Anda di halaman 1dari 24

PENGKAJIAN BUDAYA,

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN


KEBUDAYAAN, DAN PERILAKU
MENYIMPANG

DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK IV :
NUR ADELIA ARIF 18 3145 105 042
HILMA HANIFA NURDIN 18 4135 105 004
RULEHA RUMAF 18 3145 105 057
SELOMID MESULAM A. 18 3145 105 023

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

DOSEN PEMBIMBING : SITI RAHMANI, S.KEP., NS., M.KES


Page 1
MATA KULIAH : PSIKOSOSIAL & BUDAYA DALAM KEPERAWATAN
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR________________________________________________________________________________________2
BAB I PENDAHULUAN____________________________________________________________________________________4
1. LATAR BELAKANG......................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH................................................................................5
3. TUJUAN PENELITIAN.................................................................................5
4. MANFAAT PENELITIAN..............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN_____________________________________________________________________________________6
1. PENGKAJIAN BUDAYA...............................................................................6
A. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA..................................6
B. PRINSIP-PRINSIP PENGKAJIAN BUDAYA..................................................7
C.INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA..........................................................7
2. KEBUDAYAAN..............................................................................................9
A.DEFINISI KEBUDAYAAN...............................................................................9
B.UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN..................................................................10
C.CIRI KEBUDAYAAN......................................................................................12
D.FUNGSI KEBUDAYAAN................................................................................12
3. PERILAKU MENYIMPANG.......................................................................14
BAB III PENUTUP_______________________________________________________________________________________15
A. KESIMPULAN.............................................................................................15
B. SARAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

Page 2
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah
Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan dengan judul ”PENGKAJIAN
BUDAYA, KEBUDAYAAN DAN PERILAKU MENYIMPANG”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca laporan ini, agar laporan ini
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan yang telah membimbing
dalam menulis dan menyusun laporan ini.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 04 Desember 2019

Penulis

Page 3
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan


yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya
yang berada di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-
nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi
tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-
Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock maupun culture imposition. Cultural shock terjadi saat pihak luar
(perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok
budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan memaksakan
nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada
individu, keluarga atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga
sebagai sunrise model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas dan
lembaga) tentang dimensi dan budaya serta strukture sosial yang bersyarat dalam
lingkungan sempit.
Dimensi budaya dan strukture sosial tersebut menurut Leininger
dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor
sosial dan kekerabatan. Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah
menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan
sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat
tersebut digambarkan oleh leininger, oleh karena itu perawat harus mampu
membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Jika disesuaikaan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan
tahap perencanaan rindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1) Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup
yang diinginkan.

Page 4
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

2) Culture care accommodation/negatiation, yaitu prinsip membantu,


memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, yang
merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, atau bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu
klien.
3) Culture caare repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekontruksi
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah lebih baik.

2. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana cara menentukan pengkajian berdasarkan teori transkultural/


budaya

3. TUJUAN PENELITIAN

Laporan ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan anatomi dan
fisisologi sistem kardiovaskuler.

4. MANFAAT PENELITIAN

Makalah ini dibuat untuk meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik


keperawatan yang disebabkan oleh ketidakpahaman dalam pengkajian budaya
terhadap kehidupan klien.

Page 5
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN BUDAYA

Teori transkulutural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi


dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabrkan konteks atau
konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan
nilai-nilai cultural yang melekat. Menurut Leinenger, sangat penting
memperhatiakn keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang
difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan
atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokulutral sesuai
lataar belakang budaya. Sedangkan menurut Leininger (1978), keperawatan
transkultural adalah suatau pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan
studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transkultural nursing
adalah untuk mengindentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma
pemahaman keperawatan tarnskultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik
dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring
adalah esensi dari membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepeada manusia sejak lahir hingga
meninggal. Human caring merupakan fenomena universal, dimana ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

A. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYA

Perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem


perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui
asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3
prinsip asuhan keperawatan, yaitu :

 Cara 1 : Mempertahankan Budaya


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat memningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi

Page 6
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

 Cara II : Negosiasi Budaya


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan. Misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
 Cara III : Restrukturisasi Budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok manjdi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

B. PRINSIP-PRINSIP PENGKAJIAN BUDAYA

a) Jangan menggunakan asumsi.


b) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik, misalnya : orang padang
pelit, orang jawa hasul.
c) Menerima dan memahami metode komuniksi.
d) Menghargai perbedaan individual.
e) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f) Menyediakan privaacy terkait kebutuhan pribadi.

C. INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA

Yang terdiri dari komponen :


1) Faktor Teknologi
 Persepsi sehat-sakit
 Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
 Alasan mencari bantuan atau pertolongan medis
 Alasan memilih pengobatan alternative
 Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi
masalah kesehatan
2) Faktor Agama atau Falsafah Hidup
 Agama yang dianut

Page 7
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

 Status pernikahan
 Cara pandang terhadap penyebab penyakit
 Cara pengobatan atau kebiasaan agama yang positif terhadap
kesehatan
3)Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
 Nama lengkap dan nama panggilan
 Umur dan tempat lahir
 Jenis kelamin
 Status, tipe keluarga, hubungan klien dengan keluarga
 Pengambilan keputusan dalam keluarga
4)Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup
 Posisi atau jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
 Bahasa yang digunakan
 Kebiasan yang berhubungan dengan makanan dan pola makan
 Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan
aktifitas sehari-hari
5)Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
Kebijakan dan perturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,
meliputi :
 Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
 Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
 Cara pembayaran
6)Faktor Ekonomi
 Pekerjaan
 Tabungan yang dimiliki keluarga
 Sumber biaya pengobattan
 Sumber lain : penggantian dari kantor, asuransi, dll.
 Patungan antar anggota keluarga
7)Faktor Pendidikan
 Tingkat pendidikan klien
 Jenis pendidikan
 Tingkat kemampuan untuk belajar dengan aktif
 Pengetahuan tentang sehat-sakit

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assesment)


dan pada klien. Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi
transkulutralnya melalui media : verbal, non-verbal dan teknologi, untuk
tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

Page 8
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

2. KEBUDAYAAN

A. DEFINISI KEBUDAYAAN

Secara umum, pengertian kebudayaan adalah cara hidup yang diimiliki


bersama oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Budaya ini terbentuk dari
banyak unsur yang menyeluruh.perlu diketahui, meskipun kebudayaan tidak
memiliki aturan yang tertulis, namun budaya memiliki sifat yang terkadang
memaksa sekaligus memberikan pedoman guna berperilaku lebih baik agar
kehidupan menjadi lebih bermartabat dan bersahaja. Selain itu, budaya juga
diartikan sebagai hasil karya, cipta, rasa dan karsa manusia.dari pengertian ini,
budaya memiliki ruang lingkup dan aspek yang luas. Aspek dari budaya meliputi
banyak hal, seperti hukum, keyakinan, seni, adat atau kebiasaan, moral, susila, serta
keahlian. Kehadiran budaya tersebut diayakini akan mampu mempengaruhi
pengetahuan dari seseorag, gagasan, ide dan lainnya meskipun wujud budaya
adalah abstrak.

Para ahli memberikan pendapat masing-masing mengenai apa arti dan


maksud dari kebudayaan. Beberapa pengertian kebudaayn yang diambil dari
pembahassan padra ahli adalah sebagai beriikut :

1) Koentjaraningrat
Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan perilaku dari manusia dan
hasil yang diperoleh melalui suati proses belajar dan segalanya tersusun rapi dalam
kehidupan masyarakat.

2) Ki Hajar Dewantara

Menurutnya, kebudayaan adalah sebuah budi manusia diaman merupakan


hasil dari dua pengaruh besar, yakni alam dan kodrat manusia. Kebudayaan juga
merupakan sbeuah bukti tentang kejayaan kehidupan manusia yang membuatnya
mampu mengatasi kesulitan di dalam hidupnya agar keselamatan dan kebahagiaan
bisa tercapai.

3) Soelaeman Soenardi dan Selo Seomardjan

Menurutnya, kebudayaan adalah semua hasil karya, cipta serta rasa dari
masyarakat. Karya-karya tersebut akan menghasilkan teknologi serta kebudayaan
yang berwujud benda serta jasmaniah. Benda-benda tersebut dibutuhkan oleh umat
manusia. Tujuan keperluan manusia terhadap benda tersebut adalah untuk dapat
menguasai alam agar hasilnya dapat digunakan dengan bijak untuk keperluan
masyarakat.

Page 9
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

4) Dr. Mohammad Hatta


Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari duatu bangsa tertentu.

5) Pasurdi Suparlan
Menurutnya, kebudayaan adalah semua pengetahuan manusia sebgai
makhluk sosial yang dipakai untuk bisa mamahami dan juga menjadi bagian
interpretasi dari lingkungan serta pengalamannya. Kebudayaan juga dipakai untuk
landasan dalam bertingkah laku.

B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

1) Unsur Bahasa
Bahasa menjadi unsur kebudayaan yang pertama dan yang paling penting
diketahui. Sebagaimana diketahui bersama bahwa bahasa adalah cara ucap manusia.
Pengucapan yang elok merupakan salah satu elemen yang sudah menjadi tardisi.
Bahasa tersebut terus menerus mengalami turun temurun sehingga antar manusia
dalam kelompok atau bangsa yang berbeda bisa melakukan komunikasi dengan
cara mereka sendiri. Selain itu, bahasa juga merupakan alat yang digunakan untuk
mengadaptasi tradisi. Secara umum, bahsa terbagi dua yaitu bahasa ucapan dan
bahasa tulisan. Indonseia sendiri merupakan negara yang kaya akan keragaman
bahasa. Beberapa diantaranya adalah bahasa Jawa, Bugis, Dayak, Batak, dll.

2) Sistem Kepercayaan
Kebudayaan tidak bisa serta merta dilepaskan dari sistem kepercayaan.
Sistem kepercayaan adalah salah satu hal yang dijadikan pegangan oleh manusia
dalam rangka menjalankan kehidupannya. Sistem kepercayaan juga menjadi media
untuk menghubungkan manusia dengan penciptanya. Selain itu, dengan adanya
sistem kepercayaan sesuatu hal yang dianggap mustahil akan bisa diterima akal
sebagai salah satu wujud keajaiban dan anugerah yang diberikan oleh Tuhan.

3) Ilmu Pengetahuan
Sistem ini menjadi salah satu hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
kebudayaan. Sistem ini digunakan untuk memenuhi rasa ingin tahu dari manusia
tentang sesuatu hal. Ada banyak macam ilmu yang memiliki peran yang berbeda
dalam setiap bidangnya.

Page 10
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

4) Sistem Teknologi
Hadirnya sistem ini menjadi peralatan serta perlengkapan manusia dalam
menjalani kehidupannya. Menegnai hal ini, Koentjaraningrat membagi sistem
teknologi menjadi beberapa hal berbeda, yaitu alat produksi, wadah, senjata,
makanan, minuman, rumah, pakaian, alat tarnsportasi. Selain itu, sistem teknologi
yang ada merupakan bentuk pengembangan dari sistem teknologi yang sudah ada
sebelumnya. Misalnya dahulu orang menegnal kapak adalah sebuah teknologi yang
canggih, namun kini sudah tergantikan oleh mesin potong otomatis yang lebih
modern.

5) Sistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan


Perlu diketahui bahwa sistem kekerabatan dan kemasyarakatan hingga saat
ini masih digunakan untuk melakukan sosialisasi dan menjalin hubungan. Adapun
beberapa sistem kekerabatan dan kemasyarakatan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
 Garis parental yaitu keturunan dari ayah dan ibu
 Garis alternated yaitu garis yang mengajarkan bahwa perempuan dan
laki-laki memiliki kedudukan yang sama
 Garis keturunan ibu yang mengatakan bahwa perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki.

6) Sistem Ekonomi atau Mata Pencaharian


Sistem ekonomi kebudayaan Indonesia secara garis besar terdiri dari
berburu, berternak, cocok tanam, menangkap ikan dan pengairan. Sistem ini masih
berlangsung terus hingga saat ini dan terus mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Sebagai contoh dari sistem bertani atau cocok tanam, berlanjut pada
sistem bisnis pengelolaan makanan dan sistem perdagangan. Perkembangan inilah
yang akan membuat hajat hidup manusia menjadi lebih baik.

7) Kesenian
Kesenian dan kebudayaan merupakan dua hal yang lekat. Dalam hal ini,
tidak bisa memisahkan antara kesenian dari unsur dalam kebudayaan. Perlu
diketahui, seni merupakan salah satu ekspresi tentang dan terhadap keindahan yang
akan menghidupkan rasa dari manusia. Koetjaraningrat embagi seni menjadi dua,
yakni seni rupa dan seni suara. Namun, pada detail yang lebih spesifik, maka ada
lagi pembagian seni hingga ke elemen yang sangat detail.

Page 11
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

C. CIRI KEBUDAYAAN

Secara umum, ciri-ciri dalam kebudayaan adalah sebagai berikut :


 Kebudayan kebrsifat terintegrasi
 Kebudayaan dapat diubah
 Kebudayaan hidup serta berkembang dalam masyarakat
 Kebudayaan dapat diwariskan
 Kebudayaan dapat dipelajari.

Untuk kebudayaan daerah, ia memiliki ciri yang berbeda, diantaranya :

 Terdapat peninggalan sejarah


 Adanya unsur kepercayaan masyarakat
 Terdapat bahasa serta seni khas daerah
 Dianut oleh penduduk yang berdiam dan hidup dalam daerah
tersebut
 Terdiri dari unsur kebudayaan asli dan kebudayaan tradisional
 Memiliki adat istiadat
 Memiliki sifat kedaerahan

Sedangkan untu kebudayaan nasional, adapun beberapa ciri-cirinya yaitu :

 Terdapat unsur-unsur yang bisa menyatukan bangsa dan negara


 Mencerminkan sebuah kehidupan bangsa
 Kebudayaan tersebut merupakan kebanggaan dari seluruh rakyat
secara nasional
 Adanya unsur dari budaya daerah yang diakui secara nasional
sebagai bagian budaya yang terpusat

D. FUNGSI KEBUDAYAAN

1) Pedoman Hubungan Manusia dengan Kelompok


Dengan adanya kebudayaan, maka satu kelompok dengan kelompok yang
lainnya akan cenderung menemukan harmoni dalam kehidupan mereka.

2) Memenuhi Kebutuhan Manusia


Apa yang dimaksud dengan memenuhi kebutuhan manusia adalah
kebudayaan bercocok tanam atau kebudayaan mencari ikan yang membuat manusia
bisa bertahan hidup.

Page 12
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Page 13
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

3. PERILAKU MENYIMPANG
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang bagi sebagian
orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan diluar batas
toleransi, atau semua tindakan yang menyimpang dari norma
yang berlaku dalam sistem social dan menimbulkan usaha dari
mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku menyimpang.
Cara (Usage) menunjukkan bentuk perbuatan, misalnya cara
sedang makan, cara duduk. Sedangkan cara penyimpangan dalam
cara (Usage) ini berakibat ringan, seperti dianggap tidak sopan.
Misalnya, pada suatu acara makan bersama, ada anggota yang
makan dengan mulut berbunyi atau dengan suara sendok garpu
yang ramai, hal ini membuat orang lain merasa terganggu
sehingga ada anggota lain menegur anggota yang kurang sopan.
Kebiasaan (folkways) adalah perbuata yang diulang-ulang dalam
acara yang sama. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut
disukai. Kebiasaan masyarakat Indonesia menghormati orang
yang lebih tua dan kebiasaan orang tua bicara terlebih dahulu
merupakan contoh norma ini. Bila kebiasaan (folkways) diterima
sebagai atura oleh masyarakat, disebut mores (tata kelakuan).
Tata kelakuan bersifat sebagai pengawas dengan tata kelakuan
(mores) yang terbentuk.
A. Macam-macam penyimpangan social menurut Lemert
1. Penyimpangan primer, adalah suatu bentuk perilaku
penyimpangan yang bersifat dan tidak dilakukan terus-
menerus sehingga masih dapat ditoleransi masyarakat, seperti
melanggar rambu lalu-lintas, buang sampah sembarangan dan
lain-lain.
2. Penyimpangan sekunder, yakni perilaku penyimpangan yang
tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya
dilakukan berulangkali seperti merampok, menjabret,
memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.
B. Jenis perilaku penyimpangan

