Anda di halaman 1dari 6

KASUS KEP

Pasien anak laki-laki usia 50 bulan, anak kedua dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pekerja bangunan dan ibunya bekerja sebagai buruh cuci dan anak tersebut selalu dibawa saat
bekerja. Untuk kebutuhan keluarga sehari, rata-rata menghabiskan Rp20.000,- Keluarga
tersebut tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan luas 3x 5 meter. Pasien mendapat ASI
saja hanya 4 bulan dan setelah itu ASI tidak keluar. Sejak 1 tahun yang lalu pasien sering
demam dan hanya diberi obat penurun panas. Tinggi badan (TB) 100 cm, berat badan (BB)
saat masuk rumah sakit 11 kg, BB 6 bulan yang lalu 13 kg. Pasien dirawat di rumah sakit
dikarenakan panas tinggi, muntah-muntah, batuk pilek dan perut kejang.
1. Diagnosis dokter : KEP dan Pneumonia
2. Hasil pemeriksaan Biokimia awal masuk rumah sakit :

3. Hasil pemeriksaan klinis : iga gambang


4. Obat yag diberikan : Streptomycin dan INH

Riwayat makan pasien sebelum masuk rumah sakit (SMRS) :


Pagi : bubur ayam ½ porsi dan susu kental manis 1 penukar
Siang : nasi ½ penukar dan ikan lele goreng 1 penukar
Sore : biskuit 2 keping dan teh manis 1 gelas
Malam : Nasi ½ penukar, mi instan ½ penukar dan telur rebus 1 penukar
Pada hari ke 10 pasien dirawat di rumah sakit, pasien mendapat makanan F100 dan
makanan lumat, tetapi pasien hanya menghabiskan 70%.
Untuk menyelesaikan kasus diatas langkah-langkah proses asuhan gizinya menggunakan
pendekatan ADIME yaitu :

1. Asesmen gizi
Asesmen gizi dilakukan dengan mengumpulkan data yang ada pada kasus diatas yang relevan
kemungkinan berkaitan dengan masalah gizi yaitu :
a) Riwayat terkait gizi dan makanan :
1) SMRS
Untuk menghitung asupan makan SMRS gunakan Daftar Bahan Makanan Penukar
(DBMP), hasilnya adalah :
Untuk menghitung apakah asupan pasien tersebut sudah memenuhi kebutuhan atau tidak,
bandingkan dengan kebutuhannya dalam kondisi normal dengan perhitungan sebagai berikut:
Cara menghitung ebutuhan energi dan zat gizi :

a) Tentukan BB ideal (Lihat Tabel BB menurut TB Balita laki-laki) usia 20-60 bulan.
Hasilnya, BB ideal 18,2 kg.
b) Gunakan Tabel AKG AKG untuk Bayi dan Anak (per orang per hari (Permenkes RI tahun
2013). Hasilnya kecukupan energi sesuai usia tinggi 84,2 kkal.
c) Rumus kebutuhan energi = BB Ideal x Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai usia tinggi.
Jadi kebutuhan energi kasus diatas = 18,2 x 84,2 = 1532,44 kkal.
d) Rumus kebutuhan protein = BB ideal x Angka Kecukupan Protein (Lihat tabel AKG)
sesuai usia tinggi, hasilnya : 18,2 x 1,8 = 32,76 gram.
e) Rumus kebutuhan lemak, 25-30 % kebutuhan energi, hasilnya = 25/100 x 1532,44 : 9 =
42,56 gram.
f) Rumus kebutuhan karbohidrat, 55-65% dari kebutuhan energi, hasilnya = 55/100 x 1532,44
= 842,842 : 4 = 211 gram.
g) Penilaian hasil asesmen asupan makan kasus SMRS :
 Asupan energi = 762,5/1532,44 x 100% = 50% dari kebutuhan
 Asupan protein = 29,25/ 32,76 x 100% = 89%
 Asupan lemak = 20,25/ 42,56 x 100% = 47,57%
 Asupan karbohidrat = 20,25/211 x 100% = 9,60%
h) Asupan makan dikatakan mencukupi kebutuhan bila mencapai 80-100% dari
kebutuhannya.
i) Kesimpulan asesmen asupan makan SMSR kasus diatas adalah:
 Secara kuantitatif Pasien mengalami kekurangan energi, lemak dan karbohidrat
SMRS.
 Secara kualitatif bila dibandingkan dengan pola makan seimbang, maka pola makan
pasien tidak seimbang, tidak mengonsumsi sayur dan buah.
 Pemberian ASI hanya sampai usia 4 bulan.
 Kemungkinan faktor yang mempengaruhi asupan makan pasien SMRS adalah,
kondisi sosial ekonomi keluarga yang kurang, pengetahuan tentang gizi dan kesehatan
yang kurang sehingga mempengaruhi pemilihan makanan yang tidak tepat.
1) Asupan makan selama dirawat di rumah sakit
 Selama 10 hari dirawat di rumah sakit pasien mendapat makanan dalam bentuk F
100 dan makanan lumat tetapi hanya menghabiskan 70%.
 Perhitungan asupan energi dan zat gizi pasien dihitung sesuai fase perawatan untuk
anak gizi buruk. Pasien diberi makanan F100 dan makanan lumat, berarti sudah
masuk fase rehabilitasi.
 Kebutuhan energi dan zat gizi kasus selama masa rehabilitasi (Lihat cara perhitungan
pada bab 4) adalah:
Energi = 11 kg x 150 kkal = 1650 kkal
Protein = 11 kg x 4 gram = 44 gr
Pasien hanya menghabiskan 70 %, kesimpulannya adalah pasien hanya
mengonsumsi 1155 kkal dan 30,8 gr protein selama 10 di rawa di rumah sakit, jadi
masih kurang dari kebutuhannya.

