Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS DIETETIK 2

PENYAKIT GIZI BURUK

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2021
I. LATAR BELAKANG
An.P berusia 2 tahun ( Perempuan), memiliki berat badan sebelum masuk
rumah sakit 7,5 kg. An.P masuk rumah sakit dengan keluhan pada 3 bulan yang
lalu kaki bengkak sampai dengan sekarang serta pada 2 minggu terakhir anak p
anas, batuk, dan pilek. Data antropometri An.P berat badan MRS 6,8 kg denga
n TB 75 cm.
Kondisi umum An.P sadar, kelihatan pasif, rewel, rambut jarang dan mud
ah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lemas, ektrimitas oedema
(+). Suhu badan 360C tensi 110/65 mmHg. Hasil laboratorium An.P pada protei
n total 4,89 g/dl, albumin 2,17 g/dl, globulin 2,7 g/dl, Hb 8 g/dl.
Hasil anamnesa gizi, An.P sejak usia 6 bulan diberi bubur encer + sayur
bayam/ sup wortel 3x sehari, 1 potong tahu. 2 minggu sekali diberi telur ( habis
1/2 butir) sampai sekarang masih diberi ASI. Gambaran asupan SMRS : energi
298,8 kkal, protein 10 gr, lemak 10,2 gr, karbohidrat 43 gram.

II. SKRINING (DATA UMUM)


A. Pemilihan Metode Skrining
Pada kasus An. P ini menggunakan alat skrining yaitu The Screening
Tool for Risk of Impaired Nutrition Status amd Growth (STRONG kids)
karena diketahui bahwa An. P berusia 2 tahun atau termasuk anak
(Permenkes RI No. 41 Tahun 2014). Alat skrining ini dikembangkan
berdasarkan guideline terbaru dari ESPEN yang penggunaannya mampu
menunjukkan risiko malnutrisi pada populasi anak-anak yang dirawat di
rumah sakit. Metode skrining ini meliputi 4 parameter, yaitu (1) Subjektif
Global Assesment (SGA), (2) Penyakit dengan risiko tinggi, (3) Asupan gizi
dan kehilangannya,(4) Kehilangan berat badan atau peningkatan berat badan
yang kurang.1,2
Kelebihan dari alat skrining STRONG kids adalah sederhana, valid,
reliable, dan cepat dengan rata-rata waktu penyelesaian hanya 3 menit. Alat
ini terdiri atas 4 penilaian dengan skor 1-2 untuk setiap item dan maksimal
skor adalah 5. Metode ini kemudian membagi anak-anak yang dirawat di
rumah sakit ke dalam 3 kelompok risiko yang ditentukan dari kombinasi
riwayat penurunakan berat badan, kesan klinis, dan pertanyaan mengenai
status gizi.1,2

B. Pengisian Kuisioner
SKRINING Modifikasi STRONG-kids
Untuk Anak Usia 1 Bulan – 18 Tahun

Nama : An. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tabel 1. Skrining STRONG-kids An. P
Parameter Skor
Apakah pasien tampak kurus? Ya (1) 1
Tidak (0)
Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu bulan terakhir? Ya (1) 1
(berdasarkan penilaian objektif data berat badan bila ada atau Tidak (0)
penilaian subjektif orang tua pasien atau untuk bayi < 1 tahun berat
badan tidak naik selama 3 bulan terakhir)
Apakah terdapat salah satu dari kondisi tersebut? Ya (1) 0
(diare ≥ 5 kali/ hari dan muntah >3 kali/ hari dalam seminggu Tidak (0)
terakhir atau asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir)
Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien Ya (2) 2
berisiko mengalami malnutrisi? Tidak (0)
TOTAL SKOR 4
Keterangan:
0 = Risiko rendah
1-3 = Risiko sedang
4-5 = Risiko tinggi

C. Kesimpulan Kuisioner
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan metode The
Screening Tool for Risk of Impaired Nutrition Status amd Growth
(STRONG kids) pada An. P, didapatkan skor total sebesar 4 yang berarti
An. P masuk ke dalam kelompok risiko tinggi malnutrisi, sehingga akan
dilakukan tahap selanjutnya yaitu proses asuhan gizi terstandar (PAGT).
III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI
A. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)
Tabel 1. Data Riwayat (CH) An. P

Domain Data Interpretasi


CH-1.1.1 Umur 2 tahun -
CH-1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan -
CH-1.1.7 Peran dalam keluarga Anak -

CH-2.1.1 Keluhan gizi utama pasien Kaki bengkak


sejak 3 bulan
yang lalu, panas,
batuk, pilek.
CH-2.1.3 Malnutrition/ failure to thrive Gizi buruk -

Kesimpulan :
An. P merupakan anak perempuan berusia 2 tahun yang menderita gizi
buruk. Saat masuk rumah sakit, pasien memiliki keluhan kaki bengkak sejak
3 bulan yang lalu, panas, batuk, dan pilek sejak 2 minggu yang lalu.

B. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/ Makanan (FH)


Tabel 3. Asupan SMRS An. P

Domain Data Interpretasi

FH-1.1.1.1 Asupan: 298,8 kkal Asupan kurang, yaitu hanya


Total Energy Intake Kebutuhan: 610 kkal memenuhi 49% dari
kebutuhan.

FH-1.2.1.1 Asupan : - Asupan cairan tidak dapat


Total Fluid Intake Kebutuhan : 793 mL dianalisis

FH-1.2.3.1 Samapi sekarang masih -


Breastmilk Intake diberi ASI

FH-1.5.1.1 Asupan: 10,2 gr Asupan kurang, yaitu sudah


Total Lemak Intake Kebutuhan: - memenuhi % dari kebutuhan.

FH-1.5.2.1 Asupan: 10 gr Asupan cukup, yaitu sudah


Total Protein Intake Kebutuhan: 9,15 gr memenuhi 109% dari
kebutuhan.

FH-1.5.3.1 Asupan: 43 gr Asupan karbohidrat tidak


Total Karbohidrat Kebutuhan: - dapat dianalisis
Intake

FH-1.2.2.5  Makanan pokok: bubur  Diberikan sejak usia 6


Food Variety encer bulan
 Lauk hewani: ½ butir  Kurang bervariasi
telur ayam (2 minggu
sekali)
 Lauk nabati : 1 ptg tahu
 Sayur: sayur bayam/ sup
wortel (3x sehari)
 Cairan: ASI

Kesimpulan:
Berdasarkan data riwayat asupan makan kebiasaan An. P
menggunakan SQ-FFQ atau sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki asupan energi yang kurang. Hal
tersebut dibuktikan dengan asupan energi hanya memenuhi sebanyak 49%
dari total kebutuhan energi. Data riwayat asupan makan kebiasaan
menunjukkan bahwa An. P memiliki variasi menu makan yang kurang.

C. Pengkajian Antropometri (AD)


Tabel 4. Data Antropometri (AD) AN. P
Domain Data Interpretasi
AD-1.1.1 Tinggi Badan 75 cm -
AD-1.1.2 Berat Badan SMRS = 7,5 kg Terdapat penurunan berat
MRS = 6,8 kg badan sebanyak 0,7 kg
AD-1.1.6 Growth pattern indices/ percentile ranks
SMRS = -3,59 Gizi buruk
Z Score BB/U
MRS = -4,31 Gizi buruk
SMRS = -3,54 Sangat pendek
Z Score TB/U
MRS = -3,54 Sangat pendek
SMRS = -2,29 Kurus
Z Score BB/TB
MRS = -3,45 Sangat kurus
Kesimpulan:
Berdasarkan data antropometri, An. P memiliki BB SMRS sebesar 7,5
kg, BB MRS 6,8 kg, dan TB sebesar 75 cm. Setelah dilakukan perhitungan
Z score, dapat disimpulkan status gizi An. P saat ini yaitu gizi buruk
(BB/U), sangat pendek (TB/U), dan sangat kurus (BB/TB).

D. Pengkajian Data Biokimia (BD)


Tabel 5. Data Biokimia (BD) An. P

Domain Data Nilai Normal Interpretasi


BD-1.10.1 Hemoglobin 8 g/dL 12-16 g/dL Rendah/ Anemia
BD-1.11.1 Albumin 2,17 g/dL 3,5-5,0 g/dL Rendah/ Hipoalbumin
BD-1.11.3 Globulin 2,7 g/dL 3,2-3,9 g/dL Rendah/Hipoglobulinemia
Protein Total 4,89 g/dL 5,7-8 g/dL Rendah/ hipoproteinemia
Kesimpulan:
Berdasarkan data biokimia yang dimiliki An. P, dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki kadar hemoglobin (anemia), albumin (hipoalbumin),
globulin, dan protein total yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena
asupan makanan yang kurang, peradangan, serta penyakit infeksi yang
dialami pasien seperti gizi buruk.3,4

E. Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD)


Tabel 6. Data Fisik Klinis (PD) An. P

Domain Data Nilai Normal Interpretasi


PD-1.1.1 Overall Sadar, terlihat pasif,
- Kesadaran normal
appearance rewel, perut datar
PD-1.1.3 Sistem Batuk dan pilek (2
- -
pernafasan minggu terakhir)
PD-1.1.4 Kaki bengkak (sejak 3
Terkait dengan
Extremities, otot, bulan yang lalu) -
adanya oedema
dan tulang oedema
Terkait dengan
PD-1.1.1.1 Eyes Mata bengkak -
adanya oedema
Rambut jarang dan Terkait dengan status
PD-1.1.1.2 Head -
mudah dicabut gizi buruk
Terkait dengan status
PD-1.1.4 Skin Kulit kering -
gizi buruk
PD-1.1.9.1 110/65 mmHg 120/80 mmHg
Normal
Blood Pressure
PD-1.1.9.4
36°C 36-37°C Normal
Temperature
Kesimpulan:
Berdasarkan data klinis dan fisik An. P di atas dapat disimpulkan
bahwa pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kaki bengkak sejak 3 bula
n yang lalu serta pada 2 minggu terakhir pasien mengalami panas, batuk, da
n pilek. Kondisi umum pasien saat ini yaitu sadar, kelihatan pasif, rewel, ra
mbut jarang dan mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lem
as, dan ektrimitas oedema (+). Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan
pasien memiliki tekanan darah dan suhu yang normal.3

