BLOK 5
Disusun Oleh :
Kelompok 2B
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
2020
RESUME TUTORIAL BLOK 5
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu
penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan
terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran/kedokteran gigi. Di
Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-
bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja
tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukanperencanaan dan tindakan lebih lanjut.
Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter
(superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan
dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang
tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-
masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan
yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien
secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-inferior)
sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara
jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan
keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan
mengundang masalah. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan
dari pasien. Dokter dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam
hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika
dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung,
sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya
pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan
untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan
kesembuhan pasien. (Rusmana, 2009; Hardjodisastro, 2010).
II. Rumusan Masalah
IV. Hak- Hak Pasien dalam Komunikasi antara Dokter dan Pasien
Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 Tenang Praktik Kedokteran Paragraf 7 mengatur kewajiban
dan hak pasien. Hak-hak pasien sebagai berikut
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis atau mengenai perjalanan
penyakitnya
2. Meminta pendapat dokter atau dokter lain (second opinion)
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
4. Menolak tindakan medis
5. Mendapatkan isi rekam medis
V. Dampak dari Komunikasi antara Dokter dan Pasien
Dampak positif timbul dari komunikasi antara dokter dan pasien yang berjalan dengan baik dan
sudah memenuhi kriteria. Dampak positifnya, yaitu :
- Kepuasan pasien
- keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis
- Kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang direkomendasikan
- Pasien dapat mengetauhi manajemen diri dari penyakitnya
- Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-
pasien yang baik
Sedangkan, dampak negatif juga akan timbul, tetapi muncul dari komunikasi antara dokter dan
pasien yang berjalan tidak baik, seperti pada skenario tutorial. Dampak negatif yang timbul,
diantaranya :
- Ketidakpuasan pasien
- Dapat menimbulkan malpraktik dokter
- Penilaian yang buruk terhadap dokter dan rumah sakit
- Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan
- Ketakutan atau kekhawatiran pada pasien untuk datang ke dokter
KESIMPULAN
Pasien harus dihargai sebagai pribadi yang berhak atas tubuhnya. Menghormati dan
menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan
pasien, tanpa mempedulikan berapa pun umurnya, tanpa memperhatikan status sosial-
ekonominya. Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan
komunikasi efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien. Efektif
atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap pasien dalam menerima
diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan, melakukan perawatan diri dan
memerhatikan atau mematuhi anjuran dan nasihat dokter. Komunikasi tersebut juga
mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan
secara sepihak. Dokter perlu memiliki kemampuan untuk menggali dan bertukar informasi dan
komunikasi yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dengan pasien. Terdapat faktor-
faktor yang memengaruhi komunikasi berjalan baik atau tidak. Faktor pendukung maupun
penghambat berasal dari dokter, pasien, dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA :
Alfitri A. Komunikasi Dokter-Pasien. Mediator. 2006; Vol 7(1): 15-26
Fourianalistyawati E. Komunikasi Yang Relevan Dan Efektif Antara Dokter Dan Pasien. Jurnal
Psikogenesis. 2012; Vol. 1(1): 82-87
Larasati Ta. Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien Pada Pelayanan Kesehatan Primer. Jk
Unila. 2019; Vol 3(1): 160-166