Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT:

PADA PASIEN GANGGUAN POLA TIDUR

DISUSUN OLEH

RINA DWI ANGGITA (108122053)

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2023


I. KONSEP KEBUTUHAN
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Istirahat adalah suatu
keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi
lebih segar (Tarwoto,2006).Menurut (Heriana, 2014).
Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang
tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Morhead, Johnson &
Mass, 2006).
Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi,
meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit
juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus.
Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat
dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Suyono, 2008).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur
adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
(NANDA NIC-NOC,2013:603).
B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas
yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular,
respirasi muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas listrik otak
electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan electroculogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Recticular activating system (RAS)
dibagian batang otak atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan
kesadaran RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir.
Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur
dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan
berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur
nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan
ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan
tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut
tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur
REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan
pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan perbaikan dalam
proses mental dan kesehatan emosi.
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan:
a. Mata menjadi kabur dan rileks
b. Seluruh otot menjadi lemas
c. Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d. Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e. EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f. Dapat terbangun dengan mudah.
g. Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan:
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.EEG: Timbul gelombang beta
Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut gelombang tidur.
2) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan
3) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak. berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total)
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30%
e) EEG hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekuwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol)
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat
g) Lebih sulit dibangunkan
h) Sekresi ambung meningkat
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata: Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot: Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi
c) Pernapasan tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi: Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah: Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster: Meningkat.
g) Metabolisme: Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak: EEG aktif.
i) Siklus tidur: Sulit dibangunkan
C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur:
a) Penyakit
Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.
b) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian terjadi
perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya.
c) Motivasi
Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap bangun
dan waspada menahan ngantuk.
d) Kelelahan
Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM
(Rapid Eye Movement)
e) Kecemasan
Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu tidur.
f) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
Diuretik: menyebabkan insomnia, Anti depresan : supresi REM, Kafein:
meningkatkan saraf simpatis, Beta Bloker: menimbulkan insomnia dan
Narkotika: mensupresi REM.
D. Manifestasi klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja,
mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut:
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREMT
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas Sistema yang pengaktivasi retikularis
4) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
6) Mata cepat tertutup dan terbuka
E. Pathways
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem tidur
1) Stress psikologi
2) Gaya hidup
3) Penyakit
4) Kelelahan
5) Gizi
6) Masalah kesehatan fisik dan efek obat-obatan
7) Olahraga
8) Aktivitas fisik
9) Masalah kenyamanan ruang kamar
10) Kondisi lingkungan seperti kebisingan dan Cahaya
G. Macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu: gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun
di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Maslow, 2005).
a) Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek
atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah dan
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu Initial insomnia adalah kesulitan
untuk memulai tidur. Intermitten insomnia adalah kesulitan untuk tetap
tertidur karena seringnya terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu
dini dan sulit untuk tidur Kembali.
b) Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).

c) Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d) Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi
seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit
dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu
bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala
lainnya (Guilleminault dan Fromberz, 2005).
e) Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
Ada tiga jenis tidur apnea yaitu: apnea sentral, obstruktif, dan campuran.
Bentuk yang paling umum adalah apnca obstruktif atau Obstruktif Sleep
Apnea (OSA), OSA mempengaruhi 10-15% dan dewasa menengah (Groth,
2005). Namun sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita
muda dan anak-anak (Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot
atau struktur dari rongga mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat
tidur. Saluran napas tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi
aliran udara hidung (hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30
detik (Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk
bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau mendengkur.
Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya berkurang, setiap
gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai penyumbatan
terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila
disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f) Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM.
g) Enuresis
Gangguan tidur yang disebabkan oleh neuresis ( mengompol)
umumnya terjadi pada anak-anak.
H. Komplikasi
a) Efek psikologis
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b) Efek fisik/somatic
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot hipertensi, dan sebagainya.
c) Efek sosial
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.
d) Kematian
Orang yang tidur kurang dan 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup.
I. Pemeriksaan penunjang
1) Electroencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, electromiogram
(EMG) untuk pengukuran tonus otot dan electroculogram (EOG) untuk
mengukur pergerakan mata.
2) Saturasi O2 dan ECG untuk mengetahui adanya sleep apnea.

J. Masalah keperawatan dan kolaboratif

1) Gangguan pola tidur (D. 0055)

K. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai