Pasien anak laki-laki usia 50 bulan, anak kedua dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pekerja bangunan dan ibunya bekerja sebagai buruh cuci dan anak tersebut selalu dibawa saat
bekerja. Untuk kebutuhan keluarga sehari, rata-rata menghabiskan Rp20.000,- Keluarga
tersebut tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan luas 3x 5 meter. Pasien mendapat ASI
saja hanya 4 bulan dan setelah itu ASI tidak keluar. Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering
demam dan hanya diberi obat penurun panas. Tinggi badan (TB) 100 cm, berat badan (BB)
saat masuk rumah sakit 11 kg, BB 6 bulan yang lalu 13 kg. Pasien dirawat di rumah sakit
dikarenakan panas tinggi, muntah-muntah, batuk pilek dan perut kejang.
1. Diagnosis dokter : KEP dan Pneumonia
2. Hasil pemeriksaan Biokimia awal masuk rumah sakit :
1. Asesmen gizi
Asesmen gizi dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada pada kasus diatas yang relevan
kemungkinan berkaitan dengan masalah gizi yaitu :
a) Riwayat terkait gizi dan makanan :
1) SMRS
Untuk menghitung asupan makan SMRS gunakan Daftar Bahan Makanan Penukar
(DBMP), hasilnya adalah :
Untuk menghitung apakah asupan pasien tersebut sudah memenuhi kebutuhan atau tidak,
bandingkan dengan kebutuhannya dalam kondisi normal dengan perhitungan sebagai berikut:
Cara menghitung ebutuhan energi dan zat gizi :
a) Tentukan BB ideal (Lihat Tabel BB menurut TB Balita laki-laki) usia 20-60 bulan.
Hasilnya, BB ideal 18,2 kg.
b) Gunakan Tabel AKG AKG untuk Bayi dan Anak (per orang per hari (Permenkes RI tahun
2013). Hasilnya kecukupan energi sesuai usia tinggi 84,2 kkal.
c) Rumus kebutuhan energi = BB Ideal x Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai usia tinggi.
Jadi kebutuhan energi kasus diatas = 18,2 x 84,2 = 1532,44 kkal.
d) Rumus kebutuhan protein = BB ideal x Angka Kecukupan Protein (Lihat tabel AKG)
sesuai usia tinggi, hasilnya : 18,2 x 1,8 = 32,76 gram.
e) Rumus kebutuhan lemak, 25-30 % kebutuhan energi, hasilnya = 25/100 x 1532,44 : 9 =
42,56 gram.
f) Rumus kebutuhan karbohidrat, 55-65% dari kebutuhan energi, hasilnya = 55/100 x 1532,44
= 842,842 : 4 = 211 gram.
g) Penilaian hasil asesmen asupan makan kasus SMRS :
Asupan energi = 762,5/1532,44 x 100% = 50% dari kebutuhan
Asupan protein = 29,25/ 32,76 x 100% = 89%
Asupan lemak = 20,25/ 42,56 x 100% = 47,57%
Asupan karbohidrat = 20,25/211 x 100% = 9,60%
h) Asupan makan dikatakan mencukupi kebutuhan bila mencapai 80-100% dari
kebutuhannya.
i) Kesimpulan asesmen asupan makan SMSR kasus diatas adalah:
Secara kuantitatif Pasien mengalami kekurangan energi, lemak dan karbohidrat
SMRS.
Secara kualitatif bila dibandingkan dengan pola makan seimbang, maka pola makan
pasien tidak seimbang, tidak mengonsumsi sayur dan buah.
Pemberian ASI hanya sampai usia 4 bulan.
Kemungkinan faktor yang mempengaruhi asupan makan pasien SMRS adalah,
kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
yang kurang sehingga mempengaruhi pemilihan makanan yang tidak tepat.
1) Asupan makan selama dirawat di rumah sakit
Selama 10 hari dirawat di rumah sakit pasien mendapat makanan dalam bentuk F
100 dan makanan lumat tetapi hanya menghabiskan 70%.
Perhitungan asupan energi dan zat gizi pasien dihitung sesuai fase perawatan untuk
anak gizi buruk. Pasien diberi makanan F100 dan makanan lumat, berarti sudah
masuk fase rehabilitasi.
Kebutuhan energi dan zat gizi kasus selama masa rehabilitasi (Lihat cara perhitungan
pada bab 4) adalah:
Energi = 11 kg x 150 kkal = 1650 kkal
Protein = 11 kg x 4 gram = 44 gr
Pasien hanya menghabiskan 70 %, kesimpulannya adalah pasien hanya
mengonsumsi 1155 kkal dan 30,8 gr protein selama 10 di rawa di rumah sakit, jadi
masih kurang dari kebutuhannya.
b. Data antropometri :
1) BB pasien saat ini 11 kg, 6 bulan yang lalu 13 kg, BB 100cm
2) Status gizi pasien berdasarkan BB/TB ≤ 3 SD, katagori status gizi Buruk dan terjadi
penurunan BB dalam waktu 6 bulan sebesar 15 %
3) Kesimpulan hasil assesmen antropometri :
Status gizi pasien Buruk
Teradi penurunan BB yang tidak diinginkan
e. Riwayat klien
Pasien tinggal bersama orang tua yang bekerja dengan penghasilan kurang dan pola asuh
kurang memperhatikan kesehatan dan gizi.
2. Diagnosis gizi
Dari data asessmen diatas dapat ditetapkan diagnosis gizi :
a) NI-2.1. Asupan makan peroral tidak adekuat (P) disebabkan karena asupan makan
kurang memenuhi kebutuhan baik jumlah dan jenisnya (E), ditandai dengan asupan
makan selama dirumah sakit hanya mencapai 70 % (S).
b) NC-2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P) disebabkan asupan makan yang
kurang dan adanya kebutuhan gizi yang meningkat (katabolisme) akibat penyakit
infeksi (Pneumonia) (E), ditandai dengan HB (Normal = ), Albumin 3 (Normal: 3-5 ).
c) NC-3.1. Berat badan kurang/gizi buruk (P) disebabkan pemberian makan yang tidak
tepat serta pola makan tidak seimbang (E) ditandai dengan BB ≤ 3 SD dan terkadi
penurunan BB dari 13 kg menjadi 11 kg dalam waktu 6 bulan.
d) NB- 3. Tingkat pengetahuan yang kurang (P) disebabkan keterbatasan tingkat sosial
dan ekonomi (E) ditandai dengan pemberian ASI hanya sampai 4 bulan, pilihan
makanan yang tidak tepat, tidak bervariasi dan tidak mengikuti pola makan seimbang.
3. Intervensi gizi
a) Asupan makan ditingkatkan mencapai ≥ 80 % kebutuhan dalam waktu 2 hari.
b) Peningkatan nilai laboratorium terkait gizi (Hb, Albumin) mencapai angka normal.
(Hb normal : 12-16 gram/dl), (Albumin normal : 3,5-5,5 gram/dl).
c) Peningkatan berat badan 500 gr/minggu sampai mencapai BB ideal sesuai umur (≥
18,2 kg).
d) Peningkatan pengetahuan orang tua tentang pola gizi seimbang dan pemilihan
makanan yang tepat untuk tumbuh kembang anak Balita selama perawatan di rumah
sakit.