Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar Proesi dan
Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh :
Mega Siti Nurlani
A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah, kadar hemoglobin, dan hematocrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan pencerminan terhadap
keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh.Secara fisiologis,
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkat
oksigen ke jaringan (Smeltzer, 2001). Prevalensi anemia di Indonesia menurut
kelompok populasi paling sering terjadi pada populasi wanita dewasa hamil
dengan prevalensi 50-70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki
dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah 25-35% (Handayani & Andi, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas, laporan pendahuluan ini dibuat bertujuan
untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pathway,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
fokus intervensi dari anemia.Diharapkan dengan adanya laporan pendahuluan ini,
dapat membantu dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan diagnosa anemia.
B. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001).Anemia
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani &
Andi, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO
pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
Hb < 10 gr/dl
Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani & Andi, 2008):
Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
Berat Hb < 6 gr/dl
C. Klasifikasi
Menurut Baughman (2000), klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor
sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini
dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi
tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat radiasi.
Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika
pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.Jika pemajanan tetap
berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang
hampir dapat berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling umum.Anemia ini dapat
ditemukan pada pria dan wanita pasca menopause karena perdarahan (misal,
ulkus, gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi
serat (mencegah absorpsi besi).Alkoholisme kronis juga dapat menyebabkan
masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui darah dari
saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 dan defisiensi asam
folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah
perifer yang identik.Defisiensi vitamin B 12 sangat jarang terjadi tetapi dapat
terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat,
kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium
atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin B 12. Tanpa pengobatan
pasien akan meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal
jantung kongesti sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam
folat terjadi karena asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama
dapat ditemukan pada orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan
buah,alkoholisme, anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.Anemia ini ditemukan
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama
pada orang-orang kulit hitam.Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif
otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin
defektis, satu buah dari masing-masing orang tua.Hemoglobin yang cacat itu
disebut hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi
seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila
dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik
dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.
D. Etiologi
Menurut Price& Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.
E. Tanda Gejala
Menurut Baughman (2000), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di
bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan
telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.
F. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala
anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan
menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani & Andi, 2008).
L. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, intervensi:
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
Monitor adanya paretese.
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi.
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
Monitor adanya tromboplebitis.
Monitor kemampuan BAB.
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik sesuai kebutuhan.