Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
Adinda Safitri
22030117130065
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2019
I. LATAR BELAKANG
II. SKRINING
A. Pemilihan metode skrining
Metode skrining yag digunakan adalah SNST (Simple Nutrition Screening
Tools).
B. Pengisian kuesioner
No Pertanyaan Skor
1 Apakah pasien terlihat kurus? Ya (1)
2 Apakah pakaian anda terasa lebih longgar? Ya (1)
3 Apakah akhir-akhir ini anda kehilangan berat Ya (1)
badan secara tidak disengaja (6 bulan terakhir)
4 Apakah anda mengalami penurunan asupan Ya (1)
makan selama 1 minggu terakhir?
5 Apakah anda menderita suatu penyakit yang Ya (1)
mengakibatkan adanya perubahan jumlah atau
jenis makanan yang anda makan?
6 Apakah anda merasakan lemah, loyo, dan tidak Ya (1)
bertenaga?
6
Total Skor
b. MRS
Tabel 3. Data Asupan Makan MRS Tn. M
b. MRS
IMPLEMENTASI
1. Jenis diet = diet ginjal 1700 kalori
2. Bentuk diet = lunak diberikan secara oral
3. Menu
Waktu Menu Berat URT
07.00 Bubur nasi 200 gram 1 mangkok bsr
Sayur buncis 100 gram 6 sdm
Pepes tahu 35 gram 1 ptg sdg
Lele bumbu kuning 30 gram 1 ptg sdg
Minyak wijen 5 gram 1 sdt
Selingan Jus apel 110 gram 1 gls sdg
(10.00) Gula pasir 15 gram 1 sdm
VII. PEMBAHASAN
Tn. M adalah pasien rumah sakit yang terdiagnosis gagal ginjal
kronik, hipertensi dan Haemoptysis dengan pendidikan akhir SLTP.
saat di rumah sakit dilakukan skrining gizi dengan menggunakan
SNST dan skor yang diperoleh adalah 6 yang berarti termasuk dalam
kategori beresiko malnutrisi.
Setelah dilakukan srining, diakukan proses PAGT langkah
pertama yaitu assessment. Dari data domain food history didapatkan
informasi bahwa konsumsi SMRS Tn. M memiliki jumlah yang cukup
secara keseluruhan, namun berlebih dalam konsumsi lemak dan
protein. Informasi untuk asupan makan MRS Tn. M adalah terjadi
penurunan asupan makan yang sangat drastic dari asupan SMRS, yaitu
hanya 16% dari total kebutuhan yang seharusnya dipenuhi.
Pada domain antropometri didapatkan informasi panjang ulna,
Lila, BB actual, dan penurunan Berat badan yang terjadi. Darai
infromasi tersebut ahli gizi melakukan perhitungan estimasi kebutuhan
dan penentuan status gizi Tn. M. Menurut hasil perhitungan, Tn. M
memiliki IMT sebesat 16,1 kg/m2 dimana menurut permenkes
termasuk dalam ketegori sangat kurus dan memiliki persentil LILA
sebesar 67,4% yang termasuk dalam ketegori gizi kurang.
Pada domain fisik/klinis didapatkan informasi jika Tn. M
memiliki tekanan darah yang tinggi dimana termasuk dalam kategori
Hipertensi stage II, mengalami nafas cepat yang sejalan dengan keluah
Tn. M yaitu mengalamai sesak nafas. Dari domain biokimia
didapatkan informasi bahwa banyak nilai biokimia yang tidak sesuai
dengan nilai normal. Seperti nilai profil ureum dan kreatinin yang
tinggi, nilai Hb yang rendah, serta beberapa nilai elektorlit yang tinggi
dan rendah.
Diagnosis gagal ginjal kronik dapat dilihat dari data biokimia
dimana nilai ureum, kratinin memiliki nilai yang tinggi darti niali
normal. Kondisi gagal ginjal kronik biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi Blood Urea Nitrogen (BUN).1Peningkatan kadar ureum
darah bergantung pada penurunan fungsi filtrasi glomerulus.
Penurunan fungsi ginjal 15% (<15ml/mnt) mengindikasikan adanya
gagal ginjal dan uremia. Sindrom uremia ini terutama terjadi pada
penderita penyakit ginjal yang kronis dan akan memberikan
manifestasi pada bagian anggota tubuh yang lain. Oleh karena itu
peningkatan kadar ureummaupun kreatinin dapat di gunakan sebagai
indikator penting untuk mengetahui fungsi ginjal.2
Nilai biokimia Tn. M selain dapat menggambarkan penyakit
gagal ginjal kronik, juga dapat menggambarkan jika Tn. M mengalami
anemia. Salah satu nilai biokimia yang menggambarkan kedaan
anemia adalah nilai biokimia hemoglobin yang rendah yaitu sebesar
9,6 g/dL. Anemia ini terjadi karena pada penderita gagal ginjal kronik
terjadi penurunan produksi eritropoetin, peningkatan kehilangan darah
kronis, penghambatan eritropoiesis yang disebabkan oleh inflamasi,
defisiensi bahan nutrisi, adanya hiperparatiroid sekunder atau
akumulasi dari fraksi-fraksi uremi.3
Dari hasil assessment yang diperoleh, maka didapatkan
beberapa diagnosis gizi untuk Tn. M yaitu :
1. (NI-5.2)Malnutrition berkaitan dengan diagnosis medis gagal
ginjal kronik (CKD)ditandai dengan IMT < 16,1 kg/m2 (under
weight), penurunan berat badan sebanyak 5 kg (10%), dan
penurunan asupan makan.
2. (NC-2.2)Altered Nutrition-related laoboratory values berkaitan
dengan disfungsi ginjal ditandai dengan tingginya nilai biokimia
ureum sebesar 123,7 mg,dL dan kreatinin sebesar 8,1 mg/dL
Dari diagnosis gizi diatas, kemudian dilakukan intervensi
dengan tujuan yang sesuai dengam diagnosis gizi yang telah dibuat
yaitu memberikan asupan makan yang sesuai dengan kebutuhan Tn.
M tanpa memperberat kerja jantung, mencegah terjadi penurunan
berat badan, mengembalikan dan mengontrol nilai biokimia pada nilai
normal, dan edukasi kepada Tn. M. diet yang diberikan pada Tn. M
adalah diet ginjal (rendah protein). Protein yang diberikan kepada Tn.
M adalah sebesar 0,8 gram/kgBB. Pembatasan protein dilakukan
karena terjadinya disfungsi ginjal dengan salah satu cirinya adalah
terjadinya uremia. Pada keadaan produk sisa metabolisme protein
(ureum) yang berlebihan di dalam tubuh dalam bentuk urin namun
sebaliknya apabila terjadi kerusakan pada ginjal maka akan terjadi
penumpukan ureum di dalam darah sehingga ginjal tidak mampu
mengeluarkannya dan menjadikannya semakin tinggi. Selain diet
rendah protein, pemilihan bahan makanan juga dihindari bahan
makanan sumber kalium. Karena pada pasien gagal ginjal biasanya
hiperkalemia yang berkaitan dengan oliguria (berkurangnya volume
urin) atau keadaan metabolik, obat-obatan yang mengandung kalium.
Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang
adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat
terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun
intrafena.4 Diet yang diberikan adalah diet ginjal dengan bentuk biasa.
Makanan diberikan dengan system 3 kali makanan utama 3 kali
selingan.
Setelah dilakukan intervensi, maka dilakukan monitoring
evaluasi gizi yang dilakukan pada domain asupan dengan melihat
asupan makan saat di rumah sakit dan perubahan pola makan saat
rawat jalan, bikomia dilihat dari nilai-nilia biokimia yang berubah
menjadi normal, fisik klinis dimana gejala-gejala pusing, pucat lemas
mulai hilang, serta antropometri yang dilihat dari tidak adanya
penurunan berat badan padaa Tn. M.
DAFTAR PUSTAKA
1.
LAMPIRAN
1. Perhitungan :
b. MRS (PERKENI)
Rekomendasi Menu