Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

IGD
ANEMIA

Disusun Oleh :
Vennyta Sari
2011515069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Definisi Anemia
Menurut Robinson. Joan M & Lvndon Saputra, (2012), Anemia adalah
istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh (Anderson & Lorraine McCarty Wilson,
2012).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Bruner & Sudarth, 2010).

B. Etiologi Anemia
Menurut Robinson. Joan M & Lvndon Saputra (2012), Anemia dapat
dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau
kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia
antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan masif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun
karena cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa
karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang
bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan.
Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang faktor
ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh
sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
Sedangkan menurut Bruner & Sudarth, (2010) etiologi dari anemia adalah:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper.

C. Tanda dan Gejala


Ada banyak tanda gejala pada seseorang dengan Anemia. Menurut
Huda dan Alwi (2015) dan Broker (2009), tanda yang sangat sering
muncul pada klien dengan anemia antara lain:
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan
Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare).
D. Patofisiologi Anemia
Menurut Tarwoto (2008), Patofisiologi pada klien anemia ialah Zat
besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi
berupa: senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan enzim–
enzim, senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk transportasi dan
senyawa besi cadangan seperti ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari
makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat
mereduksi sehingga mudah untuk diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam
tubuh besi tidak terdapat bebas tetapi berikatan dengan molekul protein
menbentuk ferritin, komponen proteinnya disebut apoferritin, sedangkan
dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan
protein membentuk transferin, komponen proteinnya disebut apotransferin,
dalam darah disebut serotransferin.
Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor, sayuran
hiaju dan buah – buahan diabsorpsi di usus halus. Rata – rata dari makanan
yang masuk mengandung 10 – 15 mg zat besi, tetapi hanya 5 – 10 % yang
dapat diabsorpsi. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya
protein hewani dan vitamin C. sedangkan yang menghambat serapan
adalah kopi, the, garam kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat
zat besi. Menurut asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentuk
hemoglobin maka kadar/produksi hemoglobin juga akan menurun.

E. Klasifikasi Anemia
Menurut Huda dan Alwi (2015), klasifikasi anemia berdasarkan
fisiologis dibedakan berdasarkan:
1. Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang
masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan
penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia defesiensi besi adalah
dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat
normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama anemia didunia,
dan tetutama sering dijumpai pada wanita usia subur, disebabkan oleh
kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi
selama kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan darah
menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan
kadar Hb berkurang. Pada perifer sel darah merah Mikrositik dan
Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis jumlah retikulosis
dapat normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan
kapasitas mengikat besi serum total meningkat (Kowalak, 2014).
2. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam folat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang
dan drah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis
DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang,
precursor eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa
mengalami multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum
tulang, sehingga jumlah sel matang yang meninggalkan sumsum tulang
menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb
dapat turun 4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung
trombosit kurang dari 50000/ml3 (Kowalak, 2014).
3. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya
belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan
obat-obatan.
4. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

Menurut Price dan Wilson (2013), Anemia berdasarkan etiologinya


terbagi atas:
1. Anemia akibat Peningkatan hilangnya sel darah merah
Hilangnya sel darah merah ini dapat terjadi melalui pendarahan
dan penghancuran sel darah merah (hemolisis). Peningkatan hemolysis
terbagi lagi atas dua jenis yaitu akibat kelainan intrinsik (umur sel
darah merah yang pendek) dan akibat kelainan eksinsik (perubahan
lingkungan sendiri yang menyebabkan peningkatan penghancuran sel
darah merah).
2. Anemia akibat Penurunan atau kelainan pembentukan sel.
Setiap keadaan yang dapat menggangu fungsi dari sumsum tulang
dapat menyebabkan anemia jenis ini. Misalnya pada penderita
keganasan, radiasi, penyakit kronis, defisiensi zat pembentuk sel darah
merah,dll.

F. Pencegahan Anemia
Menurut Tarwoto, dkk (2008), upaya-upaya untuk mencegah anemia,
antara lain sebagai berikut:
1. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran
yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
2. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
3. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat
mengalami haid.
Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Menurut Huda dan Alwi (2015) pemeriksaan penunjang pada kasus
anemia adalah:
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan
waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum.
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

H. Penatalaksanaan Anemia
Menurut Tarwoto (2008), Penatalaksanaan pada setiap kasus anemia perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
1. Pemberian diet tinggi zat besi.
2. Atasi penyebab anemia seperti pendarahan.
3. Pemberian preparat zat besi seperti sulfas ferosus ( dosis : 3 x 200 mg
), ferro glukonat 3 x 200 mg / hari.
4. Iron dextran mengadung fe 50 mg / ml dengan IM, kemudian 100 –
250 mg tiap 1 – 2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
5. Pemberian vitamin C ( dosis : 3 x 100 mg / hr ).
6. Transfusi darah jika diperlukan.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Diri Klien
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama saat masuk RS
Pengkajian primer
Airway
Keadaan jalan nafas : tingkat kesadaran, pernafasan, upaya bernafas, benda asing dijalan
nafas, bunyi nafas, hembusan nafas
Breathing
Fungsi pernafasan: jenis pernafasan, frekuensi pernafasan, retraksi otor bantu nafas,
kelainan dinding thoraks (simetris, perlukaan, jejas trauma), bunyi nafas, hembusan nafas,
kongesti vaskuler pulmonal
Circulation
Keadaan sirkulasi : tingkat kesadaran, perdarahan (internal/eksternal), kapileri refil, nadi
radial/carotis, akral perifer
Disability
Pemeriksaaan neurologis : GCS, reflek fisiologis, reflek patologis, kekuatan otot
Exposure
Ada tidaknya luka pada bagian tubuh
Folley cateter
Terpasang kateter urine atau tidak
Gastric tube
Terpasang NGT atau tidak
Heart monitoring
Pemeriksaan EKG

b) Riwayat penyakit sekarang


c) Riwayat penyakit dahulu
3. Pengkajian Saat Ini
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi/metabolik
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola perseptual
g) Pola persepsi konsep diri
h) Pola seksualitas dan reproduksi
i) Pola peran dan hubungan
j) Pola manajemen koping-stres
k) Sistem nilai dan keyakinan
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaan TTV
c) Pemeriksaan Head to toe

J. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen

K. Rencana Keperawatan
DIANGOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi perifer
tidak efektif b/d keperawatan selama 1x 24 jam 1. Monitor adanya daerah
penurunan perfusi jaringan klien adekuat tertentu yang hanya peka
konsentrasi Hb dan dengan kriteria : terhadap
darah, suplai oksigen Perfusi jaringan perifer: panas/dingin/tajam/tumpul
berkurang 1. Membran mukosa merah 2. Monitor adanya paretese
2. Konjungtiva tidak anemis 3. Instruksikan keluarga untuk
3. Akral hangat mengobservasi kulit jika ada
4. Tanda-tanda vital lesi atau laserasi
dalam rentang normal 4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
intake yang kurang, dengan kriteria : untuk menentukan jumlah
anoreksia Status Nutrisi: kalori dan nutrisi yang
1. Adanya peningkatan dibutuhkan pasien.
berat badan 3. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
4. Tidak ada tanda dan vitamin C
tanda malnutrisi 5. Berikan makanan yang
5. Menunjukkan peningkatan terpilih ( sudah
fungsi pengecapan dari dikonsultasikan dengan ahli
menelan gizi)
6. Tidak terjadi penurunan berat 6. Ajarkan pasien bagaimana
badan yang berarti membuat catatan makanan
7. Nilai Lab: Protein total, harian.
Albumin, Globulin, HB 7. Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
1. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
2. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
7. Monitor makanan kesukaan
8. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
9. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi
b.d keperawatan selama 1x 24 jam 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan klien dapat beraktivitas dengan intoleransi
suplai dan kriteria: aktivitas&menentukan
kebutuhan oksigen Toleransi terhadap aktifitas: apakah penyebab dari fisik,
1. Berpartisipasi dalam psikis/motivasi
aktivitas fisik dgn TD, 2. Observasi adanya
HR, RR yang sesuai pembatasan klien dalam
2. Warna kulit normal, hangat beraktifitas.
& kering 3. Kaji kesesuaian
3. Memverbalisasikan aktivitas&istirahat klien
pentingnya aktivitassecara sehari-hari
bertahap 4. Tingkatkan aktivitas secara
4. Mengekspresikan pengertian bertahap, biarkan klien
pentingnya keseimbangan berpartisipasi dapat
latihan&istirahat perubahan posisi, berpindah
5. Peningkatan toleransi & perawatan diri
aktivitas 5. Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap.
Monitor gejala intoleransi
aktivitas
6. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurafif & Hardi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA. Jogja:
Mediaction.

Anderson & Lorraine Mc Carty Wilson, (2012). PATOFISIOLOGI :


Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed-6. Vol. 1. Jakarta: EGC.

Broker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu


Tiar. Jakarta : EGC.
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl
M. Wagner (2008). Nursing Interventions Classification Fifth
Edition.United State of America: Mosby Elsevier

Kowalak, J.P., (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Diterjemahkan oleh


Hartono, A. Jakarta: EGC

Nanda 2018-2020. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan


klasifikasi, edisi 11. Jakarta: EGC.

Price, S.A.. dan Wilson, L.M., (2010). Patofisiologi : Konsep Klinis


Proses-Proses penyakit. Diterjemahkan oleh Pendit, B., dkk.
Jakarta: EGC

Robinson, Joan M & Lyndon Saputra, (2012). Visual Nursing (Medikal-


Bedah). Jakarta: Binarupa Aksara.

Sue Moorhed, marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson


(2008). Nursing Outcome Classification Fifth Edition. United State
of America: Mosby Elsevier.

Tarwoto. (2008). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi.


Jakartka: TIM
Mengko, S. K., & Surarso, B. (2009). Patogenesis Limfoma Non Hodgkin
Ekstra Nodal Kepala Dan Leher. Jurnal THT, 32-47.

Anda mungkin juga menyukai