A. Definisi
B. Etiologi
Old Infark miokard disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan
total atau sebagian oleh emboli dan atau thrombus. Faktor resiko yang
menjadi pencetus terjadinya Old Infark Miokard old adalah
1. Faktor resiko yang dapat diubah
1) Mayor
1) Hereditas/keturunan
3) Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering
daripada wanita.
D. Patofisiologi
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan
O2 ke bagian distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami
hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir
oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi
berwarna biru gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah edmatosa
sel, sehingga sel mati.
Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk
melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan
asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti
histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung
syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat
sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat
saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf simpatis yang
berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga
menghasilkan frekuensi denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun,
akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga
merangsangf rasa mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehinga alir balik darah vena ke
atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
2. Penatalaksanaan Medis
1) Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infarkseharusnya
mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
2) Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga
dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya
nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
3) Morphin merupakan antinyeri narkotik paling paten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada
pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan pethidin.
4) Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah
nitroglycerin, baik secara intra vena maupun sublingual, efek sampingnya
yaitu dapat mengurangi preload, beban kerja jantung dan after load.
5) Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus
trombolitik.
6) Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa
digunakan adalah streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan dan
amistropletase.
7) Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan
pemberian nitrat dan antilkoagulan, analgetik pilihan adalah morphin
sulfat secara IV.
8) Obat-obatan trombolitik untuk memperbaiki kembali aliran darah
pembuluh darah koroner, sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan
darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektif pemberiannya
adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 am
pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75
tahun contohnya adalah streptokinase
9) Beta blocker untuk menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk
memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective
(metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non- cardioselective (propanolol,
pindolol, dan nadolol).
10) Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. Obat-obatan ini
menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat
ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot
jantung.misalnya captropil
F. Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari akut miokard infark, yaitu :
1. Edema paru akut.
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan
vena pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic yang
mengakibatkan cairan merembes keluar.
2. Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah dengan adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
3. Syok kardiogenik
4. Tromboemboli
5. Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
6. Rupture miokard
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan disfungsi
miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
7. Efusi pericardial / tamponade jantung.
1. Pengkajian
e. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematian
juga ditanyakan.
g. Psikologis
Pasien IMA dengan nyeri akan mengalami kecemasan berat sampai
ketakutan akan kematian. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,
kecemasan merupakan stresor yang dapat menurunkan sistem imunitas
tubuh.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien terdiri atas keadaan umum dan B1- B6. Keadaan
umum: Pada pemeriksaan keadaan umum pasien IMA biasanya didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
B1 (Breathing): Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan
keluhan napas seperti tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia. Sesak
napas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik.
2. Diagnosa
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian di atas, diagnosis
keperawatan utama untuk pasien tersebut menurut diagnosis keperawatan
SDKI mencakup hal- hal sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d
tampak meringis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen d.d merasa lemah
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi d.d dispnea
d. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasional d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapai
e. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan frekuensi jantung,
perubahan irama jantung
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatanpada
pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif & Kusuma, 2016).
a. Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis (iskemia)
Intervensi:
Manajemen Nyeri (I. 08238)
1) Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
2) Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dekumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika itu perlu
Intervensi:
Perawatan Jantung (I.02075)
1) Observasi
2) Terapeutik
3) Edukasi
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
5. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
itu sendiri. (Ali, 2009) Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi
disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):