Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ MENGENAL MANUSIA “

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

ADWI RESTAFARA A251 19 123


DINIL HAERANI A251 19 001
NUR ALIYA SARI A251 19 028
WINDI ANGGRIANI A251 19 099
WINARSIH A251 19 016
RAHMI HANDAYANI A251 19 103
MAYASARI A251 19 094
DITA SAFITRI A251 19 032
SRI LESTARI R.ALUY A251 19 039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, Puji syukur kehadirat ALLAH AZZA WA


JALLA , yang telah memberi kesempatan serta ridho-Nya sehingga penulisan makalah ini
berjalan dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menunaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Kami sebagai tim penyusun menyatakan bahwa makalah ini sangat penting dan perlu
untuk mahasiswa pelajari. Materi makalah ini dapat digunakan guru maupun mahasiswa
sebagai calon guru untuk belajar secara mandiri mengenai konsep dan hakikat dari manusia.
Atas dasar kebutuhan dan materi yang kami emban, maka judul makalah ini ialah “Manusia
dalam Konsep Islam”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan sumber yang telah
mendukung kesuksesan dari penyusunan hingga selesainya penulisan makalah ini. Mengingat
penyajian materi yang masih dirasa kurang lengkap, maka kami mengharapkan kritik dan
saran.

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatu.

Penyusun
Palu , februari 2020

Kelompok 2
BAB I 
 PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia sering
menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi
mengkaji manusia, karya, dan dampak dari karya-karyanya terhadap dirinya sendiri,
mayarakat, dan lingkungan tempat tinggalnya.
Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli yang selanjutnya dikaitkan
dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, pendidikan, agama dan
lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek, juga sebagai
objek dari berbagai kegiatan tersebut. Termasuk dalam kajian Ilmu Pendidikan Islam.
Pemahaman terhadap manusia menjadi penting agar proses pendidikan tersebut dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
Pengetahuan tentang asal kejadian manusia adalah amat penting dalam merumuskan
tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam
menetapkan pandangan hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia
cukup menggambarkan hakikat manusia. Satu-satunya jalan untuk mengenal dengan baik
siapa manusia adalah merujuk kepada wahyu Illahi (Al-Qur’an) dan As-Sunnah (Hadis
Rasulullah), agar kita dapat menemukan jawabannya. Bagaimanakah konsepsi Al-Qur’an dan
Hadis tentang manusia ? Makalah ini berusaha mengungkapkan konsep manusia dalam Al-
Qur’an dan Hadis.   

 
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas¸ adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.
1.     Bagaimana konsep manusia menurut Al-Qur’an dan Hadis ?
2.     Bagimana proses penciptaan manusia ?
3.     Apa tujuan penciptaan manusia ?

 
C.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas¸ adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut.
1.      Untuk mengetahui konsep manusia menurut Al-Qur’an dan Hadis.
2.      Untuk mengetahui proses penciptaan manusia.
3.      Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia.

  D.    MANFAAT PENULISAN


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis
dan pembaca tentang konsep manusia dalam Islam menurut Al-Qur’an dan Hadis agar dapat
lebih memahami Islam.

    
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.   MENGENAL MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN DAN HADIST
Di dalam Al-Qur’an, manusia merupakan salah satu subjek yang dibicarakan, terutama
yang menyangkut asal-usul dengan konsep penciptaannya, kedudukan manusia dan tujuan
hidupnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar karena Al-Qur’an memang diyakini
oleh kaum muslimin sebagai firman Allah subhanna wa ta’ala yang ditujukan untuk manusia.
Sementara Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa
istilah manusia dalam Al-Qur’an dikenal tiga kata, yakni al-insan, al-basyar, dan al-nas.
Walaupun ketiga kata di atas menunjukkan arti pada manusia, tetapi secara khusus memiliki
pengertian yang berbeda.
a.       Al-Insan
Al-Insan berarti lupa, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali yang disebut
dalam 43 surat. Umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat
khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Nilai psikis
manusia sebagai al-insan yang dipadu wahyu Ilahiyah akan membantu manusia dalam
membentuk dirinya sesuai dengan nilai-nilai insaniah yang terwujud dalam perpaduan iman
dan amalnya. Sebagaiman firman Allah yang artinya :
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.” (At-Tin : 6)
b.      Al-Basyar
Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang
berarti kulit. “Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan
kulit binatang yang lain.” Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 35 kali dalam bentuk
tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut
lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad
shalallahu alaihi wa sallam diperintahkan untuk menyampaikan bahwa “Aku adalah basyar
(manusia) seperti kamu yang diberi wahyu” (Al-Kahf : 110). Di sisi lain diamati bahwa
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa
proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan
kedewasaan. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya menciptakan kamu dari tanah, ketika
kamu menjadi basyar kamu bertebaran.” (Al-Rum : 20).
c.       Al-Nas
Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk social. Manusia dalam arti al-nas
ini paling banyak disebut dalam Al-Qur’an yaitu 240 kali. Bisa dilihat dalam seluruh ayat
yang menggunakan kata, Ya ayyuhannas. Penjelasan konsep ini dapat ditunjukkan dalam dua
hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok-kelompok sosial dengan
karakteristiknya masing-masing yang satu dengan yang lain belum tentu sama. Ayat ini
menggunakan kata waminannas (dan diantara manusia). Kedua, pengelompokkan manusia
berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan ungkapan aktsarannas (sebagian besar
manusia).
 
  B.   PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia pertama. Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi
dengan segala karakter kemanusiaannya yang memiliki sifat kesempurnaan lengkap dengan
kebudayaannya .
Manusia yang baru diciptakan Allah itu adalah Adam yang memiliki intelegensi yang
paling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan. Sehingga manusia dapat membentuk kebudayaannya.
Allah subhanna wa ta’ala menciptakan proses penciptaan manusia di dalam Al-Qur’an
secara terperinci, Allah berfirman dealam surat Al-Mu’minun ayat 12-14 :
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Sementara itu dalam sebuah potongan Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim juga dijelaskan :
“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radiallahuanhu Beliau berkata : Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar
dan dibenarkan. Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya
sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari.......”
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Tahapan-tahapan atau tingkatan penciptaa manusia :
1.      Nutfah : tingkat pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu pertama, setelah
terjadi pencampuran air mani. Menurut Ibn Jurair asal kata nutfah ialah “nutf” berarti air
yang sedikit yang terdapat di dalam sebuah tabung. Allah menciptakan anggota yang
berlainan dari nutfah,untuk lelaki membentuk saraf dan tulang, dan nutfah perempuan
membentuk darah dan daging.
2.      Alaqah : terjadi pada minggu pertama atau hari ketujuh. Telur yang sudah disenyawakan
tertananm di dinding rahim. Alaqah semakna dengan segumpal darah yang terjadi selama 3
minggu didalam rahim.
3.      Mudghah : terjadi pada minggu keempat dengan terjadinya pembentukan otak, syaraf
tunjang, telinga dan anggota lainnya. Pernafasan sudah mulai terbentuk, jantung mulai
berdetak, darah mengalir lebih banyak, dan terjadi selama tujuh minggu.
4.      Idham dan Lahm : terjadi pada minggu kelima, keenam, dan ketujuh ditandai dengan
pembentukan tulang yang mendahului pembentukan otot. Terbentuk pula satu sistem yang
komplek, perut dan usus mulai terbentuk, saluran pernafasan mulai kelihatan. Kaki dan
tangan mulai tumbuh, telinga dan mulut makin sempurna. Pada minggu kedelapan semuanya
telah sempurna dan lengkap.
5.      Nasy’ah khalqan akhar : terjadi pada bulan ketiga yaitu ketika embrio sudah masuk
kejanin. Tulang janin terbentuk dengan sempurna dan kukupun sudah mulai tumbuh.
Perubahannya hanya ukuran bayi saja.
6.      Nafkhur-ruh : yaitu tingkat peniupan roh yang terjadi selepas empat puluh hari dan
selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan terjadi
didalam rahim, bukan hanya perkembangan fisikal tetapi mempunyai hubungan dengan Allah
melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah didalam alquran surah AL-
A’raf ayat 172.
  C.    TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Adapun beberapa tujuan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an dan Hadis adalah
sebagai berikut.
1.      Manusia diciptakan Allah Subhanna wa ta’ala bukan secara main-main.
“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada
maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
(Al-Mu’minun : 115)
2.      Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung,
tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir tidak dapat
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu
sangat dzalim dan sangat bodoh.”
(Al-Ahzab : 72)
3.      Untuk mengabdi atau beribadah.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku.”
(Adz-Zariyat : 56)
Ayat ini mengindikasikan tentang tujuan penciptaan manusia sebagai hamba allah.
Indikasi ini dapat dipahami yang berarti agar manusia mengabdi kepada allah. Maksudnya
allah menciptakan manusia dengan tujuan menyuruh mereka beribadah kepada allah, bukan
karena allah membutuhkan manusia. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
Radiallahuanhu: yang artinya melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada Allah
baik secara sukarela maupun terpaksa. Dan itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir, yakni
supaya mereka mengenal Allah.

