Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar Proesi dan
Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Mega Siti Nurlani
NPM

PROGRAM PROFESI NERS NUSANTARA


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Istirahat Tidur


Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011). Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian
tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di
mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006).
B. Epidemiologi

Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508
penduduk di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan
sebanyak 7,3 % orang dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan
mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan orang yang beresiko
mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan,
kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang
dialami. Di Indonesia kejadian gangguan tidur insomnia menyerang sekitar 50%
orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% dan
adanya laporan yang mengindikasikan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami insomnia yang serius. Secara fisiologis, jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat
terjadi efek-efek seperti pelupa konfusi dan disorientasi (Asmadi, 2008).

C. Anatomi Fisiologi

Komponen utama dari neuromodulator penginduksi siklus tidur-


bangun.Untuk menginduksi tidur, proyeksi dari VLPO sebagai neuro penghasil
GABA dan galanin (gal) yang terletak di anterior dari hipotalamus mengirimkan
sinyal yang berfungsi menginhibisi ascending arousal system di pons, basis
frontalis dan hipotalamus. Sistem ini meliputi; nukleus tuberomamilarius (TMN)
yang terletak di posterior dari hipotalamus yang memproduksi histamin(HIST),
sel raphe dorsalis yang memproduksi serotonin (5-HT). Sel penghasil asetilkolin
(Ach) yang terletak di laterodorsal dari tegmentum (LDT), nukleus ditegmentum
dari pedukulopontin (PPT) serta nukleus di locus coeruleus yang memproduksi
noreprinefrin(NA). Sistem lain yang tidak diilustrasikan pada gambar ini meliputi
area perifornikal dari hipotalamus yang memproduksi orexin, sel produsen
dopamin yang terletak di periaquaduktus mesencephalon dan serta proyeksi
kolinergik yang berasal dari basis frontalis (nukleus basalis, pita diagonal dari
brocca,dan septum medialis) semua struktur ini memberikan proyeksi ke istem
limbik dan korteks (Chiong, 2008).

Tidur berasal dari beberapa proses dalam otak yang meliputi beberapa
sirkuit neural yang saling berhubungan satu sama lain, serta meliputi beberapa
neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berdasarkan
penelitian percobaan transeksi terhadap tikus yang telah dilakukan sebelumnya
didapatkan bahwa terdapat regio yang mencetuskan terjadinya proses tidur di
medulla oblongata.Berikut dibawah ini merupakan area-area di otak yang
berperan dalam siklus tidur-bangun (Posner, 2007, Blumenfeld, 2002, Shneerson,
2005, Aminoff, 2008).

D. Etiologi

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus


tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif,
baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata
cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)

NREM terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi


menjadi empat tahapan yaitu:

1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat.
Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi
lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap tidur nyenyak sekitar 15-30 menit. Tahap ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi
1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang
berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20
menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
E. Tanda Gejala
1. Dewasa
Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
Data Minor :
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan
anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk
tidur larut malam.
b. Enggan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
F. Pathways
Obat &
Latihan
Substansi Stress / Lingkungan
kelelahan
emosional tidak nyaman
Gaya hidup

Mengubah Mengurangi
pola tidur Rutinitas & Kecemasan kenyamanan Sulit tidur
bekerja tidur
rotasi
Nutrisi & kalori Tegang /
frustasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan
Motivasi
perubahan
Sering tidur
jadwal tidur
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti tidur
Penyakit infeksi

Gangguan
Lemah & letih Gangguan Tidur proses tidur

Tidak dapat
Butuh lebih Perbaikan pola
Tidak dapat tidur tidur dalam
banyak tidur tidur
dengan kualitas baik periode panjang

Akibat factor
Kesiapan
eksternal Akibat factor Deprivasi
meningkatkan
internal tidur tidur

Gangguan pola
tidur

Insomnia
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Farmakologi
Menurut Remelda, (2008) Mengingat banyaknya efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk
penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

