Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA

Dosen Pembimbing :
Imamatul Faizah, M., Tr., Kep

Oleh :
Nuur Kumala Sari Dewi

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan yang berjudul Keperawatan Medikal Bedah : Teori Asuhan
Keperawatan pada Anemia. Laporan pendahuluan ini dibuat dengan tujuan untuk
menjelaskan pengertian, keluhan-keluhan, dan bahaya dari penyakit anemia yang
bisa muncul pada siapa saja, serta untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek
klinik KMB.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
laporan pendahuluan ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca agar laporan pendahuluan ini lebih
sempurna lagi dan dapat lebih meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
Terimakasih dan semoga laporan pendahuluan ini memberikan manfaat positif
bagi pembaca dan kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, 16 April 2020

Penulis

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, bisa karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat,
vitamin B12. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun
dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorium didapatkan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah dari kadar normal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anemia?
2. Apa etiologi dari anemia?
3. Apa patofisiologi dari anemia?
4. Apa manifestasi klinik dari anemia?
5. Apa klasifikasi dari anemia?
6. Apa komplikasi dari anemia?
7. Bagaimana prognosis dari anemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan teori dari anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari anemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari anemia.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari anemia.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia.
7. Untuk mengetahui prognosis dari anemia.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dari anemia.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu
dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti
pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam
diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus
dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru–paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh (kamus bahasaIndonesia).
Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
1. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya.
2. Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau
hemoglobin dalam darah.

3
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity),
tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease).
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : 1) Gangguan pembentukan
eritrosit oleh sumsung tulang; 2) Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan);
3) Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, terpapar zat toksik, invasi
tumor, atau kebanyakan akibat idiopatik. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatkan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
hemooglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria). 

4
Kesimpulan  mengenai apakah anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosis dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi, serta ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

D. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinis yang sering muncul.
a. Pusing.
b. Mudah berkunang-kunang.
c. Lesu.
d. Aktivitas kurang.
e. Rasa mengantuk.
f. Susah konsentrasi.
g. Cepat lelah.
h. Prestasi kerja fisik / pikiran menurun.

5
2. Gejala khas masing-masing anemia :
a. Perdarahan berulang / kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi.
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua / coklat, perut mrongkol / makin buncit
pada anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sitolik anorganik,
perbesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia :
1) Defisiensi besi : spoon nail, glositis.
2) Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai.
3) Hemolitik : ikterus, splenomegali.
4) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi.
(Sudoyo, 2009)
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan
kurus kerempeng), serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
E. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis :

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:

6
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene

6) infeksi virus (khususnya hepatitis)


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala :
a. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
b. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl.
2) Hematokrit turun 20-30%.
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritopoitin.

7
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
b. Gangguan absorbsi (post gastrektomi).
c. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya :
1) Atropi papilla lidah.
2) Lidah pucat, merah, meradang.
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut.
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab :
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat.
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneiarnisst
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

8
Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
d. Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

F. Penatalaksanaan (Isselbacher, 2000)


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya,
yaitu :
1. Anemia aplastik.
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang
tidak tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC
rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal.
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

9
3. Anemia pada penyakit kronis.
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat.
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5 gr %.
5. Anemia megaloblastik.
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5
mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM.
6. Anemia pasca perdarahan.
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang
tersedia.
7. Anemia hemolitik.
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-
pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.

10
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.

H. Prognosis
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi
saja dan diketahui penyababnya serta kemudian dilakukan penanganan
yang adekuat.

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SEL DARAH
MERAH (ANEMIA)

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan anemia difokuskan pada penggalian data dasar
tentang informasi status terkini dari klien mengenai berkurangnya sel darah
merah dapat di sebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, seperti
asam folat, vitamin B12, dan besi. Pada anemia, karena semua sistem organ
dapat terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas. Oleh
karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen
yang dikirimkan ke jaringan.

B. Keluhan Utama
Pada klien anemia biasanya mengeluhkan cepat lelah. Riwayat penyakit
sekarang yang mungkin di dapatkan meliputi tanda dan gejala penurunan kadar
eritrosit dan hemoglobin dalam darah, yaitu dengan adanya kelemahan fisik,
pusing dan sakit kepala, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak
napas, serta kolaps sirkulasi yng progresif cepat atau syok. Namun,
pengurangan hebat jumlah sel darah merah dalam waktu beberapa bulan
(walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh
untuk menyesuaikan diri dan biasanya klien asimtomatik.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan, meliputi:
1. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
2. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
3. Apakah pernah menderita penyakit malaria.
4. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.
5. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar sperti kanker
payudara, leukemia, dan multipel mieloma.
6. Adakah pernah kontak dengan zat kimia toksik, dan penyinaran dengan
radiasi
7. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan
hati.
8. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endokrin.

12
9. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan besi.
D. Psikososial
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial; stres karena pekerjaan,
kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada.

E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor
seperti pigmentasi kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi kapiler
memengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat
yang dapat di andalkan. Warna kuku, tangan, membran mukosa bibir serta
konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

B1 (Breathing)
Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan
aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.

B2 (Bleeding)
Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta membran mukosa bibir
dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri
dada), khususnya pada klien usia lanjut dengan stenosis koroner dapat di
akibatkan karena iskernia miolardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan
gagal jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.

B3 (Brain)
Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinitus (telinga
berdengung)

B4 (Bladder)
Gangguan ginjal, penurunan produksi urine.

13
B5 (Bowel)
Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare, serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut)

B6 (Bone)
Kelemahan dalam melakukan aktivitas.
F. Diagnosis Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas.
2. Defisit nutrisi.

G. Intervensi

No Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
1. BAB : IV Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
Kategori : Fisiologis (L.05047) (I.05186)
Sub Kategori :
Aktivitas/Istirahat Definisi : Definisi :
Kode : D.0056 Respon fisiologis terhadap Menggunakan
aktivitas yang aktivitas fisik,
Intoleransi membutuhkan tenaga. kognitif, sosial dan
Aktivitas spiritual tertentu
Ekspektasi : Meningkat
Definisi : untuk memulihkan
Ketidakcukupan energi Kriteria Hasil : keterlibatan,
untuk melakukan 1. Frekuensi nadi frekuensi atau
aktivitas sehari-hari. 2. Saturasi oksigen durasi aktivitas
3. Kemudahan dalam individu atau
Penyebab melakukan kelompok.
1. Ketidakseimban
aktivitas sehari-
gan antara Tindakan
hari
suplai dan Observasi
4. Kecepatan
kebutuhan 1. Identifikasi
berjalan
oksigen defisit tingkat
5. Jarak berjalan
2. Tirah baring aktivitas
6. Kekuatan tubuh
3. Imobilitas 2. Identifikasi
bagian atas
4. Gaya hidup kemampuanber
7. Kekuatan tubuh
monoton partisipasi
bagian bawah
dalam aktivitas
Gejala dan Tanda 8. Toleransi dalam
tertentu
Mayor menaiki tangga
3. Identifikasi
a. Subjektif
sumberdaya

14
Mengeluh lelah Keterangan : untuk aktivitas
b. Objektif 1 = Meningkat yang diinginkan
1.Frekwensi 2 = Cukup Meningkat 4. Identifikasi
jantung 3 = Sedang
strategi
4 = Cukup Menurun
meningkat meningkatkan
5 = Menurun
>20% dari partisipasi
kondisi 9. Keluhan lelah dalam aktivitas
istirahat 10. Dispnea saat 5. Identifikasi
aktivitas makna aktivitas
Gejala dan Tanda
Minor 11. Dispnea saat rutin (mis.
a. Subjektif aktivitas bekerja) dan
1. Dispnea 12. Perasaan waktu luang
saat/setelah lemah 6. Monitor respon
aktivitas 13. Aritmia saat emosional, fisik,
2. Merasa tidak aktivitas sosial, dan
nyaman 14. Aritmia setelah spiritual
setelah aktivitas terhadap
beraktivitas 15. Sianosis aktivitas
3. Merasa
Keterangan : Terapeutik
lemah 1 = Menurun 1. Fasilitasi fokus
b. Objektif 2 = Cukup Menurun pada
1.Tekanan 3 = Sedang kemampuan,
darah 4 = Cukup Meningkat
bukan defisit
berubah 5 = Meningkat
yang dialami
>20% dari 2. Sepakati
16. Warna kulit
kondisi komitmen untuk
17. Tekanan darah
istirahat meningkatkan
18. Frekuensi
2.Gambaran frekuensi dan
napas
EKG rentang
19. EKG iskemia
menunjukkan aktivitas
aritmia Keterangan: 3. Kordinasikan
saat/setelah 1 = Memburuk aktivitas sesuai
aktivitas 2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang usia
3.Gambaran 4. Ffasilitasi
4 = Cukup Membaik
EKG 5 = Membaik aktifitas fisik
menunjukkan rutin (mis.
iskemia Ambulasi,
4.Sianosis mobilisasi dan
Kondisi Klinis perawatan diri)
Terkait 5. Fasilitasi
aktivitas

15
1. Anemia motorik untuk
2. Gagal jantung merelaksasikan
kongestif otot
3. Penyakit 6. Tingkatkan
jantung koroner aktivitas fisik
4. Penyakit katub untuk
jantung memelihara
5. Aritmia berat badan,
6. PPOK jika perlu
7. Gangguan 7. Libatkan
metabolik keluarga dalam
aktivitas, jika
8. Gangguan perlu
muskuloskeleta 8. Fasilitasi
l aktifitas motorik
kasar untuk
pasien hiperaktif
9. Berikan
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas

Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
2. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial spiritual,
dan kognitif
dalam
kesehatan.
4. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas

16
kelompok.

2. Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi


(D.0019) a. Definisi (1.03119)
a. Definisi Keadekuatan asupan a. Definisi
Asupan nutrisi nutrisi untuk memenuhi Mengidentifikasi dan
tidak cukup untuk kebutuhan mengelola asupan
memenuhi metabolisme. nutrisi yang
kebutuhan b. Ekspektasi seimbang.
metabolisme. Membaik b. Tindakan
b. Penyebab c. Kriteria Hasil 1) Observasi
Ketidakmampuan 1) Porsi makanan yang a) Identifikasi
menelan makanan. dihabiskan. status nutrisi.
c. Gejala dan Tanda 2) Kekuatan otot b) Identifikasi
Mayor menelan. alergi dan
Objektif = berat 3) Pengetahuan tentang intoleransi
badan menurun pilihan makanan makanan.
minimal 10% di yang sehat. c) Identifikasi
bawah rentang 4) Pengetahuan tentang makanan yang
ideal. pilihan minuman disukai.
d. Gejala dan Tanda yang sehat. d) Monitor
Minor 5) Pengetahuan tentang asupan
1) Subjektif = standar asupan makanan.
nafsu makan nutrisi yang tepat. e) Monitor berat
menurun. 6) Sikap terhadap badan.
2) Objektif makanan/minuman f) Monitor hasil
a) Bising usus sesuai dengan tujuan pemeriksaan
hiperaktif. kesehatan. laboratorium.
b) Otot menelan Skala 1 : menurun 2) Terapeutik
lemah. Skala 2 : cukup a) Lakukan oral
c) Membran menurun hygiene
mukosa Skala 3 : sedang sebelum
pucat. Skala 4 : cukup makan, jika
e. Kondisi Klinis meningkat perlu.
Terkait infeksi Skala 5 : meningkat b) Sajikan
Perasaan cepat kenyang makanan
Skala 1 : meningkat secara menarik
Skala 2 : cukup dan suhu yang
meningkat sesuai.
Skala 3 : sedang c) Berikan
Skala 4 : cukup makanan tinggi
menurun serat untuk
Skala 5 : menurun mencegah
1) Berat badan Indeks konstipasi.
Massa Tubuh (IMT) d) Berikan
2) Frekuensi makan suplemen
3) Nafsu makan makanan, jika
4) Bising usus perlu.

17
5) Membran mukosa 3) Edukasi
Skala 1 : memburuk a) Anjurkan
Skala 2 : cukup posisi duduk,
memburuk jika mampu.
Skala 3 : sedang b) Ajarkan diet
Skala 4 : cukup yang
membaik diprogramka
Skala 5 : membaik 4) Kolaborasi
a) Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan, jika
perlu.
b) Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu.

Terapi Menelan
(1.03144)
a. Definisi
Memulihkan
kemampuan menelan
untuk mencegah
terjadinya
komplikasi akibat
gangguan menelan.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Monitor tanda
dan gejala
aspirasi.
b) Monitor
gerakan lidah
saat makan.
c) Monitor tanda
kelelahan saat
makan, minum
dan menelan.
2) Terapeutik
a) Berikan
lingkungan

18
yang nyaman.
b) Jaga privasi
pasien.
c) Gunakan alat
bantu, jika
perlu.
d) Hindari
penggunaan
sedotan.
e) Posisikan
duduk.
f) Berikan
permen
lollipop untuk
meningkatkan
kekuatan lidah.
g) Fasilitasi
meletakkan
makanan di
belakang
mulut.
h) Berikan
perawatan
mulut, sesuai
kebutuhan.
3) Edukasi
a) Informasikan
manfaat terapi
menelan
kepada pasien
dan keluarga.
b) Anjurkan
membuka dan
menutup mulut
saat
memberikan
makanan.
c) Anjurkan tidak
bicara saat
makan.
4) Kolaborasi
Kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
dalam
memberikan
terapi dalam
mengatur

19
program
rehabilitasi
pasien.

H. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi. Implementasi merupakan
tindakan dari rencana keperawatan yang telah dilakukan dalam intervensi.
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan Walid,
2014) Implementasi keperawatan yang dilakukan berpedoman pada
intervensi yang telah disusun dan tidak terdapat kesenjangan antara
intervensi dengan implementasi yang dilakukan.

20
I. Evaluasi
Sesuai dengan perkembangan klien dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan “SOAP” atau “SOAPIER”.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang di amati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan Walid, 2014) Dalam
melakukan evaluasi tindakan keperawatan penulis menggunakan pedoman
SOAP, yaitu S (subjektif) : ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara langsung oleh pasien atau keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan, O (objektif) : yaitu keadaan objektif yang dapat
di definisikan oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif, A
(asessment) : yaitu analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif, P (planning) : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.

21
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia adalah
berkurangnya hingga dibawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah.
B. Saran

Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan


memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Jogja.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda NIC-NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Rohmah, Nikmatur dan Walid, Saiful. 2014. Proses Keperawatan: Teori &
Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai