OVARIUM
OLEH KELOMPOK 10 :
NAMA : ADRIANA KUWAY
NIM : 183145105046
Kanker Endometrium dan Kanker Ovarium
1. Definisi Kanker endomatrium
Kanker endometrium atau lebih sering dikenal sebagai kanker rahim adalah
kanker yang mengenai lapisan dalam rahim. Terdapat dua jenis kanker endometrium,
yaitu kanker endometrium tipe I dan tipe II. Tipe I cenderung tumbuh lambat dan
umumnya terbatas pada endometrium, sedangkan tipe II memiliki tipe jaringan yang
lebih buruk, menginvasi otot polos rahim (miometrium), dan tumbuh dengan cepat.
Oleh sebab itu, kanker endometrium tipe II umumnya memiliki hasil akhir
(prognosis) yang kurang baik apabila dibandingkan dengan tipe I.
2. Etiologi Penyebab Kanker Endometrium
Hingga saat ini, penyebab kanker endometrium masih belum diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium. Umumnya, faktor-faktortersebut menyebabkan kadar hormon estrogen
di dalam tubuh meningkat atau paparan terhadap hormon estrogen menjadi lebih
lama, sementara kadar hormon progesteron di dalam tubuh menurun sehingga sel-sel
pada lapisan dalam rahim (endometrium) terus memperbanyak diri. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya kelenjar baru pada endometrium. Apabila jaringan
endometrium tumbuh tak terkendali, jaringan ini akan menebal dan dapat membentuk
sebuah massa yang akhirnya menjadi kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar
(metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Awalnya, kanker akan menyebar ke lapisan
otot polos rahim (miometrium), kemudian menyebar hingga ke kelenjar getah bening.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
Usia
Kondisi reproduksi
Kanker endometrium dapat terjadi pada wanita usia reproduksi dengan siklus
haid yang tidak teratur. Selain itu, wanita yang tidak pernah melahirkan
(nulipara) mempunyai risiko 3 kali lebih besar menderita kanker endometrium
dibandingkan dengan wanita yang memiliki riwayat sering melahirkan
(multipara). Hal ini disebabkan kehamilan mengurangi paparan wanita terhadap
hormon estrogen. Salah satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah
menikah, tetapi tidak pernah melahirkan anak memiliki risiko tinggi untuk
terkena kanker endometrium dibandingkan wanita yang tidak pernah menikah.
Ketidaksuburan atau infertilitas juga menjadi faktor yang berperan dalam hal ini.
Hal ini terkait dengan paparan terhadap hormon estrogen yang lama tanpa
diimbangi dengan hormon progesteron yang cukup, dan tidak mengelupasnya
sisa jaringan endometrium setiap bulan ketika haid.
Penggunaan terapi sulih hormon, yaitu hormon estrogen dari luar (eksogen) pada
wanita menopause yang digunakan dalam jangka lama diperkirakan
meningkatkan risiko kanker endometrium sebesar 4,5-13,9 kali. Terapi sulih
hormon biasanya digunakan untuk mengurangi gejala yang timbul akibat
menopause, antara lain serangan rasa panas (hot flashes), kekeringan vagina, dan
kekeroposan tulang (osteoporosis). Akan tetapi, penggunaannya harus diberikan
bersama dengan progesteron atau derivatnya untuk menurunkan risiko kanker
endometrium.
Obesitas
Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga yang menderita kanker endometrium atau riwayat pribadi yang
menderita kanker tipe lainnya (misalnya kanker usus besar dan kanker payudara)
juga dapat meningkatkan risiko kanker endometrium.
PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah = hb dan leukosit menurun, trombosit meningk
at, ureum dan kreatinin meningkat.
b. Pemeriksaan urine = ureum dan kreatinin meningkat
N DIANGOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pain Management
injuri biologi keperawatan selama 3x24
Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan nyeri
secara komprehensif
pasien berkurang
termasuk lokasi,
NOC :
karakteristik, durasi,
Pain Level,
frekuensi, kualitas dan
Pain control,
faktor presipitasi
Comfort level
Observasi reaksi nonverbal
Kriteria Hasil :
dari ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri
Gunakan teknik
(tahu penyebab nyeri,
komunikasi terapeutik
mampu menggunakan
untuk mengetahui
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri
mencari bantuan) pasien
Melaporkan bahwa nyeriKaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi respon
menggunakan manajemen nyeri
nyeri Evaluasi pengalaman nyeri
Mampu mengenali nyeri masa lampau
(skala, intensitas,Evaluasi bersama pasien
frekuensi dan tanda nyeri) dan tim kesehatan lain
Menyatakan rasa nyaman tentang
setelah nyeri berkurang ketidakefektifan
Tanda vital dalam rentang kontrol nyeri masa
normal lampau
Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x Anxiety Reduction
pembedahan 24 jam diharapakan (penurunan
cemasi terkontrol kecemasan)
NOC : Gunakan pendekatan
Anxiety control yang menenangkan
Coping Nyatakan dengan jelas
Kriteria Hasil : harapan terhadap
Klien mampu pelaku pasien
mengidentifikasi dan Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala dan apa yang dirasakan
cemas selama prosedur
Mengidentifikasi, Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan
menunjukkan tehnik dan mengurangi takut
untuk mengontol cemas Berikan informasi faktual
Vital sign dalam batas normal mengenai diagnosis,
Postur tubuh, ekspresi wajah, tindakan prognosis
bahasa tubuh dan tingkatDorong keluarga untuk
aktivitas menunjukkan menemani anak
berkurangnya kecemasan Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhanMonitor tanda-tanda
keperawatan selama 3x24 perdarahan
jam diharapakan pasien gastrointestinal
menunjukkan perdarahan Awasi petheciae,
dapat diminimalkan ekimosis, perdarahan
dari suatu tempat
Monitor vital sign
Catat perubahan mental
Hindari aspirin
Awasi HB dan factor
pembekuan
Berikan vitamin
tambahan dan pelunan
feses
Post Operasi
N DIANGOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Pain Management
injuri fisik asuhan keperawatan
Lakukan pengkajian nyeri
selama 3x24 jam