Manusia diciptakan Allah agar ia beribadah kepadaNya. Pengertian ibadah di sini


tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata
memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan
kesukaan ridhaNya dan menjauhi apa yang menjadi laranganNya.
Kata kunci penyerahan ini yang menjadi initipati kepada Islam yaitu penyerahan secara
keseluruhan terhadap Allah. Mereka yang dipandang oleh Allah dengan pangkat hamba ini
pasti memperoleh keuntungan di dunia maupun akhirat.

 
                                                      BAB III
                                                   PENUTUP
A.   KESIMPULAN
1.      Manusia yang digambarkan dengan istilah al-basyar, al-insan, dan al-nas
merupakan kausa prima yang secara fitrah sebagai potensi dasar manusia
sekaligus menjadi karakter personalitas dari eksistensi manusia. Ini
sepenuhnya menjadi keistimewaan manusia yang membedakannya dengan
makhluk lain di muka bumi serta berimplikasi kepada adanya peran dan tugas
kekhalifahan.
2.      Di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan proses penciptaan manusia yang beral
dari nutfah, alaqah, mudghah, idham dan lahm, nasy’ah khalqan akhar, dan
nafkhur-ruh.
3.      Manusia diciptakan Allah agar ia beribadah kepadaNya. Pengertian ibadah di
sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada
umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi seluas
pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai
hamba Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaan ridhaNya dan
menjauhi apa yang menjadi laranganNya

B.   KRITIK
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita lupa akan diri kita sebagai makhluk
Tuhan sehingga kita melalaikan ajaran-ajaran agama kita sebagai penuntun bagi
kita dalam menjalani kehidupan. Melalui makalah ini penulis berharap agar semua
pihak yang terkait menyadari kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dan tidak
melalaikan ajaran agama yang kita anut.

C.   SARAN
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, besar harapan penulis para
pembaca mendapat tambahan pengetahuan mengenai konsep manusia dalam Al-
Qur’an dan Hadis, dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
agar dapat menjadi seorang manusia yang bersyukur akan anugerah yang
diberikan oleh Allah SWT. Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan,
semoga bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.
Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik
yang bersifat konstruktif sangat kami butuhkan, guna memperbaiki makalah

selanjutnya.                


DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Syati, Aisyah. 1999. Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Basit, Abdul. 2013. Filsafat Dakwah. Jakarta: PT Rajawali Press.
Supadie, Didiek Ahmad. 2011. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam. 2014. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi Umum. Padang : UNP Press

Anda mungkin juga menyukai