Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan


komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah (Dongoes, 2000)
Menurut wikipwdia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hempglobin (protein pembawqa oksigen) dalam sel darah merah bedada di
bawah normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien
dikatakan terkena anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari
13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb
kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah zat
besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah satu nutrien
tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan menimbulakan
keadaan anemia.
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat
besi untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat
dalam sel darah merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah
serta ukuran sel-sel darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya.
Penderitanya menjadi pucat dan lemah,serta mudah lelah.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi yang dikumpulkan maka dapat dibuat rumusan masalah seperti
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa yang dimaksud dengan diet anemia?
3. Apa saja prinsip-prinsip diet anemia?
4. Apa saja jenis-jenis diet anemia?
5. Apa yang dimaksud dengan syarat diet anemia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini diantara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui penyakit anemia
2. Untuk mengetahui diet anemia
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip diet anemia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diet

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan


komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah (Dongoes, 2000).

Menurut wikipedia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah bedada di
bawah normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien
dikatakan terkena anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari
13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb
kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

1. Penyebab Anemia
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan oleh:
a. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada gangguan system imun dan
talasemia.
b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik dan
kekurangan nutrisi.
c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat pendarahan akut,
pendarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.

2. Tanda dan Gejala Anemia

Jika terjadi anemia adalah dalam waktu yang lama, maka konsentrasi Hb-nya rendah.
Gejala-gejala tersebut bisa berupa:

a. asimtomatik,
b. letargi,
c. napas pendek atau sesak (terutama saat beraktivitas),

3
d. kepala terasa ringan,
e. serta palpitasi.
f. demam

Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan :

a. pucat pada membrane mukosa.


b. Pendarahan
c. Luka

3. Klasifikasi Anemia

Secara garis besar, anemia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yakni
sebagai berikut.

a. Klasifikasi Anemia akibat Gangguan Eritropoises


Anemia yang diakibatkan oleh gangguan eritropoises adalah:
1.) Anemia defisiensi besi. Tidak cukupnya suplai besi di dalam tubuh
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hopokrom dan mikrositer.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.

Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan


berdasarkan etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan
makro menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya
(kandungan Hb). Pada klasifikasi berdasarkan morfologi dibagi dalam tiga
klasifikasi besar:

Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal


serta mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC
normal atau normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis,
penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.

Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih


besar dari normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV
meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya

4
sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau
asam folat.

Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti


mengandung jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada
anemia defisensi besi, keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada
talesemia.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat
besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi
merupakan penyebab terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30
% dari populasi dunia mengalami anemia akibat defisiensi besi.

Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam


penyimpanan dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim
yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan
proses katabolisme yang bekerjanya membutuhkan ion besi.

Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai


pada bayi dan anak. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10
% setiap hari sehingga untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung
Fe sebanyak 8-10 mg Fe perhari. Fe yang berasal dari ASI diabsorpsi secara
lebih efisien daripada yang berasal dari susu sapi. Sedikitnya macam makanan
yang kaya Fe yang dicerna selama tahun pertama kehidupan menyebabkan
sulitnya memenuhi jumlah yang diharapkan, maka dari itu diet bayi harus
mengandung makanan yang diperkaya Fe sejak usia 6 bulan.

ZAT BESI (Fe)

Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat
badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein.
Ikatan ini kuat dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih
lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah
mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam

5
tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang
nonesensial.

Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati,
jantung dan kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam
dan ikan. Sedangkan nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan,
sayuran hijau, buah-buahan dan sereal. Susu dan produk susu mengandung zat
besi sangat rendah. Heme-iron menyumbang hanya 1-2 mg zat besi per hari
pada diet orang Amerika. Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber utama
zat besi.

Kebutuhan Zat Besi

Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor.


Umur, jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi
kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.

Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan
oleh pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-
kira 5 gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi
tiap hari selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan
ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh
pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada
anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi.

METABOLISME ZAT BESI

Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama
di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin
berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :

1. Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan)

Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino
dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh sel

6
mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang
selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke
peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero
direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk transferin.
Transferin berfungsi mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum
tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh.

Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan


bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme
membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi
menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus
seperti di atas.

2. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)

Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan
enzim proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa
usus secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin.
Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas.

Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron


b. Ferro lebih mudah diserap daripada ferri
c. Asam lambung akan membantu penyerapan besi
d. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat
e. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses
pertumbuhan
f. Absorbsi akan diperbesar oleh protein
g. Asam askorbat dan asam organik tertentu

Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan
absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat
cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus

7
intestinal akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu
kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.

Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang
ebrsifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk
kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit
dibanding feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan
makrofag di limpa dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk
mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.

PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor


penyebab dan mengatasinya serta memberi terapi penggantian dengan preparat besi.
Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral.

1. Terapi Oral

Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat,
fumarat, dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan
dalam 2-3 dosis. Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan
menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah
iritasi gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh
karena itu pemberian besi bisa saat makan atau segera setelah makan, meskipun akan
mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus diberikan selama 2
bulan setelah anemia pada penderita teratasi.

2. Terapi parental

Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal.


Kemampuan untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.

Indikasi parenteral:

a. Tidak dapat mentoleransi Fe oral.

8
b. Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe
oral.
c. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe oral
(colitis ulserativa).
d. Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal.
e. Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa.

PENCEGAHAN

Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi
pada awal kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif.


2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun.
3. Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya
dengan asam askorbat (jus buah).
4. Memberi suplemen Fe pada bayi kurang bulan.
5. Pemakaian PASI yang mengandung besi.

PROGNOSIS

Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala
anemia dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi

1.) Anemia megaloblastik. Defisiensi folat atau vitamin B12 bisa


mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replica DNA.
Efek yang timbul dari kejadian tersebut adalah pembesaran precursor sel
darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoises yang tidak efektif, dan
pansitopenia.

Kebutuhan minimal folat sehari-hari kira-kira 50 mg, dengan mudah


diperoleh dari diet rata-rata (Soenarto 2001). Asam folat (folium) termasuk
golongan vitamin B yang larutdalam air. Jadi, bila ada kelebihan folat dalam

9
asupan atau makanan yang dikonsumsi, tak perlu khawatir karena kelebihan
tersebut dapat larut dalam air. Selain itu, tak seluruhnya dari asam folat yang
dimakan itu bisa diserap oleh tubuh

Sumber asam folat:

a. Sayuran berwarna hijau tua: Bayam, kangkung, selada, asparagus,


brokoli.
b. Kacang-kacangan: Kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau,
termasuk juga selai kacang.
c. Biji-bijian: Gandum, beras, cereal, oatmeal, termasukjuga roti gandum
d. Buah-buahan: Pepaya, nenas, jeruk, pisang, alpukat, danstroberi.
e. Daging: Hati, ginjal dan beberapa organ dalam hewani lainnya

2.) Anemia aplastik. Anemia aplastik adalah suatu kondisi di mana sumsum
tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposeluleritas. Hiposeluleritas
dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadfap obat atau virus,
serta defek pada perbaikan DNA dan gen.
3.) Anemia mieloptisik. Anemia ini terjadi akibat penggantian sumsum tulang
oleh serangan sel-sel tumor serta kelainan granuloma yang menyebabkan
plpasan eritroid padfa tahap awal.

10
b. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Ukuran Sel
Anemia yang di akibatkan oleh ukuran sel meliputi:
1.) Anemia mikrositik, penyebab utamanya adalah defisiensi besi dan talasemia
(gangguan Hb).
2.) Anemia normositik, contohnya adalah anemia yang diakibatkan oleh
penyakit kronis, seperti gangguan ginjal.
3.) Anemia makrositik, penyebab utamanya adalah mengonsumsi alcohol dan
anemia megloblastik.

4. Diet dan Anemia

Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah zat
besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein.

Defisiensi salah satu nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah
merah dan menimbulakan keadaan anemia. Diantara beberapa jenis anemia,anemia gizi
yang disebabkan oleh defisiensi zat besi sejauah ini merupakan jenis anemia yang paling
sering ditemukan.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat besi
untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat dalam sel
darah merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah serta ukuran
sel-sel darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya. Penderitanya
menjadi pucat dan lemah,serta mudah lelah. Berbagai faktor turut meninimbulkan keadaan
ini :

a. Makanan yang kandungan zat besinya rendah.


b. Kebutuhan zat besi yang meningkatkan akibat kehilangan darah,misalnya sebagai
akibat cedera,perdarahan dari ulkus peptimum atau hemorhoid,atau sebagai akibat
epistaksis atau menstruasi yang berlebihan.

11
c. Gangguan penyerapan zat besi,seperi terjadi pada kelainan traktus alimentrarius
tertentu.

Kadang-kadang beberapa faktor turut terlibat.

Anemia defisiensi besi kerapkali terjadi diantara kaum wanita, khususnya wanita
dengan haid yang banyak atau ibu yang mengalami kehamilan berulang kali. Jenis anemia
ini juga sering ditemukan di antara anak-anak dan para remaja, yang kebutuhan zat besinya
tinggi karena berlangsungnya pertumbuhan.

Bayi-bayi juga mudah menderita anemia, khususnya bayi yang hanya diberi air susu
dalam waktu lama tanpa makanan tambahan, mengingat baik ASI maupun susu sapi
merupakan sumber zat besi yang buruk. Kelompok lainnya yangkemungkinan besar
menderita anemia adalah para manula berusia di atas 75 tahun, khususnya yang
menghadapi kesulitan untuk mengunyah makanannya.

Vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 akan menimbulkan anemia pernisiosa. Keadaan ini terjadi
akibat gangguan penyerapan vitamin tersebut dari traktus ali mentarius karena gangguan
penyerapan vitamin B12 pada anemia pernisiosa timbul akibat kekurangan faktor intrinsik,
keadaan ini tidak dapat diobati atau dicegah dengan makanan yang kaya akan vitmin B12
ataupun dengan preparat vitamin B12. Dalam keadaan ini diperlukan penyuntikan vitamin
B12. Apabila penyerapan usus berlangsung normal,defisiensi vitamin B12 hanya terjadi pada
vegitarian ang sama sekali tidak makan produk hewani.

Asam Folat

Defisiensi asam folat dari makanan diperkirakan mempunai peranan dalam


menimbulakan anemia megalobastik ang kadang-kadang terjadi pada kehamilan. Keadaan
ini sering ditemukan diantara wanita hamil. Kadang-kadang ditemukan juga pada bayi
prematur secara manula.

Asam Askorbat

Anemia akibat kekurangan asam askorbat kadang-kadang dijumpai bersama

dengan penyakit skorbut

12
Protein

Defisiensi protein yang serius dapat mengakibatkan kekurangan protein untuk


pembentukanstruktur sel darah merah dan dapat menimbulkan anemia.

B. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit anemia adalah untuk membantu pasien memperbaiki kebiasaan
makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolik yang lebih baik, dengan cara:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia.
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
3. Mencapai dan mempertahankan tekanan BB dan status gizi yang optimal sehingga
tidak terjadi malnutrisi.
4. Memperbaiki pola makan yang salah.
5. Mengurangi/mencegah timbulnya factor resiko lain seperti penyakit baru pada saat
kehamilan / setelah mlahirkan.
6. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mngurangi kerusakan jaringan tubuh.

C. Indikasi Pemberian Diet (Preskripsi diet)

Disamping rekomendasi intervensi dengan pemberian suplemen, preskripsi diet berikut


ini perlu diperhatikan pula.

1. Makan makanan yang kaya akan zat besi, folat dan vitamin B12 seperti hati, kerang-
kerangan, sereal yang diperkaya zat besi, udang, ikan, ragi (misalnya tempe) dan
sereal utuh.
2. Makan makanan sumber protein hewani dan nabati dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang. Kebutuhan protein bukan hanya diperlukan untuk membentuk komponen
globin dalam hemoglobin tetapi juga dibutuhkan bagi pembentukan berbagai enzim
dalam metabolisme sel,perbaikan jaringan yang aus atau sakit dan pertumbuhan.
3. Makanan sauran hijau paling tidak sebanyak 3 porsi/hari untuk mememnuhi
kebutuhan zat besi.
4. Minum sari buah yang kaya akan vitamin C paling tidak satu gelas/hari,seperti sari
jambu,jeruk,tomat. Vitamin C diperlukan pada penderita anemia karena berperan
untuk meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus.