b. Data antropometri :
1) BB pasien saat ini 11 kg, 6 bulan yang lalu 13 kg, BB 100cm
2) Status gizi pasien berdasarkan BB/TB ≤ 3 SD, katagori status gizi Buruk dan terjadi
penurunan BB dalam waktu 6 bulan sebesar 15 %
3) Kesimpulan hasil assesmen antropometri :
 Status gizi pasien Buruk
 Teradi penurunan BB yang tidak diinginkan

c. Data Biokimia terkait gizi


 Hasil pemeriksaan Hb pasien 10 gr/dl (Normal : 12-16 gr/dl), menunjukkan dibawah
normal, sehingga dapat disimpulkan pasien mendertita anemia.
 Hasil pemeriksaan Albumin 3 gr/dl (Normal : 3,5 -5 gr/dl), menunjukkan hasi
dibawah angka normal, sehingga dapat disimpulakn pasien mengalami defisiensi
protein.
d. Pemeriksaan fisik fokus gizi
Hasil pemeriksaan fisik klinis menunjukkan adanya iga gambang pada pasien, sebagai tanda
klinis kondisi pasien dengan status gizi buruk jenis marasmus.

e. Riwayat klien
Pasien tinggal bersama orang tua yang bekerja dengan penghasilan kurang dan pola asuh
kurang memperhatikan kesehatan dan gizi.

2. Diagnosis gizi
Dari data asessmen diatas dapat ditetapkan diagnosis gizi :
a) NI-2.1. Asupan makan peroral tidak adekuat (P) disebabkan karena asupan makan
kurang memenuhi kebutuhan baik jumlah dan jenisnya (E), ditandai dengan asupan
makan selama dirumah sakit hanya mencapai 70 % (S).
b) NC-2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (P) disebabkan asupan makan yang
kurang dan adanya kebutuhan gizi yang meningkat (katabolisme) akibat penyakit
infeksi (Pneumonia) (E), ditandai dengan HB (Normal = ), Albumin 3 (Normal: 3-5 ).
c) NC-3.1. Berat badan kurang/gizi buruk (P) disebabkan pemberian makan yang tidak
tepat serta pola makan tidak seimbang (E) ditandai dengan BB ≤ 3 SD dan terkadi
penurunan BB dari 13 kg menjadi 11 kg dalam waktu 6 bulan.
d) NB- 3. Tingkat pengetahuan yang kurang (P) disebabkan keterbatasan tingkat sosial
dan ekonomi (E) ditandai dengan pemberian ASI hanya sampai 4 bulan, pilihan
makanan yang tidak tepat, tidak bervariasi dan tidak mengikuti pola makan seimbang.

3. Intervensi gizi
a) Asupan makan ditingkatkan mencapai ≥ 80 % kebutuhan dalam waktu 2 hari.
b) Peningkatan nilai laboratorium terkait gizi (Hb, Albumin) mencapai angka normal.
(Hb normal : 12-16 gram/dl), (Albumin normal : 3,5-5,5 gram/dl).
c) Peningkatan berat badan 500 gr/minggu sampai mencapai BB ideal sesuai umur (≥
18,2 kg).
d) Peningkatan pengetahuan orang tua tentang pola gizi seimbang dan pemilihan
makanan yang tepat untuk tumbuh kembang anak Balita selama perawatan di rumah
sakit.

IMPLEMENTASI INTERVENSI GIZI


1. Preskripsi diet
a. Berdasarkan asesmen, pasien hanya menghabiskan 70 % dari kebutuhan energi dan zat
gizinya, preskripsi diet yang diberikan tetap sama sampai pasien mampu menghabiskan 80-
100% dari kebutuhannya (Kebutuhan energi = 1650 kkal).
b. Pembagian makan sehari adalah:
1) F 100 : 4 x 175 cc = 700 kkal
2) Makanan lumat 3 x 250 kkal = 750 kkal
3) Sari buah : 1 x 100 cc = 1 x 250 kkal = 250 kkal
1700 kkal
c. Dari perhitungan diatas pasien diharapkan menghabiskan 80 % nya yaitu 1360 Kkal.
d. Dari hasil perhitungan dan pembagian makanan tersebut tuliskan dalam
preskripsi diet yaitu:
1) F 100 @175 cc, 4 kali (diberikan pukul : 06.00, 10.00, 14.00 dan 20.00).
2) Makanan lumat 250 kkal, 3 kali (diberikan pukul 08.00, 12.00 dan 18.00).
3) Sari buah 100 cc, 1 kali (diberikan pukul 16.00).
e. Langkah berikutnya, setelah preskripsi diet ditetapkan beserta pembagian dan jadwal
pemberian makanan, perlu dibuat perencanaan menu sehari untuk menghitung bahan
makanan yang diperlukan untuk membuat Formula 100, makanan lumat dan sari buah.
f. Untuk merencanakan bahan makanan yang dibutuhkan tersebut gunakan daftar menu
makanan sehari seperti tabel berikut, sedangkan kandungan gizi dihitung berdasarkan tabel
DBMP atau Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI):
g. Perhitungan energi dan zat gizi pada menu diatas hasil perhitungan energinya sedikit
dibawah tarjet asupan yang diharapkan yaitu 1360 Kkal atau mencapai 99,7%. Hal ini bisa
dibenarkan dimana hasil perhitungan energi dan zat gizi menu yang disusun masih wajar bila
 10% dari tarjet preskripsi diet yang akan diberikan pada pasien.
Monitoring dan evaluasi gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan intervensi yang
sudah ditetapkan dalam tujuan intervensi gizi. Pada kasus ini, indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur keberhasilan intervensi gizi tersebut adalah:
a. Asupan makan
Asupan makan sebaiknya dimonitor setiap hari untuk melihat peningkatan asupan makannya.
Apabila sudah mencapai ≥ 80 % dari kebutuhannya, pada kasus ini perlu ditingkatkan lagi
kandungan energi dan zat gizi pada makanannya sampai berat badan idealnya tercapai.
b. Nilai laboratorium terkait gizi (HB dan albumin)
Monitoring nilai laboratorium terkait gizi dapat dilakukan bila ada pemeriksaan laboratorium
berikutnya. Diharapkan pada pemeriksaan berikutnya ada peningkatan nilai laboratorium
tersebut
c. Kegiatan monitoring untuk melihat pertambahan berat badan kasus, dilakukan
penimbangan setiap minggu, apabila dalam 1 minggu ada peningkatan 500 gram maka
selanjutnya preskripsi diet ditingkatkan kandungan energi dan zat gizinya sampai berat badan
kasus mencapai berat badan ideal.
d. Pengetahuan orang tua terkait gizi untuk anak balita Monitoring dan evaluasi edukasi gizi
tidak dapat diketahui dampaknya dalam jangka pendek. Hasil keberhasilan edukasi gizi
dikatakan tercapai pada kasus diatas adalah, apabila saat pasien dinyatakan sembuh dan boleh
pulang perlu ditanyakan kembali informasi-informasi terkait gizi dan makanan yang sudah
diberikan pada orang tua tersebut. Jawaban orang tua pasien dapat digunakan sebagai
penilaian apakah ada peningkatan pengetahuan orang tua pasien atau apakah orang tua pasien
sudah paham belum tentang informasi yang sudah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai