Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat


penumpukan plak di arteri jantung sehingga mengakibatkan suplai darah ke
jantung menjadi terganggu dan bisa menyebabkan serangan jantung.Beberapa
jenis penyakit yang termasuk dalam PJK sendiri antara lain gagal jantung ,
angina pektoris, infark miokard akut/acute miocard infark(AMI), dan infark
miokard lama/old miocard infark (OMI).
Old Infark Miokard adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 2007). Sumbatan terjadi oleh karena
adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat
aliran darah ke jaringan otot jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang
dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan
dalam dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai
aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo; 2007).

B. Etiologi
Old Infark miokard disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan
total atau sebagian oleh emboli dan atau thrombus. Faktor resiko yang
menjadi pencetus terjadinya Old Infark Miokard old adalah
1. Faktor resiko yang dapat diubah

1) Mayor

Merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan


pola makan (tinggi lemak dan tingi kalori).
2) Minor
Stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan
inaktifitas fisik.
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Hereditas/keturunan

2) Usia lebih dari 40 tahun

3) Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering
daripada wanita.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang timbul pada Old Infark Miokard adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan
lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa
jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
2. Takikardi
3. Keringat yang berlebih
4. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan
reflek vasosegal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke
trakus gastro intestinal
5. Dispnea
6. Abnormal Pada pemeriksaan EKG

D. Patofisiologi

Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan
O2 ke bagian distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami
hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir
oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi
berwarna biru gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah edmatosa
sel, sehingga sel mati.
Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk
melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan
asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti
histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung
syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat
sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat
saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf simpatis yang
berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga
menghasilkan frekuensi denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun,
akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga
merangsangf rasa mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehinga alir balik darah vena ke
atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

E. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan


oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban
kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal
kanul.
b. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan
dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan
c. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung
sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.
Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-
selnya untuk memulihkan diri.
d. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan
nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak
diperbolehkan mendapatkan asupan nutrisi lewat mulut karena akan
meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa
membebani jantung.

2. Penatalaksanaan Medis
1) Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infarkseharusnya
mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
2) Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga
dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya
nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
3) Morphin merupakan antinyeri narkotik paling paten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada
pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan pethidin.
4) Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah
nitroglycerin, baik secara intra vena maupun sublingual, efek sampingnya
yaitu dapat mengurangi preload, beban kerja jantung dan after load.
5) Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus
trombolitik.
6) Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa
digunakan adalah streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan dan
amistropletase.
7) Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan
pemberian nitrat dan antilkoagulan, analgetik pilihan adalah morphin
sulfat secara IV.
8) Obat-obatan trombolitik untuk memperbaiki kembali aliran darah
pembuluh darah koroner, sehingga reperfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan
darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektif pemberiannya
adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 am
pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75
tahun contohnya adalah streptokinase
9) Beta blocker untuk menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk
memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective
(metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non- cardioselective (propanolol,
pindolol, dan nadolol).
10) Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. Obat-obatan ini
menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat
ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot
jantung.misalnya captropil

F. Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari akut miokard infark, yaitu :
1. Edema paru akut.
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan
vena pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic yang
mengakibatkan cairan merembes keluar.
2. Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah dengan adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
3. Syok kardiogenik

Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung,


sehingga menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Adapun
tanda-tandanya tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hypoxia, kulit
dingin dan lembab.

4. Tromboemboli

Kurangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan


sirkulasi yang menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan thrombus
intrakardial dan intravesikular.

5. Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.

6. Rupture miokard

Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan disfungsi
miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
7. Efusi pericardial / tamponade jantung.

Masuknya cairan kedalam kantung perikardium karena adanya perikarditis


dan gagal jantung.
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut (Muttaqin, 2009) pengkajian dari proses asuhan keperawatan pada


