Anda di halaman 1dari 5

Lembar Tugas Mandiri

Judul : Komunikasi Interpersonal dalam Konseling dan Penyampaian Berita


Buruk

Nama : Rizky Saputra Telaumbanua

NPM : 1406599292

Data Publikasi :

1. Liliweri, A. Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001


2. Llyod, M. Communication Skills for Medicine. 2nd ed. New York: Churchill. 2004.
3. Nasir, A. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pendahuluan

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,


terutama berkaitan dengan kondisi alamiahnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial manusia selamanya akan menjalani kehidupannya sebagai individu di dalam satu
kelompok sosial. Di dalam kelompok sosial itulah manusia akan saling berinteraksi,
membangun relasi, dan juga melakukan transaksi sosial. Hal tersebut secara keseluruhan
membutuhkan komunikasi sebagai media. Menurut Laswell, “Komunikasi dapat diartikan
sebagai siapa menyampaikan apa kepada siapa dengan cara apa dan dengan efek apa ”.[1]
Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi terdiri atas pesan,
pengirim, penerima, media, dan efek yang ditimbulkan

Terdapat beberapa tingkatan komunikasi, salah satunya adalah komunikasi


interpersonal. Komunikasi ini dapat diartikan sebagai komunikasi antar dua orang atau lebih.
Dalam prakteknya, pelaksanaan komunikasi interpersonal ini merupakan komunikasi yang
paling massive kita temukan mulai dari antar keluarga, kerabat, rekan kerja, dokter dan
pasien, dan sebagainya. Komunikasi antarpersonal menjadi motor bagi seluruh aktivitas
tersebut.

Dalam bidang kesehatatan, komunikasi interpersonal tentunya sangat diperlukan


untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Komunikasi interpersonal yang dimaksud adalah
komunikasi antar pasien dan petugas medis (dokter, perawat, atau farmasis). Sedangkan
peningkatan kualitas kesehatan dapat diimplementasikan pada kepuasaan dan kebahagian
pasien atas pelayanan yang diberikan oleh petugas medis.

Demi mencapai tujuan peningkatan kualitas tersebut, maka seorang petugas medis
harus memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang mempuni, baik secara verbal
maupun non verbal. Hal ini tentu harus disesuaikan dengan beberapa faktor budaya yang
melatarbelakangi pasien tersebut Seorang petugas medis harus mampu menata komunikasi
interpersonal sehingga seorang pasien bisa merasa nyaman, aman dan tenang, baik dalam
kondisi baik maupun kondisi buruk.
Isi

A. Bentuk – Bentuk Komunikasi Kesehatan

Secara umum komunikasi kesehatan dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan bahasa


sebagai media penyampaian pesan. Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai
seperangkat kata yang telah disusun secara terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat
yang memiliki arti (Cangara, H. 2006). Bahasa dijadikan sarana untuk menyampaikan ide,
perasaan, kesan, dan respon emosional agar tercipta hubungan yang baik dan tercipta
ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Dengan kemajuan teknologi komunikasi, pelaksanaan komunikasi verbal tidak lagi


sebatas komunikasi tatap muka. Komunikasi dengan sms, e-mail, dan telfon, juga dapat
dikategorikan sebagai komunikasi verbal. Namun dalam sistem pelayanan kesehatan bentuk
komunikasi verbal akan lebih ditekankan pada komunikasi verbal dengan bertatap muka
langsung, misalnya antara dokter dan pasien. Hal ini tentu akan lebih menunjang efektivitas
pengobatan yang dilakukan.

Komunikasi secara verbal memerlukan fungsi fisiologis dan mekanisme kognitif yang
akan menghasikan bicara (Nurjannah I, 2001). Mekanisme kognitif ini diperlukan untuk
menerima dan menginterpretasikan pesan komunikasi verbal, yang dalam bentuk kata.
Setiap kata melambangkan sebuah simbol yang memiliki sebuah arti. Terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal yaitu, jelas dan ringkas,
perbendaharaan kata, arti denotatif dan konotatif, selaan dan kesempatan bicara, waktu
relevansi, dan humor

2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal merupakan penyampaian kode nonverbal yaitu suatu proses


pemindahan atau penyampaian pesan tanpa menggunaakan kata-kata (Cangara, H.2006).
Bentuk komunikasi nonverbal ini mencakup pengertian yang sangat luas, mulai dari sekedar
senyuman, kontak mata, mimik, hingga gerak tubuh, dan bentuk lainnya yang tidak
menggunakan kata tetapi memiliki pesan yang dapat ditangkap oleh penerima. Jika dalam
komunikasi terdapat kesenjangan antara pesan yang disampaikan oleh komunikasi verbal
(bahasa/kata) dan pesan yang disampaikan oleh komunikasi nonverbal (selain
bahasa/kata), kecenderungan yang terjadi adalah penerima pesan, akan lebih percaya dan
menerima pesan yang disampaikan melalui komunikasi nonverbal tersebut. Oleh karenanya
seorang petugas kesehatan harus benar-benar memperhatikan kedua bentuk komunikasi
tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi pada pasien.