Page 14
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

1. Penyimpangan individual atau personal adalah suatu perilaku


pada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap suatu
norma pada kebudayaan yang telah mapan akibat sikap
perilaku yang buruk atau terjadinya gangguan jiwa pada
seseorang.
Contoh:
a) Penyalahgunaan narkoba. Narkoba sebagai psikotropika yang
bisa digunakan untuk tindakan operasi atau obat-obatan
tertentu. Namun kini persepsi itu disalahgunakan akibat
pemakaiaan yang di luar batas dosis.
b) Pelacuran. Pekerjaan penjualan jasa seksual sangat menyalahi
aturan norma dan nilai agama, mereka sering digusur karena
dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga
diseret ke pengadilan karena melanggar hukum.
c) Tindakan criminal/kejahatan
d) Gaya hidup misalnya wanita berpakaian minim di tempat
umum, pria beranting, suka berbohong dan sebagainya.
2. Penyimpangan kolektif adalah sutu perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh kelompok orang secara bersama-sama
dengan melanggar norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat sehingga menimbulkan keresahan,
ketidakamanan, ketidaknyamanan, serta tidak kriminalitas
lainnya.
Contoh:
a) Tindak kenakalan. Contoh, seperti aksi kebut-kebutan di
jalanan, seperti mendirikan genk motor yang meresahkan,
corat-coret tembok milik orang lain dan sebagainya.
b) Tawuran/perkelahian antar kelompok. Contohnya, tawuran
antar pelajar yang menjadi khas tersendiri bagi citra pelajar
SMA kota Sukabumi.
c) Tindak kejahatan berkelompok/komplotan. Contoh,
perampok, sindikat pencurian kendaraan bermotor.
d) Penyimpangan budaya. Penyimpangan yang berupa
ketidakmampuan seseorang untuk menyerap budaya yang

Page 15
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

berlaku, sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di


masyarakat.
C. Sikap masyarakat terhadap perilaku menyimpang sosial
1. Ada yang menganggap penyimpangan tersebut sebgai tren
dan perubaha zaman, yang harus diikuti, dinikmati, dan tak
prlu ada sikap konfrontatif.
2. Ada yang menganggap penyimpangan yang terjadi tersebut
sebagai peluang dalam mengambil keuntungan materi, dan
kesempatan itu hanya sekali.
3. Ada yang menganggap penyimpang tersebut sebagai sebuah
perubahan nilai kea rah yang negative dan harus diperbaiki.
D. Penyimpangan Sosial dalam Praktik Keparawatantindakan
Cara agar terdapat nilai tindakan seseorng tenga medis
terus berkembang. Di Emerika Serikat, perkembangan
pergeseran cara pandang pengadilan terhadap praktik
kesehatan terasa dalam konteks pemaksaan terhadap tindakan
malkpraktek. Menurut Aan Helm (2006:6) pda masa lalu,
tindakan penalantaran neglect tidak dianggap sebagai
tindakan malkpraktek.
Seiring dengan hal ini, muncul pertanyaan, apa
sesungguhnya yang membedakan antara tindakan
penelantaran dan tindakan malkpraktek? Menurut Aan Helm,
malkpraktek adalah tindakan professional yang salah
(wrongful), meninggalkan kewajiban profesi seenaknya
sehingga menimbulkan bahaya pada individu. Standar
evaluasi terhadap tingkat malkpraktek ini, yaitu adanya
indikasi tindakan seseorang tenaga “kesehatan profesional”.
Penelantaraan (neglect) yaitu kegagalan melakukan tindakan
profesi sesuai kebijaksanaan yang lazim jika berada dalam
situasi tertentu.
Menurut Munir fuady malpraktek dokter sering
terjadi di Indonesia, namun sebagian besar kejadian tidaka
banyak diketahui mayarakat karena tidak muncul

Page 16
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

kepermukaan. Sedikitnya terdengar kasus-kasus malpraktek


dokter di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.
a) Kurangnya kesadaran dari pasien di Indonesia terhadap hak-
haknya selaku pasien.
b) Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk bersikap
menerima apa adanya
c) Kurangnya kepercayaan diri pasien Indonesia terhadapa
jalannya proses hukum dan pengadilan
d) Relatif kuatnya kedudukan dan keuangan pihak dokter dan
rumah sakit yang membuat pasien pesimis dapat
memperjuangkan haknya selaku pasien.
Terdapat kasus malpraktek ini, ada tiga teori yang dapat
digunakan untuk mejelaskan penanggung jawab terjadinya
terhadap tindakan malpraktek. Pertama, menggunakan teori
responden superior. Artinya bila ada seorang dokter yang
melakukan tindakan malpraktek, sesungguhnya yang harus
bertanggung jawab itu adalah pimpinan rumah sakit. Kedua,
menggunakan teori borrowed-servant (pinjaman), misalnya
karena seseorang perawat berstatus sebagai stap dokter, maka
perawat merupakan “pinjaman” seseorang dokter dalam
menjalankan satu tindakan kesehatan, oleh karena itu dokter
yang bertanggung jawab. Ketiga, menggunakan teori res ipso
laquitur (benda yang berbicara sendiri). Teori ini membantu
untuk memberikan kejelasan dan penjelasan terhadapa siapa
pelaku malpraktek kesehatan. Prinsip ini menekankan
terhadap benda (bukti) sebagai data (fakta) yang menunjukan
kesaksian terhadap tindakan malpraktek tersebut adalah
tenaga medis pribadi sendiri, dan tidak ada kaitanya dengan
atasan.
Seiring dengan hal ini, maka peluang hukum untuk
memperkarakan individu atau lembaga layaknya kesehatan
tetap terbuka sesuai dengan kejadiaan yang sesungguhnya.
Muir fuady menyebutkan ada tiga jurus yang potensi
menyebabkan malpraktek kedokteran.

Page 17
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Pertama, jurus angin puyuh seorang dokter membuka praktek


dengan pasien antara 40-50 orang setiap malamnya. Disebut
jurus angin puyuh, karena karena sambil mempersilahkan
duduk sipasien dokter sudah membuat resep, sambil sambil
melepaskan pakaian pasien menuju tempat tidur dokter sudah
menyediakan suntikan dan sambil memeriksa badan pasien
suntikan sudah dilakukan dan begitu pasien sudah
menggunakan pakaiannya kembali, dokter sudah memberikan
resepnya sambil mempersilahkan susternya untuk memanggil
pasien berikutnya.
Kedua, jurus ban berjalan. Dalam hal ini, 4 (empat) orang
dipanggil sekaligus ke ruangan yang memang menyediakan 4
tempat tidur. Semua pasien berbaring dan siap-siap diperiksa.
Kemudian dokter memeriksa secara bergilir, berputar dari satu
pasien ke pasien lainnya. Setelah diperiksa kemudian dokter
mempersilahkan pasien untuk duduk kembali dan dokter
membuat resep untuk smua pasien yang baru saja diperiksa
tadi.
Ketiga, jurus pemukul angina, pada kasus ini, menurut munir
fuady, seorang dokter menerima “cek kosong” dari pasien.
Artinya, apapun yang dilakukan dokter, pasien tersebut
memberikan kepercyaannya penuh kepada dokter untuk
memberikan tritmen atau tindakan medis tertentu dan sudah
tentu sikap pasien seperti ini membuka peluang adanya
penyalahgunaan kepercayaan oleh dokter.
Ketiga jurus praktek kedokteran tersebut menyebabkan
banyak hak pasien yang tidak terpenuhi dan sementara dilain
pihak ada dokter mendapatkan banyak keuntungan baik dari
segi materi maupun pemanfaatan waktu. Aplikasinya sudah
jelas, yaitu terbukanya peluang terjadinya malpraktek
kesehatan.
Selain para dokter, tenaga medis lainnya pun
sesungguhnya berpeluang melakukan tindakan malpraktek.
Termasuk para perawat. Dalam hal ini, akan diueraikan

Page 18
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

pandangan aan helm tentang peluang-peluang seseorang


tenaga perawat. Seorang tenaga perawat dapat dapat
melakukan tindakan malpraktek.
Pertama, kesalahan dalam pengobatan. Sebagaimana yang
ditutrkan dalam cerita diawal tulisan, keluarga pasien
memandang ada yang tidak pada tempatnya dalam memeriksa
penyakit yang sering dideritanya. Dalam konteks ini, dalam
pandangannya tersebut, dia memandang bahwa pemeriksaan
darah termasuk tindakan yang kurang tepat waktunya karena
sesungguhnya pasien belum diketahui penyakit atau tingkat
penyakit yang sedang dideritanya.
Dalam ilmu kesehatan dikenal ada manajemen
penyalamatan pasien dengan menggunakan standar lima
benar, yaitu benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara,
benar waktu. Bagi kalangan ilmu social,kelima standar itu
perlu ditambah dengan benar pendekatan dengan benar
tehnik. Pada konteks kasus yang dikemukaan dalam ksus
tersebut, setidaknya perawat melakukan tindakan yang
melanggar 2 bena, yaitu yaitu kurang tepat waktu kurang tepat
pendekatan komunikasi dengan keluarga pasien, sehingga
meninggalkan kesalah pahaman diantara mereka.
Kedua, kegagalan dalam mengomunikasikan informasi.
Perawat memiliki kewajiban untuk mengomunikasikan
informasi kedokter, sesame perawat yang akan melanjutkan
tugas praktiknya, dan kepada orang tua atau pasien. Di
Amerika Serikat penyebutan pasien pun harus hati-hati jangan
sampai terjebak pada pencemaran nama baik, misalnya
menyebut pasien “gila”.
Ketiga, kegagalan dalam mendokumentasikan informasi.
Catatan medis (medical record) harus dibuat secra baik.
Catatan medis masih bisa diperbaiki jika yang salah masih
tetatap dapat terbaca (jangan menggunakan tip-eks)isis
catatan medis harus lengkap mulai dari identitas pasien,
catatan pengobatan sampai dengan rencana peluang, laporkan

Page 19
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

pula tentang insiden hal yang terlupakan, catat dan berikan


keterangan serta tanda tangan. Jangan masukkan opini
pribadi, tulis berbagai hal yang faktual.
Keempat, kegagalan dalam pengkajian. Yang dimaksud
pengkajian yaitu pengumpulan data terus-menerus yang
digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien, baik
yang aptual maupun yang potensial. Komponen kajian ini
yaitu riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil tes
kesehatan.
Kelima, kegagalan dalam memberikan perlindungan. Salah
tagus tugas perawt adalah melindungi keamanan fisik pasien.
Oleh karena itu, perawt memiliki tanggung jawab untuk
membersihkan ruan sehingga memberikan rasa aman,
nyaman, dan sehat. Hindarkan peralatan yang rusak, benda-
benda yang akan menyebabkan pasien bertindak “tidak
semestinya” serta daerah licin yang menyebabkan pasien
jatuh.
Keenam, kegagalan dalam memberikan perawatan dengan
rasionalisasi perawat harus menggunakan rasionalisasi pada
standar keperwatan. Standar eperawatn meliputi standar
pengkajian, standar diagnosa, standar identifikasi hasil akhir,
standar perencanaan, standar implementasi dan standar
evaluasi. Kemudian seorang perawat harus memperhatikan
satandar penampilan professional yan meliputi kualitas
keperawatan, penilaian kinerja, pendidikan, etika, kolaborasi,
penelitian, dan penggunaan sumber-sumber.
Ketujuh, melanggar kerahasiaan. Sesuai dengan etika
kedokteran, etika keperawatan, dan perturan tentan kesehatan,
setiap tenga menidis berkewajiban memegang amanat
kerahasiaan kedokteran, termasuk kondisi pasien, kecuali
secara undang-undang dimungkinkan untuk dikemukakan
kepada pihak terkait. Oleh karena itu, rahasia medis atau
catatan kesehatan perlu dijaga dengan baik.

