Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam di dunia keperawatan di perlukan sebuah aplikasi-aplikasi sehingga
klien bisa mengetahui dengan jelas dan maksud yang di sampaikan oleh
perawat,keperawatan dikembangkan sebagai bagian aplikasi dari Sistem Kesehatan
Nasional.Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian
aplikasi dari sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat
di setiap tatanan pelayanan kesehatan (Mundakir; 2006).
Pelayanan atau asuhan keperawatan yang dikembangkan bersifat menyeluruh
didasarkan pada kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan
etika keperawatan.Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen
internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar
individu yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen
internal an konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar
individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun
hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk
keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi merupakan gambaran dari
sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi
menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga
maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi
antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut ( Arwani : 2002 ).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana definisi aplikasi komunikasi dalam keperawatan ?
2. Bagaimana jenis aplikasi komunikasi dalam pelayanan kesehatan ?
3. Bagaimana aplikasi komunikasi antara perawat dan perawat ?
4. Bagaimana aplikasi komunikasi antara perawat dan apoteker ?
5. Bagaimana aplikasi komunikasi antara perawat dan ahli gizi ?
6. Bagaimana strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah sakit ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi aplikasi komunikasi dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui jenis aplikasi komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengetahui aplikasi komunikasi antara perawat dan perawat.
4. Untuk mengetahui aplikasi komunikasi antara perawat dan apoteker.
5. Untuk mengetahui aplikasi komunikasi antara perawat dan ahli gizi.
6. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam praktik keperawatan di rumah
sakit.

D. Manfaat
1. Bagi perawat
Agar perawat dapat berkomunikasi dalam institusi rumah sakit dengan benar dan
baik.
2. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa memahami cara berkomunikasi dengan baik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aplikasi Komunikasi dalam Keperawatan


Istilah aplikasi berasal dari bahasa inggris "application" yang berarti
penerapan, lamaran ataupun penggunaan. Sedangkan secara istilah, pengertian
aplikasi adalah suatu program yang siap untuk digunakan yang dibuat untuk
melaksanakan suatu funsi bagi pengguna jasa aplikasi serta penggunaan aplikasi lain
yang dapat digunakan oleh suatu sasaran yang akan dituju. aplikasi mempunyai arti
yaitu pemecahan masalah yang menggunakan salah satu tehnik pemrosesan data
aplikasi yang biasanya berpacu pada sebuah komputansi yang diinginkan atau
diharapkan maupun pemrosesan data yang diharapkan.
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan
terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial
dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini
menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai
bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak
yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar
individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai
salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada
unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu
yang bekerja Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu
yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan
secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan,
unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran
dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi
menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga
maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi
antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres,
pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang
buruk.Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan
dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Perawat sebagai salah satu pemberi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam berkomunikasi menggunakan
komunikasi teraupetik. Komunikasi teraupetik merupakan proses dimana perawat
berkomunikasi dengan menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien
(Potter,2005). Perbedaaan dalam penggunaan bahasa dalam memberikan pelayanan
kesehatan baik yang dilakukan oleh perawat maupun petugas kesehatan lainnya
merupakan faktor yang terpenting yang harus dipahami karena perbedaan bahasa ini
akan memberikan dampak terhadap semua proses selama pelayanan kesehatan
diberikan.
Fokus perhatian terhadap buruknya komunikasi juga terjadi pada tim
keperawatan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

B. Jenis Aplikasi Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Jenis aplikasi komunikasi dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang berada didalam diri yang
biasa kita sebut sebagai kata hati atau perasaan batin. Didalam dunia medis
keperawatan, seorang perawat harus memiliki jenis komunikasi ini. Tujuannya
adalah untuk membuat perawat secara cepat dan sadar dapat merasakan,
melihat, menangkap serta mengetahui kondisi pasien tanpa harus berbicara
dengannya. Contohnya adalah ketika seorang perawat melihat seorang pasien
sedang termenung, melamun, atau menengadah kelangit-langit, maka perawat
akan merasakan dan mengetahui bahwa pasien tersebut sedang gundah, risau
atau sedang memikirkan sesuatu.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh 2 orang
atau lebih didalam sebuah kelompok kecil. Misalnya perawat dengan pasien
yang didampingi oleh anggota keluarga pasien. Komunikasi ini berlangsung
secara tatap muka, atau dapat pula menggunakan Macam-macam Media
Komunikasi. Tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan mengenai
penyakit yang diderita pasien, melakukan perawatan, memberikan obat,
atau melakukan tindakan medis seperti pengambilan sample darah, rambut,
memasang infus, melakukan suntik, dan sebagainya.
Namun untuk melakukan komunikasi yang satu ini, perawat harus mampu
untuk menjadi pendengar yang baik, berbicara dengan lembut, dapat
menunjukkan sikap peduli atau empati hingga mampu untuk memberikan
motivasi, humor dan becandaan.
3. Komunikasi Massa
Penggunaan Komunikasi Massa dalam keperawatan secara tidak langsung
akan memberikan kemampuan kepada perawat agar perawat dapat
menentukan dimana posisinya, kapan harus berbicara, kapan harus mendekat
atau menjauh, kapan harus berada ditengah, dibelakang atau didepan dan lain
sebagainya. Selain itu, komunikasi ini secara tidak langsung akan mengajarkan
perawat untuk menguasai dirinya, menjaga intonasi dan volume suara,
mengajarkan perawat untuk menggunakan bahasa tubuh hingga mengajarkan
perawat agar mampu untuk memberikan motivasi.
4. Komunikasi Satu Arah
Seiring perkembangan jaman, komunikasi dalam keperawatan juga
berkembang menjadi sebuah komunikasi yang satu arah. Komunikasi satu arah
adalah komunikasi yang disampaikan melalui media komunikasi, yang
prosesnya tidak perlu mendapatkan tanggapan atau umpan balik dari penerima
informasi. Contoh dari penggunaan komunikasi ini dalam keperawatan dapat
kita lihat pada berbagai media Komunikasi Online yang membahas kesehatan
atau keperawatan. Namun karena penggunaan komunikasi ini cenderung tidak
dapat ditanggapi, maka Etika dalam Penggunaan Media Komunikasi seperti
informasi harus benar, valid, tidak mengandung kebohongan, tidak
mengandung SARA dan informasi dapat dipertanggung jawabkan haruslah
benar-benar diikuti.
5. Komunikasi Dua Arah
Berbeda dengan komunikasi satu arah yang cenderung tidak mendapatkan
tanggapan, komunikasi dua arah mengharuskan proses komunikasi
mendapatkan tanggapan. Penggunaan komunikasi ini pada dasarnya berproses
dari komunikator yang memberikan informasi dan komunikan sebagai
penerima informasi akan menyimpulkan informasi tersebut dan memberikan
tanggapannya kepada komunikator terkait dengan informasi yang diberikan
oleh komunikator. Penggunaan komunikasi ini dalam keperawatan, biasanya
akan kita lihat ketika perawat sedang menanyai pasien atau keluarga pasien,
dan lain sebagainya.
6. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang paling sering digunakan dalam
keperawatan. Proses penyampaian informasi melalui komunikasi ini adalah
dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau secara lisan. Komunikasi
ini menjadi satu-satunya jenis komunikasi yang paling menguntungkan
penggunaannya, karena proses penyampaian informasi menjadi lebih jelas,
sederhana, dapat disampaikan secara langsung hingga informasi yang belum
jelas dapat diulangi kembali. Penggunaan komunikasi ini sering kita temui
ketika perawat berkata atau berbicara, contohnya ” silahkan duduk pak, saya
akan periksa dulu. Akan saya cek dahulu tekanan darah bapak, dan lain
sebagainya.
7. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah sebuah komunikasi yang dilakukan tanpa
menggunakan kata-kata atau suara dalam penyampaian pesan. Komunikasi ini
cenderung menggunakan simbol-simbol komunikasi seperti gerak tubuh, gerak
tangan atau bahasa isyarat, ekspresi wajah, kontak mata dan sebagainya.
Tujuan dari penggunaan komunikasi ini adalah untuk memberikan keyakinan
kepada pasien misalnya dengan menggerakkan kepala, menunjukkan perasaan
atau emosi misalnya dengan mengelus tangan pasien hingga mengusap air
mata pasien, dan untuk melengkapi pesan yang disampaikan menggunakan
verbal. Perawat yang mampu menggunakan komunikasi nonverbal akan
mampu untuk memahami pasien, merasakan kondisi pasien hingga
menentukan kebutuhan bagi pasien.
8. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah proses komunikasi yang dilakukan dengan cara-
cara yang lembut, penuh kekeluargaan dan tanpa paksaan. Seorang perawat
yang mampu dan dapat menjalankan komunikasi dengan cara persuasif, akan
mampu berkomunikasi dengan sopan, memiliki etika, dan memiliki rasa saling
menghargai ketika berkomunikasi dengan setiap pasien yang dijumpainya.

C. Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik. Hubungan perawat- perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal.Hubungan profesional antara perawat- perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan
atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan
wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana
merupakan contoh hubungan struktural.

D. Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dan Apoteker


Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang
dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat
diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas perawat tidak
sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah,
namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk
dimiliki perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan,
dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya.
Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap
menetapkan pilihan perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat alternative,
diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga
kesehatan terutama perawat harus dapat membagi pengetahuan tentang obat-obatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
Perawat bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat terhadap
order obat yang diberikan. Isu komunikasi yang sering terjadi antara perawat dengan
apoteker adalah pada saat order obat yang dituliskan tidak dapat terbaca, maka dapat
terjadi misinterpretasi perawat dengan apoteker terhadap order obat yang harus
diberikan kepada pasien.Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat.

E. Aplikasi Komunikasi Antara Perawat Dan Ahli Gizi


Prinsip-prinsip ilmu gizi menjadi kontroversial ketika konsep "obat gizi" dan
"marjinal kekurangan gizi" yang diperkenalkan. Konsep nutrisi obat didasarkan pada
asumsi bahwa makanan dan obat dapat memiliki efek terapeutik, terutama ketika gizi
individu diberikan dalam dosis pharmacologic (Ghen dan Corso 2000). Konsep ini
kontroversial karena advokat penggunaan lebih tinggi daripada tingkat gizi yang
tersedia dalam makanan; gizi seperti itu harus diberikan dalam bentuk suplemen.
Konsep marjinal kekurangan gizi didasarkan pada hipotesa yang halus kekurangan
gizi terjadi sebelum mulai frank, klasik kekurangan. Marjinal seperti kekurangan Mei
akhirnya memberikan kontribusi pada perkembangan penyakit bersifat merosot
(Kesehatan Media of America Somer dan 1992).
Isu yang terkait dengan gizi yaitu apabila perawat tidak mengkonunikasikan
kepada ahli gizi tentang obat- obatan yang digunakan pasien sehingga dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara perawat dan ahli
gizi agar pemenuhan gizi pasien sesuai dengan apa yang diharapkan.

F. Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah sakit


Konsep Metode pembelajaran Klinik dengan Strategi Pelaksanaan dan Strategi
Komunikasi.Strategi pelaksanaan tindakan dan strategi komunikasi(SP/SK)
merupakan suatu metoda bimbingan dalam pelaksanaan tindakan yang berdasarkan
kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan
komunikasi yang efektif (Modul Pelatihan CI Pusdiknakes.2008)
Strategi pelaksanaan tindakan dan strategi komunikasi(SP/SK)merupakan
metode pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik keperawatan dalam rangka
menumbuhkan perilaku “caring” baik pada saat memberikan asuhankeperawatan
maupun padasaat melakukan tindakan keperawatan(Buku Pedoman Bimbingan
Praktek Klinik Perawat/Bidan RSUP Sanglah.2010)
Strategi Pelaksanaan dan Strategi Komunikasi merupakan bagian dari metode
bimbingan klinik yang masuk dalam buku pedoman bimbingan klinik keperawatan
dan bidan sebagai bagian dari pembentukan (Buku Pedoman Bimbingan Praktek
Klinik Perawat/Bidan RSUP Sanglah.2010)

Strategi pelaksanaan dan strategi komunikasi terdiri dari dua komponen :


1. Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan
Tujuan :
a. Mempersiapkan mahasiswa untuk kontak dengan pasien dalam melaksanakan
tindakan asuhan keperawatan.
b. Mengidentifikasi kondisi klien
c. Merumuskan diagnose keperawatan
d. Merumuskan tujuan sesuai dengan kriteria SMART
e. Merencanakan tindakan yang dilakukan
f. Menyusun/ melampirkan SPO sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan
g. Bekerja sesuai dengan standar/ prosedur

2. Strategi Komunikasi Tindakan keperawatan


Tujuan :
Membentuk ketrampilan berkomunikasi terapeutik meliputi pra interaksi,
orientasi, kerja, dan terminasi.
Tahapan kegiatan :
a. Fase Pra Interaksi
b. Fase Orientasi ; meliputi salam terapeutik, memperkenalkan nama pada saat
kontak pertama kali, menjelaskan kapasitas sebagai apa,menanyakan nama
pasien pada awal interaksi, dan memanggil nama pasien jika sudah melakukan
interaksi sebelumnya, mempertahankan kontak mata, senyum ikhlas dan
melakukan sentuhan ringan touch di bahu .Melakukan evaluasi /validasi
terhadap kondisi saat ini; menanyakan kondisi serta mengajukan pertanyaan
untuk memvalidasi. Menyampaikan kontrak yang meliputi; topik yang akan
dibahas atau dilakukan, waktu yang dibutuhkan berapa lama dan tempat
pelaksanaannya.
c. Fase Kerja ; melakukan komunikasi sesuai dengan langkah atau prosedur kerja
yang dilakukan. Jangan menyampaikan hal-hal yang tidak perlu, segala
sesuatu yang dikerjakan, hal tersebutlah yang harus disampaikan.
Kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan yang benar dengan
berkonsentrasi pada kegiatan yang dilakukan. Gunakan bahasa verbal dan non
verbal yang menunjukkan sikap positif.
d. Fase Terminasi; mengakhiri kegiatan untuk sementara jika pasien masih
dirawat dengan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan. Kemudian disepakati kontrak selanjutnya jika masih
diperlukan.(Modul Pelatihan C.I Pusdiknakes,2008
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak
yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar
individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai
salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada
unsur komunikasi.
B. Saran
Diharapakan setelah mahasiswa mempelajari materi ini dapat berkomunikasi
dengan baik.kemudian jika salah dalam pengetikan mohon saran untuk
menyempurnakan makalah ini dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani. 2002. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta :EGC
Mundakir. 2006 . komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan. Yogyakarta : graham
ilmu.

Anda mungkin juga menyukai