13
D. Prinsip

Widyakarya pangan dan gizi (1998), dalam Almatsier (2002) menetapkan angka
kecukupan zat besi untuk Indonesia pada dewasa perempuan adalah 14 sampai 26 mg.
kebutuhan kehamilan perlu penambahan 20 mg per hari. Kebutuhan zat besi ini dapat
dipenuhi dengan mengonsumsi zat besi atau mengonsumsi bahan makanan yang cukup
mengandung zat besi. Oleh karena itu prinsip diet ibu hamil harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.

1. Ibu hamil harus mengonsumsi sejumlah tablet zat besi sesuai dengan anjuran selama
kehamilan yang dimulai pada trimester dua dan tiga.
2. Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah.
3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamn C, karena vitamin C meningkatkan
penyerapan zat besi.
4. Menghindari minum teh atau minum kopi pada waktu makan.
5. Menghindari makanan yang mengandung EDTA (mentega, kerang kalengan, bumbu
salad), karena dapat mengurangi tersedianya zat besi non-heme sebesar 50%.
6. Memasak menggunakan panci besi.
7. Hindari factor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi seperti filat, zat yang
terdapat dalam gandum.
8. Konsumsi pula bahan makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin B12,
karena anemia dapat terjadi kombinasi kekurangan zat besi asam folat dan vitamin B12.

Kandungan zat besi dari beberapa bahan makanan (mg/100 gram) dapat dilihat pada table
berikut.

Bahan makanan Nila Fe Bahan makanan Nilai Fe

Tempe kacang kedelai 10,0 Biscuit 2,7


murni
8,0 Jagung kuning pipil 2,4
Kacang kedelai murni
6,7 Roti putih 1,5
Kacang hijau
5,0 Beras setengan giling 1,2
Kacang merah ‘
2,0 Kentang 0,7

14
Kelapa tua, daging 8,0 Daun kacang panjang 6,2

Udang segar 6,6 Bayam 3,9

Hati sapi 2,8 Sawi 2,9

Daging sapi 2,8 Daun katuk 2,7

Telur bebek 2,7 Kangkung 2,5

Telur ayam 2,0 Daun singkong 2,0

Ikan segar 1,5 Pisang ambon 0,5

Ayam 2,8 keju 1,5

E. Syarat Diet Anemia


Syarat-syarat diet penyakit anemia adalah:
1. Energy sesuai kebutuhan yang diberikan 2515,356 kkal
2. Protein tinggi 1,5gr/kg BB yaitu sebesar 91,5 gram
3. Lemak sedang diberikan 25% yaitu sebesar 69,871 gram
4. Karbohidrat sesuai kebutuhan diberikan 380,13 gram
5. Vitamin dan mineral terutama pemberian Fe, asam folat, dan vitamin B12 serta
vitamin C.

F. Jenis-jenis diet

Macam diet dan indikasi pemberian

Diet tinggi kalori tinggi protein diberikan kepada penderita:

1. Gizi kurang: defisiensi kalori, protein dan anemia.


2. Hipertiroid
3. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, bila dapat menerima makanan lengkap.
4. Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit berlangsung lama dan
telah dapat menerima makanan lengkap.
5. Trauma, kombustion atau mengalami pendarahan lainnya.
6. Hamil dan post partum

15
G. Diet Tepat Cegah Anemia

Siapa pun pasti tidak ingin mengalami penyakit kurang darah atau anemia. Selain
merusak produktivitas dan kreativitas kerja, penderita anemia rentan terhadap komplikasi
penyakit lainnya. Hal tersebut terjadi karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Wanita lebih rentan terkena penyakit anemia. Namun, jangan berkecil hati dulu, semuannya
bisa dihindari dengan melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh.

Sebenarnya, banyak hal bisa dilakukan oleh wanita agar terhindar dari anemia,
seperti menjaga asupan zat besi, misalnya mengonsumsi jus jeruk setelah makan dan
mengindari konsumsi teh usai makan. Sebab, teh dapat membuat zat besi yang dikonsumsi
bersama makanan larut dan terbuang percuma.

