Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KONSELING FARMASI

KASUS 4
KONSELING KEPADA PASIEN GERIATRI II

Disususn Oleh :

Kelompok 1
Nanda Rahma Setianingsih (I1C020002)
Qonita Istiqomah (I1C020004)
Ghina Jamalina Shofa (I1C020006)
Yuniar Hapsari (I1C020008)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
I. Judul
Konseling pada Geriatri II
II. Tujuan
1. Mampu melakukan konseling kepada pasien geriatri.
2. Mampu memberikan informasi sesuai dengan kondisi dan masalah pasien.
3. Mampu berkomunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga pasien
sehingga dapat membangun hubungan kepercayaan antara pasien dan keluarga
pasien dengan apoteker.
4. Memberikan informasi mengenai indikasi bat, penggunaan obat, cara
penyimpanan obat, dan terapi non-farmakologis sehingga dapat mencapai
tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
5. Mengurangi risiko efek samping obat yang dapat muncul dengan memberikan
informasi mengenai cara mengatasi efek samping obat tersebut.
III. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi
Berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016 kegiatan pelayanan
kefarmasian pada awalnya berfokus pada pengelolaan obat namun kini
berubah menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien. Konseling merupakan proses interaktif antara
apoteker dengan pasien dan/atau keluarga pasien yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan sehingga
perilaku pasien dapat berubah dalam penggunaan obat dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien yang perlu
diberikan konseling diantaranya yaitu :
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil, dan menyusui.
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (Contoh : DM,
TB, AIDS, dan epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus.
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit.
e. Pasien dengan polifarmasi.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Konseling pada pasien geriatri sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan
oleh apoteker. Hal tersebut dikarenakan pasien geriatri mengalami penurunan
fungsi organ dan akumulasi penyakit degeneratif sehingga perlu dilakukan
konseling terkait informasi yang obat. Tujuan konseling yaitu untuk
mendapatkan pelayanan yang langsung dan menyeluruh kepada masyarakat
sehingga keahlian dan keilman apoteker dapat dimanfaatkan secara maksimal
dalam rangka peningkatan kesejah teraan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Tatalaksana pemberian konseling oleh apoteker kepada pasien yaitu
yang pertama adalah apoteker harus memiliki pengetahuan terkait
kefarmasian, memiliki rasa empati, dan keterampilang komunikasi secara
efektif. Kedua, pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap
muka dan berjalan secara interaktif. Ketiga, kondisi lingkunan perlu
diperhatikan untuk membuat pasien dan keluarga pasien merasa nyaman dan
bebas. Keempat, pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan pada
keluarga pasien apabila pasien mengalami kendala dalam komunikasi. Kelima,
apoteker perlu membina hubungan yang baik dengan pasien agar dapat
tercipta rasa percaya terhadap peran apoteker dalam membantu pasien.
Keenam, mendapat data yang cukup mengenai masalah medis pasien. Ketujuh,
mendapat data yang akurat tentang obat-obat yang digunakan pasien.
Kedelapan, mendapat informasi mengenai latar belakang sosial budaya,
pendidikan, dan tingkat ekonomi pasien dan keluarganya. Kesembilan,
memberikan informasi terkait obat berupa nama obat, kegunaan obat, aturan
pakai, teknik penggunaan obat, cara penyimpanan, dan efek samping yang
dapat muncul serta solusi cara mengatasinya (Depkes RI, 2006).
2. Perumusan Masalah
Ibu Ratna (60 tahun), datang ke apotek bersama dengan anaknya untuk
menebus resep yang diberikan oleh dokter. Ibu Ratna mengeluhkan gatal
kemerahan pada kedua lipatan kaki sudah 2 hari ini dan sangat membuat tidak
nyaman. Dokter menjelaskan bahwa beliau mengalami candidiasis pada kulit.
Riwayat Pasien
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alergi obat : Amoksisilin
Riwayat penyakit : Diabetes Mellitus sejak 2 tahun yang lalu
Riwayat pengobatan : Glimepiride 2 mg 1 kali sehari (lupa memberitahu ke
dokter).
Riwayat kebiasaan : Karena tinggal di lingkungan pedesaan, masalah
higienitas masih menjadi kendala Ibu Ratna.
Karakter pasien : Lugu, tidak banyak bertanya, banyak bingung.

Rumusan Masalah :
a. Bagaimana cara menyapa dan memperkenalkan diri dengan baik untuk
melakukan konseling yang tepat dan efektif dengan pasien geriatri?
b. Bagaimana cara mendengarkan keluhan pasien geriatri?
c. Bagaimana cara menggali informasi terkait permasalahan yang dialami
pasien?
d. Bagaimana cara menjelaskan apakah obat tersebut aman atau tidak
untuk pasien geriatri?
e. Bagaimana cara menjelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien
dan obatnya?
f. Bagaimana cara melakukan komunikasi dengan dokter yang baik?
g. Bagaimana cara menjelaskan kepada dokter terkait interaksi yang
kemungkinan dapat terjadi?
h. Bagaimana cara menjelaskan kepada dokter terkait solusi yang baik
sehubungan dengan resep?
i. Bagaimana cara menjelaskan indikasi dari masing-masing obat?
j. Bagaimana cara menjelaskan aturan pakai dari masing-masing obat?
k. Bagaimana cara menjelaskan kontra indikasi dari masing-masing obat?
l. Bagaimana cara menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi?
m. Bagaimana cara menjelaskan hal yang perlu dihindari sehubungan
dengan pemakaian obat kepada pasien?
n. Bagaimana cara menanyakan apakah pasien sudah mengerti mengenai
penjelasan yang sudah disampaikan dan menutup pembicaraan dengan
baik?
IV. Kasus yang didapatkan dan permasalahan yang perlu diatasi dengan kasus
1. Bagaimana cara menyapa dan memperkenalkan diri dengan baik untuk
melakukan konseling yang tepat dan efektif dengan pasien geriatri?
Konseling harus diawali dengan pembukaan yang baik antara apoteker dan
pasien supaya menciptakan hubungan yang baik dan rasa percaya pasien
kepada apoteker untuk itu penampilan, dan cara berkomunikasi merupakan hal
yang sangat penting. Apoteker dapat memulai konseling dengan
memperkenalkan diri dan sampaikan tujuan konseling (Depkes RI, 2006).
Konseling pada lansia dapat dilakukan dengan cara membina kedekatan, dan
keakraban, dengan cara memposisikan diri sebagai anak, atau cucu mereka,
menunjukan rasa empati yang dalam pada mereka. Selain itu, gunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami serta bahasa tubuh yang mendukung
komunikasi dengan pasien, seperti wajah yang bersahabat, senyum, kontak
mata, suara dan jarak yang nyaman (Pasmawati, 2017).
2. Bagaimana cara mendengarkan keluhan pasien geriatri?
Sikap positif harus ditunjukkan apoteker ketika menghadapi pasien terutama
geriatri. Untuk menghadapi pasien yang aktif dan terbuka tentang penyakitnya
maka peran apoteker adalah mendengarkan keluhan pasien dengan penuh
kesabaran, empati, serta perhatian. Ketika pasien sulit untuk terbuka mengenai
keluhan yang diderita, maka apoteker perlu untuk mendorong pasien untuk
lebih bisa terbuka dan berinteraksi positif dengan apoteker (Ayuningtyas &
Prihatiningsih, 2017).
3. Bagaimana cara menggali informasi terkait permasalahan yang dialami
pasien?
Penggalian informasi dapat dilakukan dengan membangun hubungan saling
percaya antara Apoteker dengan pasien terlebih dahulu dan komunikasi yang
baik. Hubungan saling percaya dapat dibangun dengan cara memahami
perasaan dan perilaku pasien. Ketika hubungan saling percaya tersebut telah
terbangun, maka penggalian informasi dapat dengan mudah dilakukan dan
pasien akan menyampaikan keluhan yang dirasakan secara mendalam.