infark miokard akut (IMA) mencakup riwayat yang berhubungan dengan
gambaran gejala berupa nyeri dada, sulit bernapas (dispnea), palpitasi, pingsan
(sinkop), dan keringat dingin (diaforesis). Masing- masing gejala harus
dievaluasi waktu dan durasinya serta faktor yang mencetuskan dan yang
meringankan.
a. Anamnesis
Anamnesis penyakit ini terdiri atas keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan kondisi psikologis pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan
serangkaian pertanyaan tentang nyeri dada pasien secara PQRST
(Provoking, Quality, Region, Severity, Time).
Proviking dan Time: Tanyakan pertanyaan untuk menentukan permulaan
serangan, durasi, dan rangkaian nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Berapa
lama nyeri telah berlangsung? Apakah nyeri terjadi pada waktu yang sama
setiap hari? Berapa sering nyeri tersebut muncul?
Quality: Pengkajian terhadap karakteristik nyeri yang lazim membantu
perawat untuk memperoleh suatu pemahaman terhadap jenis nyeri, pola
nyeri, serta jenis intervensi yang dapat memberikan pertolongan terhadap
nyeri.
Region: untuk mengkaji lokasi nyeri, minta pasien untuk mengatakan atau
menunjukkan semua area dimana pasien merasa tidak nyaman.
Severity: Variasi skala nyeri telah tersedia bagi pasien untuk
mengomunikasikan intensitas nyeri mereka. Ketika menggunakan skala
angka, skala 0-3 mengindikasikan nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, dan 7- 10
nyeri hebat, dianggap sebagai keadaan darurat pada nyeri (Miaskwoski
dalam Potter Perry, 2014).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji
apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat- obatan yang biasa diminum
oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan.

e. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematian
juga ditanyakan.

f. Riwyatat pekerjaan dan kebiasaan


Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
sosial ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup,
misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok juga dikaji
dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa
batang per hari, dan jenis rokok.

g. Psikologis
Pasien IMA dengan nyeri akan mengalami kecemasan berat sampai
ketakutan akan kematian. Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,
kecemasan merupakan stresor yang dapat menurunkan sistem imunitas
tubuh.

h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien terdiri atas keadaan umum dan B1- B6. Keadaan
umum: Pada pemeriksaan keadaan umum pasien IMA biasanya didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
B1 (Breathing): Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan
keluhan napas seperti tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia. Sesak
napas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolik dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah
darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik.

B2 (Bleeding): Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik


inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Inspeksi adanya parut; palpasi denyut
perifer melemah; auskultasi tekanan darah, bunyi jantung tambahan; perkusi
adanya pergeseran batas jantung.
B3 (Brain): Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosis perifer.
Pengkajian objektif pasien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
B4 (Bladder): Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan
asupan cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memantau adanya oliguria
pada pasien IMA karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.
B5 (Bowel): Kaji pola makan pasien apakah sebelumnya terdapat
peningkatan konsumsi garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan
respon mual dan muntah. Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan pada
keempat kuadran. Penurunan peristaltik usus merupakan tanda kardial pada
IMA.
B6 (Bone): Hasil yang biasanya terdapat pada pemeriksaan B6 adalah
sebagai berikut.
Aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan
jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda: takikardi, dispnea pada saat istirahat/ aktivitas, dan kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.

2. Diagnosa
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian di atas, diagnosis
keperawatan utama untuk pasien tersebut menurut diagnosis keperawatan
SDKI mencakup hal- hal sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d
tampak meringis
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen d.d merasa lemah
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi d.d dispnea
d. Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasional d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapai
e. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan frekuensi jantung,
perubahan irama jantung

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatanpada
pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif & Kusuma, 2016).
a. Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis (iskemia)
Intervensi:
Manajemen Nyeri (I. 08238)

1) Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Diagnosa keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intervensi (Mubarak & Chayatin, 2008):
Manajemen Energi (I. 05178)
1) Observasi
a. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2) Terapeutik
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
b. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3) Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

4) Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

c. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan


ventilasi perfusi d. d Dispnea
Intervensi :
Pemantauan respirasi
1) Observasi
 monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-strokes, biot, dan ataksik)
 monitor kemampuan batuk efektif
 monitor adanya produksi sputum
 monitor adanya sumbatan jalan napas
 palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 auskultasi bunyi napas
 monitor saturasi oksigen
 monitor nilai AGD
 monitor hasil x-ray thorax

2) Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dekumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika itu perlu

d. Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


berhubungan dengan faktor risiko perubahan frekuensi jantung, perubahan
irama jantung

Intervensi:
Perawatan Jantung (I.02075)

1) Observasi

 Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi


dispenea, kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal
dyspenea, peningkatan CPV)
 Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah
aktifitas
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat
(mis. Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker,
digoksin)

2) Terapeutik

 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah


atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai
indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%

3) Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi


 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian

4) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif

3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien


terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
itu sendiri. (Ali, 2009) Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011). Evaluasi
disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif.

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal


Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan.
Singapura: Elsevier
Ethical Digest. (2018). Penyakit Jantung Usia Lanjut. Semijurnal
Farmasi & Kedokteran
Mubarak, Wahit & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Pasien dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter dan Perry. (2010). Fundamental of Nursing. Salemba Medika: Jakarta
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai