Anda di halaman 1dari 38

Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007) menyatakan,
komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal
yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.

2. Prinsip-prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :
Perawat harus mengenal dirinya sendiri
Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
Kejujuran dan terbuka
Mampu sebagai role model
Altruisme
Bertanggung jawab

3. Komponen-komponen dalam Komunikasi


a. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
b. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila
jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan,
diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah
penciuman (dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan
dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena
memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
a.Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum
proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang
dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan
penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang
sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian
orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan
sedihnya.

b.Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat
berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan
dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap
individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa
aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil
dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting
dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan
memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik
seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai
kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit
diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan
kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen
internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu
yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara
vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang
lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien
baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya
adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya
yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.Keperawatan yang menjadi
unsur terpenting dalam memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai
provider. Fokus perhatian terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan.
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
intraksi dengan klien.
(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
(3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah
dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang dikembangkan oleh
Hildegard E.Peplau.

FUNGSI KEPERAWATAN
Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya ,secara bertahap mulai
berkembang.Keperawatan diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam
berbagai bentuk rumusan,seperti oleh Florence Nightingale,Goodrich,Imogene King,Virginia
Henderson,dsb.
PERAWAT Sesuai PERMENKES RI NO.1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat,
dijelaskan PERAWAT adalah: Seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan,baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
PERAN PERAWAT Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Doheny ( 1982 )mengidentifikasi beberapa elemen peran Perawat Profesional, meliputi :Care
Giver, Client Advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change Agent, dan
Consultant
FUNGSI PERAWAT suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.
Kozier (1991) mengemukakan 3 (tiga) fungsi perawat : Fungsi Keperawatan mandiri
(independen), Fungsi Keperawatan Ketergantungan (dependen), dan Fungsi Keperawatan
kolaboratif (interdependen).
KEPERAWATAN LOKAKARYA NASIONAL tentang KEPERAWATAN bulan JANUARI 1983 di
JAKARTA merupakan awal diterimanya KEPERAWATAN SEBAGAI SUATU PROFESI.
KEPERAWATAN Adalah : suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif,ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Dari pengertian tersebut diatas ada 4 (empat) elemen utama (mayor elements) yang menjadi
perhatian (concern),Yaitu : 1.Keperawatan adalah ilmu dan kiat -sains terapan (applied science)
,2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan _helping health illness
problem, 3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu,keluarga,kelompok, dan
komunitas dan ,4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan-3th
level preventions dengan metodologi proskep .
APA ITU PROFESI????
Beberapa pengertian profesi
1. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada
pelayanan.
2. Schein E. H (1962)
Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
3. Hughes,E.C ( 1963 )
Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien).
Ciri-ciri profesi menurut Winsley,(1964 ):
1. Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas wilayah
kerja keilmuannya dan aplikasinya.
2.Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan bertahap
3.Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan
4.Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi
Dikatakan juga oleh Shortridge,L.M ( 1985 ),Ciri-ciri profesi esensial suatu profesi adalah sbb:
1.Berorientasi pada pelayanan masyarakat
2.Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu pengetahuan
3.Adanya otonomi
4.Memiliki kode etik
5. Adanya organisasi profesi.
Mari kita lihat apakah Keperawatan termasuk PROFESI..???
1. MEMPUNYAI BODY OF KNOWLEDGE
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing science
) yang mencakup ilmu ilmu dasar ( alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu kesehatan
masyarakat,ilmu keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.
2. PENDIDIKAN BERBASIS KEAHLIAN PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar
kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan
dikembangkan.

3. MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PRAKTIK DALAM BIDANG PROFESI


Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan
kesehatan.
Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada
kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. MEMILIKI PERHIMPUNAN/ORGANISASI PROFESI
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu
berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di Indonesia.
5. PEMBERLAKUAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan
tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
6. OTONOMI
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur
kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar
asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,penyelenggaraan pendidikan,riset
keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan( KepMenKes
No.1239 Tahun 2001 )
7. MOTIVASI BERSIFAT ALTRUISTIK
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan
mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam
pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai
profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

http://orenjinyakris.blogspot.com/2014/07/komunikasi-dalam-pelayanan-kesehatan.html
KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007) menyatakan, komunikasi juga
merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan Menurut
Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal
adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam
keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

2. Prinsip-prinsip Komunikasi

Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :

Perawat harus mengenal dirinya sendiri

Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan menghargai

Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien

Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental

Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien

Kejujuran dan terbuka

Mampu sebagai role model

Altruisme

Bertanggung jawab

3. Komponen-komponen dalam Komunikasi

a. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.


b. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang diterima
maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.

c. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan
terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.

d. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis, diucapkan, diraba,
dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman
(dicium), dan lain-lain.

e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan dalam
bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena memberikan
respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

a.Situasi/suasana

Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan
diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung
membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi
dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi
yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat
pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga
kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik
oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,
melainkan pada perasaan sedihnya.

b.Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat
ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda
persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan
kalimat yang jelas.