Penggalian informasi dapat meliputi tempat timbulnya gejala penyakit, kapan
penyakit itu timbul dan apa pencetusnya, sudah berapa lama gejala penyakit
dirasakan, dan sebagainya. Mempersilahkan pasien untuk bercerita serta cakap
dalam melakukan investigasi untuk mengklarifikasi dan mendapatkan
informasi yang penting sangatlah diperlukan. Saat berkomunikasi dengan
pasien geriatri sikap apoteker sebaiknya berwajah yang berseri dan jangan
berbicara dengan terburu-buru, berikan suara yang lembut. Selain itu, gunakan
bahasa yang sederhana dalam menyampaikan informasi. Usahakan supaya
intonasi suara tidak terlalu cepat.
4. Bagaimana cara menjelaskan apakah obat tersebut aman atau tidak untuk
pasien geriatri?
Cara menjelaskan bahwa obat ini aman bagi pasien geriatri adalah dengan
melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal sehingga pasien merasa aman
dan diyakinkan pada penggunaan obat yang telah dijelaskan. Selain itu,
diperlukan empati yang besar pada pasien geriatri, karena pasien tersebut
memiliki banyak keterbatasan termasuk keterbatasan memahami suatu hal.
Jadi diharapkan ketika komunikasi nyaman, maka pasien geriatri dapat
memahami maksud dari yang disampaikan apoteker.
5. Bagaimana cara menjelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien dan
obatnya?
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans.
Perkembangan jamur candida yang tidak normal dapat disebabkan karena
menurunnya daya tahan tubuh seperti pada penderita diabetes ditambah
kurangnya higiene (Soetojo dan Astrai, 2013). Candidiasis dapat diterapi
dengan antifungal seperti ketoconazole (Merck Manuals, 2023).
6. Bagaimana cara melakukan komunikasi dengan dokter yang baik?
Yang utama adalah mengedepankan sopan dan membangun kesan yang baik
kepada dokter. Tidak terkesan paling tahu dan menggurui, tetapi komunikasi
antara apoteker dengan dokter bersifat memberikan saran. Karena keputusan
akhir ada pada dokter. Menggunakan bahasa yang baik dan selalu
memperkenalkan diri terlebih dahulu ketika akan berkomunikasi kepada
dokter.
7. Bagaimana cara menjelaskan kepada dokter terkait interaksi yang
kemungkinan dapat terjadi?
Pasien merupakan pasien diabetes yang lupa mengkonfirmasi kepada dokter
terkait riwayat penggunaan obat glimepiride 2 mg 1 kali sehari sehingga
apoteker harus menjelaskan hal tersebut terlebih dahulu, kemudian sampaikan
jika ketoconazole oral memiliki interaksi obat dengan glimepiride.
Ketoconazole dapat meningkatkan kadar glimepiride dengan menurunkan
metabolisme sehingga meningkatkan risiko hipoglikemia (Medscape, 2023).
8. Bagaimana cara menjelaskan kepada dokter terkait solusi yang baik
sehubungan dengan resep?
Ketika Apoteker ingin memberikan saran atau rekomendasi, harus berdasarkan
referensi yang ada seperti penelitian literatur primer jika perlu. Hal ini
menjamin bahwa apa pun yang apoteker sarankan adalah relevan secara klinis
dan didukung oleh referensi. Sesuai dengan kasus resep yang ada diketahui
terdapat interaksi obat antara glimepirid dan ketokonazole oral. Apoteker
dapat menyarankan penggunaan ketokonazole cream sebagai solusi atas
masalah interaksi tersebut (Drugs.com, 2023). Hal ini dikarenakan absorpsi
sistemik ketokonazole topikal dapat terjadi tergantung pada pembawa dan
konsentrasi sediaan, ukuran area aplikasi, integritas kulit, dan lama pemberian
sehingga mengurangi risiko terjadinya interaksi (Poradzka et al., 2013).
9. Bagaimana cara menjelaskan indikasi dari masing-masing obat?
Ketoconazole cream digunakan untuk mengatasi infeksi jamur candidiasis
(MIMS, 2023).
10. Bagaimana cara menjelaskan aturan pakai dari masing-masing obat?
Sebelum menggunakan krim ketoconazole, bersihkan dulu area kulit yang
terinfeksi lalu keringkan. Oleskan krim ketoconazole secara tipis dan merata
ke daerah yang terkena dan sekitarnya 1-2 kali sehari. Jangan lupa mencuci
tangan sebelum dan setelah memakai obat. Lama pengobatan untuk infeksi
jamur sekitar 2-3 minggu dan lanjutkan pengobatan sampai beberapa hari
setelah gejala hilang (MIMS, 2023).
11. Bagaimana cara menjelaskan kontra indikasi dari masing-masing obat?
Dijelaskan seperti biasa dengan bahasa yang baik, apakah pasien memiliki
salah satu kontraindikasi adalah berbahaya apabila terkena mata sebaiknya
jika terkena bisa langsung dibilas dengan air dan beberapa ketokonazol topikal
bersifat mudah terbakar (Merck Manuals, 2023).
12. Bagaimana cara menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi?
Dijelaskan atau dikomunikasikan secara perlahan agar mengetahui apa saja
efek samping yang mungkin terjadi, seperti keratoconjunctivitis, iritasi mata
dan fotofobia (Merck Manuals, 2023).
13. Bagaimana cara menjelaskan hal yang perlu dihindari sehubungan dengan
pemakaian obat kepada pasien?
- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak mengoleskan krim ketokonazol
ke area mata, jika terjadi kontak segera bilas dengan air.
- Menjelasakan kepada pasien untuk menghentikan pemakaian jika
terjadi iritasi.
- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menutupi area kulit yang
dirawat dengan pakaian sintetis yang ketat (seperti nilon atau poliester)
yang tidak memungkinkan udara bersirkulasi ke kulit dan jaga supaya
kondisi kaki tetap dalam keadaan kering.
- Menjelasakan kepada pasien untuk tidak menggunakan obat lain di
area yang diobati dengan krim ketoconazole kecuali terdapat anjuran
dokter.
(Drugs.com, 2023)
14. Bagaimana cara menanyakan apakah pasien sudah mengerti mengenai
penjelasan yang sudah disampaikan dan menutup pembicaraan dengan baik?
Bertanya kembali apakah pasien telah memahami penjelasan dan meminta
pasien untuk mengulangi apa yang telah disebutkan atau dijelaskan oleh
apoteker untuk mengetahui apakah telah memahami penjelasannya atau
belum.
V. Pembahasan
1. Ulasan saat roleplay
● Mekanisme roleplay
Konseling pada pasien geriatri dilakukan bersama keluarga pasien.
Apoteker dapat memperoleh informasi pasien secara lengkap, serta
apoteker dapat meminta bantuan keluarga pasien untuk mengawasi pasien
untuk meminum obat secara teratur. Pada kasus konseling pada geriatri
Ibu Ratna (60 tahun) mengeluhkan gatal kemerahan pada kedua lipatan
kaki sudah 2 hari ini dan sangat membuat tidak nyaman. Dokter
menjelaskan bahwa beliau mengalami candidiasis pada kulit.
Ibu Ratna datang ke apotek bersama dengan anaknya untuk
menebus resep yang diberikan oleh dokter. Apoteker memperkenalkan diri
terlebih dahulu, serta mengkonfirmasi data diri dan keluhan pasien.
Setelah itu, apoteker menanyakan three prime questions yaitu: Apa yang
telah dokter katakan tentang manfaat obat yang akan diambil? Apa yang
dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini? Bagaimana
penjelasan dokter tentang cara minum obat ini? Setelah itu, apoteker juga
menanyakan riwayat obat, riwayat penyakit, dan alergi pada pasien.
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus sejak 2 tahun yang
lalu dan diberikan obat Glimepiride 2 mg 1 kali sehari. Namun, pasien
lupa memberitahu kepada dokter terkait riwayat penyakit dan pengobatan.
Selain itu, pasien juga memiliki alergi terhadap obat amoksisilin.
Apoteker menghubungi dokter dimulai dengan perkenalan diri dan
memastikan dokter yang memberikan resep kepada pasien. Kemudian
apoteker menjelaskan riwayat penyakit dan pengobatan dari pasien yang
karena pasien lupa memberitahu ke dokter. Setelah itu, apoteker
menjelaskan adanya interaksi antara glimepirid dengan ketokonazol oral
yang menyebabkan meningkatnya kadar glimepirid sehingga berisiko
terjadi hipoglikemia. Kemudian apoteker merekomendasikan untuk
penggantian obat menjadi ketoconazole cream.
Apoteker menjelaskan pergantian obat kepada pasien karena obat
yang diresepkan di awal menjadi obat ketoconazole cream. Selanjutnya,
apoteker memberikan informasi mengenai obat tersebut, yaitu indikasi,
aturan dan cara pakai obat, efek samping, kontraindikasi, dan hal yang
perlu dihindari. Apoteker juga memberi informasi tentang terapi non
farmakologinya. Setelah menyampaikan informasi mengenai obatnya,
apoteker menanyakan kepahaman mengenai informasi obat kepada
keluarga pasien (ibu), lalu meminta ibu pasien untuk mengulangi
informasi yang sudah diberikan. Pada akhir konseling, apoteker
menyampaikan ucapan semoga lekas sembuh untuk memotivasi pasien
agar cepat sembuh.
● Komunikasi dengan geriatri
Pasien lansia mempunyai cara khusus dalam berkomunikasi
mengingat usianya sudah tidak muda lagi dan kebanyakan dari pasien
lansia mempunyai penyakit yang kompleks dan atau beberapa penyakit
sekaligus. Ketika berkomunikasi dengan pasien lansia dengan
pendengaran yang berkurang, tataplah pasien sehingga pasien dapat
membaca bibir dan menggunakan isyarat mata. Meminimalkan
kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang normal.
Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah
dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi. Ketika berkomunikasi
dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan dapat diperbaiki
dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna kontras
untuk membuat objek lebih jelas dan menggunakan huruf yang besar serta
berwarna kontras untuk setiap tanda (Ayuningtyas & Prihatiningsih,
2017). Pasien juga memiliki karakter yang lugu, tidak banyak bertanya,
dan banyak bingung. Sehingga apoteker juga memberikan penjelasan
terkait obat kepada keluarga pasien (anak pasien).
● Komunikasi dengan dokter
Bentuk interaksi antara apoteker dan dokter apabila terdapat
kemungkinan kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah
terkait obat (drug related problem). Untuk menghindari hal tersebut,
Apoteker harus berkomunikasi dengan dokter dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Fajarini & Ludin,
2020).
● Penyesuaian bahasa dan komunikasi yang baik
Penyesuaian bahasa dalam komunikasi antara apoteker dan pasien
dinilai dapat meningkatkan hubungan interpersonal. Komunikasi
interpersonal yang baik dapat dicapai bukan dari banyaknya frekuensi
komunikasi dilakukan, melainkan dari bagaimana komunikasi tersebut
dilakukan secara intens karena adanya saling mengerti dan saling
memahami makna bahasa (Purwanti, 2020). Ketika apoteker memberikan
informasi ke pasien maupun keluarga pasien, apoteker perlu
memperhatikan respon yang diberikan dari pasien dan keluarga pasien.
Respon yang diharapkan dari pasien adalah pasien dapat memahami
informasi yang disampaikan apoteker kepada pasien. Jika pasien tidak
memberikan respon yang diharapkan maka apoteker perlu melakukan
konfirmasi ulang atau melakukan pengulangan informasi mengenai
pengobatan pasien.