Terdapat beberapa tujuan dari komunikasi nonverbal, yaitu :

1. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetititon)


2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
(substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna
B. Penerapan Komunikasi Interpersonal (Klien dan Keluarga)

Seorang petugas medis harus menerapkan komunikasi intrapersonal yang baik


kepada pasien dan keluarganya. Bagi seorang pasien berada di rumah sakit apalagi harus
menginap didalamnya pasti bukanlah hal yang menyenangkan. Mereka harus berada dalam
lingkungan yang asing yang tentunya tidaklah mereka inginkan sama sekali. Mereka juga
dibebani oleh berbagai faktor pemikiran seperti harus jauh dari keluarga atau teman,
kehilangan privasi, keyakinan pada pelayanan kesehatan, ketidaknyaman terhadap kondisi
diagnosis dan manajemen, ekspektasi mengenai apa yang dokter lakukan, masalah yang
ingin didiskusikan, dan persepsi mereka terhadap dokter. Pada pasien kurang mamapu,
mereka juga bisa dibebani atas pemikiran tentang biaya yang harus dibayarkan dan
permasalahn lainnya. Beban-beban tersebut tentu membawa perasaan tidak menyenangkan
bagi pasien. Oleh karenanya, petugas medis harus bisa menempatkan komunikasi
interpersonal dengan sebaik-baiknya. Komunikasi yang dilakukan kepada pasien harus bisa
membuat pasien merasa nyaman, aman, dan tenang. Hal ini tentu secara psikologis akan
mendorong kesehatan pasien. Namun demikian, seorang petugas medis juga tidak boleh
memberikan harapan palsu kepada pasien karena hal tersebut tentunya bertentangan
dengan etika.

Selain kepada pasien, komunikasi interpersonal yang baik juga harus diterapkan
petugas medis kepada keluarga pasien. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi
yang efektif yakni komunikasi yang bersifat dua arah, diawali dengan perencanaan dan
pemikiran yang tepat sehingga tidak terjadi ketidakpastian informasi. Komunikasi yang
dilakukan juga harus flexible, yang disesuaikan dengan kondis keluarga pasien

Hal yang tidak kalah penting dalam komunikasi interpersonal dalam pelayanan
kesehatan adalah empati. Empati diartikan sebagai sikap memahami kondisi yang dialami
pasien, mulai dari sakitnya hingga pemikiran-pemikiran lain diluar itu. dengan berempati,
maka petugas medis akan bisa menempatkan diri dalam posisi yang tepat ketika
berkomunikasi dengan pasien.

C. Komunikasi saat pengkajian atau konseling

Pengkajian atau konseling merupakan bagian penting dalam tahapan pengobatan


pasien. Oleh karenanya, komunikasi yang dilakukan didalamnya haruslah mampu
mendorong peningkatan kondisi pasien. Hal tersebut dapat dipenuhi jika seorang konselor
memiliki personal selling yang baik. Personnal selling mempunyai dampak yang besar
terhadap keyakinan, perilaku, dan sikap dari seorang pasien.

Dalam kondisinya yang penuh dengan beban, pasien membutuhkan pemahaman


dan kenyamanan dengan informasi yang diberikan oleh konselor. Adalah sangat penting
setiap pasien merasa bahwa mereka diberikan prioritas oleh pihak konselor yang telah
mereka pilih. Dalam sudut pandang konselor, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
membatasi kemampuan untuk memunculkan kepercayaan dalam hubungan dengan pasien
diantaranya adalah prioritas yang bertabrakan, time barriers, komunikasi training yang
kurang baik
Kesuksesan komunikasi dari pengkajian atau konselling tentu berdampak positif bagi
perkembangan kesehatan pasien. Kesuksesan ini dapat dilihat baik dari pemeriksaan medis
maupun sikap pasien yang menjadi patuh akan saran-saran dari permasalahannnya.

Terdapat beberapa teknik komunikasi yang perlu diperhatikan oleh seorang petugas
medis/konselor agar komunikasi interpersonal dapat berlangsung dengan baik, yaitu,
mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan
pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka, mengulang ucapan pasien dengan
menggunakan kata-kata sendiri, klarifikasi, memfokuskan, menyampaikan hasil observasi,
menawarkan informasi, diam, meringkas, memberikan penguatan, menawarkan diri,
memeberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan, menganjurkan untuk
meneruskan pembicaraan, menempatkan kejadian secara teratur, menganjurkan pasien
untuk menguraikan persepsinya dan melakukan refleksi.

D. Komunikasi Saat Mengabarkan Kondis/Berita Buruk

Breaking Bad News diartikan sebagai komunikasi untuk menyampaikan


kondisi/berita buruk kepada pihak lain. Dalam dunia pelayanan kesehatan hal ini tentu
merupakan hal yang sering terjadi. Berita buruk yang dimaksud dapat berupa keadaan
pasien, kemungkinan resiko, cara pengobatan, dan lain sebagainya. Seorang petugas medis
tentu harus dapat menyampaikan berita buruk tersebut dengan teknik komunikasi yang baik
dan efektif, sehingga pasien dan keluarga bisa tetap tenang dan terus memiliki harapan.

Terdapat lima hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian berita buruk :

1. Persiapan penyampai berita


Sebelum menyampaikan berita buruk, penyampai, baik itu dokter maupun perawat,
harus menyiapkan diri dengan baik. Penyampai membangun kepercayaan diri dan
mengumpulkan informasi yang diperlukan, termasuk kemungkinana pertanyaan dari pasien
ataupun keluarganya. Penyapai juga harus memperhatikan beberap hal berikut, yaitu,
apakah pasien dan keluarga sedang menani berita buruk, apakan keluarga pasien harus
hadir dalam penyampain berita buruk tersebut, pengetahuan apa yang dimiliki pasien
mengenai kondisi tersebut, dan kemungkinan reaksi pasien dan keluarga.
2. Persiapan fisik
Persiapan fisik yang dimaksud adalah lokasi yang akan dijadikan sebagi tempat
penyampaian berita buruk. Lokasi yang dimaksud bukanlah suatu ruangan khusus yang
mewah dan menyenangkan pasien atau keluarga. Tetapi ruangan yang nyaman dan privat.
Saat menyampaikan berita buruk, hal hal yang harus diperhatikan adalah mata pasien
sebaiknya berada sejajar dengan mata dokter dan pasien dalam kondisi berbusana secara
lengkap (jika baru selesai pemeriksaan). Penyampaian berita buruk juga sebaiknya
dilakukan secara langsung oleh dokter yang bersangkutan dan dengan bertatap muka
secara langsung.
3. Berbicara kepada pasien dan merespon kekhawatirannya.
Penyampaian berita buruk harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien
dan penuh dengan empati. Dokter harus menunjukkan bahwa dirinya paham dan peduli
akan kondisi pasien. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini antara lain, jangan
menanggapi seluruh respon pasien dengan hanya satu kata, dimulai dari apa yang telah
diketahui oleh pasien dan keluarga, menjawab seluruh pertanyaan, aktif mendengar dan
merespon, dan memberikan harapan yang realistis.
4. Mengatur follow-up
Dalam penyampaian berita buruk, penyampai harus terus mengecek informasi yang
telah diperoleh oleh pasien dan keluarga. Hal ini dilakukan dengan meminta pasien atau
keluarga untuk mengucapkan kembali informasi yang diperoleh dan segera
mengklarifikasinya

5. Feed back dan memberikan informasi kepada kolega profesional

Sebisa mungkin informasikan kondisi pasien kepada sesama rekan kolega yang
memang dianggap boleh tahu dan tidak akan membocorkan informasi tersebut (jika bersifat
privat). Hal ini dapat menyebar rasa simpati dan menjadi jalan diskusi sesama rekan kolega.

Kesimpulan

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang


atau lebih. Dalam bidang pelayanan kesehatan, hal ini sangat penting dan melibatkan
petugas medis dan pasien beserta keluarga. Komunikasi kesehatan yang dilakukan dapat
berupa komunikasi verbal (bahasa), maupun komunikasi nonverbal (selain bahasa). Kedua
komunikasi ini dapat dilakukan secara bersama. Umumnya jika terjadi kesenjangan anatara
informasi yang disampaikan oleh kedua bentuk komunikasi ini, pasien dan keluarga akan
lebih mudah percaya dengan informasi dari komunikasi nonverbal

Penerapan komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh petugas medis,


senantiasa harus menempatkan empati sebagai garda utama. Pasien dan keluarga tentu
berada dalam kondisi yang tidak baik oleh karenanya komunikasi harus didesai secara
efektif dan efisisen, sehingga dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan tenang bagi
pasien dan keluarga

Dalam tahapan konseling, seorang konselor harus memiliki personal selling yang
baik. Personal seling tersebut akan mempengaruhi keyakinan, perilaku, dan sikap pasien.
Keberhasilan komunikasi konselor dapat dilihat dari perubahan sikap pasien yang menjadi
patuh akan saran – saran yang diberikan kepadanya.

Breaking Bad News juga membutuhkan teknik komunikasi yang baik. Terdapat lima
hal yang harus diperhatikan yaitu, Persiapan penyampai berita, persiapan fisik, berbicara
kepada pasien dan merepon kekhawatirannya, mengatur follow up dan speed back.
Komunikasi interpersonal yang baik dan efektif diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang dilakukan kepada pasien serta dapat meningkatkan
perkembangan kesehatan pasien

Anda mungkin juga menyukai