F. Comparative Standar
Tabel 7. Comparative Sandar (CS) SMRS An. P
Domain Asupan Kebutuhan Presentase Interpretasi
CS-1.1.1 Total Perkiraan
298,8 kkal 610 kkal 49% Kurang
Kebutuhan Energi
CS-1.1.2 Metode Total
Rumus: 100 kkal/kgB/ hari (stabilisasi) -
Perkiraan Kebutuhan Energi
Tidak ada
CS-2.1.1Total Perkiraan
10,2 gr - - kebutuhan
Kebutuhan Lemak
lemak
CS-2.2.2 Total Perkiraan 10 gr 9,15 gr 109%
Cukup
Kebutuhan Protein Rumus : 1,5 gr/ kgBB/ hari (stabilisasi)
Tidak ada
CS-2.3.1 Total Perkiraan
43 gr - - kebutuhan
Kebutuhan Karbohidrat
karbohidrat
- 793 gr - Tidak ada
CS-3.1.1 Total Perkiraan
data asupan
Kebutuhan Cairan Rumus : 130 mL/ kgBB/ hari cairan
Kesimpulan:
Berdasarkan data riwayat asupan makan kebiasaan An. P
menggunakan SQ-FFQ atau sebelum masuk rumah sakit (SMRS), dapat
disimpulkan bahwa pasien memiliki asupan energi yang kurang. Hal
tersebut dibuktikan dengan asupan energi hanya memenuhi sebanyak 49%
dari total kebutuhan energi. Kebutuhan energi dan protein pasien dihitung
dengan memperhatikan masa stabilisasi, yaitu menggunakan rumus 100
kkal/kgBB/hari (kebutuhan energi) dan 1,5 gr/kgBB/hari (kebutuhan
protein). Perhitungan kebutuhan cairan pasien juga sudah memperhatikan
adanya oedema pada kaki (+) yang termasuk oedema ringan sehingga
dihitung dengan rumus 130 mL/kgBB/hari.5

IV. DIAGNOSIS GIZI


1. NI-5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemberian makanan MP-ASI sehingga asupan energi rendah (E) ditandai
dengan status gizi buruk (Z skor BB/U yaitu -4,31 SD), penurunan BB yang
tidak disengaja (sebanyak 0,7 kg), lemas, terlihat pasif, rewel, rambut
jarang, rambut mudah dicabut, kulit kering, perut datar, terdapat oedema di
kaki, mata bengkak, dan asupan energi hanya 49% (S).
2. NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait tentang gizi (P) berkaitan
dengan adanya gizi buruk disertai oedema atau kwashirkor (E) ditandai
dengan rendahnya kadar protein total (4,89 g/dL), albumin (2,17 g/dL),
globulin (2,7 g/dL), dan kadar Hb (8 g/dL) (S).
V. INTERVENSI GIZI
A. Tujuan Intervensi Gizi
1) Memperbaiki asupan An. P secara bertahap hingga mencapai kebutuhan
dengan memperhatikan kondisi pasien.
2) Memberikan makanan sesuai kemampuan An. P untuk mencegah
penurunan berat badan dan meningkatkan BB secara bertahap (kenaikan
sebanyak 0,5 kg/ minggu).
3) Pembeian diet disesuaikan dengan tahap intervensi (tahap stabilisasi,
transisi, dan rehabilitasi). Pada kasus ini digunakan tahap stabilisasi
untuk memperbaiki kondisi klinis dan metabolisme pasien menjadi stabil.
4) Memperbaiki kondisi fisik pasien.
5) Mengatasi anemia, hipoalbumin. hipoglobulinemia, dan hipoproteinemia.
6) Memberikan edukasi dan konseling mengenai pemilihan makanan yang
tepat pada keluarga An. P.

B. Perencanaan (Planning)
1. Preskripsi Diit
Tabel 8. Perencanaan Preskripsi Diet An. P

Domain Preskripsi Diet


ND-1.1 Makanan yang diberikan dalam porsi kecil, sering, rendah serat, dan
rendah laktosa.
ND-1.2.1 Makanan yang diberikan kepada An. P adalah dalam bentuk makanan
cair untuk memudahkan pasien menelan makanannya.

ND-1.2.2 Energi cukup berdasarkan kebutuhan An. P sebesar 610 kkal yang
disesuaikan dengan fase stabilisasi (100 kkal/kgBB) untuk memperbaiki
kondisi fisik pasien.
ND-1.2.3 Asupan protein yang diberikan sesuai kebutuhan An. P yaitu 9,15 gram
protein/hari (1,5 gr/kgBB/hari) untuk memperbaiki daya tahan tubuh.
Diutamakan protein hewani, misalnya susu, daging ayam, atau telur
ND-1.2.7 Asupan cairan sebanyak 793 mL (130 mL/kgBB/hari).
Bila masih mendapat ASI, dapat diberikan setelah pemberian formula
khusus.
ND-1.2.9 Vitamin (A dan B kompleks) serta mineral (kalium, natrium,
magnesium, dan zink) untuk menunjang metabolisme tubuh,
meningkatkan imunitas tubuh, dan membantu meningkatkan BB.

Tidak boleh diberikan Fe dan protein yang terlalu tinggi pada fase
stabilisasi.
ND-1.3 Untuk menghindari hipoglikemia dan beban saluran cerna, hati serta
ginjal pasien, maka pemberian makanan dilakukan dengan lebih sering
dan jumlah sedikit. Pada fase ini makanan formula (F75) diberikan
sebanyak 1/4 dosis setiap 30 menit selama 2 jam pertama, dan
selanjutnya diberikan 1 porsi setiap 2 jam sekali.

2. Implementasi (jenis, bentuk dan contoh menu)


a. Jenis Diet : Formula F75 dan ASI
b. Bentuk Makanan : Makanan cair
c. Frekuensi : F 75 sebanyak 1/4 dosis setiap 30 menit
selama 2 jam pertama, dan selanjutnya
diberikan 1 porsi setiap 2 jam sekali.
d. Kebutuhan Zat Gizi : Energi = 610 kkal
Protein = 9,15 gr
Cairan = 793 mL
e. Contoh Menu :
Tabel 9. Jadwal pemberian makan An. P
Jam Makanan Berat
07.00 F75 17,5 mL
07.30 F75 17,5 mL
08.00 F75 17,5 mL
08.30 F75 17,5 mL
09.00 F75 17,5 mL
10.00 F75 70 mL
12.00 F75 70 mL
14.00 F75 70 mL
16.00 F75 70 mL
18.00 F75 70 mL
20.00 F75 70 mL
22.00 F75 70 mL
00.00 F75 70 mL
02.00 F75 70 mL
04.00 F75 70 mL
06.00 F75 70 mL

Tabel 10. Resep dan Nilai Gizi Formula WHO 75 (1.000 mL)

Bahan Makanan Berat bahan per 1.000 mL


Formula WHO
Susu skim bubuk 25 gr
Gula pasir 100 gr
Minyak sayur 30 gr
Larutan elektrolit 20 mL
Tambahan air 1.000 mL
Nilai Gizi
Energi 750 kkal
Protein 9 gr
Laktosa 13 gr
Kalium 36 mmol
Natrium 6 mmol
Magnesium 4,3 mmol
Seng 20 mg
Tembaga (Cu) 2,5 mg
Osmolaritas 413 mosm.L

Tabel 11. Kecukupan gizi berdasarkan menu perencanaan An. P


Kandungan Gizi Asupan Kebutuhan Presentase Interpretasi
Energi 643,12 kkal 610 kkal 105% Cukup
Protein 7,72 gr 9,15 kkal 84% Cukup
Cairan 857,5 mL 793 mL 108% Cukup

3. Perencanaan Edukasi Konseling Gizi


Tabel 12. Rencana edukasi konseling pada An. P

Hari, tanggal Senin, 23 Maret 2021


Jam 09.00 -09.30
Tempat RS. Nasional Diponegoro
Topik Gizi Buruk dan Penatalaksanaannya
Tujuan a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada An. P
dan keluarga mengenai status gizi buruk dan cara
penanganannya.
b. Memberikan motivasi dan membangun kepercayaan
kepada An. P dan keluarga terkait perubahan asupan
makan supaya lekas sembuh dan status gizi membaik.
Sasaran An. P dan kelarganya
Waktu 30 Menit
Materi a. Menjelaskan pengetahuan terkait gizi buruk dan cara
penanganannya.
b. Memberikan pengetahuan mengenai bahan makanan
yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk
dikonsumsi (sesuai dengan fase intervensi).
c. Memberikan pemahaman kebutuhan gizi dan contoh
menu untuk pasien gizi buruk dengan disesuaikan daya
terima terhadap makanan.
Metode Diskusi dan konsultasi
Media Leaflet tentang gizi buruk, food model, dan tumpeng gizi
seimbang
Evaluasi a. An. P dan keluarga memahami seputar gizi buruk dan
cara penanganannya.
b. An. P dan keluarga memahami bahan makanan apa saja
yang dianjurkan, dibatasi, dan harus dihindari untuk
dikonsumsi (sesuai dengan fase intervensi).
c. Keluarga An. P mendukung dan mengikuti diet yang
dijalani oleh pasien dalam penanggulangan gizi buruk
dan mengupayakan pencapaian status gizi normal, kadar
nilai laboratorium normal, dan mencegah adanya infeksi.

4. Perencanaan Koordinasi dengan Tim Kesehatan Lain


Tabel 13. Rencana koordinasi dengan petugas kesehatan lainnya
Pertemua Hal yang Profesi
Solusi Keterangan
n ke- didiskusikan Kesehatan
Pemberian
Patogenesis,
edukasi
diagnosis dan Penannggung
1 konseling Dokter
pengobatan gizi jawab pelayanan
kepada An. P
buruk
dan keluarga
Pencatatan rekam Pengontrolan Skrining gizi,
medis, status pengukuran
2 perkembangan, biokimia dan Perawat antopometri,bioki
kondisi fisik dan fisik klinis mia dan monev
klinis AN. P An. P BB
Perubahan terkait
Pemberian
pemberian
motivasi dan
formula yang Melakukan
diet yang
3 tepat pada gizi Ahli Gizi proses asuhan
tepat,
buruk sesuai gizi
melakukan
dengan fasenya
konseling
(stabilisasi)
Interaksi obat dan
makanan pada
Menanyakan Melakukan
pasien agar
dan melihat Apoteker pengecekan dan
4 pengobatan dapat
resep yang dan farmasi pemberian obat –
dilakukan baik
diberikan obatan
medis maupun
non-medis

VI. PERENCANAAN MONITORING-EVALUASI GIZI


A. Antropometri (AD)
Tabel 14. Rencana Monitoring Evaluasi Data Antropometri (AD) An. P

Indikator Metode Target Pencapaian


BB, TB, dan Z Penimbangan BB dan Pasien dapat meningkatkan berat
Score pemantauan Z Score secara badan sebanyak 0,5 kg/ minggu.
rutin (3 hari sekali).
B. Biokimia (BD)
Tabel 15. Rencana Monitoring Evaluasi Data Biokimiai (BD) An. P

Indikator Metode Target Pencapaian


Hemoglobin, Tes laboratorium dilakukan Mencapai nilai normal
albumin, globulin, secara rutin 1 minggu sekali Hemoglobin (12-16 g/dL),
dan protein total albumin (3,5-5,0 g/dL), globulin
(3,2-3,9 g/dL), dan protein total
(5,7-8 g/dL).

C. Klinis/ Fisik (PD)


Tabel 16. Rencana Monitoring Evaluasi Data Klinis/ Fisik (PD) An. P

Indikator Metode Target Pencapaian


- Lemas - Memberikan makanan Tanda dan gejala gizi buruk yang
- Terlihat pasif dengan bentuk cair dialami pasien berkurang dan
- Rewel ( formula) agar tidak membaik.
- Rambut jarang memberatkan pasien dalam
dan rambut menelan makanan.
mudah dicabut - Menanyakan kepada pasien
- Kulit kering apakah keluhan yang dialami
- Perut datar pasien sudah membaik
- Terdapat (setiap hari).
oedema di kaki
- Mata bengkak

D. Asupan Makanan (FH)


Tabel 17. Rencana Monitoring Evaluasi Data Asupan Makanan (FH) An. P
Indikator Metode Target Pencapaian
Kebutuhan energi, Food Recall 24 Jam atau visual - Asupan makanan berupa
protein, dan zat comstock formula mampu memenuhi
gizi mikro kebutuhan energi, protein, dan
tercukupi zat gizi mikro minimal 80% dari
total kebutuhan secara bertahap.
- Formula yang disajikan oleh
rumah sakit dihabiskan minimal
80%-100%.
Kebutuhan cairan Food Recall 24 Jam atau visual Asupan makanan berupa formula
tercukupi comstock mampu memenuhi kebutuhan
cairan minimal 80% dari total
kebutuhan.
Nutrition Impact Menanyakan kepada pasien Mencegah atau meminimalisir
Symptoms : mual, apakah terjadi efek samping timbulnya efek samping akibat
muntah, BAB, akibat pemberian makanan/ pemberian makanan/ formula.
BAK formula?

VII. PEMBAHASAN KASUS


An.P merupakan anak perempuan berusia 2 tahun. Pasien masuk rumah sa
kit dengan keluhan pada 3 bulan yang lalu kaki bengkak sampai dengan sekara
ng serta pada 2 minggu terakhir anak panas, batuk, dan pilek.
Gizi buruk adalah keadaan dimana seseorang menderita kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Gizi buruk juga dapat
diartikan sebagai status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
dengan Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor
dan marasmus-kwasiorkor). Anak disebut gizi buruk apabila berat badannya
kurang dari berat badan normal. Faktor penyebab gizi buruk dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya jumlah dan
kualitas makanan yang dikonsumsi dan menderita penyakit infeksi, sedangkan
penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu ketersediaan pangan rumah tangga,
kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah.6,7
Gizi buruk yang dialami An. P kemungkinan disebabkan oleh kurangnya
asupan makan dan konsumsi makanan yang kurang beragam. Diketahui bahwa
An. P berusia 2 tahun dimana pada usia ini kebutuhannya meningkat, konsumsi
makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi
syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman
sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita. Anak yang gizi buruk akan mengalami penurunan daya
tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit.7,8
Gizi buruk ataupun malnutrisi energi protein memiliki 3 jenis diantaranya
adalah marasmus, kwashiorkhor, serta marasmus – kwashiorkhor. . Ciri – ciri
kwashiorkhor diantaranya adalah kurus pada lengan dan kaki, perut membesar
(asites/hepatomegali), edema perifer, penurunan massa otot, wajah nampak
bulat “moonface”, apatis, rambut kemerahan dan mudah dicabut, serta sering
terjadi penyakit infeksi, diare, anemia. An. P mengalami kwashiorkhor karena
terdapat oedema pada kakinya.5
Pada kasus An. P ini menggunakan alat skrining yaitu The Screening
Tool for Risk of Impaired Nutrition Status amd Growth (STRONG kids)
karena diketahui bahwa An. P berusia 2 tahun atau termasuk anak (Permenkes
RI No. 41 Tahun 2014). Alat skrining ini dikembangkan berdasarkan guideline
terbaru dari ESPEN yang penggunaannya mampu menunjukkan risiko
malnutrisi pada populasi anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Kelebihan
dari alat skrining STRONG kids adalah sederhana, valid, reliable, dan cepat
dengan rata-rata waktu penyelesaian hanya 3 menit.1,2 Berdasarkan hasil
skrining pada An. P, didapatkan skor total sebesar 4 yang berarti An. P masuk
ke dalam kelompok risiko tinggi malnutrisi, sehingga akan dilakukan tahap
selanjutnya yaitu proses asuhan gizi terstandar (PAGT).
Berdasarkan data riwayat asupan makan kebiasaan An. P menggunakan
SQ-FFQ atau sebelum masuk rumah sakit (SMRS), diketahui bahwa pasien sej
ak usia 6 bulan diberi bubur encer + sayur bayam/ sup wortel 3x sehari, 1 poto
ng tahu. 2 minggu sekali diberi telur ( habis 1/2 butir) sampai sekarang masih d
iberi ASI. Gambaran asupan SMRS : energi 298,8 kkal, protein 10 gr, lemak 1
0,2 gr, karbohidrat 43 gram. Kebutuhan gizi dihitung berdasarkan kebutuhan
fase stabilisasi, karena pada fase ini kondisi pasien dengan gizi buruk
menunjukkan kondisi klinis dan metabolisme belum stabil. Setelah dilakukan
perbandingan dengan kebutuhan zat gizi, dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki asupan energi yang kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan asupan
energi hanya memenuhi sebanyak 49% dari total kebutuhan energi. Data
riwayat asupan makan kebiasaan menunjukkan bahwa An. P memiliki variasi
menu makan yang kurang.
Asupan makan yang kurang merupakan faktor langsung penyebab gizi
buruk pada pasien. Diketahui bahwa pasien masih berusia 2 tahun, dimana
asupan makan masih bergantung oleh ibu atau pengasuh. Asupan makan pada
anak dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terkait gizi dan pola pemberian makan.
Pengetahuan disini adalah pemahaman ibu terkait pengertian zat gizi, manfaat,
sumber makanan, kebutuhan gizi anak dan tanda kekurangan gizi. Pengetahuan
ibu tentang kebutuhan gizi yang baik akan diiringi dengan perilaku pemberian
makanan bergizi bagi anak.9
Berdasarkan data antropometri, An. P memiliki BB SMRS sebesar 7,5
kg, BB MRS 6,8 kg, dan TB sebesar 75 cm. Dapat dilihat bahwa An. P
memiliki penurunan berat badan sebanyak 0,7 kg. Pada gizi buruk, asupan
makanan bergizi dan nafsu makan yang kurang menyebabkan penurunan berat
badan.10 Pada anak yang menderita penyakit kurang energi dan protein maka
dari hasil penimbangan berat badannya dapat digunakan sebagai penentu status
gizi anak tersebut. Anak dikatakan mengalami status gizi buruk bila secara
klinis dapat dilihat kurus, adanya edema minimal pada kedua punggung kaki
dan hasil antropometri menunjukkan nilai BB/TB atau PB sebesar < 70 % dari
median atau nilai Z score ≤ 3 SD. Perlu diperhatikan saat menentukan hasil
penimbangan, pada anak yang mengalami odema kemungkinan berat badannya
lebih sehingga hasil pengukuran antropometri kemungkinan tidak
menunjukkan batasan berat badan kurang atau status gizi kurang/buruk. 5
Setelah dilakukan perhitungan Z score, didapatkan Z score MRS berdasarkan
BB/U yaitu -4,31 (gizi buruk), berdasarkan TB/U yaitu -3,54 (sangat pendek),
dan berdasarkan BB/TB yaitu -3,45 (sangat kurus).
Berdasarkan data biokimia yang dimiliki An. P, dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki kadar hemoglobin (anemia), albumin (hipoalbumin),
globulin, dan protein total yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena
rendahnya asupan protein penyebab gizi buruk. Pada anak gizi buruk terjadi
penurunan sintesis dan pemecahan protein total tubuh yang disebabkan oleh
proses adaptasi terhadap keadaan energi yang kurang pada anak gizi buruk.11
Berdasarkan data klinis dan fisik An. P di atas dapat disimpulkan bahwa
pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kaki bengkak sejak 3 bulan yang lal
u serta pada 2 minggu terakhir pasien mengalami panas, batuk, dan pilek. Kond
isi umum pasien saat ini yaitu sadar, kelihatan pasif, rewel, rambut jarang dan
mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, lemas, dan ektrimitas o
edema (+). Kondisi fisik tersebut merupakan tanda dan gejala bahwa pasien
mengalami gizi buruk kwashiorkhor.5 Hasil pemeriksaan tanda vital
menunjukkan pasien memiliki tekanan darah dan suhu yang normal.3
Berdasarkan dari hasil assessment An. P, diperoleh diagnosis gizi NI-5.2
Malnutrisi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan MP-ASI sehingga asupan energi rendah (E) ditandai dengan status
gizi buruk (Z skor BB/U yaitu -4,31 SD), penurunan BB yang tidak disengaja
(sebanyak 0,7 kg), lemas, terlihat pasif, rewel, rambut jarang, rambut mudah
dicabut, kulit kering, perut datar, terdapat oedema di kaki, mata bengkak, dan
asupan energi hanya 49% (S). NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait
tentang gizi (P) berkaitan dengan adanya gizi buruk disertai oedema atau
kwashirkor (E) ditandai dengan rendahnya kadar protein total (4,89 g/dL),
albumin (2,17 g/dL), globulin (2,7 g/dL), dan kadar Hb (8 g/dL) (S).
Sehingga berdasarkan diagnosis terebut, An. P perlu memperoleh asuhan
gizi terstandar dengan tujuan intervensi berupa memperbaiki asupan An. P
secara bertahap hingga mencapai kebutuhan dengan memperhatikan kondisi
pasien; memberikan makanan sesuai kemampuan An. P untuk mencegah
penurunan berat badan dan meningkatkan BB secara bertahap (kenaikan
sebanyak 0,5 kg/ minggu); memperbaiki kondisi fisik pasien; mengatasi
anemia, hipoalbumin. hipoglobulinemia, dan hipoproteinemia; memberikan
edukasi dan konseling mengenai pemilihan makanan yang tepat pada keluarga
An. P. Pembeian diet disesuaikan dengan tahap intervensi (tahap stabilisasi,
transisi, dan rehabilitasi). Pada kasus ini digunakan tahap stabilisasi untuk
memperbaiki kondisi klinis dan metabolisme pasien menjadi stabil.
Selanjutnya pasien diberikan intervensi gizi yaitu pemberian formula
WHO F75 yang diberikan sebanyak 1/4 dosis setiap 30 menit selama 2 jam
pertama, dan selanjutnya diberikan 1 porsi setiap 2 jam sekali. Diet yang
diberikan sudah memenuhi syarat diet fase stabilisasi, yaitu kebutuhan energi
cukup sebesar 610 kkal (100 kkal/kgBB) untuk memperbaiki kondisi fisik
pasien, protein 1-1,5 gram/kg BB/hari atau 4-7.5 % total kebutuhan energi/
hari, cairan 130 ml/kg BB/ hari; formula hipoosmolar, rendah laktosa, dan
rendah serat; tidak boleh diberikan Fe; dan ASI diberikan setelah pemberian
formula. Jumlah formula yang disajikan disesuaikan dengan berat badan pasien
yaitu 61 kg (BB koreksi) dan diberikan sebanyak 70 mL setiap kali pemberian.
70 mL F75 yang diberikan sebanyak 12 kali dapat memenuhi kebutuhan energi
sebanyak 103% (630 kkal), protein sebanyak 83% (7,56 gr), dan cairan
sebanyak 106% (840 mL).5,12
Berkaitan dengan gizi buruk pada An. P, maka perlu dilakukan
penatalaksanaan dan pemberian edukasi konseling untuk memodifikasi
manajemen gizi pada An. P dan keluarga. Pada proses konseling dapat
didiskusikan kembali apakah intervensi yang diberikan terlalu sulit untuk
dijalani atau tidak. Kehadiran dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan pada
proses ini untuk keberhasilan diet pasien. Koordinasi tim dengan tenaga
kesehatan lain seperti dokter, farmasi, dan perawat sangat penting untuk
mencapai tujuan intervensi. Melakukan monitoring perkembangan kondisi An.
P ketika keluar rumah sakit atau rawat jalan juga harus dilakukan untuk dapat
mengevaluasi mengenai diet yang dilakukan pasien.

VIII. PENUTUP/ KESIMPULAN


Berdasarkan hasil proses asuhan gizi terstandar yang dilakukan,
diperoleh hasil dari skrining The Screening Tool for Risk of Impaired Nutrition
Status amd Growth (STRONG kids) bahwa An. P mengalami malnutrisi
sehingga diperlukan adanya Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Gejala
yang dialami An. P ketika masuk rumah sakit adalah keluhan kaki bengkak
sejak 3 bulan yang lalu serta pada 2 minggu terakhir pasien mengalami panas,
batuk, dan pilek. Kondisi umum pasien saat ini yaitu sadar, kelihatan pasif, rew
el, rambut jarang dan mudah dicabut, kulit kering, mata bengkak, perut datar, l
emas, dan ektrimitas oedema (+). Kondisi fisik tersebut merupakan tanda dan
gejala bahwa pasien mengalami gizi buruk kwashiorkhor. Intervensi yang
diberikan kepada An. P adalah pemberian formula WHO F75 untuk
memperbaiki kondisi klinis dan metabolisme pasien menjadi stabil. Selain itu
menaikkan berat badan secara bertahap untuk mencapai BB ideal dan
mencegah penurunan BB, memantau asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro
agar memenuhi kebutuhan, serta melakukan pemeriksaan biokimia secara rutin
hingga normal atau mendekati normal. Dukungan keluarga serta koordinasi
antara tenaga kesehatan sangat penting untuk mencapai tujuan intervensi.
IX. LAMPIRAN
1. LEAFLET
2. STATUS GIZI MENURUT WHO ANTHRO
A. SMRS

B. MRS
3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI
BB sebenarnya = BB saat ini (dengan oedema) – BB koreksi oedema
= 6,8 – 10% (6,8)
= 6,8 – 0,68
= 6,1 kg
a. Kebutuhan Energi (Fase stabilisasi 80-100 kkal/ kgBB/ hari)
Kebutuhan Energi = 100 kkal x BB
= 100 kkal x 6,1
= 610 kkal/hari
Dapat dipenuhi dengan:
F WHO 75 (diberikan 12 porsi)
= 12 x 70 ml (berdasarkan BB koreksi An. P tanpa oedema 6,1 kg)
= 840 ml/ hari mengandung 630 kkal
b. Kebutuhan Protein (fase stabilisasi 1-1,5 gram/kgBB/hari)
Kebutuhan Protein = 6,1 x 1,5 gram/kgBB/hari
= 9,15 gram/hari
c. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan Cairan = 130 ml/kgBB/hari
= 130 mL x 6,1
= 793 mL
Bila anak mendapat ASI  dianjurkan diberi setelah formula WHO 75
d. Kebutuhan Zat Gizi Mikro
 Vitamin A = 200.000 SI (1 kapsul vtamin A warna merah)
 Vitamin C = 100 mg/ hari (2 tablet)
 Vitamin B kompleks = 5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1
mg/hari
 Asam folat = 5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari
4. HASIL SQ-FFQ
KUESIONER FREKUENSI KONSUMSI ASUPAN GIZI SEMI KUANTITATIF
Nama : An. P
Usia : 2 tahun
Tanggal pengukuran : 20 Maret 2021

Tabel 18. Tabel kuisioner SQ-FFQ An. P


Rata- Rata-rata
Berat
rata asupan
Teknik Frekuensi Konsumsi Porsi per kali makan menta
frek/hr gr/hari
Nama Bahan pengolahan h (n)
(f) (n x f)
Makanan (kebiasaan)
berat matang
Hari Minggu Bulan URT
(g)
grg tms rbs x/mgg x/hr x/bln x/hr grg tms rbs
KARBOHIDRAT
Beras giling putih V 3
PROTEIN HEWANI
Telur V 2 1 butir 55 gr 0,07 3,93 gr
PROTEIN NABATI
Tahu 1 ptg sdg 40 56 gr
SAYURAN
Bayam V 3
Wortel V 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Irani IS. Prediksi Risiko Malnutrisi Pada Anak Diare Berdasarkan Steongkids
di Ruang Ismail Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi. 2017.
2. Suryani I, Isdiany N, Kusumayanti GA. Buku Ajar Gizi Dietetik Penyakit
Tidak Menular. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
2018.
3. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
4. Latifah ER. Uji Kesesuaian Kadar Protein Total Serum Lipemik yang Diolah
dengan Flokulan Alfa Siklodekstrin dan High Speed Sentrifungasi.
Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Skripsi. 2019.
5. Nuraini, Ngadiarti I, Moviana Y. Bahan Ajar Gizi Dietetika Penyakit Infeksi.
Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2017. 158p.
6. Alhidayati NH. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk dan
Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kebong
Kabupaten Sintang. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Skripsi. 2018.
7. Oktaviana S, Widajanti L, Aruben R. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Buruk Pada Balita di Kota Semarang Tahun 2017 (Studi
di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang). 2017; 5(3): 186.
8. Alamsyah D, Mexitalia M, Margawati A. Beberapa Faktor Risiko Gizi
Kurang dan Gizi Buruk pada Balita 12-59 Bulan (Studi Kasus di Kota
Pontianak). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas. 2017; 2(1): 47.
9. Susilowati E, Himawat A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah 1
Demak. Jurnal Kebidanan. 2017; 6(13): 24-5.
10. Sholikah A, Rustiana ER, Yuniastuti A. Faktor - Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan. Public Health
Perspective Journal. 2017; 2(1): 11-2.
11. Rauza I, Andina M. Hubungan Indeks Massa Tubuh Anak Kurang Gizi
terhadap Total Protein dan Albumin. Buletin Farmatera. 2017; 2(3): 136.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Tatalaksana
Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2011. 15-16p.

Anda mungkin juga menyukai