Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS DIETETIK 2

Kasus PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) eksaserbasi akut , HAP


(Hospital Acquired Pneumonia) dan Sepsis

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2021
I. LATAR BELAKANG
Tn. S berusia 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas
yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu sesak yang dirasakan terus-menerus
terutama saat beraktifitas. Sesak tidak dipengaruhi dengan debu dan cuaca, jika
merasa sesak pasien mengkonsumsi obat naupusin. Pasien juga mengeluh
batuk dengan dahak warna putih, dan makin hari dahak menjadi kental
kekuningan disertai demam. Pasien juga mengeluh muntah darah sejak SMRS.
Muntah disertai dengan sisa makanan warna kecoklatan. Sejak usia muda
pasien merokok dan mampu menghabiskan rokok 1 pak/hari, namun berhenti
sejak 1 th yang lalu. Pasien mendapat diagnosa PPOK eksaserbasi akut , HAP
(Hospital Acquired Pneumonia) dan Sepsis dengan masalah gagal napas
hiperkapnia, Hipoalbumin, Hiponanerl.
Kondisi Tn.S masih terbaring lemas dan mengeluh kondisi tubuhnya
masih sering sesak dan nafsu makannya kurang nikmat ketika kondisinya mulai
tidak stabil. Selama sakit pasien merasa mengalami penurunan berat badan.
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani dan berladang. Tetapi setelah sakit
dia melakukan aktifitas yang ringan.
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan
makan pagi , siang sama dan sore menggunakan menu yang berbeda. Pasien
biasa mengkonsumsi nasi 3xsehari @ 1 ½ centong, mie instan 1 bungkus
2x/minggu, telur dadar dan bulat 1 butir 1x/hari, ayam goreng 1 potong sedang
3x/bulan, rendang sapi 1x/bulan, ikan tawar / laut goreng 1 ekor sedang
2x/bulan, tahu dan tempe goreng/bacem 2x/hari. Pasien juga mengkonsumsi
sayur setiap hari. Sayur yang biasa dikonsumsi adalah bening bayam, kacang
panjang 3 sdm 2x/minggu ,oseng kangkung 3 sdm 1x/minggu, sup sayuran 1
mangkuk 2x/minggu, sayur bobor 1x/minggu. Buah yang biasa dikonsumsi
pepaya dan pisang.
Pemeriksaan klinis hari 1 didapatkan data nadi 86x/menit, tekanan darah
91/64 mmHg, respiratory rate 24x/menit, suhu 36,8°C. Pada hari ke 2
didapatkan data nadi 88x/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, respiratory rate
24x/menit, suhu 36,3oC. Pada hari ke 3 didapatkan data nadi 112x/menit,
tekanan darah 120/74 mmHg, respiratory rate 24x/menit, suhu 36°C. Pasien
memiliki BB 45 kg, TB 167, 5cm, dan LILA 17,5.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil PH 7,430, PCO2 47
mmHg, hematokrit 28%, HCO3 31,5 mmol/L, total CO2 33 mmol/L, Hb
10g/dl, GDS 189 mg/dL, albumin 2,5 g/dl , creatine 0,4 mg/dl, Na darah 132
mmol/L, K darah 3,4 mmol/L, Cl darah 103 mmol/L. Semiggu kemudian
menunjukan Hb 8,4 g/dl, hematokrit 27%, leukosit 16,1 rb/ul, albumin 2,7 g/dl,
Na darah 135 mmol/L, K darah 3,4mmol/L, Cl darah 105 mmol/L. Sekarang
Hb 10,6 g/dl, 2,7 g/dl, eritrosit 3,70 jt/ul, leukosit 26,3 rb/ul, Na darah 135
mmol/L, K darah 3,6 mmol/L, Cl darah 105 mmol/L.
Pengobatan yang diberikan infus RL 20tpm, inj gentamicin 240 mg/24
jam. Inj Methiprednisolon 30 mg/8jam, N Acethil Cystein 200mg/8 jam, KSR
1tab/ 8jam,VIP Albumin 1tab/8jam, Syring Pump N-epi bila NAP <65 , Inj
Omeprazole 40 mg/12 jam, Sulcarfat Syr1C/8jam, Csprofloxoan 400 mg/8jam,
Asam Traneksamat 1 amp extra, Vit C 1 amp extra.
Pasien tinggal bersama ke 2 anaknya dan istrinya. Keluarga dari pasien
sangat memotivasi untuk kesembuhannya. Kedua anaknya sudah menikah dan
satu dari anaknya bekerja di pasar.
Aktivitas Fisik:
1) Sebelum sakit
Aktivitas Tn.S sebelum masuk rumah sakit berprofesi sebagai petani. Pagi
pukul 06.00 sudah berangkat ke sawah dan kembali lagi kerumah pukul
11.00. Di sore hari biasanya Tn. S membersihkan halaman dan kadang pergi
ke ladang.
2) Saat sakit
Saat di rumah sakit, aktivitas Tn.S hanya terbatas di tempat tidur karena
kondisinya yang lemas dan masih merasakan sesak. Melakukan BAK dia
menggunakan pempers/ bantuan pispot dan BAB dibantu ke kamar mandi
oleh anak yang menjaganya.
Kemampuan menerima makanan:
Tn. S mengalami kesulitan makan karena rasa sesaknya. Dan giginya
yang sudah mulai renggang sehingga kesusahan dalam mengunyah makanan.
Tn.S tidak memiliki alergi, tetapi kurang dapat menerima makanan dengan
jenis ikan laut dikarenakan jika sudah dingin pasien merasa mual mencium bau
dari ikan tersebut sehingga membuat tidak nafsu makan.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Berdasarkan kasus, menggunakan metode skrining yaitu Mini
Nutritional Assessment (MNA) karena diketahui bahwa Tn. S berusia 65
tahun atau termasuk lansia. Menurut World Health Organisation (WHO),
lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Mini
Nutritional Assessment merupakan metode atau cara untuk mengukur status
gizi pada lansia dengan cara melakukan tanya jawab dengan menggunakan
kuisioner MNA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia
mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita dan
atau perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak digunakan karena sangat
sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Total penjumlahan semua skor
akan menentukan seseorang berstatus gizi normal, berisiko malnutrisi, dan
malnutrisi.1,2

B. Pengisian Kuesioner
Mini Nutritional Assessment (MNA)
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi Badan : 167,5 cm
IMT : 16,04 kg/m2
Tabel 1. Kuesioner mini nutritional assessment (MNA) Tn. S
No Skrinning Skor
1. Apakah ada penurunan asupan makanan dalam jangka waktu 1
3 bulan oleh karena kehilangan nafsu makan, masalah
pencernaan, kesulitan menelan atau mengunyah?
0 = nafsu makan yang sangat berkurang
1 = nafsu makan sedikit berkurang (sedang)
2 = nafsu makan biasa saja
Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir?
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg
2. 1 = tidak tahu 2
2 = penurunan berat badan 1 – 3 kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
Mobilitas?
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
3. 1 = biasa keluar dari tempat tidur atau kursi roda, tetapi tidak bisa 0
keluar rumah
2 = bisa keluar rumah
Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan
terakhir?
4. 2
0 = ya
2 = tidak
Masalah neuropsikologis?
0 = demensia berat atau depresi berat
5. 2
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah psikologis
Indeks Masssa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kg/tinggi
badan dalam m²?
0 = IMT < 19 kg/ m²
6. 0
1 = IMT 19 – < 21 kg/ m²
2 = IMT 21 – < 23 kg/ m²
3 = IMT 23 atau lebih
Skor PENAPISAN (subtotal maksimum 14 poin) 7
Keterangan:
Skor 12-14 = normal, tidak beresiko
Skor 8-11 = berisiko malnutrisi
Skor 0-7 = malnutrisi

C. Kesimpulan Kuisioner
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan metode Mini
Nutritional Assessment (MNA) pada Tn. S, pertanyaan 1 diberikan skor 1
karena asupan makan Tn. S agak berkurang (dalam kasus dijelaskan bahwa
nafsu makan kurang nikmat dan mengalami kesulitan makan karena rasa
sesaknya dan gigi yang sudah mulai renggang). Pada pertanyaan 2 diberikan
skor 2 karena Tn. S hanya menjelaskan dirinya merasakan penurunan BB.
Pada pertanyaan 3 diberikan skor 0 karena Tn. S dalam kondisi lemas
sehingga hanya terbatas pada tempat tidur. Pada pertanyaan 4 diberikan skor
2 karena Tn. S tidak menderita penyakit psikologis atau penyakit berat
dalam 3 bulan terakhir. Pada pertanyaan 5 diberiakan skor 2 karena Tn. S
tidak mengalami gangguan neugropsikologis. Dan pada pertanyaan 6
diberikan skor 0 karena Tn. S memiliki IMT 16,04 kg/m 2 . Hasil kuesioner
menggunakan MNA diperoleh dengan jumlah skor 7 sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa Tn. S mengalami malnutrisi sehingga perlu dilakukan
proses asuhan gizi terstandar (PAGT).

III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI


A. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)
Tabel 2. Data Riwayat (CH) Tn. S

Domain Data Keterangan

CH-1.1.1 Umur 65 tahun Lansia

CH-1.1.2 Jenis Kelamin Laki-laki -


Sejak usia muda, Tn. S merokok
CH-1.1.8 Riwayat Sudah berhenti sejak 1
dan mampu menghabiskan
Merokok tahun yang lalu
rokok 1 pak/hari
CH-1.1.10 Mobilitas Hanya terbatas di tempat tidur Karena lemas
Muntah disertai dengan sisa
makanan berwarna coklat, Karena sesak napas dan
CH-2.1.1 Keluhan utama
kurang nafsu makan, kesulitan gigi yang sudah mulai
pasien/klien terkait gizi
makan, merasa mengalami renggang
penurunan BB
Muntah darah (SMRS) dan
CH-2.1.5
Muntah disertai dengan sisa -
Gastrointestinal
makanan warna kecoklatan
CH-2.1.8 Imunitas Sepsis -
PPOK eksaserbasi
Sesak napas sejak 1 tahun yang
akut, HAP (Hospital
lalu, merasa sesak terutama saat
Acquired Pneumonia)
beraktifitas, batuk dengan dahak
CH-2.1.13 Respiratory dengan masalah gagal
berwarna putih dan makin hari
napas hiperkapnia,
dahak menjadi kental
hipoalbumin dan
kekuningan
hiponaerl
Tinggal bersama tinggal
CH-3.1.2 Situasi Tempat
bersama istrinya ke 2 yang -
Tinggal
sudah menikah
CH-3.1.4 Social and Keluarganya sangat memotivasi -
medical support untuk kesembuhan Tn. S
Tn. S bekerja sebagai petani -
CH-3.1.6 Pekerjaan
Salah satu dari anaknya bekerja
-
di pasar
Kesimpulan:
Tn. S berusia 65 tahun merupakan seorang petani yang tinggal
bersama istri dan kedua anaknya yang sudah menikah dan salah satunya
bekerja di pasar. Tn. S sebelumnya memiliki kebiasaan merokok dan
mampu menghabiskan 1 pak/hari, namun sudah berhenti sejak 1 tahun yang
lalu. Keluhan utama pasien/klien terkait gizi yaitu muntah darah dan disertai
dengan sisa makanan berwarna coklat, kurang nafsu makan, kesulitan
makan karena sesak napas yang dialami dan gizi yang sudah mulai
renggang, serta merasa mengalami penurunan BB. Tn. S juga mengalami
gejala sesak napas sejak 1 tahun yang lalu, merasa sesak terutama saat
beraktifitas, batuk dengan dahak berwarna putih dan makin hari dahak
menjadi kental kekuningan. Tn. S mendapat diagnosa PPOK eksaserbasi
akut , HAP (Hospital Acquired Pneumonia) dan Sepsis dengan masalah
gagal napas hiperkapnia, hipoalbumin, dan hiponanerl. Keluarga Tn. S
sangat mendukung dan memotivasi kesembuhannya.

B. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/ Makanan (FH)


1. Asupan SMRS
Tabel 3. Asupan SMRS Tn. S

Domain Data Interpretasi

FH-1.1.1.1 Asupan: 1.289,1 kkal Asupan kurang, yaitu hanya


Total Energy Intake Kebutuhan: 2.278 kkal memenuhi 56% dari
kebutuhan.

FH-1.5.1.1 Asupan: 61,6 gr Asupan lebih, yaitu sudah


Total Lemak Intake Kebutuhan: 63,27 gr memenuhi 97% dari
kebutuhan.

FH-1.5.2.1 Asupan: 57,2 gr Asupan kurang, yaitu hanya


Total Protein Intake Kebutuhan: 85,42 gr memenuhi 67% dari
kebutuhan.

FH-1.5.3.1 Asupan: 133,3 gr Asupan kurang, yaitu hanya


Total Karbohidrat Kebutuhan: 341,7 gr memenuhi 39% dari
Intake kebutuhan.
FH-1.2.1.1 Asupan: (Tidak dijelaskan) Di dalam kasus, asupan
Oral Fluid Kebutuhan: 1.800 mL cairan tidak dijelaskan

FH-1.2.2.3 3x/hari Cukup


Meal/ Snack pattern
FH-1.2.2.5  Makanan pokok: Nasi Cukup bervariasi
Food Variety 3x/hari, mie instan (Tn. S memiliki kebiasaan
2x/minggu mengkonsumsi makanan
 Lauk hewani: telur sehari 3x dengan makan
dadar dan bulat 1x/hari, pagi, siang sama dan sore
ayam goreng 3x/bulan, menggunakan menu yang
rendang sapi 1x/bulan, berbeda)
ikan tawar / laut goreng
2x/bulan
 Lauk nabati : tahu dan
tempe goreng atau
bacem 2x/ hari.
 Sayur: bening bayam
2x/minggu, kacang
panjang 2x/minggu
,oseng kangkung
1x/minggu, sup sayuran
2x/minggu, sayur bobor
1x/minggu.
 Buah: pepaya dan
pisang

FH-3.1.1 Prescription Naupusin Jika merasa sesak pasien


medication use mengkonsumsi obat ini

FH-7.3.1 Physical 06.00 : berangkat ke sawah Sebelum sakit


activity history 11.00 : pulang ke rumah
Sore : membersihkan
halaman dan kadar pergi
ke ladang
Kesimpulan:
Berdasarkan data riwayat asupan makan kebiasaan Tn. S
menggunakan SQ-FFQ atau sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dapat
disimpulkan bahwa Tn. S memiliki asupan energi, protein dan
karbohidrat yang kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan asupan energi,
protein, dan karbohidrat rata-rata harian Tn. S kurang dari 80% dari total
kebutuhan. Data riwayat asupan makan kebiasaan menunjukkan bahwa
Tn. S memiliki menu makan yang cukup bervariasi. Tn. S memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan makan pagi, siang
sama dan sore menggunakan menu yang berbeda. Tn. S memiliki keluhan
sesak napas sejak 1 tahun yang lalu. jika merasa sesak, Tn. S selalu
mengkonsumsi obat naupusin. Aktivitas Tn.S sebelum masuk rumah
sakit berprofesi sebagai petani.
2. Asupan MRS
Tabel 4. Asupan MRS Tn. S

Domain Data Interpretasi


Asupan makan pada MRS tidak dijelaskan di dalam kasus
FH-1.3.2.2 infus RL (Ringer Laktat) Ringer Laktat (RL) merupakan
Parenteral nutrition 20tpm larutan infus untuk memelihara
intake (intravenous keseimbangan atau mengganti
fluids) elektrolit dan cairan tubuh.
Sediaan ringer laktat merupakan
larutan steril yang mengandung
kalsium klorida, kalium klorida,
natrium klorida dan natrium laktat
dalam air.3
FH-3.1 Medications inj gentamicin 240 mg/24 Gentamisin merupakan antibiotik
jam golongan aminoglikosida yang
digunakan pada infeksi berat yang
disebabkan oleh bakteri negatif
aerob terutama aktivitas
bakterisidal terhadap
Pseudomonas aeroginosa dan
spesies Enterobacter. Gentamicin
bekerja dengan cara menghambat
sintesa protein dan menghambat
bakteri. Gentamicin digunakan
untuk pengobatan saluran
pernapasan.4
Inj Methylprednisolone Metilprednisolon (MT) adalah
30 mg/8jam obat golongan kortikosteroid yang
termasuk dalam kelompok
adrenokortikosteroid sintetik.
methylprednisolone biasanya
digunakan sebagai obat anti-
inflamasi. Obat ini secara umum
digunakan untuk
terapi Artritis dan pengobatan
jangka pendek peradangan
bronkus peradangan atau bronkitis
akut akibat penyakit pernapasan.5
N Acethilcystein Acetylcysteine adalah obat
200mg/8 jam golongan mukolitik yang
berfungsi untuk mengurangi
viskositas dahak yang
menghalangi saluran pernapasan.6
KSR 1tab/ 8jam KSR merupakan obat untuk
pencegahan hipokalemia
mengandung kalium klorida yang
di gunakan untuk mengobati atau
mencegah jumlah kalium yang
rendah dalam darah
(hipokalemia).
VipAlbumin 1 tab/8jam berasal dari ekstrak ikan gabus.
Albumin, asam amino dan
mineral yang terkandung dalam
Vip Albumin berfungsi untuk
mempertahankan tekanan osmotik
koloid kapiler dan meningkatkan
kekebalan tubuh secara alamiah.
Kapsul Vip Albumin dapat
digunakan sebagai protein
alternatif sumber albumin untuk
mengatasi penyakit kronik paru-
paru.7
Syring Pump N-epi bila Syringe pump adalah sebuah
NAP <65 pompa elektronik digital yang
berfungsi untuk mengatur laju
keluarnya cairan dari alat suntik
manual sehingga volume dan
waktunya bisa diseting sesuai
dengan kebutuhan resep dokter.
Inj Omeprazole 40 mg/12 Omeprazole merupakan suatu
jam obat yang bersifat basa lemah
dengan mekanisme kerjanya
memblokir enzim H+, K+ dan
ATPase yang merupakan enzim
pemompa proton sehingga dapat
menghambat sekresi asam
lambung.8
Sukralfat Syr1C/8jam Sukralfat merupakan kompleks
aluminium hidroksida dan sukrosa
sulfat yang efeknya sebagai
antasida minimal. Sukralfat
bekerja dengan cara membentuk
lapisan pada dasar tukak sehingga
melindungi tukak dari pengaruh
agresif asam lambung dan pepsin.
Sukralfat digunakan untuk
mengobati penyakit tukak
lambung.9
Ciprofloxacin 400 Ciprofloxacin merupakan
mg/8jam atibiotik yang digunakan untuk
mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh Pseudomonas
aeroginosa. Obat ini mengandung
bahan aktif ciprofloxacin Hcl
yang memiliki cara kerja
menghentikan pertumbuhan
bakteri/ virus.10
Asam Traneksamat 1 Asam traneksamat adalah obat
amp extra yang digunakan untuk
mengurangi atau menghentikan
perdarahan. Asam traneksamat
merupakan turunan sintetis dari
asam aminolisin yang biasanya
digunakan dalam kondisi
pendarahan akibat pengingkatan
aktivitas fibrinolisis dan
fibrinogenesis.11
Vit C 1 amp extra Dengan komposisi yang sinergis
seperti Vitamin C yang tidak
asam, Calcium, Echinacea dan
Bioflavonoid menjadikan
suplemen ini produk terbaik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
atau sebagai antioksidan.
FH-5.2.3 Cause of Kesulitan makan karena -
avoidance behaviour sesak, kesulitan
mengunyah karena gigi
merenggang, kurang
dapat menerima jenis
ikan laut karena bau amis
membuat Tn. S mual dan
tidak nafsu makan
FH-7.3.1 Physical Aktivitas Tn.S hanya Aktivitas ringan selama di rumah
activity history terbatas di tempat tidur sakit
karena kondisinya yang
lemas dan masih
merasakan sesak.
Melakukan BAK dia
menggunakan pempers/
bantuan pispot dan BAB
dibantu ke kamar mandi
oleh anak yang
menjaganya.
Kesimpulam:
Keluhan terkait gizi yang dialami Tn. S saat ini yaitu kesulitan
makan karena sesak, kesulitan mengunyah karena gigi merenggang,
kurang dapat menerima jenis ikan laut karena bau amis membuat Tn. S
mual dan tidak nafsu makan. Pengobatan yang diberikan kepada Tn. S
selama di rumah sakit adalah infus RL 20tpm, inj gentamicin 240 mg/24
jam. Inj Methylprednisolone 30 mg/8jam, N Acethilcystein 200mg/8 jam,
KSR 1tab/ 8jam,Vip Albumin 1tab/8jam, Syringe Pump N-epi bila NAP
<65 , Inj Omeprazole 40 mg/12 jam, Sukralfat Syr1C/8jam,
Ciprofloxasin 400 mg/8jam, Asam Traneksamat 1 amp extra, Vit C 1
amp extra. Selama di rumah sakit, aktivitas Tn.S hanya terbatas di tempat
tidur karena kondisinya yang lemas dan masih merasakan sesak.

C. Pengkajian Antropometri (AD)


Tabel 5. Data Antropometri (AD) Tn. S
Domain Data Interpretasi
AD-1.1.1 Tinggi Badan 167 cm -
AD-1.1.2 Berat Badan 45 kg -
AD-1.1.4.2 LILA 17,5 cm Gizi Buruk
AD-1.1.5 IMT 16,04 kg/m2 Sangat kurus atau
kekurangan berat badan
tingkat berat (Kemenkes RI,
2019)
Perhitungan:
1. Presentil LILA
LILA Aktual
Persentil = x 100%
LILA Persentil
17,5
= x 100%
30,7

= 57% (Gizi Buruk, karena <70%)


2. Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
BB (kg)
IMT =
TB ( m ) x TB(m)
45
=
2,8056
= 16,04 kg/m2
Kesimpulan:
Berdasarkan data antropometri, diketahui Tn. S memiliki BB sebesar
45 kg, TB sebesar 167,5 cm, dan LILA 17,5 cm. Penilaian tinggi badan
pada usia lanjut agak sulit dilakukan karena bentuk postur tubuh pada usia
lansia yang sudah berubah. Maka dari itu penting menentukan status gizi
Tn. S menggunakan beberapa metode, yang saya gunakan adalah persentil
LILA dan IMT. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh persentil LILA
sebesar 57% yang tergolong gizi buruk dan IMT sebesar 16,04 kg/m 2 yang
termasuk kategori sangat kurus atau kekurangan berat badan tingkat berat
menurut Kemenkes RI.

D. Pengkajian Data Biokimia (BD)12


Tabel 6. Data Biokimia (BD) Tn. S

Domain Data Nilai Normal Interpretasi


Saat Masuk Rumah sakit
BD-1.1.1 Arterial pH 7,430 7,35-7,45 Normal
BD-1.1.2 HCO3 31,5 mmol/L 21-25 mmol Tinggi
BD-1.1.3 PaCO2 47 mmHg 35-45 mmHg Tinggi
Total CO2 33 mmol/L 22-32 mmol/L Tinggi
BD-1.2.2 Creatine 0,4 mg/dL 0,6-1,3 mg/dL Rendah
BD-1.2.5 Natrium 132 mmol.L 135-144 mmol/L Rendah
BD-1.2.6 Klorida 103 mmol/L 97-106 mmol/L Normal
BD-1.2.7 Kalium 3,4 mmol/L 3,6-4,8 mmol/L Rendah
BD-1.5.2 GDS 189 mg/dL <140 mg/dL Tinggi
BD-1.10.1 Hemoglobin 10 g/dL 13-18 g/dL Rendah
BD-1.10.2 Hematokrit 28% 40%-50% Rendah
BD-1.11.1 Albumin 2,5 g/dL 3,5-5,0 g/dL Rendah
Seminggu Kemudian
BD-1.2.5 Natrium 135 mmol/L 135-144 mmol/L Normal
BD-1.2.6 Klorida 105 mmol/dL 97-106 mmol/L Normal
BD-1.2.7 Kalium 3,4 mmol/L 3,6-4,8 mmol/L Rendah
BD-1.10.1 Hemoglobin 8,4 g/dL 13-18 g/dL Rendah
BD-1.10.2 Hematokrit 27% 40%-50% Rendah
BD-1.11.1 Albumin 2,7 g/dL 3,5-5,0 g/dL Rendah
Leukosit 16,1 x 103/ul 5-10 x 103/uL Tinggi
Saat ini
BD-1.2.5 Natrium 135 mmol/L 135-144 mmol/L Normal
BD-1.2.6 Klorida 105 mmol/L 97-106 mmol/L Normal
BD-1.2.7 Kalium 3,6 mmol/L 3,6-4,8 mmol/L Normal
BD-1.10.1 Hemoglobin 10,6 g/dL 13-18 g/dL Rendah
6 6
Eritrosit 3,70 x 10 /uL 4,2-5,9 x 10 /uL Rendah
3 3
Leukosit 26,3 x 10 /uL 5-10 x 10 /uL Tinggi
Kesimpulan:
Berdasarkan data biokimia Tn. S, setelah dilakukan uji laboratorium
sebanyak 3x ternyata dapat dikatakan bahwa kadar tinggi terdapat pada
HCO3, PaCO2, Total CO2, GDS (pada pemeriksaan pertama), dan kadar
leukosit tinggi hingga saat ini. Kadar rendah pada creatine, natrium, kalium,
Hb, Ht, dan albumin (pada pemeriksaan pertama) dan Kalium, Hb, Ht,
albumin (pada pemeriksaan kedua) juga Hb dan eritrosit (pada pemeriksaan
ketiga). Kadar normal pada arterial pH, klorida (pada pemeriksaan pertama),
kadar Na dan Cl pada (pemeriksaan kedua hingga sampai saat ini) dan
kalium (pada pemeriksaan ketiga). Sehingga masalah yang saat ini masih
dialami Tn. S adalah hipoventilasi dengan peningkatan CO2, hipoalbumin,
hiperglikemia, dan anemia.

E. Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD)12


Tabel 7. Data Fisik Klinis (PD) Tn. S

Domain Data Nilai Normal Interpretasi


Kesadaran normal/ - -
PD-1.1.1 compos mentis
Overall
Appearance terbaring lemas di
tempat tidur
Sesak napas, - Berdasarkan
diagnosis dokter
Batuk dengan dahak -
PD-1.1.3 yaitu PPOK
warna putih, dan
Pulmonary system eksaserbasi akut ,
makin hari dahak
HAP (Hospital
menjadi kental
AcquiredPneumonia)
kekuningan
dan Sepsis dengan
Muntah darah dan - masalah gagal napas,
muntah disertai dengan hiperkapnia, dan
sisa makanan warna hiponanerl
PD-1.1.5 kecoklatan
Digestive system
Kurang nafsu makan -
Kesulitan mengunyah - Karena gigi yang
sudah renggang
Hari 1
PD-1.1.9.1 91/64 mmHg 120/80 mmHg Normal
Blood Pressure
PD-1.1.9.2 86 x/menit 60-100x/menit Normal
Heart Rate
PD-1.1.9.3 24 x/menit 20-30 x/menit Normal
Respiratory Rate
PD-1.1.9.4 36,8° C 36-37 ° C Normal
Temperature
Hari 2
PD-1.1.9.1 110/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
Blood Pressure
PD-1.1.9.2 88 x/menit 60-100x/menit Normal
Heart Rate
PD-1.1.9.3 24 x/menit 20-30 x/menit Normal
Respiratory Rate
PD-1.1.9.4 36,3° C 36-37 ° C Normal
Temperature
Hari 3
PD-1.1.9.1 120/74 mmHg 120/80 mmHg Normal
Blood Pressure
PD-1.1.9.2 112x/menit 60-100x/menit Tinggi
Heart Rate (meningkat)
PD-1.1.9.3 24 x/menit 20-30 x/menit Normal
Respiratory Rate
PD-1.1.9.4 36° C 36-37 ° C Normal
Temperature
Kesimpulan:
Berdasarkan data klinis dan fisik Tn. S di atas dapat disimpulkan
bahwa Tn. S dapat diajak berkomunikasi dengan sadar atau kesadaran
composmentis. Kondisi Tn. S saat ini terbaring lemas di kasur. Tn. S
memiliki keluhan sesak napas, batuk dengan dahak warna putih yang
semakin hari dahak menjadi kental kekuningan, muntah darah, muntah
disertai dengan sisa makanan warna kecoklatan, dan kurang nafsu makan.
Keluhan ini dikaitkan dengan diagnosa Tn. S oleh dokter yaitu PPOK
eksaserbasi akut , HAP (Hospital AcquiredPneumonia) dan Sepsis dengan
masalah gagal napas, hiperkapnia, dan hiponanerl. Selain itu, Tn. S juga
mengalami susah mengunyah dikarenakan giginya yang sudah mulai
renggang. Untuk tanda vital berdasarkan hasil 3x pemeriksaan pada hari ke
3 denyut nadi Tn. S meningkat.

F. Comparative Standar
Tabel 8. Comparative Sandar (CS) SMRS Tn. S

Domain Asupan Kebutuhan Presentase Interpretasi


CS-1.1.1 Total Perkiraan 1.289,1
2.278 kkal 56% Kurang
Kebutuhan Energi kkal
CS-1.1.2 Metode Total
Harris Benedict x Faktor Aktivitas -
Perkiraan Kebutuhan Energi
CS-2.1.1 Total Perkiraan
61,6 gr 63,27 gr 97% Cukup
Kebutuhan Lemak
CS-2.2.2 Total Perkiraan
57,2 gr 85,42 gr 67% Kurang
Kebutuhan Protein
CS-2.3.1 Total Perkiraan
133,3 gr 341,7 gr 39% Kurang
Kebutuhan Karbohidrat
CS-3.1.1 Total Perkiraan
- 1.800 mL - -
Kebutuhan Cairan
CS-4.1.1 Kebutuhan Vitamin A 2.068,5 µg 3.900 µg 53% Kurang
CS-4.1.2 Kebutuhan Vitamin C 17,2 mg 90 mg 19% Kurang
CS-4.1.3 Kebutuhan Vitamin D 1,9 µg 15 µg 12,7% Kurang
CS-4.1.4 Kebutuhan Vitamin E 0 mg 15 mg 0% Kurang
CS-4.1.5 Kebutuhan Vitamin K 0 µg 65 µg 0% Kurang
CS-4.1.11 Kebutuhan Vitamin
1,8 µg 4 µg 45% Kurang
B12
CS-4.2.1 Kebutuhan Kalsium 354,9 mg 1.200 mg 29% Kurang
CS-4.2.8 Kebutuhan Zat Besi 12,2 mg 9 mg 135% Lebih
CS-4.2.9 Kebutuhan
292,6 mg 350 mg 83,6% Cukup
Magnesium
CS-4.2.15 Kebutuhan Sodium 261,6 mg 1.100 mg 19,7% Kurang
CS-4.2.17 kebutuhan Zink 6 mg 11 mg 54% Kurang
Kesimpulan:
Tn. S memiliki asupan enrgi, lemak, karbohidrat dan zat gizi mikro
(vitamin dan mineral) yang rendah atau tidak mencukupi. Hal ini dibuktikan
dengan asupan rata-rata zat gizi kurang dari 80% dari kebutuhan. Selain itu,
Tn. S memiliki asupan zat besi yang berlebih dan magnesium yang cukup.
Estimasi kebutuhan gizi mikro berdasakran AKG 2019.13

IV. DIAGNOSIS GIZI


1. NI-5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan gangguan pernafasan PPOK
eksaserbasi akut dan gangguan mengunyah (E) ditandai dengan IMT 16,04
kg/m2 (BMI<22 untuk pria usia 65 tahun), penurunan BB yang tidak
disengaja, lemas, asupan energi hanya 56% dari total kebutuhan, kurang
nafsu makan, dan sering muntah (S).
2. NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait tentang gizi (P) berkaitan
dengan gangguan pernapasan PPOK eksaserbasi akut , HAP (Hospital
Acquired Pneumonia) dan Sepsis (E) ditandai dengan tingginya kadar HCO3
(31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), Total CO2 (30 mmol/L), GDS (189
mg/dL), leukosit, dan rendahnya kadar kreatinin, hemoglobin, hematokrit,
dan albumin (berdasarkan 3x pemeriksaan), adanya batuk dan mutah (S).
3. NB-1.4 Kurang dapat memonitoring diri sendiri (P) berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan terkait gizi dan kesehatan sehingga kurang dapat
megontrol diri sendiri (E) ditandai dengan pemilihan makanan yang kurang
tepat dan kebiasaan merokok 1 pak/hari (S).

V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi Gizi
1. Memperbaiki asupan Tn. S secara bertahap hingga mencapai kebutuhan
dengan memperhatikan kondisi pasien.
2. Memberikan makanan yang meningkatkan selera makan secara
bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan Tn. S untuk mencegah
penurunan berat badan dan meningkatkan BB secara bertahap.
3. Mengurangi rasa mual, mutah, dan mencegah adanya diare.
4. Mengatasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku makanan pada Tn. S.
6. Memberikan motivasi agar Tn. S bisa konsisten dalam menjalankan
diet.

B. Perencanaan (Planning)
1. Preskripsi Diit
Tabel 9. Perencanaan Preskripsi Diet Tn. S

Domain Preskripsi Diet


ND-1.1 Pengolahan makanan dengan cara direbus, dikukus, tumis dan
mengurangi digoreng, mengurangi makanan dengan bumbu pedas dan
merangsang
ND-1.2.1 Makanan yang diberikan kepada Tn. S adalah dalam bentuk makanan
lunak karena Tn. S mengalami gangguan mengunyah dan menelan.

ND-1.2.2 Energi cukup berdasarkan kebutuhan Tn. S sebesar 1.519 kkal (25
kkal/kgBB) untuk mempertahankan stamina selama masuk rumah sakit
dan meningkatkan berat badan terkait status gizi kekurangan berat badan
tingkat berat.
ND-1.2.3 Asupan protein yang diberikan sesuai kebutuhan Tn. S yaitu 72,9 gram
protein/hari (1,2 gr/kgBB/hari) untuk memperbaiki dan mempertahankan
daya tahan tubuh.
ND-1.2.4 Asupan karbohidrat yang diberikan yaitu 193 gram (50,8% dari
kebutuhan energi total Tn. S) untuk mempertahankan kondisi fisik agar
tidak lemas.
ND-1.2.5 Asupan lemak yang diberikan sesuai kebuthan Tn. S yaitu 50,63
gram//hari (30% dari total kebutuhan energi) yang kaya akan omega 3
untuk meningkatkan imuno kompetensi. Contoh sumber: telur, susu,
kacang-kacangan, ikan.
ND-1.2.6 Asupan serat dianjurkan sebanyak 25 – 30 gram/hari (menurut AKG
2019) dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat dalam sayur
dan buah. Misalnya seperti pisang, wortel, dan kacang-kacangan. Nafsu
makan yang menurun diatasi dengan pemberian makanan dan minuman
yang segar tinggi energi misalnya dengan jus buah.
ND-1.2.7 Asupan cairan sebanyak 1.519-1.800 mL (AKG 2019).
ND-1.2.9 Vitamin (Vitamin A, D, E, K, B12) dan mineral (magnesium dan zink)
untuk menunjang metabolisme tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh.
ND-1.3 Makanan utama diberikan 3 kali dan selingan diberikan 2 kali.
ND-1.4.1 Menghindari makanan dengan gas karena dapat menyebabkan distensi
abdomen yang dapat mengganggu napas dan gerakan otot diafragma,
dapat meningkatkan dispnea.

2. Implementasi (jenis, bentuk dan contoh menu)


a. Jenis Diet : Diet PPOK
b. Bentuk Makanan : Makanan biasa dengan tekstur lunak
c. Frekuensi : 3x makan utama dan 2x makan selingan
d. Kandungan Zat Gizi : Energi = 1.682 kkal
Protein = 73 gr
Lemak = 56 gr
Karbohidrat = 221 gr
e. Contoh Menu :
Tabel 10. Rekomendasi menu Tn. S
Waktu Menu Makanan Bahan Makanan URT Berat (g)
Makan Nasi tim Beras ±1 gls 40
Pagi
Sawi hijau 2 sdm 20
(07.00)
Sawi putih 2 sdm 20
Wortel 1 sdm 10
Bawang putih ½ siung 3
Bawang merah ½ siung 3
Tumis sawi wortel Cabe merah ½ buah 3
Tomat 1 potong 20
Gula pasir ½ sdt 2,5
Merica halus ¼ sdt 1,25
Air 4 sdm 40
Olive oil 1 sdt 5
Ayam kuah kuning Daging ayam 1 potong 64
Bawang putih ½ suing 3
Bawang merah 1 siung 6
Kemiri 1 buah 3
Kunyit ½ ruas 3
Cabe merah ½ buah 3
Garam ¼ sdt 1,25
Gula pasir ½ sdt 2,5
Sereh 1 lembar 1
Salam 1 lembar 1
Santan 3 sdm 30
Tempe kukus Tempe kedelai 1 ptg kcl 25
Air putih Air 1 gelas 225 mL
Ubi jalar ungu 1/3 buah 25
Tepung tapioca ½ sdm 5
Tepung beras 1 sdm 10
Kue talam ubi ungu Tepung sagu ¼ sdm 3
Selingan
Gula pasir 1 sdt 5
(10.00)
Santan cair 3 sdm 30
Vanilli ¼ sdt 1,25
Pisang ambon 1 buah 100
Jus pisang
Air ¼ gelas 50 mL
Nasi tim Beras 1 gelas 40
Bayam 1 genggam 80
Wortel 1 sdm 10
Jagung pipil 1 sdm 10
Bawang merah 1/2 siung 3
Sayur bening bayam
Bawang putih ½ suing 3
Kemiri 1 buah 1
Kencur 1 cm 1
Air 1 cup 150
Makan
siang Tahu 1 ptg sdg 40
(12.00) Tahu bakso kukus
Bakso 1 buah sdg 25
Ikan mujahir 1 ekor kcl 25
Jeruk nipis 1 sdt 5
Kecap 1 sdm 10
Mujahir bakar Garam ¼ sdt 1,25
Bawang merah 1 siung 6
Bawang putih ½ siung 3
Ketumbar halus ¼ sdt 1,25
Air putih Air 1 gelas 225 mL
Agar agar 1 sachet 15
Gula pasir 1 sdt 5
Agar agar stawberry
Selingan Air 1/3 gelas 75
(16.00) Buah strawberry 2 buah 34
Apel 1 buah 100
Jus apel
Air 1 gelas 225 mL
Makan Nasi tim Beras ¾ gelas 40
malam
Tumis kangkung Kangkung 4 sdm 40
(19.00)
Jagung 1 sdm 10
Bawang merah ½ suing 3
Bawang putih ½ suing 3
Bawang bombai 1/8 buah 6
Cabe merah ½ buah 3
Tomat 2 sdm 20
Gula pasir ¼ sdm 2,5
Minyak zaitun 1 sdt 5
Tahu 1 ptg sdg 40
Telur ayam
1 butir 10
(bagian putih)
Daun bawang 1 sdm 10
Pepes tahu
Bawang merah ½ suing 3
Bawang putih ½ suing 3
Ketumbar halus ¼ sdt 1,25
kunyit 1 cm 1
Daging ayam 1 ptg sdg 25
Tepung roti ¾ sdm 7,5
Tepung maizena ½ sdm 5
Telur ayam
¼ butir 10
(bagian putih)
Gelantin ayam Merica halus 1/8 sdt 0,625
Kaldu bubuk 1/8 sdt 0,625
Bawang merah ¼ suing 1,5
Bawang putih ½ suing 3
Gula pasir 1/8 sdt 0,625
Olive oil 1 sdt 5
Jeruk manis 1 buah bsr 100
Jeruk peras
Air 1 gelas 100 mL
Selingan
(diatas
Air putih Air 1 gelas 225 mL
jam
19.00)

Kecukupan Gizi:
Tabel 11. Kecukupan gizi berdasarkan menu perencanaan Tn. S
Zat Gizi Kandungan gizi Kebutuhan MRS Interpretasi
Energi 1.699 kkal 1.682 kkal 101% (cukup)
Protein 74 gr 72,9 gram 101% (cukup)
Lemak 55,3 gr 56,06 gram 99% (cukup)
Karbohidrat 235,6 gr 221,4 gram 105% (cukup)
Zink 8,8 mg 11 mg 80% (cukup)
Magnesium 376 mg 360 mg 104% (cukup)
Cairan 1.528,6 mL 1.682 mL 91% (cukup)
Kesimpulan:
Rekomendasi menu yang diberikan sudah mengandung energi, zat gizi
makro (protein, lemak, karbohidrat) dan mineral (zink dan
magnesium) sesuai kebutuhan Tn. S.

3. Perencanaan Edukasi Konseling Gizi


Tabel 12. Rencana edukasi konseling pada Tn. S

Hari, tanggal Selasa, 23 Februari 2021


Jam 09.00 -09.30
Tempat RS. Nasional Diponegoro
Topik Diet PPOK
Tujuan a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada Tn. S
dan keluarga mengenai penyakit paru obrtruktif kronis
(PPOK).
b. Memberikan motivasi dan membangun kepercayaan
kepada Tn. S dan keluarga terkait perubahan pola hidup
supaya lekas sembuh dari PPOK.
Sasaran Tn. S dan kelarganya
Waktu 30 Menit
Materi a. Menjelaskan pengetahuan terkait penyakit paru
obrtruktif kronis (PPOK)
b. Memberikan pengetahuan mengenai bahan makanan
yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk
dikonsumsi.
c. Memberikan pemahaman kebutuhan gizi dan contoh
menu untuk pasien PPOK dengan disesuaikan daya
terima terhadap makanan.
Metode Diskusi dan konsultasi
Media Leaflet tentang penyakit penyakit paru obrtruktif kronis
(PPOK), food model, dan tumbeng gizi seimbang
Evaluasi A. Tn. S dan keluarga memahami seputar penyakit paru
obrtruktif kronis (PPOK)
B. Tn. S dan keluarga memahami bahan makanan apa saja
yang dianjurkan, dibatasi, dan harus dihindari untuk
dikonsumsi.
C. Keluarga Tn. S mendukung dan mengikuti diet yang
dijalani oleh Tn. S dalam penanggulangan PPOK dan
mengupayakan pencapaian kadar nilai laboratorium
supaya normal.

4. Perencanaan Koordinasi dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 13. Rencana koordinasi dengan petugas kesehatan lainnya
Pertemua Hal yang Profesi
Solusi Keterangan
n ke- didiskusikan Kesehatan
Patogenesis,
Pemberian
diagnosis dan
edukasi
pengobatan, Penannggung
1 konseling Dokter
penyakit paru jawab pelayanan
kepada Tn. S
obrtruktif kronis
dan keluarga
(PPOK)
Pencatatan rekam
Pengontrolan Skrining gizi,
medis,
status pengukuran
perkembangan
2 biokimia dan Perawat antopometri,bioki
pasien, kondisi
fisik klinis mia dan monev
fisik dan klinis
Tn. S BB
Tn. S
Perubahan terkait
Pemberian
pola hidup sehat
motivasi dan
dan pemilihan Melakukan
diet yang
3 makanan terkait Ahli Gizi proses asuhan
tepat,
diet penyakit paru gizi
melakukan
obrtruktif kronis
konseling
(PPOK)
Interaksi obat dan
makanan pada
Menanyakan Melakukan
pasien agar
dan melihat Apoteker pengecekan dan
4 pengobatan dapat
resep yang dan farmasi pemberian obat –
dilakukan baik
diberikan obatan
medis maupun
non-medis

VI. PERENCANAAN MONITORING-EVALUASI GIZI


A. Antropometri (AD)
Tabel 14. Rencana Monitoring Evaluasi Data Antropometri (AD) Tn. S

Indikator Metode Target Pencapaian


BB, TB, dan IMT Penimbangan BB dan Tn. S dapat meningkatkan berat
pemantauan IMT secara rutin badan yang diinginkan dan
(3 hari sekali). mencapai IMT normal.
B. Biokimia (BD)
Tabel 15. Rencana Monitoring Evaluasi Data Biokimiai (BD) Tn. S

Indikator Metode Target Pencapaian


kadar HCO3, Melakukan tes laboratorium 1. Tn. S dapat menurunkan
PaCO2, Total secara rutin (1 minggu sekali). kadar HCO3 (21-25 mmol),
CO2, GDS, PaCO2 (35-45 mmHg), Total
leukosit, CO2 (23-32 mmol/L), GDS
kreatinin, (<140 mg/dL), dan leukosit
hemoglobin, (5-10 x 103/uL).
hematokrit, dan 2. Tn. S dapat menaikkan
albumin kreatinin (0,6-1,3 mg/dL),
hemoglobin (13-18 g/dL),
hematokrit (40-50%), dan
albumin (3,5-5 g/dL)

C. Klinis/ Fisik (PD)


Tabel 16. Rencana Monitoring Evaluasi Data Klinis/ Fisik (PD) Tn. S

Indikator Metode Target Pencapaian


Sesak, muntah, Memberikan makanan dengan Keluhan sesak, muntah, batuk,
batuk, lemas bentuk lunak agar tidak dan lemas yang dialami Tn. S
memberatkan Tn. S dalam berkurang dan membaik.
mengunyah dan menelan
makanan.
Menanyakan kepada Tn. S
apakah keluhan yang dialami
pasien sudah membaik (setiap
hari).

D. Asupan Makanan (FH)


Tabel 17. Rencana Monitoring Evaluasi Data Asupan Makanan (FH) Tn. S

Indikator Metode Target Pencapaian


Kebutuhan energi, Food Recall 24 Jam Asupan makanan mampu
zat gizi makro, memenuhi kebutuhan energi, zat
dan zat gizi mikro gizi makro, dan zat gizi mikro
tercukupi minimal 80% dari total kebutuhan
secara bertahap
Kebutuhan cairan Food Recall 24 Jam Asupan makanan dan minuman
tercukupi mampu memenuhi kebutuhan
cairan minimal 80% dari total
kebutuhan.
Pola hidup sehat Menanyakan kepada Tn. S dan Tn. S dapat menerapkan gizi
keluarga mengenahi pola hidup seimbang dan menghindari asap
sehat yang dilakukan setelah rokok.
keuar dari rumah sakit (1 bulan
sekali ketika rawat jalan).

VII. PEMBAHASAN KASUS


Tn. S berusia 65 tahun merupakan seorang petani yang tinggal bersama
istri dan kedua anaknya yang sudah menikah dan salah satunya bekerja di
pasar. Datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas terus-menerus
terutama saat beraktifitas, riwayat sesak napas sejak 1 tahun yang lalu, namun
tidak dipengaruhi oleh cuaca ataupun debu. Sesak napas yang dialami
kemungkinan disebabkan oleh riwayat merokok karena Tn. S sebelumnya
memiliki kebiasaan merokok dan mampu menghabiskan 1 pak/hari, namun
sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Jika kambuh, Tn. S mengonsumsi obat
napusin atau napacin, yaitu obat unutk meringankan sesak napas. Tn. S
mendapat diagnosa PPOK eksaserbasi akut , HAP (Hospital Acquired
Pneumonia) dan Sepsis dengan masalah gagal napas hiperkapnia, hipoalbumin,
dan hiponanerl.
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit
peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang.
Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang
pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.
PPOK adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
penyakit paru yang memburuk seperti asma refrakter (tidak ada perubahan
atau perbaikan yang sangat singkat), bronkitis menahun/kronis, dan
emfisema (kondisi kantung udara di paru-paru mengalami kerusakan yang
memburuk). Penyakit ini memiliki ciri kesulitan bernafas yang tidak dapat
dijelaskan serta rasa lelah berlebihan. PPOK eksaserbasi akut merupakan
kondisi dimana gejala PPOK semakin memburuk seperti batuk yang
berkpeanjangan, demam, sesak, penurunan berat badan, terdapat perubahan
warna lendir menjadi kuning. PPOK memiliki faktor risiko diantaranya adalah
kebiasaan merokok, riwayat polusi, hiperaktivitas bronkus, infeksi saluran
napas. 14
Kebiasaan merokok Tn. S merupakan faktor risiko utama terjadinya
PPOK. Diketahui Tn. S sebelumnya memiliki kebiasaan merokok dan mampu
menghabiskan 1 pak/hari . Pajanan yang terus menerus dan berlangsung lama
dengan asap rokok dapat menyebabkan gangguan dan perubahan mukosa jalan
napas. Usia Tn. S (65 tahun) yang sudah masuk masa usia lanjut juga
merupakan salah satu faktor risiko. Gejala PPOK jarang muncul pada usia
muda umumnya setelah usia 50 tahun ke atas, paling tinggi pada laki-laki usia
55-74 tahun. Hal ini dikarenakan keluhan muncul bila terpapar asap rokok
yang terus menerus dan berlangsung lama.15
HAP (Hospital Acquired Pneumonia) merupakan pneumonia yang
muncul setelah 48 jam dirawat di rumah sakit atau fasilitas perawatan
kesehatan lainnya, dengan tanpa pemberian intubasi tracheal. Pneumonia
terjadi karena ketidakseimbangan pertahanan host dan kemampuan kolonisasi
bakteri sehingga menginvasi saluran pernafasan bagian bawah. Mikroba yang
berperan dalam HAP adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus
(MSSA dan MRSA), Pseudomonas aeruginosa, Gram negatif batang yang
tidak memproduksi ESBL dan yang memproduksi ESBL (Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia). Faktor resiko umum untuk
berkembangnya HAP adalah umur, co-morbiditas yang serius, malnutrisi,
penurunan kesadaran, berlama lama tinggal di rumah sakit, dan penyakit
obstruksi paru yang khronis. Tanda-tanda pneumonia yang dapat timbul berupa
batuk, demam, lemas, nafas memendek atau bertambah cepat dan nyeri
dada.16,17
Sepsis adalah kumpulan gejala sebagai manifestasi respons sistemik
terhadap infeksi. Sepsis dapat timbul karena bakteri, virus, ataupun karena
penyakit lainnya. Dalam kasus ini, sepsis terjadi karena adanya pneumonia.
Selain itu, sepsis ternyata juga disebabkan risiko konsumsi obat
kortikosteroids.18
Hiperkapnia adalah kondisi dimana berlebihnya karbondioksida (CO2)
dalam jaringan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena adanya sumbatan dalam
jalan napas lendir, penyakit paru – paru sehingga fungsi paru – paru menurun .
Mekanisme penting yang mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasi
alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO2 yang diproduksi atau dengan kata
lain timbulnya retensi CO2 didalam jaringan. Keadaan yang berat bisa terjadi
gagal napas.19
Hipoalbumin merupakan kondisi di mana kadar albumin yang beredar
di dalam serum lebih rendah dari nilai normal. Nilai rujukan normal kadar
albumin dalam serum orang dewasa berkisar antara 3.5 – 5 mg/dL.
Hipoalbumin diakibatkan dari kombinasi efek antara inflamasi baik akut
maupun kronis dengan rendahnya asupan kalori dan protein, umumnya karena
penyakit kronik. Dalam kasus ini, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang
dialami Tn. S menjadi salah satu faktor penyebab kondisi hipoalbumin.
Albumin berfungsi sebagai regenerasi ajringan tubuh dan cairan, menyalurkan
beberapa zat gizi dalam tubuh termasuk vitamin, mineral dan obat – obatan.20
Hiponaerel atau hiponatremia merupakan gangguan elektrolit dimana
kadar natrium dalam darah rendah. Natrium berfungsi sebagai pengendalian
cairan dan elektrolit tubuh, menjaga tekanan darah, dan mengatur kinerja saraf
dan otot. Pada kasus ini hiponatremia dapat disebabkan dengan keluhan
muntah yang dialami Tn. S. Hiponatremia ditandai dengan nilai lab natrium
rendah, dan tekanan darah rendah.21
Pada awal masuk rumah sakit, dilakukan skrining dengan menggunakan
metode Mini Nutritional Assessment (MNA), yaitu metode skrining yang tepat
digunakan untuk mengetahui malnutrisi pada lansia dengan cara sederhana.
Berdasarkan hasil kuisioner MNA pada Tn. S, diperoleh dengan jumlah skor 7
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Tn. S mengalami malnutrisi sehingga
perlu dilakukan proses asuhan gizi terstandar (PAGT).
Berdasarkan data antropometri, diketahui Tn. S memiliki BB sebesar 45
kg, TB sebesar 167,5 cm, dan LILA 17,5 cm. Selama sakit, Tn. S merasa
mengalami penurunan berat badan. Hal tersebut mungkin dapat terjadi karena
kurangnya asupan makan akibat rasa sesak dari PPOK yang dialami. Penilaian
tinggi badan pada usia lanjut agak sulit dilakukan karena bentuk postur tubuh
pada usia lansia yang sudah berubah. Maka dari itu penting menentukan status
gizi Tn. S menggunakan beberapa metode, yang saya gunakan adalah persentil
LILA dan IMT. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh persentil LILA
sebesar 57% yang tergolong gizi buruk dan IMT sebesar 16,04 kg/m2 yang
termasuk kategori sangat kurus atau kekurangan berat badan tingkat berat
menurut Kemenkes RI.
Berdasarkan data biokimia Tn. S, setelah dilakukan uji laboratorium
sebanyak 3x ternyata dapat dikatakan bahwa kadar tinggi terdapat pada HCO3,
PaCO2, Total CO2, GDS (pada pemeriksaan pertama), dan kadar leukosit tinggi
hingga saat ini. Kadar rendah pada creatine, natrium, kalium, Hb, Ht, dan
albumin (pada pemeriksaan pertama) dan Kalium, Hb, Ht, albumin (pada
pemeriksaan kedua) juga Hb dan eritrosit (pada pemeriksaan ketiga). Kadar
normal pada arterial pH, klorida (pada pemeriksaan pertama), kadar Na dan Cl
pada (pemeriksaan kedua hingga sampai saat ini) dan kalium (pada
pemeriksaan ketiga). Sehingga masalah yang saat ini masih dialami Tn. S
adalah hipoventilasi dengan peningkatan CO2, hipoalbumin, hiperglikemia,
anemia, dan ketidakseimbangan elektolit dalam tubuh.22
Pada pasien dengan PPOK biasanya ditandai dengan peningkatan CO 2
(hiperkarpnia, hipoventilasi) dan penurunan O2 (hipoksia). Ternyata juga
disertai hipoalbuminemia atau penurunan kadar albumin karena protein dalam
tubuh terjadi hipermetabolisme dengan adanya gangguan pernapasan ini.
Hiponatremia atau rendahnya natrium, hipokalemia atau penurunan kalium
keduanya memiliki peran dalam keseimbangan cairan/elektrolit dalam darah,
dan tekanan darah menjadi rendah menyebabkan tubuh lemas, sehingga pada
pasien PPOK diperlukan asupan minronutrien yang tinggi juga. Hiperglikemia,
tingginya kadar glukosa darah bukan berasal dari konsumsi atau riwayat
genetik, melainkan efek dari obat kortikosteroid (Inj Methiprednisolon 30
mg/8jam) yang memicu peningkatan glukosa darah.23
Rendahnya hemoglobin, hematokrit, albumin pada pasien PPOK
berkaitan dengan pengangkutan oksigen di dalam darah karena terjadi
penurunan O2 dan peningkatan CO2 didalam tubuh. Hal ini jika dibiarkan
terlalu lama kadar Hb akan menurun karena pengangkutan oksigen tidak
maksimal, sedangkan kadar hematokrit merupakan pengukuran sel darah
merah, jika keduanya dalam keadaan rendah dan menyebabkan anemia pada
pasien PPOK.24 Sedangkan albumin sebagai protein berfungsi membantu
pengikatan oksigen dalam darah dan mengganti jaringan yang rusak.
Selanjutnya, tingginya kadar leukosit merupakan kondisi peradangan ataupun
infeksi menjadikan indikator pada pasien PPOK.
Berdasarkan data klinis dan fisik Tn. S di atas dapat disimpulkan bahwa
Tn. S dapat diajak berkomunikasi dengan sadar atau kesadaran composmentis.
Kondisi Tn. S saat ini terbaring lemas di kasur. Tn. S memiliki keluhan sesak
napas, batuk dengan dahak warna putih yang semakin hari dahak menjadi
kental kekuningan, muntah darah, muntah disertai dengan sisa makanan warna
kecoklatan, dan kurang nafsu makan. Keluhan ini dikaitkan dengan diagnosa
Tn. S oleh dokter yaitu PPOK eksaserbasi akut, HAP (Hospital
AcquiredPneumonia) dan Sepsis dengan masalah gagal napas, hiperkapnia, dan
hiponanerl. Selain itu, Tn. S juga mengalami susah mengunyah dikarenakan
giginya yang sudah mulai renggang. Untuk tanda vital berdasarkan hasil 3x
pemeriksaan pada hari ke 3 denyut nadi Tn. S meningkat.
Berdasarkan data riwayat asupan makan kebiasaan Tn. S menggunakan
SQ-FFQ atau sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dapat disimpulkan bahwa
Tn. S memiliki asupan energi, protein dan karbohidrat yang kurang. Hal
tersebut dibuktikan dengan asupan energi, protein, dan karbohidrat rata-rata
harian Tn. S kurang dari 80% dari total kebutuhan. Data riwayat asupan makan
kebiasaan menunjukkan bahwa Tn. S memiliki menu makan yang cukup
bervariasi. Tn. S memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sehari 3x dengan
makan pagi, siang sama dan sore menggunakan menu yang berbeda.
Keluhan terkait gizi yang dialami Tn. S saat ini yaitu kesulitan makan
karena sesak, kesulitan mengunyah karena gigi merenggang, kurang dapat
menerima jenis ikan laut karena bau amis membuat Tn. S mual dan tidak nafsu
makan. Pengobatan yang diberikan kepada Tn. S selama di rumah sakit adalah
infus RL 20tpm (larutan infus untuk memelihara keseimbangan atau mengganti
elektrolit dan cairan tubuh.), inj gentamicin 240 mg/24 jam (antibiotik untuk
mengatasi infeksi), Inj Methylprednisolone 30 mg/8jam (obat anti inflamasi),
N Acethilcystein 200mg/8 jam (obat untuk mengurangi viskositas dahak yang
menghalangi saluran pernapasan), KSR 1tab/ 8jam (obat untuk mencegah
hipokalemia),Vip Albumin 1tab/8jam (obat untuk mempertahankan tekanan
osmotik koloid kapiler dan meningkatkan kekebalan tubuh secara alamiah),
Syringe Pump N-epi bila NAP <65 (merupakan pompa elektronik digital yang
berfungsi untuk mengatur laju keluarnya cairan dari alat suntik), Inj
Omeprazole 40 mg/12 jam (obat untuk menghambat sekresi asam lambung),
Sukralfat Syr1C/8jam (obat untuk melindungi tukak dari pengaruh agresif
asam lambung dan pepsin), Ciprofloxasin 400 mg/8jam (obat untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa), Asam Traneksamat 1
amp extra (obat untuk megurangi atau menghentikan pendarahan), dan Vit C 1
amp extra (antioksidan meningkatkan imunitas tubuh).3,4,5,6,7,8,9,10,11 Selama di
rumah sakit, aktivitas Tn.S hanya terbatas di tempat tidur karena kondisinya
yang lemas dan masih merasakan sesak.
Berdasarkan dari hasil assessment Tn. S, diperoleh diagnosis gizi NI-
5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan gangguan pernafasan PPOK eksaserbasi
akut dan gangguan mengunyah (E) ditandai dengan IMT 16,04 kg/m2 (BMI<22
untuk pria usia 65 tahun), penurunan BB yang tidak disengaja, lemas, asupan
energi hanya 56% dari total kebutuhan, kurang nafsu makan, dan sering
muntah (S). NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait tentang gizi (P)
berkaitan dengan gangguan pernapasan PPOK eksaserbasi akut , HAP
(Hospital Acquired Pneumonia) dan Sepsis (E) ditandai dengan tingginya
kadar HCO3 (31,5 mmol/L), PaCO2 (47 mmHg), Total CO2 (30 mmol/L),
GDS (189 mg/dL), leukosit, dan rendahnya kadar kreatinin, hemoglobin,
hematokrit, dan albumin (berdasarkan 3x pemeriksaan), adanya batuk dan
mutah (S). NB-1.4 Kurang dapat memonitoring diri sendiri (P) berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan terkait gizi dan kesehatan sehingga kurang
dapat megontrol diri sendiri (E) ditandai dengan pemilihan makanan yang
kurang tepat dan kebiasaan merokok 1 pak/hari (S).
Sehingga berdasarkan diagnosis terebut, Tn. S perlu memperoleh
asuhan gizi terstandar dengan tujuan intervensi berupa memperbaiki asupan
Tn. S secara bertahap hingga mencapai kebutuhan dengan memperhatikan
kondisi pasien, memberikan makanan yang meningkatkan selera makan secara
bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan Tn. S untuk mencegah
penurunan berat badan dan meningkatkan BB secara bertahap, mengurangi rasa
mual, mutah, dan mencegah adanya diare, mengatasi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit. Intervensi dilakukan dengan cara memberikan makanan gizi
seimbang, makanan segar tinggi energi misalnya jus buah, menghindari
makanan yang dapat merangsang saluran cerna dan merangsang rasa batuk di
tenggorokan. Selanjutnya, Tn. S karena beberapa giginya renggang terdapat
mual maka makanan diberikan jenis lunak untuk memudahkan mengunyah dan
mencerna. Diberikan makanan 3x makanan utama dan 2 kali selingan untuk
meningkatkan energi agar tidak lemas. Pengolahan diusahakan direbus, kukus,
tumis dan mengurangi gorengan karena dapat memicu batuk, serta menghindari
makanan yang mengandung gas karena dapat menyebabkan distensi abdomen
dan gerakan otot diafragma sehingga meningkatkan dispnea atau sesak.
Selanjutnya, untuk penatalaksanaan diet berupa diet PPOK dengan
energi 1.682 kkal, protein sebesar 17,36% dari total kebutuhan energi atau 72,9
gr untuk memperbaiki daya tahan tubuh, antibodi, serta hipoalbuminemia.
Protein diberikan tinggi karena memenuhi kebutuhan energi selain karbohidrat
dan fungsinya sebagai zat pembangun. Lemak diberikan sebesar 30% atau
50,06 gr dengan jenis omega 3. Karbohidrat diberikan sebesar 52,63% atau 221
gr, dalam hal ini untuk mengurangi risiko hipoglikemia, namun tidak boleh
diberikan terlalu tinggi karena dapat meningkatkan CO2 yang berisiko sesak
napas. Selain itu, diberikan mikronutrien vitamin A, B, C, D, E, K dan mineral
Zinc, Na, K, Mg, Ca untuk relaksasi otot dan menjaga kesehatan pernafasan
karena meningkatkan imunitas.25
Berkaitan dengan gangguan pernafasan, maka perlu dilakukan
pemberian pendidikan dan konseling untuk memodifikasi kebiasaan dan
manajemen gizi pada Tn. S. Pada proses konseling dapat didiskusikan kembali
apakah intervensi yang diberikan terlalu sulit untuk dijalani atau tidak.
Kehadiran dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan pada proses ini untuk
keberhasilan diet Tn. S. Serta koordinasi tim dengan tenaga kesehatan lain
seperti dokter, farmasi, dan perawat sangat penting untuk mencapai tujuan
intervensi. Melakukan monitoring perkembangan kondisi Tn. S ketika keluar
rumah sakit atau rawat jalan juga harus dilakukan untuk dapat mengevaluasi
mengenai diet yang dilakukan Tn. S.

VIII. PENUTUP/ KESIMPULAN


Berdasarkan hasil proses asuhan gizi terstandar yang dilakukan,
diperoleh hasil dari skrining Mini Nutritional Assessment (MNA) bahwa Tn. S
mengalami malnutrisi sehingga diperlukan adanya Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Tn. S didiagnosis oleh dokter mengalami PPOK (Penyakit
Paru Obstruktif Kronik) eksaserbasi akut , HAP (Hospital Acquired
Pneumonia) dan Sepsis dengan masalah gagal nafas hiperkarpnia, hipoalbumin,
dan hiponanerl. Gejala yang dialami Tn. S ketika masuk rumah sakit adalah
sesak napas yang sudah dialami selama 1 tahun yang lalu. Tn.S mengaku
kurang nafsu makan sehingga asupan makannya kurang. Intervensi yang
diberikan kepada Tn. S adalah diet PPOK. Selain itu menaikkan berat badan
secara bertahap untuk mencapai BB ideal dan mencegah penurunan BB,
memantau asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro agar memenuhi kebutuhan,
serta melakukan pemeriksaan biokimia secara rutin hingga normal atau
mendekati normal. Dukungan keluarga serta koordinasi antara tenaga
kesehatan sangat penting untuk mencapai tujuan intervensi.

IX. LAMPIRAN
1. LEAFLET
2. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI
BB aktual = 45 kg
BB (kg)
IMT =
TB m ) x TB(m)
(
45
=
2,8056
= 16,04 kg/m2
BB Ideal = (TB – 100) ± 10% (TB – 100)
= (167,5–100) ± 10% (167,5 – 100)
= 67,5 ± 10% 67,5
= 67,5 ± 6,75
= 60,75 kg
A. Perhitungan Kebutuhan SMRS
1) Kebutuhan Energi (Rumus Harris Benedict)
BMR pria = 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66,5 + (13,7 x 60,75)+(5 x 167,5)–(6,8x
65)
= 66,5 + 832,2 + 837,5 – 442
= 1.294,27 kkal
Kebutuhan Energi = BMR x faktor aktivitas (sedang untuk
pria)
= 1.294,27 kkal x 1,76
= 2.278 kkal
1
2) Kebutuhan Protein = x 15% x 2.278 kkal = 85,42 gr
4
1
3) Kebutuhan Lemak = x 25% x 2.278 kkal = 63,27 gr
9
1
4) Kebutuhan Karbohidrat = x 60% x 2.278 kkal = 341,7 gr
4
5) Kebutuhan Cairan = 1.800 mL (menurut AKG 2019)
B. Perhitungan Kebutuhan MRS
1) Kebutuhan Energi = BMR x 1,3
= 1.294,27 kkal x 1,3
= 1.682,5 kkal
= 1.682 kkal

2) Kebutuhan Protein = 1,2 gram /kgBB


= 1,2 gram x 60,75
= 73 gram (17,36% dari total
Kebutuhan energi)
1
3) Kebutuhan Lemak = x 30% x 1.682 kkal = 56 gr
9
1
4) Kebutuhan Karbohidrat = x (100%-47,36%) x 1.682 kkal
4
1
= x 52,63% x 1.682 kkal
4
= 221 gram
5) Kebutuhan Cairan = 1 mL x kkal
= 1.682 mL
3. HASIL SQ-FFQ
KUESIONER FREKUENSI KONSUMSI ASUPAN GIZI SEMI KUANTITATIF
Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Tanggal pengukuran : 22 Februari 2021

Tabel18. Tabel kuisioner SQ-FFQ Tn. S

Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan Rata- Rata-rata


Teknik Berat
rata asupan
Nama Bahan pengolahan menta
berat matang frek/hr gr/hari
Makanan (kebiasaan) Minggu Bulan URT h (n)
Hari (g) (f) (n x f)

grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
Nasi beras giling 1½
V 3 90 36 gr 3 108 gr
putih centong
1
Mie instan V 2 - 40 gr 0,28 11,43 gr
bungkus
PROTEIN HEWANI
Daging ayam V 3 1 ptg sdg 50 80 gr 0,1 8 gr
Telur V 1 1 butir 60 55 gr 1 55 gr
Telur V 1 1 butir 55 55 kg 1 55 gr
Daging sapi V 1 IP 50 90 0,03 3 gr
1 ekor
Ikan tawar/laut V 2 60 90 gr 0,06 5,4 gr
sdg
PROTEIN NABATI
Tahu V 2 1P 40 56 gr 2 112 gr
Tempe V 2 1P 50 50 gr 2 100 gr
BUAH-BUAHAN
Teknik Berat Rata- Rata-rata
Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan rata asupan
Nama Bahan pengolahan menta
(kebiasaan) h (n) frek/hr gr/hari
Makanan
Pisang 4 1P 100 gr 0,57 57xgrf)
(f) (n
Pepaya 3 1P 100 gr 0,49 49 gr
SAYURAN
Bayam V 2 3 sdm 30 33 gr 0,28 9,24 gr
Kacang panjang V 2 3 sdm 45 45 gr 0,28 12,6 gr
Kangkung V 1 3 sdm 30 45 gr 0,14 6,43 gr
1
Sup sayuran V 2 250 150 0,28 42 gr
mangkok
Bobor 1 1P 100 100 0,14 14 gr
SERBA SERBI
Minyak goreng 6 1 sdt 5 gr 6 30 g

Pewawancara
Ayu Mega Fitriani
4. ANALISIS KANDUNGAN GIZI SQ-FFQ
========================================================
Analysis of the food record
========================================================
Food Amount energy carbohydr.
_______________________________________________________________
beras putih giling 108 g 389,8 kcal 85,9 g
mie kering 11,43 g 37,2 kcal 6,5 g
daging ayam 8g 22,8 kcal 0,0 g
telur ayam 55 g 85,3 kcal 0,6 g
telur ayam 55 g 85,3 kcal 0,6 g
daging sapi 3g 8,1 kcal 0,0 g
ikan pindang kembung 5,4 g 7,6 kcal 0,0 g
tahu 112 g 85,1 kcal 2,1 g
tempe kedele murni 100 g 199,1 kcal 17,0 g
pisang ambon 57 g 52,4 kcal 13,3 g
pepaya 0,49 g 0,2 kcal 0,0 g
bayam segar 9,24 g 3,4 kcal 0,7 g
kacang panjang mentah 12,6 g 4,4 kcal 1,0 g
kangkung mentah 6,43 g 1,0 kcal 0,1 g
sayur sop 42 g 43,7 kcal 4,4 g
bayam segar 14 g 5,2 kcal 1,0 g
minyak kelapa sawit 30 g 258,6 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 1289,1 kcal (100 %), carbohydrate 133,3 g (100 %)
========================================================
Result
========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
_______________________________________________________________
energy 1289,1 kcal 2036,3 kcal 63 %
protein 57,2 g(18%) 60,1 g(12 %) 95 %
fat 61,6 g(41%) 69,1 g(< 30 %) 89 %
carbohydr. 133,3 g(41%) 290,7 g(> 55 %) 46 %
water 0,0 g 2700,0 g 0%
iron 12,2 mg 15,0 mg 82 %
calcium 354,9 mg 1000,0 mg 35 %
sodium 261,6 mg 2000,0 mg 13 %
magnesium 292,6 mg 310,0 mg 94 %
phosphorus 723,9 mg 700,0 mg 103 %
dietary fiber 7,4 g 30,0 g 25 %
potassium 1286,5 mg 3500,0 mg 37 %
Vit. A 2068,5 µg 800,0 µg 259 %
Vit. D 1,9 µg 5,0 µg 38 %
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. K 0,0 µg 60,0 µg 0%
Vit. C 17,2 mg 100,0 mg 17 %
Vit. B1 0,5 mg 1,0 mg 47 %
Vit. B2 1,0 mg 1,2 mg 81 %
niacineequiv. 0,0 mg 13,0 mg 0%
pantoth. acid 3,7 mg 6,0 mg 61 %
biotine 0,0 µg 45,0 µg 0%
Vit. B6 1,2 mg 1,2 mg 101 %
tot. fol.acid 184,1 µg 400,0 µg 46 %
Vit. B12 1,8 µg 3,0 µg 59 %

5. Analisis Kandungan Gizi Rekomendasi Menu


========================================================
Analysis of the food record
========================================================
Food Amount energy carbohydr.
_______________________________________________________________
BREAKFAST
beras putih giling 40 g 144,4 kcal 31,8 g
sawi hijau 20 g 3,0 kcal 0,4 g
sawi putih mentah 20 g 3,0 kcal 0,4 g
Carrot fresh 10 g 2,6 kcal 0,5 g
bawang merah 3g 1,3 kcal 0,3 g
bawang putih 3g 2,6 kcal 0,6 g
cabe merah 3g 0,8 kcal 0,2 g
tomat masak 20 g 4,2 kcal 0,9 g
merica halus 1,25 g 4,1 kcal 0,7 g
gula pasir 2,5 g 9,7 kcal 2,5 g
Drinking water 50 g 0,0 kcal 0,0 g
Olive oil 5g 44,1 kcal 0,0 g
daging ayam 64 g 182,3 kcal 0,0 g
santan 30 g 21,3 kcal 0,9 g
bawang putih 3g 2,6 kcal 0,6 g
bawang merah 6g 2,6 kcal 0,6 g
kemiri 1g 2,8 kcal 0,5 g
Kunyit segar 3g 2,1 kcal 0,3 g
cabe merah 3g 0,8 kcal 0,2 g
garam 1g 0,0 kcal 0,0 g
gula pasir 2,5 g 9,7 kcal 2,5 g
sereh 1g 1,4 kcal 0,3 g
salam 1g 2,8 kcal 0,5 g
tempe kedele murni 25 g 49,8 kcal 4,3 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 497,9 kcal (29 %), carbohydrate 49,0 g (21 %)

1. BREAK
ubi jalar ungu 35 g 39,2 kcal 9,2 g
adonan tepung tapioka 5g 19,0 kcal 4,6 g
tepung beras 10 g 36,1 kcal 7,9 g
tepung sagu 3g 11,4 kcal 2,7 g
gula pasir 5g 19,3 kcal 5,0 g
santan (kelapa dan air) 30 g 31,8 kcal 1,4 g
vanilli 1,25 g 0,9 kcal 0,0 g
pisang ambon 100 g 92,0 kcal 23,4 g
Drinking water 100 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 249,9 kcal (15 %), carbohydrate 54,3 g (23 %)

LUNCH
beras putih giling 40 g 144,4 kcal
31,8 g
bayam segar 80 g 29,6 kcal
5,8 g
Carrot fresh 10 g 2,6 kcal
0,5 g
jagung kuning pipil baru 20 g 21,6 kcal
5,0 g
bawang merah 3g 1,3 kcal
0,3 g
bawang putih 3g 2,6 kcal
0,6 g
kemiri 1g 5,9 kcal
0,2 g
jamu beras kencur 1g 0,4 kcal
0,1 g
Drinking water 150 g 0,0 kcal
0,0 g
ikan mujair segar 25 g 21,0 kcal
0,0 g
jeruk nipis 5g 1,4 kcal
0,5 g
kecap 10 g 6,0 kcal
0,6 g
garam 1,25 g 0,0 kcal
0,0 g
bawang putih 3g 2,6 kcal
0,6 g
bawang merah 6g 2,6 kcal
0,6 g
ketumbar halus 1,25 g 7,7 kcal
0,8 g
tahu 40 g 30,4 kcal
0,8 g
bakso pentol 25 g 92,5 kcal
0,0 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal
0,0 g

Meal analysis: energy 372,8 kcal (22 %), carbohydrate 48,2 g (20 %)

2. BREAK
agar-agar 15 g 0,0 kcal 0,0 g
Drinking water 75 g 0,0 kcal 0,0 g
Strawberry fresh 34 g 10,9 kcal 1,9 g
gula pasir 5g 19,3 kcal 5,0 g
apel 100 g 59,0 kcal 15,3 g
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 89,3 kcal (5 %), carbohydrate 22,2 g (9 %)

DINNER
beras putih giling 40 g 144,4 kcal 31,8 g
kangkung mentah 40 g 6,0 kcal 0,8 g
jagung kuning pipil baru 10 g 10,8 kcal 2,5 g
bawang merah 3g 1,3 kcal 0,3 g
bawang putih 3g 2,6 kcal 0,6 g
Onions fresh 6g 1,7 kcal 0,3 g
cabe merah 3g 0,8 kcal 0,2 g
tomat masak 10 g 2,1 kcal 0,5 g
gula pasir 2,5 g 9,7 kcal 2,5 g
Olive oil 5g 44,1 kcal 0,0 g
tahu 40 g 30,4 kcal 0,8 g
telur ayam bagian putih 40 g 20,0 kcal 0,4 g
daun bawang 10 g 2,1 kcal 0,5 g
bawang merah 3g 1,3 kcal 0,3 g
bawang putih 3g 2,6 kcal 0,6 g
ketumbar halus 1,25 g 7,7 kcal 0,8 g
Kunyit segar 1g 0,7 kcal 0,1 g
daging ayam 25 g 71,2 kcal 0,0 g
tepung roti 7,5 g 25,0 kcal 5,5 g
tepung maizena 5g 19,0 kcal 4,6 g
telur ayam bagian putih 10 g 5,0 kcal 0,1 g
merica halus 0,625 g 2,0 kcal 0,4 g
kaldu ayam 0,625 g 0,0 kcal 0,0 g
bawang merah 1,5 g 0,7 kcal 0,2 g
bawang putih 3g 2,6 kcal 0,6 g
gula pasir 0,625 g 2,4 kcal 0,6 g
Olive oil 5g 44,1 kcal 0,0 g
jeruk manis 60 g 28,3 kcal 7,1 g
Drinking water 200 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 488,7 kcal (29 %), carbohydrate 62,0 g (26 %)
IN BETWEEN
Drinking water 225 g 0,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 0,0 kcal (0 %), carbohydrate 0,0 g (0 %)

========================================================
Result
========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
_______________________________________________________________
energy 1698,6 kcal 2036,3 kcal 83 %
protein 74,0 g(17%) 60,1 g(12 %) 123 %
fat 55,3 g(28%) 69,1 g(< 30 %) 80 %
carbohydr. 235,6 g(55%) 290,7 g(> 55 %) 81 %
dietary fiber 19,1 g 30,0 g 64 %
water 1528,6 g 2250,0 g 68 %
Vit. A 1201,7 µg 1000,0 µg 120 %
Vit. D 0,2 µg 5,0 µg 5%
Vit. E 1,9 mg - -
Vit. K 39,9 µg 80,0 µg 50 %
Vit. C 153,8 mg 100,0 mg 154 %
Vit. B12 1,0 µg 3,0 µg 34 %
iron 18,1 mg 10,0 mg 181 %
zinc 8,8 mg 10,0 mg 88 %
calcium 585,7 mg 1000,0 mg 59 %
potassium 2653,7 mg 3500,0 mg 76 %
sodium 1699,3 mg 2000,0 mg 85 %
magnesium 375,9 mg 350,0 mg 107 %
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga; 2010.


2. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan dasar (Pedoman Pengukuran
Antropometri). Jakarta. 2014.
3. Purwadi. Penentuan Natrium dalam Sediaan Ringer Laktat Secara Microwave
Plasma Atomic Emmision Spectroscopy. Analit: Analytical and
Environmental Chemistry. 2017; 2(2): 1.
4. Endriastuti NE, Wahyono D, Sukarno R. Evaluasi pendosisan Gentamisin
pada Pasien Anak Pneumonia Berat. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi . 2015; 5(1): 27.
5. Rifaldi M, Lintong PM, Durry MF. Efek Pemberian Metilprednisolon Oral
Terhadap Gambaran Histopatologik Hati Tikus Wistar. Jurnal e-Biomedik
(eBm). 2016; 4(2): 2.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Surakarta. 2015.
Kedokteran Respirasi untuk Dokter Layanan Primer. Pertemuan Ilmiah
Respirologi (PIR) 2015 Nasional. Surakarta: 11-12 April 2015. 88-89p.
7. Arlambi NP, Muryawan MH. Pengaruh Suplementasi Kapsul Ekstrak Ikan
Gabus Terhadap Kadar Kolesterol dan Berat Badan pada Anak dengan
Sindrom Nefrotik. Semarang: Universitas Diponegoro. Skripsi. 2014.
8. Wiranata IM, Hasmono D, Surdijati S. Studi Penggunaan Omeprazole pada
Pasien Sirosis Hati dengan Hemetamesis Melena Rawat Inap di RSUD
Kabupaten Sidoarjo. Journal of Farmacey Science and Practice. 2017; 4(1):
37.
9. Widayat W, Ghassani IK, Rijai L. Profil Pengobatan dan DRP’S pada Pasien
Gangguan Lambung (Dyspepsia, Gastritis, Peptic Ulcer) di RSUD
Samarinda. Jurnal Sains dan Kesehatan. 2018; 1(10): 544.
10. Budi S, Ikawati Z, Dwiprahasto I, Nuryastuti T. Evaluasi Drug Related
Problems (DRPs) Antibiotik pada Pasien Sepsis di Rumah Sakit di
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2017; 15(1): 47.
11. Yuni SE, Hasmono D, Kasih E, Palestin NA. Studi Penggunaan Asam
Traneksamat pada Penderita Tuberkulosis dengan Hemoptisis di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya . Journal of Pharmacy
Science and Practice. 2018; 1(5): 19.
12. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
13. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Yahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk
Masyarakat Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2019.
14. Maunaturrohmah A, Yuswatiningaih E. Terapi Diafragma untuk Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Mojokerto: STIKes Majapahit.
2018. 1-2p.
15. Salawati L. Hubungan Merokok dengan Derajat Penyakit Paru Obstruksi
Kronik. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2016; 16(3): 165.
16. Warganegara E. Pneumonia Nosokomial (Hospital-acquired, Ventilator-
associated, dan Health Care-associated Penumonia). Jurnal Kedokteran
Unila. 2017; 1(3)6; 13.
17. Asdi RH, Hikmah F, Pertiwi DA. Analisis Faktor Penyebab Kejadian
Hispital-Acquired Pneumonia (HAP) pada Pasien Instalasi Rawat Inap Kelas
III RS Paru Jember Tahun 2015. Jurnal Kesehatan. 2016; 4(3): 1.
18. Irvan, Febyan, Suparto. Sepsis dan Tatalaksana Berdasar Guideline Terbaru.
Jurnal Anestesiol Indonesia. 2018; 10(1): 62-71.
19. Wahyuni NMH. Gambaran Asuhan Keperawatan pada Anak
Bronkopneumonia dengan Gangguan Perukaran Gas di Rung Cilinaya RSUD
Mangusada Badung Tahun 2018. Denpasar: Poltekkes Denpasar. Diploma
thesis. 2018.
20. Widyastuti Y, Mahmud, Wardhana AP. Hipoalbuminemia: Pengaruhnya pada
Farmakokinetika Agen-Agen Anestesi. Jurnal Komplikasi Anestesi. 2017;
5(1): 84.
21. Suryaningsih T, Nuryani S, Martningsih MA. Perbedaan Kadar Natrium
(Na+) Sebelum dan Sesudah Hemodialisis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di
RS Panti Rapih Yogyakarta. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2019.
22. Andriana J. Prihantini NN, Raizza FD. Hubungan Glukosa Darah Sewaktu
dengan IMT pada Usia Produktif. Jurnal Ilmiah Widya. 2018; 5(1): 4.
23. Boutou AK, Karrar S, Hopkinson NS, Polkey MI. Anemia and Survival in
Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Dichotomous Rather Than A
Continuous Predictor. Journals Respir. 2011; 85: 126-131.
24. Nelms M, Sucher K, Lacey KRS. Nutrition Therapy for Chronic Obstructivee
Pulmonary Disease. In : Nutrition Therapy and Patophysiology. 2nd edition.
Wadsworth Cengage Learning; 2011.
25. Mahan LK, Raymond JL. KRAUSE’S Food & The Nutrition Care Process.
14th ed. Canada: Elsevier Inc.; 2017.

Anda mungkin juga menyukai