Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI

HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
DAN
WAWANCARA PSIKIATRI

Oleh :
Hafidzah Nareswari P
021811133136

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
Hubungan dokter dengan pasien (HDP) merupakan hubungan antara professional
(dokter) dengan klien (pasien). Hubungan tersebut melandasi aspek praktek kedokteran baik
dalam usaha menetapkan diagnosis maupun pengelolaan pasien. Kepercayaan yang diberikan
pasien merupakan amanah, sehingga dalam pengelolaan pasien, dokter melaksanakansesuai
ilmu dan kemampuan terbaik, serta sesuai dengan kode etik kedokteran, moral, dan hukum
yang berlaku (Setyawan, 2017).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.29 pasal 1 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, dokter, pasien, dan profesi dokter memiliki pengertian :
1. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter atau dokter gigi.
3. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani
masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi HDP Setyawan, 2017 antara lain :
a. Sosiobudaya
b. Latar belakang
c. Pendidikan dokter maupun pasien
d. Pengalaman medis terdahulu
e. Usia dokter dan sikapnya terhadap pasien.
Hubungan dokter pasien meliputi tiga komponen, yaitu (Siswosaputro&Herawati, 2012) :
1. Esensi hubungan dokter pasien
Sifat hubungan ada 1. Aktif pasif, 2. Guidance-Cooperation, 3. Mutual
Participation. Permintaan dokter untuk mendapatkan imbalan jasa dari pasien dan
pasien bersedia memenuhinya, maka terjadilah hubungan kontaktual. Saling percaya
sangat dibutuhkan dalam hubungan ini.
2. Aspek hukum hubungan dokter pasien
Baik dokter maupun pasien memiliki hak yang sama untuk mengutarakan
maksud dan harapannya. Bukan hubungan atasan bawahan. Tidak ada superior dan
inferior.
3. Kesetaraan dalam hubungan dokter-pasien
Tidak jarang terdapat dokter yang memiliki sikap buruk sepertidokter enggan
menjawab pasien saat bertanya dan dokter bersedia menjawab apabila ditanya oleh
pasien. Oleh karena itu, pasien diharapkan dapat bersikap kritis.
4. Persetujuan tindakan keokteran
Dokter perlu menyampaikan informasi-informasi kepada pasien terkait
prosedur yang akan dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, manfaat dari tindakan yang
dilakukan, alternatif tindakan yang dapat dilakukan,, kemungkinan yang timbul apabila
tindakan tidak dilakukan, prognosis penyakit yang diderita ataupun biaya pengobatan.

Oleh karena itu, dapat dikatan hubungan dokter pasien berhasil jika ada komunikasi yang
baik (Siswosaputro&Herawati, 2012). Untuk mencapai pelayanan kedokteran yang efektif
berdasarkan rasa saling percaya antara dokter dan pasien, maka diperlukan komunikasi yang
baik. Komunikasi yang baik meliputi (Siswosaputro&Herawati, 2012) :
a. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormatipandangan serta
kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya;
b. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan pasien dengan menggunakan
cara yang bijak dan bahasa yang dapat dimengerti pasien;
c. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan
kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien; dan
d. Dalam melakukan komunikasi dengan pasien, dokter harus mampu menunjukan
penghargaan pada pasien (respect), rasa percaya diri, dan empati. Empati adalah
kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memberikan
tanggapan yang sesuai, tanpa ikut terlibat dalam perasaan yang bersangkutan. Untuk
bisa berempati kepada pasien, seorang dokter harus bisa menjadi pendengar yang baik
dan mampu memberikan respon yang baik (Setyawan, 2017).

Interaksi professional dokter-pasien dimulai saat anamnesis, yaitu wawancara medis.


Wawancara medis bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari pasien
seperti asal dan riwayat penyakitnya, merencanakan terapi, dan membentuk dan
mempertahankan hubungan teraupetik. Informasi yang didapatkan berdasarkan basic
fundamental four, yaitu :

1. Present illness (riwayat penyakit sekarang)


2. Past health history (riwayat kesehtan yang lalu)
3. Family health history (riwayat kesehatan keluarga)
4. Personal and social history (riwayat pribadi dan sosial pasien)

Berdasarkan penelitian telah diperoleh kepuasan pasien terhadap delapan kategori


keterampilan komunikasi dokter pasien (Dewi, 2009) :
1. Greeting (salam)
Keterampilan interpersonal ini adalah keterampilan dasar yang akan sangat
membangun hubungan yang efektif dimana sesuai dengan norma budaya yang berlaku
dan merupakan permulaan untuk mengajak pasien berpartisipasi dalam sebuah
komunikasi.
2. Non verbal
WHO menyatakan dokter harus menggunakan bahasa nonverbal dalam salah satu
komunikasinya yang dapat digambarkan melalui tingkah laku dan ekspresi dokter
3. Empathy
Pasien banyak yang merasa sangat puas dengan empathy dari dokter yang diwujudkan
dengan menanyakan keluhan pasien, menanggapi keluhan pasien, memperhatikan
pasien, dan mengerti apa yang dirasakan pasien.
4. Language
Dokter menggunakan bahasa yang dimengerti pasien
5. Listening
Pasien juga merasakan sangat puas pada dokter yang mendengarkan penjelasan pasien
6. Giving information
Pasien juga rata rata merasa puas dengan ketidak ragu raguan dokter dalam
menyampaikan informasi
7. Summarizing
Pada komunikasi dokter pasien, dokter perlu menyimpulkan kembali informasi yang
didapat dari pasien.
8. Motivation
Pada komponen motivation ini, pasien banyak merasa puas dan sangat puas terhadap
dukungan atau semangat yang diberikan dokter.

KETERMPILAN WAWANCARA PSIKIATRIK

Wawancara psikiatri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan


umum psikiatri pasien dan membantu penegakkan diagnosis penyakit pasien oleh pemeriksa.
Wawancara psikiatri meliputi riwayat psikiatri pasien dan status mental pasien tersebut.
Tahapan wawancara psikiatri adalah :

1. Introduksi
Berupa persiapan, salam, perkenalan diri dan tujuan wawancara, membina hubungan
yang baik dengan pasien, dan meyakinkan kerahasiaan
2. Keluhan utama
3. Pengembangan
Menanyakan riwayat sesuai data dasar dan status psikiatri.
4. Pemeriksaan
Menggunaakan pertanyaan tertutup dan klarifikasi materi yang telah didapat
sebelumnya.
5. Pemeriksaan fisik dan neurologic
6. Penutup
Membuat resume dan kesimpulan dari pemeriksaan, diagnosis, dan rencana terapi, dan
menjelaskan kepada pasien.

Dalam melakukan wawancara ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sopan,
memperhatikan suasana dan tempat terapi, wawancara harus dilakukan dua arah (jujur,
pbyektif, terbuka), melakukannya dengan empati, bertanya dengan pertanyaan yang mudah
terlebih dahulu, mendengarkan (sabar, tidak menyela, tidak terlalu cepat menarik kesimpulan),
memberi perhatian dan dukungan, observasi, sedikit mencatat dan banyak mengingat, menjaga
kerahasiaan, membina hubungan dokter-pasien dengan baik, dan terakhir terimalah pasien apa
adanya.

Cara mempimpin wawancara :


1. Pasien dulu baru keluarganya
2. Jangan kaku, harus bijaksana,, melihat keadaan pasien
3. Tidak terlalu berharap banyak saat pertemuan pertama
4. Hindari pertanyaan memalukan, menyalahkan , mendebat, mengkritik, dan terheran
heran dengan pernyataan pasien
5. Usahakan secara kronologis
6. Bila verbal tidak bisa, usahakan non verbal
7. Menangkap apa yang tersurat dan tersirat
8. Mengakhiri dengan merangkum serta merefleksikan isi dan perasaan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Ed. 2. Lippincott Wiliams & Wilkins Inc., USA. 2004: 1-11

Dewi, Arlina. 2009. Kepuasaan Pasien Terhadap Komunikasi Dokter Pasien di


Puskesmas. Mutiara Medika : vol.9 No.2:37-45

Setyawan, F.E.B. 2017. Komu nikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien Medical


Communications: Doctor-Patient Relations. Vol.1 No.4

Siswosaputro, A.Y.,& Herawati, D. 2012. Hubungan Dokter Pasien Sesuai Harapan Konsil
Kedokteran Indonesia. Maj Ked Gi : 19(2): 171-175

Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 29 Pasal 1 Tahun 2004 Tentang praktik kedokteran

Anda mungkin juga menyukai