secara komprehensif
diharapkan nyeri pasien
termasuk lokasi,
berkurang
karakteristik, durasi,
NOC :
frekuensi, kualitas dan
Pain Level,
faktor presipitasi
Pain control,
Observasi reaksi
Comfort level
nonverbal dari
Kriteria Hasil :
ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri
Gunakan teknik
(tahu penyebab nyeri,
komunikasi terapeutik
mampu menggunakan
untuk mengetahui
tehnik nonfarmakologi
pengalaman nyeri
untuk mengurangi nyeri,
pasien
mencari bantuan)
Kaji kultur yang
Melaporkan bahwa nyeri
mempengaruhi respon
berkurang dengan nyeri
menggunakan Evaluasi pengalaman
manajemen nyeri nyeri masa lampau
Mampu mengenali nyeri Evaluasi bersama pasien
(skala, intensitas, dan tim kesehatan lain
frekuensi dan tanda tentang
nyeri) ketidakefektifan
Menyatakan rasa kontrol nyeri masa
nyaman setelah nyeri lampau
berkurang Bantu pasien dan keluarga
Tanda vital dalam rentang untuk mencari dan
normal menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control
penurunan pertahanan asuhan keperawatan (Kontrol infeksi)
primer selama 3x 24 jam Bersihkan lingkungan
diharapakan infeksi setelah dipakai pasien
terkontrol lain
NOC : Pertahankan teknik isolasi
Immune Status Batasi pengunjung bila
Knowledge : Infection perlu
control Instruksikan pada
Risk control pengunjung untuk
Kriteria Hasil : mencuci tangan saat
Klien bebas dari tanda dan berkunjung dan setelah
gejala infeksi berkunjung
Mendeskripsikan proses meninggalkan pasien
penularan penyakit, Gunakan sabun
factor yang antimikrobia untuk
mempengaruhi cuci tangan
penularan serta Cuci tangan setiap
penatalaksanaannya, sebelum dan sesudah
Menunjukkan kemampuan tindakan kperawtan
untuk mencegah Gunakan baju, sarung
timbulnya infeksi tangan sebagai alat
Jumlah leukosit dalam batas pelindung
normal Pertahankan lingkungan
Menunjukkan perilaku aseptik selama
hidup sehat pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan
line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kulit
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
3. Deficit personal Setelah dilakukan Personal hyegene
hyegene b.d imobilitas asuhan keperawatan managemen
(nyeri pembedahan) selama 3x24 jam Kaji keterbatasan pasien
diharapakan pasien dalam perawatan diri
menunjukkan kebersihanBerikan kenyamanan
diri pada pasien dengan
NOC : membersihkan tubuh
Kowlwdge : disease process pasien
Kowledge : health (oral,tubuh,genital)
Behavior Ajarkan kepada pasien
Kriteria Hasil : pentingnya menjaga
Pasien bebas dari bau kebersihan diri
Pasien tampak Ajarkan kepada keluarga
menunjukkan kebersihan pasien dalam menjaga
Pasien nyaman kebersihan pasien
Kanker Ovarium
1. Pengertian
Kanker ovarium merupakan keganasan yang muncul dari
ovarium; kanker yang sangat progresif; sulit didiagnosis. Prognosis
bergantung pada jenis histologi dan stadium. Sebanyak 90%
berupa tumor epitel primer. Tumor stroma dan sel benih juga
merupakan jenis tumor yang penting.
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda.
Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low –
maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto,
2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan
maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer.
Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah
terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana
(Wiknjosastro, 1999).
2. Klasifikasi
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002):
1. Stadium I: Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2. Stadium II: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua
ovarium dengan perluas pelvis.
3. Stadium III: Pertumbuhan mencakup satu atau kedua
ovarium dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal
atau retro peritoneal positif.
4. Stadium IV: Pertumbuhan mencakup satu/kedua ovarium
dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien,
kesadaran, tekanan darah, respirasi, berat badan
1) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
2) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain
3) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
4) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
5) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
6) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan
bunyi jantung, sakit dada
7) Abdomen : kaji adanya asites
8) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
9) Ekstremitas : kaji turgor kulit
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat,
ureum dan kreatinin meningkat.
2) Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat
penyakit kanker ovarium
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
perubahan fungsi gastrointestinal
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada vesika
urinaria
d. Gangguang eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
mengenai penyakit (kanker ovarium)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium
h. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke
bagian tubuh yang lain)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
g. Kolaborasi : g. Pemeriksaan
Siapkan untuk tes diagnostik dan
diagnostik, prosedur penunjang
penunjang sesuai misalnya
indikasi pemeriksaan
retrograd dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi
tingkat infiltrasi
kanker pada
traktus urinarius
sehingga dapat
menjadi dasar
untuk intervensi
selanjutnya
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat
5. Evaluasi Keperawatan
No. Evaluasi
Dx
adekuat
d. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu
makan
TTV pasien dalam batas normal
Kowalak, Welsh, dan Mayer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, vol. 2, Ed. 6. Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta, EGC.
https://kankere.com/article/content/kanker-endometrium-23
https://www.academia.edu/12811872/LAPORAN_PENDAHULUAN
https://www.academia.edu/25886303/CA_ENDOMETRIUM