5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap individu
melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai
oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi.
Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia
sebagai bagian dari sistem sosial.

Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting dalam
kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan memberikan
dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang
dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada
unsur komunikasi.

Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua
sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan
antar individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal
ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari
sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa
pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah
buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.

Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yang
ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.Keperawatan yang menjadi unsur
terpenting dalam memberikan pelayanan dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus
perhatian terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab diantaranya adalah:

(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi dengan
klien.

(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara terapeutik.

(3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang berdampak terhadap
lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan
permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya.
Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan
berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan.
Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual
proses interpersonal yang dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.

http://refnilismarwati.wordpress.com/2013/04/26/komunikasi-dalam-pelayanan-kesehatan/
http://nadya-levhodopha.blogspot.com/2011/10/makalah-komunikasi-terapeutik.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat
menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang
sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pendidikan,
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam
keperawatan.

Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesi dipengaruhi oleh sebagai perkembangan


keperawatan profesional seperti: adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan. Oleh sebab itu jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh
dari tenaga keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi terkait erat tiga nilai sosial yaitu:
pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui
latihan yang lama dan teliti, dan pelayanan/angsuran kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini,
yaitu etika profesi serta konsep-konsep dalam berkomunikasi.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui peranan komunikasi dalam pembangunan.


2. Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan.
3. Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan

Komunikasi Dalam Proses Keperawatan

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan.

Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring
atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra
rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia.

Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat, dan perawat
dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat
dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini
dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada
fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam
perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan
tingkat kepuasan pada klien. Pembahasan tersebut akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya yaitu
Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan.
Sejarah Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan
profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :

1. Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)

2. Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan

3. Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi,


bantuan pertolongan dan validasi.

4. Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan.

5. Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan tahap
diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau
menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).

6. Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik
keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam
pengembangan Standart Praktik Keperawatan.

7. Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun
di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North
American Nursing Diagnoses Association) dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan.

Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia
juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik,
dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarganya.

Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek
keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini
definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan praktek keperawatan,
sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar aspek legal praktek keperawatan.
Tujuan Proses Keperawatan

Tujuan Umum

Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, sehingga
kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.

Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983), proses keperawatan merupakan suatu tahapan desain
tindakan yang digunakan untuk memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:

Mempertahankan kondisi kesehatan optimal pasien

Melakukan tindakan untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali

Memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga ia bisa mencapai
derajat kehidupan yang baik

Tujuan Khusus

1. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem solving)

2. Menggunakan standart dalam praktek keperawatan

3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis

4. Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi

5. Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi

Proses Komunikasi Keperawatan


Komunikasi adalah suatu yg sangat penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.seorang
perawat tidak akan dapat melaksanakan tahapan-tahapan proses keperawatan dengan baik bila tidarak
terjalin komunikasi yg baik antara perawat dengan klien,perawat dengan keluarga atau orang yg
berpengaruh bagi klien,dan perawat dengan tenaga kesehatan lain nya.Kemampuan komunikasi yang
baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan
yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Tahap Proses Keperawatan Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung
perawat bersama klien mengidentifikasi dan menentukan masalah,hamerencanakan dan melaksanakan
tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien. Tahap proses
keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. pengkajian dilakukan oleh perawat
dalam rangka pengumpulan data klien . data klien di perlukan sebagai dasar pijakan dalam
melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikut nya data klien di peroleh melalui wawancara
(anamnesa ) , pemeriksaan fisik , pemeriksaan diagnostik (labolaturium, foto, dan sebagainya ) ,
informasi /catatan dari tenaga kesehatan lain,dan dari keluarga klien.hampir dipastikan bahwa semua
data yg didapat tersebut diperoleh melalui proses komunikasi , baik komunikasi secara langsung(verbal,
tertulis) maupun secara tidak langsung(nonverbal).pada tahab ini dapat dikatakan bahwa proses
komunikasi berlangsung paling banyak dibanding komunikasi pada berikutnya.

Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien.untuk itu selain perlunya
meningkatkan kemampuan komunikasi bagi perawat,kemampuan komunikasi klienius yang har jg perlu
ditingkatkan.perawat hrus mengetahui hambatan,kelemahandan gaya klien dalam
berkomunikasi.pereawatlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi
di lakukan,penggunaan bahasa,usia dan perkembangan klien.

Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus diperhtikan oleh perawat antara lain:

1) language deficits
Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena penguasaan
bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dlam menerima pesan secara
adekuat.

2) Sensory defisits

Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam komunikasi,
sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan sensory Klien berfungsi
dengan baik.

3) cognitive impairments

Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif(misalnya pada klien CVA , Alzhemer,s, tumor
otak) dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa.

4) Structural deficits

Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung dengan
tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.

5) Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektremitas atas akan menghambat kemampuan
komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang di dapat kan dalam tahap
pengkajian.perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan melibatkan
klien, keluarga klien , tenaga kesehatan lainya tentang masalah yang di alami klien . proses penentuan
masalah klien dengen melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya untuk memvalidasi, meperkuat
dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien
yang koopratif merupakan paktor penting dalam menetapkan diagnosa keperawtan yang tetap.

Beberapa contoh diagnosa keperawatan yang di akibatkan oleh adanya kelemahan komunikasi
verbal, sebagai mana yang direkomendasikan NANDA (North American Narsing Diagnosis Association)
antara lain.

Cemas berhubungan degan kelemahan komunikasi verbal

Ganggauan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan (fisik /anatomis )

Hargadiri rendah berhubugan dengan kelemahan komunikasi verbal

Isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal

Ganguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budaya.

3. PERENCANAAN
Rencana tindakan yang diibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas kesehatan
sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau dilanjutkan oleh perawat
dinas sore dan seterusnya.Model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat
dilaksanakan secara berkeseimbangan ,terukur dan efektif. Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi
etiologi atau penyebab terjadnya masalah.

Kegagalan dalam menentukan etiologi degan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan
tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.

4. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN

Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dr perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya.


Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.

Menunjukan muka yang jujur degan klien . hal ini penting agar tercipta suasana saling percaya saat
berkomunikasi.
Kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak mata saat
berkomunikasi dengan klien

Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang di inginkan

Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan
menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan satu
mulut.dalam berkomunikasi Dia menyarankan agar tindakan komunikasi dilaksanakan dengan
perbandingan 2:1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap ini akan meningkatkan
kepercayaan klien kepada perawat.

5. EVALUASI

Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan
yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif
bagi klien, bagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang
dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat diungkapkan klien secara
verbal maupun non verbal. Pada tahap ini juga mamberi kesempatan bagi perawat untuk melihat
kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.

B. Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan Komunitas


Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga
kata tersebut sebagai berikut :

1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal
setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem.

2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu
sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai
dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.

3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan
manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan
jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin,
1987).

Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik
keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang
diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah
suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan
untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal

Tujuan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai
upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas
serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara
kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan khusus

a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya
perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.

c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.

e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan keperawatan di


rumah.

f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan
dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.

g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal.

Prinsip Komunikasi Keperawatan Kesehatan Komunitas

Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan


beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus
memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung
mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas
diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada.

Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :

1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat

2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat


4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan
tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.

6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan bukan di rumah sakit.

7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat.

8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat masyarakat.

9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.

10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.

11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan untuk kegiatan
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.

12. Kunjungan rumah sangat penting.

13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.

14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang
ada.

15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas,
institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

Proses Keperawatan Komunitas

Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, di
Puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan
komunitas.
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan :

1. PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi
data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan.

Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.

Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress.

Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi.

System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet
yang diberikan kepada komunitas.

Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah
Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi
tersebut.

Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka
mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose
keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik
lingkungan.

Contoh :
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan Kampung
Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan
nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan
lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan
menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama.

3. PERENCANAAN (INTERVENSI)

Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan
untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama
dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah
yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu
rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam
menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana,
tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.

b) Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap
kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam
mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c) Tahap pendidikan dan latihan

Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat

Melakukan pengkajian

Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

Melatih kader

Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat

d) Tahap formasi kepemimpinan

e) Tahap koordinasi intersektoral

f) Tahap akhir

Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan
umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi

Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik

Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila
stressor dari lingkungan

Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4.PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang
atau sehat dan meningkatkan kesehatan.

b) Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

c) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup
pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,
penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keterbelakangan
tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata,
gigi, telinga, dll.

c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya
secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak
dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana
tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.

c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program.

d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas terhadap tindakan yang
dilaksanakan.

e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang
terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

C. PENERAPAN PRINSIP KOMUNIKASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan.
Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL, dan PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT.

Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)

2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui
kegiatan pelatihan.

3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan dan
konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan
pada berbagai kesempatan dan media yang ada.

Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah mencakup :

Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini adalah

mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan gejalanya, bagaimana
cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang tepat.

Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun kualitas,
termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.

Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih, pembuangan

sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.

pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat

adiktif/narkotik

Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR KEBERHASILAN pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.

1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu
sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.

Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara
lain berupa potensi SDM dan sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya
alam meliputi kondisi geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk kaya dan
miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.

Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di
masyarakat, tak akan berkembang dari dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama
anggota masyarakat.

Menggali Kontribusi Masyarakat Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan

masyarakat pada hakikatnya adalah menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada
dimasing-masing anggota masyarakat.

Menjalin Kemitraan Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja
antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat serta
individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk membangun
kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud dari
kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik
pemerintah maupun swasta.

Desentralisasi Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan


kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala
bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat,
sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peranan sistem yang
ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.

a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya


masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi
pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi
pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.

b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan kegiatan
atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat
ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud
dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi
terhadap program atau upaya tersebut.

2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan
tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau
mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk
pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :

a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat

Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau pemukiman
kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh masyarakat. Pemimpin
atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat, Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat
informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau
provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.

b. Organisasi Masyarakat

Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun informal,
misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat

Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama (tahun
1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh
Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

d. Material Masyarakat

Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.

e. Pengetahuan Masyarakat

Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge).

f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)

Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau arang, untuk
pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca, untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat

a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi

pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi masalah
yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang dihadapi.

b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi

Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli
terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.

Hal yang perlu diperhatikan :


Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam rangka
meningkatkan pendapatan.

Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat untuk
memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.

c. Pemberdayaan Petugas

d. Subsidi Langsung

1. Indikator Input :

a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal dari
kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan

2. Proses, misalnya seperti

a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis

b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis

c. Banyaknya kader yang telah dilatih

d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb

3. Output, a.l. seperti

a. Jumlah/jenis UKBM

b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat perilaku
kesehatannya.

c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.

4. Dampak

a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit

b. Penurunan angka-angka kematian secara umum


c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar

d. Peningkatan status gizi balita dsb.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat,
meskipun disadari bahwa peran lingkungan dan factor perilaku merupakan determinan yang lebih besar
pengaruhnya pada kesehatan (Blum).

Mengutip konsep dari H.L. Blum, secara umum pelayanan kesehatan terdiri dari empat upaya yaitu
pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam kaitannya dengan
peningkatan dan kemajuan masyarakat. Pelayanan kesehetan ditujukan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami atau dihadapi masyarakat agar dapat terhindar dari kematian dini, kecacatan,
bahkan rendahnya taraf kebugaran sehingga terjaga produktivitas penduduk.

JENIS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan Posyandu ini
telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak dari tahun 1982. Saat ini telah popular di
lingkungan Desa dan RW diseluruh Indonesia. Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu
adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu dan kesehatan anak lainnya.
Kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi dan balita), memberikan pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman,
memberikan pelayanan KB, memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama
kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.

Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)

Pos Obat Desa merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan sederhana
terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (Penyakit rakyat/penyakit endemik).
Dilapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran
situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanannya a.l. menyediakan obat bebas dan obat
khusus untuk keperluan beberapa Program Kesehatan.

Pos Gizi (Pos Timbang)

Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk kebutuhan
pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat
menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni: 1) Bayi umur 6 11 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, 2) Anak umur 12 23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 3) Anak umur 24
59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, 4) Seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang
menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada Pos Gizi ini apabila setelah diberikan PMT anak masih
menderita Kekurangan Energi Protein (KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak
pulih dan segera diperiksakan ke Puskesmas (dirujuk).

Pos KB Desa (RW)

Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara nasional
hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah
akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya
dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.

Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh Poskestren adalah takjauh berbeda dengan Pos Obat Desa namun pos ini
khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup
menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.

Saka Bakti Husada (SBH)

SBH adalah wadah pengembang minat, pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan bagi
generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat
dilingkungan sekitar. Sasarannya adalah para peserta didik antara lain: Pramuka Penegak dan Pandega,
Pramuka Penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan.
Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pimpinan saka.

Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan penyuluhan kesehatan,
melakukan pemeriksaan secara berkala, memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin
kemitraan.

Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan teurtama dalam
penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

Karang Taruna Husada.

Karang Taruna Husada adalah wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang besar
perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya.
Dimasyarakat Karang Taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong
dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam
pembangunar, kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu, gerakan kebersihan lingkungan,
gotonog-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi Karang Taruna ini sangat besar.

Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan pelayanan


langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayan kesehatan diwilayah terpencil
dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling. Upaya pelayanan
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis
pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera diatas.

Posyandu
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat
dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka 1) Pembinaan
kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak
janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

Kader Kesehatan

Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara Posyandu. L.A
Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: kader kesehatan dinamakan juga promotor
kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas
untuk mengembangkan masyarakat". Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan
batasan, bahwa:"Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela ".

Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka
mewujudkan Desa Sehat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan sangatlah penting.
Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat
klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal
mungkin.
Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya komunikasi
dalam kehidupan kita sehari hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses
keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam
pergaulan sehari hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga
medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan
pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta
berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Malik, Dedy Djamaluddin, 1991. Komunikasi Pembangunan : Perspek-Depedensia :

Bandung.

http://andyca.wordpress.com/2008/05/06/komunikasi-terapeutik/

http://komunikasi-dalam-keperawatan.html

http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/konsep-keperawatan-kesehatan-komunitas.html

Anda mungkin juga menyukai