
Walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk pengobatan
leptospirosis, efektifitasnya tidak terbukti secara mantap.
d. Infeksi saluran cerna
Tetrasiklin mungkin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis
intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu mungkin
efektif untuk disentri yang disebabkan oleh strain Shigella yang peka.
11. Penggunaan Topikal
Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata
golongan tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata
oleh kuman Gram-positif dan Gram-negatif yang sensitif. Selain itu salep mata ini
dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmia neonatorum pada neonatus (1)
3. Corsatet
Komposisi :
Tetracycline HCl
Indikasi :
Abses, akne, amubiasis, anthraks, disentri basiler, bartonellosis, bronkitis
akut dan kronis, infeksi bronkopulmoner, bruselosis, kankroid, difteri,
infeksi traktus genitourinaria, GO, granuloma inguinale, infeksi yang
menyertai fibrosis kistik pankreas, listeriosis, limfograuloma venereum,
infeksi bakteri campuran, osteomielitis, otitis eksterna dan media, pertusis,
faringitis, pneumonia, psittakosis, pielonefritis akut dan kronis, rocky
mountain spotted fever, demam scarlet, sinusitis, infeksi jaringan lunak,
sifilis, tonsilitis, tularemia, tifoid, ricketsia, uretritis (non-GO), pencegahan
pra dan pasca bedah dan dental.
Dosis :
Dewasa 250 mg 4 x/hr. Infeksi berat 1500-2000 mg/hr. Anak 20-40
mg/kg/BB/hr, dosis terbagi. Sifilis dosis total 30-40 g dalam dosis terbagi
rata selam 10-15 hari. Bruselosis kombinasi dengan streptomisin.
Penggunaan obat :
Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberkian bersama makanan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi :
Hipersensitif, gangguan ginjal berat, hamil, anak < 12 tahun.
Efek samping :
Gangguan GI, supersenitif, hepatotoksik dan nefrotoksik. Jarang
meningkatkan TIK, SLE. Perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi pada
anak dalam masa pertumbuhan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, 1955,
Jakarta.ajiakbarnur.blogspot.com/2013/02/antibiotika-tetrasiklin.html.
Diakses pada tanggal 7 April 2017.
Istriyati , Bejo Basuki, 2006, Pengaruh Pemberian Tetrasiklin Pada Induk Mencit
(Mus musculus L.) terhadap Struktur Skeleton Fetus, Berkala Ilmiah
Biologi, Volume 5, Nomor 1, Juni 2006, halaman 45-
50.https://jekmad.blogspot.com/2013/01/tetrasiklin.html. Diakses pada
tanggal 7 April 2017.
Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill
Livingstone, 1995. ajiakbarnur.blogspot.com/2013/02/antibiotika-
tetrasiklin.html. Diakses pada tanggal 7 April 2017.
Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires
dkk, EGC ; Jakarta. ajiakbarnur.blogspot.com/2013/02/antibiotika-
tetrasiklin.html. Diakses pada tanggal 7 April 2017.