Kepintaran menyiasati makanan yang dikonsumsi bisa membuat tubuh terhindar dari
anemia. Penderita anemia bisa meningkatakan konsumsi daging, makanan laut, buah dan
sayur. Sementara itu, agar terhindar dari anemia, disarankan agar membatasi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi, dengan menghindari makanan yang
mengandung phytat, seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan tepung.
Selain itu, hindari pula konumsi teh, kopi, dan coklat.

Sejatinya, semua makanan yang dihindari tersebut baik bagi tubuh. Namun, hindari
mengonsumsi sebelum makan besar. Misalnya, minumlah teh dua jam sebelum atau
sesudah makan. Jangan ketika makan besar minumnya teh. Kebiasaan ini dapat membuat
zat besi yang sudah dikonsumsi larut. Strategi terbaik guna mengubah pola makan adalah
dengan mengombinasikan zat besi dalam menu makanan.

Dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zat besi:

1. Apricot. Buah ini mengandung zat besi yang sempurna guna memastikan tubuh
mendapatkan asupan zat besi.
2. Bit hijau. Bit hijau merupakan sumber vitamin A dan B12. Bit hijau juga dapat
memperkaya darah dengan besi dan mangan.
3. Jagung. Jagung kaya akan zat besi dan tembaga. Jagung juga sumber vitaminA
dan C yang baik.
4. Telur. Telur kaya akan semua mineral, termasuk besi dan vitamin B. teluyr idea
dikonsumsi saat sarapan karena mengandung jumlah energy yang memadai.

16
5. Kangkung. Kangkung adalah sumber vitamin A, B, dan C yang baik. Kangkung
juga mengandung zat besi, kalsium, dan kalium yang tinggi.
6. Molase. Molase menyediakan sumber zat besi yang sangat baik guna mengatasi
anemia.
7. Kismis. Kismis mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kismis merupakan
makanan yang bersifat basa dan dapat membantu mengatasi kondisi asam
tubuh.
8. Bayam. Selain zat besi, bayam juga mengandung vitamin A. bayam harus
menjadi bagian diet rutin semua orang.
9. Daging. Daging dapat meningkatkan jumlah hemoglobin dan kaya zat besi.
Selain itu, daging mudah diserap oleh usus, sehingga tidak mengakibatkan
pencernaan tersumbat. Namun, jangan berlebihan mengonsumsi daging karena
dapat membuat resiko serangan jantung bertambah.
10. Sayuran. Sayuran merupakan salah satu makanan penambah darah. Akan tetapi,
tidak semua sayuran dapat mengurangi anemia. Sayuran penambah darah yang
baik adalah bayam, ubi, kacang polong hijau, kacang merah, kol, lobak,
kentang, brokoli dan sawi.
11. Buah-buahan. Selain memperlancar aliran darah , buah-buahan seperti kismis,
plum, apel, anggur, dan melon juga menambah jumlah sel darah merah.
12. Kacang almond. Beberapa jenis kacang dapat mengatasi kekurangan darah,
terutama kacang almond.
13. Roti dan serealia. Makanan ini bisa memberikan 20 persen zat besi jika anda
mengonsumsi setiap hari.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan
terkena anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau
hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari
11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya
di indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan
zat besi untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang
terdapat dalam sel darah merah.
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah
adalah zat besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah
satu nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan
menimbulakan keadaan anemia.

B. Saran
Di akhir kesempatan dalam makalah ini, penulis pun mempunyai saran untuk para
pembaca. Untuk mengetahui diet anemia yaitu sebagai berikut :
1. Penderita anemia seharusnya lebih memilih makanan yang kaya akan zat
besinya.
2. Penderita anemia seharusnya lebih mengatur diet makanannya.
3. Penderita anemia juga mengkonsumsi vitamin B12, asam folat, dan protein.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fairus, Martini.2009.Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta:EGC

Hartono,Andry.2004.Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta:EGC

Beck,E Mary.2000. Ilmu Gizi dan Diet.Yogyakarta:Yayasan Essentina Medika

Mangunkusumo,Cipto.1978.Penuntun Diit.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utara

19

Anda mungkin juga menyukai