Page 20
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Kedelapan, malpraktik perawat bisa terjadi dalam bentuk


tindakan criminal. Saharon ia dokter New York (1997)
dituduh dengan alas an memepercepat tetesan infus dan
dihentikan sebagai perawat. Seorang perawat pun dapat
dikategorikan melakukan pidana bila melakukan salah
tindakan (miss-tritmen) seperti mengisolasi, membahayakan
pasien, atau emberi obat yang melebihi dosis.

Page 21
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

BABIII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Nilai adalah sesuatu yang dicari untuk dijunjung tinggi dalam
suatu masyarakat. Menjadi sesuatu yang berharga dan sangat
penting karena semua orang berusaha mendapatkannya. Nilai-
nilai budaya adalah suatu keyakinan yang diannggap penting
oleh seseorang atau sekelompok masyarakat sesuai dengan
tuntunan nurani, atau keyakinan seseoran tentang suatu yang
berharga, kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, objek atau
perilaku.
2. Norma social adalah aturan yanbg berlaku secara tidak kasat
mata, tidak tertulis ataupun tidak terdokumentasikan secara
resmi. Namun berlaku secara absolut dan tetap dalam suatu
masyarakat yang disertai sangsi bagi individu atau kelompok bila
melanggar. Bentuknya bisa berupa teguran, denda, pengucilan,
dan hukum fisik.
3. Penyimpangan social, adalah sesuatu yang dianggap salah dan
tidak sesuai dengan niali atau norma masyarakat. Sebagi suatu
yang tercela dan diluar batas toleransi, atau semua tindakan
menyimpangan dari norma yang berlaku dalam sistem social dan
menimbulkan usaha mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

B. SARAN
1. Penting bagi seorang perawat untuk mempelajari tentang nilai
atau norma. Sebagai seorang yang bertugas menjadi pemenuh
kebutuhan pasiennya, ia harus dengan sangat hati-hati menyentuh
nilai dan norma yang dipegang oleh pasiennya. Karena jika tidak,
maka proses keerawatan yang dijalankan kepada pasiennya tidak
akan berjalan dengan baik atau akan mendapatkan hambatan.

Page 22
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

2. Selain mempelajari dan menghargai nilai dan norma kliennya,


seorang perawat juga harus mengingat dan memegang kembali
nilai dan norma yang dimilikinya. Bagaimana mungkin ia bisa
memahami nilai dan norma yang dianut oleh orang lain,
sementara ia sendiri tidak memiliki atau tidak menghargai nilai
dan normanya sendiri.
3. Penyimpangan social dalam praktik keperawatan menjadi suatu
yang sangat susah sekali dihilangkan, kadang kala seorang
perawat mengalami pilihan yang sangat dilemma karena hal ini.
Ia harus menghormati kode etik dan kewenangannya, juga
masyarakat yang membutuhkan tenga keperawatannya. Dengan
mempelajari nilai dan norma secara mendalam, seorang perawat
bisa memikirkan kembali untuk tidak meakukan malpraktik
keperawatan.

Page 23
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33679526/ASUHAN_KEPERAWATAN_BUDAYA_TRANSKULTURAL
_PADA_ANAK

https://www.academia.edu/18687478/ASKEP_TRANSKULTURAL_NURSING

https://moondoggiesmusic.com/pengertian-kebudayaan/

https://www.academia.edu/10119339/BAB_I_PENDAHULUAN_1.1_Latar_Belakang

Page 24

Anda mungkin juga menyukai