2. Pembahasan feedback dari dosen atau praktikan lain
● Terkait pembahasan higienitas pada pasien yang belum terlalu
dijelaskan, apalagi pasien mengalami gatal-gatal dan tinggal di desa
dimana edukasi untuk kebersihan terbilang kurang. Beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah menggunakan air bersih, rutin mencuci tangan
dengan air mengalir dan menggunakan sabun, serta membersihkan
lingkungan, serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat
(Guna & Amatiria, 2015).
● Terlewat pada bagian pemberian informasi terkait hipoglikemia kepada
dokter.
● Terlewat penggalian lingkungan tempat tinggal pasien, karena bisa saja
gatalnya berasal dari kondisi lingkungan yang kurang higienis.
● Pemastian harga yang harus dibayar oleh pasien dan melakukan
penjelasan efek samping lebih lanjut lagi.
● Ketika akan mengonfirmasikan ke dokter kembali, sebaiknya apoteker
mengucapkan maaf menunggu lama kepada pasien. Jadi perlu
pengondisian kepada pasien, dan informasi kenapa tadi memerlukan
konfirmasi ke dokter.
VI. Kesimpulan
Konseling kepada pasien geriatri yang dilakukan bertujuan untuk
menyediakan tatalaksana terapi obat dalam penanganan pasien geriatri. Pasien datang
membawa resep maka apoteker perlu menanyakan terkait three prime question untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih informasi, perbedaan informasi, melengkapi
informasi yang belum diberikan oleh dokter, dan memastikan pemahaman pasien
terkait informasi obat yang diberikan. Apoteker menjelaskan mengenai penyakit
candidiasis pada kulit. Setelah itu, apoteker menjelaskan informasi terkait obat dan
menanyakan kembali terkait hal tersebut pada akhir konseling untuk memastikan
informasi yang diberikan sudah diterima dengan baik oleh pasien.
VII. Daftar Pustaka
Ayuningtyas, F. and Prihatiningsih, W., 2017. Komunikasi Terapeutik pada Lansia di
Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok. Mediator: Jurnal Komunikasi,
10(2), pp.201-215.
Depkes RI. 2004. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) untuk
Pasien Geriatri. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Drugs.com. 2023. Hydrocortisone/Ketoconazole topical Disease Interaction. Diakses
13 Maret 2023.
https://www.drugs.com/disease-interactions/hydrocortisone-ketoconazole-topi
cal.html
Drugs.com. 2023. Ketoconazole Topical. Diakses 13 Maret 2023.
https://www.drugs.com/mtm/ketoconazole-topical.html
Fajarini, H., & Ludin, A. (2020). ‘Evaluasi Pelaksanaan Konseling di Apotek Etika
Farma Brebes berdasarkan PERMENKES RI Nomor 73 Tahun 2016’. Jurnal
Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.), 2(4), 418-421.
Guna, A.M. and Amatiria, G., 2017. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
upaya mencegah penyakit kulit pada santri di pondok pesantren Nurul Huda.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 11(1), pp.7-14.
Medscape. 2023. Drug Interaction Checker. Diakses 2 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
Merck Manuals. 2023. Ketoconazole. Diakses pada 17 Maret 2023.
https://www.merckmanuals.com/professional/drug-names-generic-and-brand
MIMS. 2023. Ketoconazole. Diakses 13 Maret 2023.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ketoconazole?mtype=generic
Pasmawati, H., 2017. Pendekatan konseling untuk lansia. Jurnal Ilmiah Syi'ar, 17(1),
pp. 49-60.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Tersedia di:
https://iaijatim.id/wp-content/uploads/2019/11/Permenkes-73-2016-Standar-Pe
layanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf. (diakses pada: 12 Maret 2023).
Poradzka, A., Jasik, M., Karnafel, W., & Fiedor, P. 2013. Clinical aspects of fungal
infections in diabetes. Acta poloniae pharmaceutica, 70(4), pp. 587–596.
Soetojo, S.D.R. and Astari, L., 2016. Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit
dan Kuku. BIKKK – Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical
of Dermatology and Venereology, 28 (1 ), pp. 34-41.

Anda mungkin juga menyukai