Anda di halaman 1dari 17

COVER

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………… 1
B. Rumusan masalah……………………………………… 1
C. Tujuan………………………………………………….. 1

II Pembahasan
A. Pengertian Anemia
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Tanda dan gejala
E. Pathway
F. Klasifikasi
G. Manifestasi klinis
H. Pemeriksaan penunjang
I. Pentalaksanaan

III Asuhan keperawatan


A. pengkajian
B. Diagnosa
C. Itervensi

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat
beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin
B12, sampai kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan


pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan
secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari
harga normal.

Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan


patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa saja etiologi dari anemia
3. Bagaimana patofisiologi dari anemia?
4. Apa saja tanda dan gejala dari anemia?

3. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu arti dari anemia
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari anemia
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari anemia
4. Mahasiswa mampu mengetahaui tanda dan gejala dari anemia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di


bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak
tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

B. Etiologi

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper

2
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,


asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

3
C. Fatofisologi

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses
ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

D. Tanda Dan Gejala


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)
E. Fatway (Patrick Davey, 2002)
Pathway Anemia
F. Klasfikasi
Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
a. Anemia Hipropropilatif
1) Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk
di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik (
penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel darah mer4ah terlihat
normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah atau tidak ada dan biop[si
sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut “ pungsi kering” dengan
hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan lemak.

2) Anemia defisiensi besi

Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama anemia
didunia, dan tetutama seringdijumpai pada wanita usia subur, disebabkan oleh
kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama
kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel
darah merah normal atau hamper normal dan kadar Hb berkurang. Pada perifer sel
darah merah Mikrositik dan Hiprokromik disertai poikilositosi dan asisositosis
jumlah retikulosis dapat normal atau berkurang. Kadar besi berkurang, sedangkan
kapasitas mengikat besi serum total meningkat.

3) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam volat
menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan drah tepi, karena
kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA normal. Pada setiap kasus,
terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor eritroit dan myeloid besara dan aneh
dan beberapa mengalami multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam
sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang meninggalkan sumsum tulang
menjadi sedikit dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb dapat turun
4-5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung trombosit kurang dari
50000/ml3

b. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Untuk


mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel darah merah
baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan anemia hemolitik
ditemukan jumlah retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan
haptok globin biasanya rendah.

2. Anemia hemolitika turunan


 Sferositosis turunan

Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel


darah merah kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa (spenomegali).
Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan secara dominant. Kelainan ini
biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat terlewat sampai dewasa
karena gejalanya sangat sedikit. Penangananya berupa pengambilan limpa secara
bedah.

 Anemia sel sabit

Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin
dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini merupakan ganggaun
genetika resesif auto somal yaitu individu memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua
orang tua. Pasien dengan anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak
karena mereka nampak anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit
pada usia 1-2 tahun.
G. Manisfestasi Klinik

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung (Sjaifoellah, 1998).

H. Pemeriksaan penunjang

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);

 MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular


rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan.
Pansitopenia (aplastik).
 Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah /hemolisis).Pewarna sel
darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
 LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah :atau penyakit malignasi. Masa
hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek.
 Tes kerapuhan eritrosit : menurun. SDP : jumlah sel total sama dengan sel
darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau
tinggi (hemolitik)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi.
Besi serum : tak ada; tinggi (hemolitik)
BC serum : meningkat
Feritin serum : meningkat
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis.
 Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas.
 Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan
sel darah (aplastik).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
I. Penatalaksana

Tindakan umum: Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab


dan mengganti darah yang hilang.

1. Transpalasi sel darahmerah.


2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan
seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe

Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12


3. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfuse darah.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin
didalam sel darah merah kurang dikarenakan adanya kelainan dalam bentuk sel,
perdarahan atau gabungan keduanya. Anemia sering dijumpai di masyrarakat dan
mudah dikenali (di diagnosa). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah,
mual, dan lain-lain. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan
laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dan sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda
anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara
benar.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai