HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
DAN
WAWANCARA PSIKIATRI
Oleh :
Hafidzah Nareswari P
021811133136
Oleh karena itu, dapat dikatan hubungan dokter pasien berhasil jika ada komunikasi yang
baik (Siswosaputro&Herawati, 2012). Untuk mencapai pelayanan kedokteran yang efektif
berdasarkan rasa saling percaya antara dokter dan pasien, maka diperlukan komunikasi yang
baik. Komunikasi yang baik meliputi (Siswosaputro&Herawati, 2012) :
a. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormatipandangan serta
kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya;
b. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan pasien dengan menggunakan
cara yang bijak dan bahasa yang dapat dimengerti pasien;
c. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan
kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien; dan
d. Dalam melakukan komunikasi dengan pasien, dokter harus mampu menunjukan
penghargaan pada pasien (respect), rasa percaya diri, dan empati. Empati adalah
kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memberikan
tanggapan yang sesuai, tanpa ikut terlibat dalam perasaan yang bersangkutan. Untuk
bisa berempati kepada pasien, seorang dokter harus bisa menjadi pendengar yang baik
dan mampu memberikan respon yang baik (Setyawan, 2017).
1. Introduksi
Berupa persiapan, salam, perkenalan diri dan tujuan wawancara, membina hubungan
yang baik dengan pasien, dan meyakinkan kerahasiaan
2. Keluhan utama
3. Pengembangan
Menanyakan riwayat sesuai data dasar dan status psikiatri.
4. Pemeriksaan
Menggunaakan pertanyaan tertutup dan klarifikasi materi yang telah didapat
sebelumnya.
5. Pemeriksaan fisik dan neurologic
6. Penutup
Membuat resume dan kesimpulan dari pemeriksaan, diagnosis, dan rencana terapi, dan
menjelaskan kepada pasien.
Dalam melakukan wawancara ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sopan,
memperhatikan suasana dan tempat terapi, wawancara harus dilakukan dua arah (jujur,
pbyektif, terbuka), melakukannya dengan empati, bertanya dengan pertanyaan yang mudah
terlebih dahulu, mendengarkan (sabar, tidak menyela, tidak terlalu cepat menarik kesimpulan),
memberi perhatian dan dukungan, observasi, sedikit mencatat dan banyak mengingat, menjaga
kerahasiaan, membina hubungan dokter-pasien dengan baik, dan terakhir terimalah pasien apa
adanya.
Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Ed. 2. Lippincott Wiliams & Wilkins Inc., USA. 2004: 1-11
Siswosaputro, A.Y.,& Herawati, D. 2012. Hubungan Dokter Pasien Sesuai Harapan Konsil
Kedokteran Indonesia. Maj Ked Gi : 19(2): 171-175
Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 29 Pasal 1 Tahun 2004 Tentang praktik kedokteran