Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR DAN


ISTIRAHAT PADA PASIEN Tn. D.N DI RUANGAN BAJI ATEKA
RSUD LABUANG BAJI

DISUSUN OLEH :

NAMA : SUKMA UMASANGADJI

AICI22107

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2023


1. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Istirahat Dan Tidur
A. Pengertian
Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin
hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Vaughans, 2011).
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling memengaruhi. Tubuh membutuhkan aktivitas untuk
kegiatn fisiologis dan membutuhkan istirahat dan tidur untuk pemulihan. (Tarwoto,
2011).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012).
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.(SDKI, 2016).
B. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung
dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1
hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREMNon Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan ditahap 1 hingga keadaan
tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami
penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan
tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara fisiologi
maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye
Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam
proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
1. Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
a) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung beberapa
menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
1) Mata menjadi kabur dan rileks.
2) Seluruh otot menjadi lemas.
3) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
6) Dapat terbangun dengan mudah.
7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung 10-
20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi lebih
lambat. Tahap II ini ditandai dengan:
1) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
2) Suhu tubuh menurun.
3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
c) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
1) Relaksasi otot menyeluruh.
2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai
dengan :
1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun pagi.
3) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik.
6) Gerak bola mata mulai meningkat.
7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
2. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25%
dari tidurnya.
a) Tahap REM ditandai dengan:
1) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
2) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
3) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
4) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
5) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
6) Metabolisme meningkat.
7) Lebih sulit dibangunkan.
8) Sekresi ambung meningkat.
9) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20
menit.
b) Karakteristik tidur REM
1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
3) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
4) Nadi : Cepat dan ireguler.
5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
6) Sekresi gaster : Meningkat.
7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
8) Gelombang otak : EEG aktif.
9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
C. Fisiologis
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut
dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas
listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan
electrooculogram (EOG) untuk pengaturan pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral
yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun.
Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel –
sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan
stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks
serebri (emosi, proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel – sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar
syncrhonizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin.
D. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:
a. Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. Beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan
mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar
mengantuk).
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetik
system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

5. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur


Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada
saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering
terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di
siang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau
aritmia jantung. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam
pengairan udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh
adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut.
6. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur, atau
biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis: enuresa noktural:
merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol saat bangun
tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan gangguan pada tidur NREM.
E. Manifestasi Klinis
Beberapa gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :
1.) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti depresi, menarik diri.
2.) Rasa capek meningkat
3.) Halusinasi pandangan dan pendengaran
4.) Bingung dan disorientasi terhadap ruang dan waktu
5.) Gangguan persepsi
6.) Koordinasi menurun
7.) Bicara tak jelas
F. Kebutuhan Istirahat Tidur Per Hari
1) Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-
rata 45-60 menit.
2) Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan
3) 20-30% REM dan tidur sepanjang malam.
4) Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur sepanjang
malam + tidur siang.
5) Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM
6) Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM
7) Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.
8) Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.
9) Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM.
10) Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur.
11) Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur.
G. Tanda dan gejala
1. Perasaan Lelah.
2. Gelisah.
3. Emosi.
4. Apetis.
5. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata
6. Konjungtiva merah dan mata perih.
7. Perhatian tidak fokus.8. Sakit kepala.
9. mata sayu
10. konjungtiva merah
11. kelopak mata bengkak
H. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi pola waktu istirahat dan tidur
3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.
I. Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi
merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency
Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek
tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan
tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat
memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur selama jangka
waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur, efisiensi tidur, jumlah
durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat

2. ASKEP TEORI KEBUTUHAN ISTRAHAT DAN TIDUR

A. Pengkajian
Dalam memberikan layanan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kebutuhan dasar istirahat dan tidur maka aspek yang perlu dikaji pada klien meliputi
pengka- jian sebagi berikut (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
1. Riwayat tidur
a. Pola tidur, seperti pasien bangun dan tidur jam berapa serta pola tidur yang
teratur.
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, berdoa, mencuci kaki,
mendengar musik.
c. Gangguan tidur yang sering dialami pasien dan tindakan yang dilakukan
dalam mengatasinya.
d. Kebiasaan tidur siang; jam berapa biasanya pasien tidur dan berapa lama?
e. Lingkungan tidur, bagaimana pencahayaan, temperature dan kebisingan.
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Kondisi kehidupan pasien yang
dapat menjadi faktor penyebab masalah tidur.
2. Status emosi dan mental klien
Status emosi dan mental mempengaruhi kemampuan pasien untuk istirahat dan
tidur. Perawat perlu mengkaji tentang status emosional dan mental pasien, misalnya
pasien mengalami ansietas dan sumber dari ansietas tersebut.
3. Perilaku deprivasi tidur yaitu tanda dan gejala fisik dan perilaku yang timbul sebagai
efek dari gangguan istirahat tidur, seperti:
a. Wajah, misalnya mata panda, mata sembab, konjungtiva kemerahan, atau mata
cekung
b. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien
mudah tersinggung, selalu menguap, kurang fokus atau terlihat bingung;
c. Kelelahan, misalnya apakah klien lelah, letih, atau lesu.
4. Gejala Klinis
Gejala klinis yang bisa terjadi: perasaan letih, tidak tenang, emosi, apatis, mata
panda, mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, kurang konsentrasi,
dan nyeri kepala.
5. Penyimpangan tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi,
night terrors, mendengkur dan lain-lain.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat energi, seperti kelelahan, keletihan dan merasa lesu.
b. Ciri-ciri di wajah, seperti mata sembab, mata sipit dan mata merah.
c. Ciri-ciri perilaku, kurang bersemangat, bicara lambat, susah konsentrasi.
d. Data penunjang yang menimbulkan adanya masalah potensial seperti
kegemukan, septum deviasi, hipotensi, pernapasan dangkal dan dalam.
B. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Pola tidur (PPNI, 2017)

1. Definisi
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor
eksternal.
2. Penyebab
a. Faktor lingkungan (misalnya : temperature, pencahayaan, kebisingan dll)
b. Kurangnya control tidur
c. Kurangnya kebebasan pribadi
d. Restraint fisik
e. Tidur sendiri
f. Asing dengan kamar tidur
3. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : keluhan susah tidur, sering terbangun, tidur tidak puas, pola tidur berubah,
dan istirahat tidak cukup.
4. Gejala dan tanda minor
Mengeluh aktifitas harian menurun.
5. Kondisi klinis terkait
a. Nyeri/kolik
b. Hypiertiroidisme
c. Kecemasan
d. Penyakit paru obstruktif kroni
e. Kehamilan
f. Periode pasca partum
g. Kondisi pasca operasi
C. Intervensi keperawatan : Gangguan Pola Tidur
Dukungan tidur (PPNI, 2018)
1. Tujuan dan kriteria hasil
a. Tujuan
Membantu siklus tidur klien secara teratur
b. Kriteria hasil (PPNI, 2019)

- Keluhan sulit tidur menurun.

- Sering terbangun menurun.

- Perasaan tidak cukup tidur menurun.


c. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)

1) Observasi

- Identifikasi pola aktivitas dan tidur.

- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan psikologis).


- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (misalnya:
Kopi, teh, alkohol).
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
2) Terapeuitik

- Modifikasi lingkungan (misalnya : pencahayaan, kebisingan, matras, dll)

- Batasi waktu tidur siang, bila perlu

- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pijat, pengaturan posisi


tidur, akupresur, dll)

- Sesuaikan jadwal pemberian obat/atau tindakan menjelang siklus tidur


terjaga.

3) Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama kondisi sakit.

- Anjurkan untuk menepati waktu tidur

- Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur

- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap


tidur REM.

- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terha dap gangguan pola tidur


(misalnya: Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift kerja).

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnnya.


DAFTAR PUSTAKA
Hidayat & Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba
medika.

Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta: EGC.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.

Jkarta: Salemba Medika.

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

Anda mungkin juga menyukai