2. Terapi Non Farmakologi


a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi
tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama, No RM, Tanggal lahir dsb
2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan ditemukan
gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang
membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien
mengalami keluhan yang dirasakan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit – penyakit
lain, adanya alergi, riwayat imunisasi, kebiasaan/Pola hidup, obat yang
pernah digunakan
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang
dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau
pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
a) Kepala
(1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan
kasar, penampilan, depigmentasi.
(2) Muka/ Wajah  Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap
di pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit
Sekitar hidung dan mulut
(3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
(4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-
tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen
telinga berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran.
(5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
(6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
(7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah
tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat?
b) Leher  Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
c) Thorax  Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah
sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
d) Jantung  Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta
iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau
tachycardia?
e) Abdomen  Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah
tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
f) Kulit  Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya? Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
g) Ekstremitas  Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas?
h) Genetalia  Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
Apakah ada kesulitan untuk berkemih?

2. Data fokus yang perlu dikaji


a. Pola tidur & istirahat : pada pasien degan gangguan kebutuhan istirahat
tidur pengkajian ditekankan pada kualitas dan kuantitas tidur meliputi
durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur.
3. Terapi, pemeriksaan penunjang & laboratorium
Untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan atau tidak dapat
dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia : gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi
Batasan karakteristik :
- Perubahan afek
- Perubahan konsentrasi
- Perubahan mood
- Perubahan pola tidur
- Gangguan status kesehatan
- Penurunan kualitas hidup
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
- Tidur memuaskan
- Bangun terlalu dini
- Sering membolos
- Peningkatan terdjadi kecelakaan
- Kekurangan energi
- Polat tidur tidak menyehatkan
- Gangguan pola tidur yang berdampak pada keesokan hari
Faktor yang berhubungan :
- Konsumsi Alkohol,
- Ansietas,
- Rata – Rata Aktivitas Harian Kurang Dari Yang Dianjurkan Menurut
Gender Dan Usia
- Depresi
- Kendala Lingkungan
- Ketakutan Sering Mengantuk
- Berduka
- Higine Tidur Tidak Adekuat
- Ketidaknyamanan Fisik
- Stresor
Kondisi terkait :
- Perubahan hormonal
- Agens farmaseutika
2. Deprivasi tidur : periode waktu panjang tanpa berhentinya kesadaran
relatif periodik dan berlangsung alami untuk istirahat
Batasan karakteristik :
- Agitasi - Fleeting nystagmus
- Perubahan konsentrasi - Halusinasi
- Ansietas - Tremor tangan
- Apatis - Peningkatan sensitivitas
- Memberontak terhadap nyeri
- Konfusi - Iritabilitas
- Penurunan kemampuan - Lateragi
berfungsi - Malaise
- Waktu bereaksi memanjang - Gangguan persepsi
- Mengantuk keletihan - Gelisah
- Paranoia sementara
Faktor yang berhubungan
- Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
- Rata – rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
- Kendala lingkungan
- Konfus sore hari
- Pola tidur tidak menyehatkan
- Stimulasi lingkungan yang terus menerus
- Ketidaknyamanan yang lama, teror tidur, tidur berjalan
Populasi Beresiko
- Paralisis tidur familial
Ditandai Dengan :
- Gangguan pergerakan ekstremitas periodik
- Demensia
- Hipersomnolen sistem syaraf pusat idiopatik
- Narkolepsi
- Mimpi buruk
- Apnea tidur
- Enuresis terkait tidur
- Ereksi nyeri terkait tidur
- Program pengobatan
3. Gangguan pola tidur : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat
faktor eksternal
Batasan karakteristik :
- Kesulitan berfungsi sehari – hari
- Kesulitan memulai tidur
- Kesulitan mempertahankan tetap tidur
- Ketidakpuasan tidur
- Tidak merasa cukup istirahat
- Terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor yang berhubungan :
- Gangguan karena tidur pasangan tidur
- Kendala lingkungan
- Kurang privasi
- Pola tidur tidak menyehatkan
Kondisi terkait :
- Imobilisasi
4. Kesiapan meningkatkan tidur : Pola berhentinya kesadaran relatif secara
periodik. Dan berlangsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan
gaya hidup yang diminati, yang dapat ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :
- Mengungkapkan minat meningkatkan tidur
5. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Insomnia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC


00095 diharapkan pasien tidak mengalami insomnia dengan Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
kriteria hasil : Menyelesaikan Masalah :
Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)
Tidur (0004) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
1 2 3 4 5 mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
1. Jam - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
2. Pola Tidur - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk
3. Kualitas Tidur individu
4. Perasaan Segar Setelah - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
Tidur kenyamanan terhadap suhu
5. Tempat tidur yang Manajemen Nyeri (1400)
nyaman - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
6. Suhu ruangan yang - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
nyaman ketidaknyamanan
- Pastikan perawatan analgesik
Keterangan: - Gunakan strategi komunikasi terapeutik
1. Keluhan ekstrime - Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan
2. Keluhan berat dukungan
3. Keluhan sedang Pilihan intervensi tambahan :
4. Keluhan ringan - Pengurangan kecemasan
5. Tidak ada keluhan - Latihan autogenik
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk - Memandikan
orang dewasa (000401) - Teknik menenangkan
2) Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) - Peningkatan koping
3) Kualitas tidur pasien (000404)
- Peningkatan latihan
4) Perasaan segar setelah tidur (00048)
- Terapi latihan : ambulasi
5) Tempat tidur yang nyaman (0004419)
- Perawatan kanguru
6) Suhu ruangan yang nyaman (000420)
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Pengaturan posisi
- Relaksasi otot progresif
- Bantuan perawatan diri : eliminasi
- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

2. Deprivasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam NIC


Tidur diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi tidur Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
00096 dengan kriteria hasil : Menyelesaikan Masalah :
Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)
Tidur (0004) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
1 2 3 4 5 mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
1. Jam - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
2. Pola Tidur - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk
3. Kualitas Tidur individu
4. Perasaan Segar Setelah - Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
Tidur kenyamanan terhadap suhu
5. Tempat tidur yang Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
nyaman - Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
6. Suhu ruangan yang ketidaknyamanan
nyaman - Pastikan perawatan analgesik
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Keterangan: - Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan
1. Keluhan ekstrime dukungan
2. Keluhan berat Pilihan intervensi tambahan :
3. Keluhan sedang - Pengurangan kecemasan
4. Keluhan ringan - Latihan autogenik
5. Tidak ada keluhan - Memandikan
- Teknik menenangkan
1) Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam
- Peningkatan koping
untuk orang dewasa. (000401)
- Peningkatan latihan
6. Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403)
- Terapi latihan : ambulasi
7. Kualitas tidur pasien (000404)
- Perawatan kanguru
8. Perasaan segar setelah tidur (00048)
- Pemijatan
9. Tempat tidur yang nyaman (0004419)
- Fasilitasi meditasi
10. Suhu ruangan yang nyaman (000420)
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Pengaturan posisi
- Relaksasi otot progresif
- Bantuan perawatan diri : eliminasi
- Perawatan inkontinensia urin : enuresisi

4. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam NIC


Pola Tidur diharapkan px tidak terganggu saat tidur dengan kriteria Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
00198 hasil : Menyelesaikan Masalah :
Tidur (0004) Pengaturan Posisi (0840)
No Indikator Awal Tujuan - Tempatkan pasien pada tidur
1 2 3 4 5 - Monitor status oksigen pasien
1. Jam - Masukkan posisi tidur yang diinginkan pasien ke
2. Pola Tidur dalam rencana keperawatan
3. Kualitas Tidur - Dorong pasien untuk ROM aktif atau ROM pasif
4. Perasaan Segar Setelah - Tinggikan kepala tempat tidur
Tidur Terapi Relaksasi (6040)
5. Tempat tidur yang - Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi
yang dipilih
nyaman - Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa distraksi
6. Suhu ruangan yang dengan lampu yang redup dan suhu ruangan yang
nyaman nyaman.
- dorong klien untuk mengambil posisi yang nyamana
Keterangan: dengan pakaian yang naman dan longgar
1. Keluhan ekstrime - minta klien untuk rileks dan merasakan sensasiyang
2. Keluhan berat terjadi
3. Keluhan sedang - gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat
4. Keluhan ringan disetiap kata.berikan informasi tertulis mengenai
5. Tidak ada keluhan persiapan dan keterlibatan di dalam teknik relaksasi
Peningkatan tidur
a. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam untuk Pilihan intervensi tambahan :
orang dewasa. (000401) - Pengurangan kecemasan
b. Pola, kualitas dan rutinitas tidur (000403) - Latihan autogenik
c. Kualitas tidur pasien (000404) - Memandikan teknik menenangkan
d. Perasaan segar setelah tidur (00048) - Peningkatan koping
e. Tempat tidur yang nyaman (0004419)
- Manajemen energi
f. Suhu ruangan yang nyaman (000420)
- Peningkatan latihan
- Terapi latihan : ambulasi
- Pemijatan
- Fasilitasi meditasi
- Terapi musik
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
- Relaksasi otot progresif

4. Kesiapan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 24 jam NIC


Meningkat diharapkan pasien dapat meningkatkan tidur dengan Intervensi Keperawatan Yang Disarankan Untuk
kan Tidur kriteria hasil Pasien akan : Menyelesaikan Masalah :
000165 Manajemen Lingkungan : Kenyamanan (6482)
Istirahat (0003) - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
No Indikator Awal Tujuan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam
1 2 3 4 5 mengelola lingkunagn dan kenyamanan yang optimal
1 Jumlah istirahat - Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
2 Pola istirahat - Sesuaikan suhu ruangan yang paling nyaman untuk
3 Kualitas istirahat individu
- Berikan atau singkirkan selimut untuk meningkatkan
4 Energi pulih setelah kenyamanan terhadap suhu
istirahat Aktivitas – aktivitas :
5 Tampak segar setelah - Tentukan pola tidur / aktivitas pasien
istirahat - Perkirakan tidur / siklus bangun pasien di dalam
Keterangan: perawatan perenceanaan
1. Keluhan ekstrime - Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama
2. Keluhan berat kehamilan, penyakit, tekanan psikososial, dan lain –
3. Keluhan sedang lain
4. Keluhan ringan - Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien
5. Tidak ada keluhan terhadap pola tidur.
- Monitor / cata pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
1. Jumlah jam istirahat (000301) - Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik (
2. Pola istirahat ( 000302) misalnya : apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas,
3. Kualitas istirahat energi pulih setelah istirahat nyeri / ketidaknyamanan, dan frekuensi buang air
(000303) kecil) dan atau psikologis ( misalnya, ketakutan atau
4. Energi pulih setelah istirahat (000309) kecemasan ) keadaan yang menggangu tidur
5. Tampak segar setelah istirahat (000310) - Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
- Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan
selama terjaga untuk mencegah penat yang
berlebihan
- Sesuaikan lingkungan ( misalnya : cahaya,
kebisingan, suhu, kasur dan tempat tidur ) untuk
meningkatkan tidur
- Dorong pasien untuk menetapkan rutinitas tidur
untuk memfasilitasi perpindahan dari terjaga menuju
tidur
- Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu
tidur pasien yang biasa, tanda – tanda sebelum tidur
atau alat peraga, dan benda – benda yang lazim
digunakan ( misalnya untuk anak – anak : selmut /
mainan favorit, ayunan, dot, atau cerita : untuk
dewasa : buku untuk dibaca, dan lain – lain ) yang
sesuai
- Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum
tidur
- Monitor makanan sebelum tidur dan intake minuman
yang dapat mengganggu tidur
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing


Interventions Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby
Elsevier.

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.

Remelda, (2008). Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta : Elex media
komputindo

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika


Salemba.

Anda mungkin juga menyukai