Disusun oleh :
(P17221173023)
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
DWI PUTRI YULIANTI
NIM: P17221173023
Mengetahui,
Pembimbing institusi
______________________
___
__________________
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah
karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia,
tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani, 2016).
Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel
darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah
dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb < 12
g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,1999:547). Batasan umum seseorang
dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria
sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani,Haribowo. 2008).
Hb < 10 gr/dl
Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/m
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Handayani.,Haribowo. 2008):
B. PATOFISIOLOGI
C. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi anemia Menurut Prawirohardjo (2009), macam-macam anemia adalah
sebagai berikut:
1. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terpantau
banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya pada pendarahan.
2. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12, anemia ini sering
ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau
makanan dengan protein hewani tinggi.
3. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran
sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
4. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan karena
sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru
(Prawirohardjo, 2009). Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau
zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.
D. ETIOLOGI
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau
penggunaan obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi menjadi
tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa anemia
adalah (Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.
Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
Pemeriksaan sitogenetik.
Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :
1. Anemia Aplastik
Transplantasi sumsum tulang.
Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah
dan trombosit.
Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal,
fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat).
Anemia defisiensi vitamin B12:
Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vegetarian
ketat).
Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya
faktor-faktor instriksik.
Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
4. Anemia sel sabit
Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive
terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-
kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru (Marrelli. 2008).
Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap
es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
(DB).
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada
mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin Tanda: peka rangsang, gelisah,
depresi cenderung tidur, apatis.
Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubanglubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
c. Intervensi/Implementasi keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,
dan demam.
Intervensi Rasional
Tingkatkan cuci tangan yang Mencegah kontaminasi
baik; oleh pemberi perawatan silang/kolonisasi bacterial.
dan pasien. Catatan : pasien dengan anemia
Pertahankan teknik aseptic ketat berat/aplastik dapat berisiko
pada prosedur/perawatan luka. akibat flora normal kulit.
Berikan perawatan kulit, Menurunkan risiko
perianal dan oral dengan kolonisasi/infeksi bakteri
cermat. Menurunkan risiko kerusakan
Motivasi perubahan kulit/jaringan dan infeksi.
posisi/ambulasi yang sering, Meningkatkan ventilasi semua
latihan batuk dan napas dalam. segmen paru dan membantu
Tingkatkan masukkan cairan memobilisasi sekresi untuk
adekuat. mencegah pneumonia.
Pantau/batasi pengunjung. Membantu dalam pengenceran
Berikan isolasi bila secret pernapasan untuk
memungkinkan mempermudah pengeluaran dan
Pantau suhu tubuh. Catat mencegah stasis cairan tubuh
adanya misalnya pernapasan dan ginjal.
menggigil dan takikardia Membatasi pemajanan pada
dengan atau bakteri/infeksi. Perlindungan
tanpa demam. isolasi dibutuhkan pada anemia
Amati eritema/cairan luka aplastik, bila respons imun
Ambil specimen untuk sangat terganggu.
kultur/sensitivitas Adanya proses inflamasi/infeksi
sesuai indikasi (kolaborasi) membutuhkan
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan ADL Mempengaruhi pilihan
pasien. intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau Menunjukkan perubahan
gangguan keseimbangan, neurology karena defisiensi
gaya jalan dan kelemahan vitamin B12 mempengaruhi
otot. keamanan pasien/risiko
Observasi tanda-tanda vital cedera.
sebelum dan sesudah Manifestasi kardiopulmonal
aktivitas. dari upaya jantung dan paru
Berikan lingkungan tenang, untuk membawa jumlah
batasi pengunjung, dan oksigen adekuat ke jaringan.
kurangi suara bising, Meningkatkan istirahat
pertahankan tirah baring untuk menurunkan
bila di indikasikan. kebutuhan oksigen tubuh
Gunakan teknik menghemat dan menurunkan regangan
energi, anjurkan pasien jantung dan paru.
istirahat bila terjadi Meningkatkan aktivitas
kelelahan dan kelemahan, secara bertahap sampai
anjurkan pasien melakukan normal dan memperbaiki
aktivitas semampunya tonus otot/stamina tanpa
(tanpa memaksakan diri). kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa
terkontrol.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Marrelli. 2008).
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
a. Infeksi tidak terjadi
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
d. Prningkatan perfusi jaringan
e. Dapat mempertahankan integritas kulit.
f. Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
g. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik dan
rencana pengobatan.
Daftar pustaka
Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem
Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. Jakarta. FKUI.
Smeltzer, 2013.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5. Jakarta. EGC
Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya: Airlangga Universitas
Press.
TM. Marrelli. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Waterbury, 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, H, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono
Prawirohardjo.
FORMAT DOKUMENTASI
Ruangan : ICU
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 68 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Swasta
9. Alamat/No. Telp : Batu, jawa timur
10. Penanggung Jawab : Ny. S (Istri)
II. RIWAYAT SEBELUM SAKIT
1. Penyakit berat yang pernah diderita : DM, Jantung
2. Obat – obatan yang biasa dikonsumsi : obat-obatan dari rs sebelumnya
3. Kebiasaan berobat : px berobat ke puskesmas
4. Alergi obat / makanan : tidak ada
5. Alat bantu yang digunakan : tidak menggunakan alat bantu
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan utama : Badan lemas, Ada benjolan di perut
sebelah kiri.
2. Tanggal mulai sakit : 8 Maret 2021
3. Proses terjadinya sakit : tiba – tiba Berangsur
– angsur √
PENGKAJIAN SISTEM
8. Data subjektif: -
Data objektif ( Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi ): pasien terlihat
lemas, pasien dalam keadaan composmentis, GCS E4 V5 M6
9. Pola personal higiene
Data subjektif: -
V. PSIKOSOSIAL
1. Sosial / interaksi :
SMRS : Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit
selalu berinteraksi dengan keluarga dan
tetangga
MRS : Pasien hanya berinteraksi dengan keluarga,
perawat dan
petugas kesehatan lainnya.
2. Konsep diri :
SMRS : Sebelum masuk rumah sakit aktivitas pasien dirumah
3. Spiritual :
Hitung Jenis
EO% 0,0 2-4
BASO% 0,5 0-1
NEUT% 92,5 50-70
LYMPH% 4,4 25-40
MONO% 2,6 2-8
EO# 0,00
BASO# 0,07
NEUT# 14,23
LYMPH# 0,68
MONO# 0,40
IG% 1,4 <0,5
IG# 0,22 <0,03
PLT 261 150-450
PDW 11,2 10-18
MPV 10,4 6,6-11
P-LCR 28,7 15,0-25,0
PCT 0,27 0,150-0,400
LED 0-15
Kimia Darah
Albumin 1,89 3,2-5,5
Ureum 136,1 20-40
Creatinin P 1,51 <1,3
Sedimen
Eritrosit 3092.2 <=13.1
Eritrosit sedimen 556.6 <=2
Leukosit 67.2 <=9.2
Leukosit sedimen 12.1 <=2
Sel epitel 39.8 <=5.7
Sel epitel sedimen 7.2 <=1
Silinder 7.55 <=2.25
Silinder sedimen 21.90 <=7
Bakteri 57.3 <=11.4
Flagging
Kristal 0.5
Kristal sedimen 0.1
Jamur 0.0
Jamur sedimen 0.0
Silinder path 6.04
Silinder path. Sedimen 17.52
Sperma 0.0
Sperma sedimen 0.0
2. Radiologi
Informasi lain
Nama : Tn. S
Umur : 68 tahun
No.Registrasi: xxx
Nama : Tn.S
Umur: 68 tahun
No.Registrasi: xxx
Nama : Tn. S
Umur: 68 tahun
No.Registrasi: xxx
TGL NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
DX
15/03/21 1. Neri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan agen pencedera keperawatan selama... x 24 2. Kaji tingkat nyeri (PQRST)
fisik (Abses abdomen) jam diharapkan pasien 3. Monitor tekanan oksimetri
menunjukkan nyeri akut 4. Kolaborasi dengan dokter
teratasi dengan kriteria hasil : pemberian terapi obat
- Nyeri berkurang
15/03/21 2. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda –
berhubungan dengan keperawatan selama... x 24 tanda vital
penurunan konsentrasi jam diharapkan pasien 2. Monitor makan dan
hemoglobin menunjukkan perfusi jaringan minum yang dikonsumsi
perifer yang adekuat dengan 3. Berikan terapi
kriteria hasil: intravena seperti yang
- Akral kembali normal dianjurkan
- Hb dalam batas 4. Berikan cairan
normal dengan cara yang tepat
5. Berikan dukungan
kepada pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makanan dengan
baik
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
15/03/21 berhubungan dengan abses keperawatan selama 1 x 24 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap
abdomen diharapkan untuk kerusakan bersih dan kering
integritas kulit dapat teratasi 3. Monitor kulit adanya
dengan kriteria hasil: kemerahan
4. Monitor aktivitas dan
- Integritas kulit dapat mobilisasi pasien
dipertahankan (sensasi, 5. Monitor status nutrisi pasien
elastisitas, temperature, 6. Observasi luka : lokasi,
pigmentasi) dimensi, kedalaman luka, warna
- Tidak ada luka/lesi cairan, granulasi jaringan
- Perfusi jaringan baik nekrotik, tanda-tanda infeksi
lokal.
7. Kolaborasi ahli gizi pemberian
diet makanan.
8. Lakukan perawatan luka
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
Umur: 68 tahun
No.Registrasi: xxx
2. 15/03/202 10.00 1. Memonitor makanan dan minuman yang dikonsumsi Pasien, hanya
1 memakan maknan dari rumah sakit
2. Pemberian nasal kanul 4 Lpm
3. Monitor pernafasan : SpO2 96%
4. Memberikan terapi intravena seperti yang dianjurkan
: rencana transfuse darah 1 labu/hari
Nama : Tn. S
Umur: 68 tahun
No.Registrasi: xxx
2. 16/03/202 12.00 5. Memonitor makanan dan minuman yang dikonsumsi Pasien, hanya
1 memakan maknan dari rumah sakit
6. Pemberian nasal kanul 4 Lpm
7. Monitor pernafasan : SpO2 96%
8. Memberikan terapi intravena seperti yang dianjurkan
: rencana transfuse darah 1 labu/hari
Nama : Tn.S
Umur : 68 tahun
No.Registrasi: xxxxxx
Tanggal : 15/03/2021
Nama : Tn.S
Umur : 68 tahun
No.Registrasi: xxxxxx
Tanggal : 16/03/2021