Anda di halaman 1dari 5

Asuhan Gizi Pada Hiv/Aids

Pada bahasan ini diharapkan Anda mampu menjelaskan asuhan gizi pada penyakit
HIV/AIDS. Penjelasan akan lebih mudah dipahami oleh pasien, jika anda memahami
etiologi, patofisiologi dari Penyakit ini. Apa sebenarnya penyakit HIV/AIDS. Penyakit
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan penyakit yang
disebabkan karena tubuh terinfeksi virus HIV yang mengancam kehidupan manusia. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dan penyakit. Efek dari Virus HIV sampai saat ini masih menjadi tantangan yang
berat karena virus ini hanya bisa dilemahkan dengan obat anti virus dan asupan gizi yang
optimal. Jika virus HIV tidak bisa dihambat maka akan menjadi AIDS. AIDS merupakan
tahap akhir dari infeksi virus ini yang ditandai dengan adanya imunosupresi berat yang
menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. Pada
tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Topik ini akan
di bagi dalam tiga bagian. Pertama mengenai ruang lingkup HIV yan akan membahas tentang
etiologi dan patologi penyakit HIV serta efek samping HIV/AIDS. Kedua mengenai
penatalaksanaannya yaitu terapi obat dan asuhan gizinya serta kondisi yang perlu
pertimbangan.
HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa di derita pada dewasa dan anak. Gejala yang
paling sering adalah terjadi penurunan berat badan yang diikuti dengan diare atau
malabsorpsi. Hal yang perlu digaris bawahi adalah seseorang yang sudah terkena virus ini
tidak bisa dihilangkan 100%, bahkan jika tidak dikendalikan cepat sekali prognosanya
memburuk dan menjadi AIDS atau dikenal sebagai stadium akhir penyakit HIV.
Pengendalian yang utama adalah mempertahankan status gizi optimal dan mengoreksi segera
jika ada tanda-tanda defisiensi zat gizi yang nampak. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
membiasakan hidup bersih dan menjaga agar makanan yang dikonsumsi bebas dari mikro
organisme, parasit dan polutan yang dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien. Pada
paisen AIDS dimana sudah ada infeksi oppurtunistik, dan nilai CD4 rendah < 200
menunjukkan kondisi sudah terminal. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan status
gizi dan menahan agar tidak terjadi penyulit baru yang menyebabkan kondisi lebih buruk dan
bisa terjadi kematian. Sebelum membahas kasus, akan diawali dengan langkah-langkah
melakukan PAGT dengan pendekatan ADIME untuk pasien HIV/ADS baru, dan langkah
menyusun menu sesusi regimen diet yang diktentukan.

A. RUANG LINGKUP PENYAKIT HIV/AIDS

1. Etiologi
Penyebaran virus hanya terjadi jika melakukan hubungan seks yang tidak aman dan
bergantian jarum suntik saat menggunakan obat/narkotika. Penyebaran yang lain diantaranya
melalui seks oral, memakai alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian; tranfusi
darah dari orang yang terinfeksi; memakai jarum, suntikan, perlengkapan menyuntik lain
yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya serta penularan dari ibu
kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.

2. Patofisiologi AIDS
Virus HIV menyerang sistem immune dan sistem syaraf. Apa yang dimaksud dengan
Immunitas? Immunitas adalah kemampuan tubuh melindungi dirinya dari berbagai serangan
virus, bakteri, polutan dan lain yang dari luar tubuh dan itu banyak, dan jika imunitas tubuh
rendah maka mudah sekali sakit terutama penyakit infeksi. Bagiamana penyerangannya?
Virus HIV masuk ke tubuh manusia dia langsung masuk ke dalam darah dan langsung
menyerang sel protein tertentu yaitu CD4 yang ada di limposit. Limposit adalah sumber
utama kemampuan imunitas tubuh, yang terlibat immunitas humoral yang diproduksi sel Beta
dan immunitas mediated sel yang diproduksi oleh Sel T. Oleh karena itu ciri utama penderita
HIV adalah penurunan kadar CD4. Pada orang sehat , yang tidak terkena infeksi kadar CD4
berkisar antara 500 sampai dengan 1500 dalm setiap microliter darah. Penurunan kadar CD4
mendukung penderita mudah terkena infeksi dan kanker tertentu serta dapat menyerang
syaraf yang akhirnya terjadi kerusakan otak.
AIDS akan terjadi jika kadar CD4 kurang dari < 200 mm 3. Pada kondisi ini tubuh
sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melawan infeksi sehingga hampir seluruh bagian
tubuh terinfeksi. Hal ini lah yang ditakutkan, makanya pemberian asuhan gizi dapat
memperlambat virus ini berkembang agar tidak menjadi AIDS. Waktu yang diperlukan HIV
menjadi AIDS jika tanpa terapi apapun rata-rata adalah 10 tahun.

3. Bagaimana gejala penderita terkena HIV?


Virus HIV menyerang segala usia baik anak maupun dewasa. Gejala yang dapat
diamati pada penderita dewasa adalah gejala mayor dan minor. Gejala mayor adalah terjadi
penurunan berat badan sebesar 10 persen atau lebih dalam waktu sekitar satu bulan tanpa
sebab, diare dan demam berkepanjangan lebih dari satu bulan. Sementara tanda minornya
adalah batuk kering yang sulit sembuh; kulit gatal di sekujur badan; adanya infeksi jamur di
mulut, lidah, atau tengorokan; terjadi pembesaran kelenjar di area ketiak, selangkangan, dan
leher; terserang herpes zoster yang sulit sembuh, menurunnya kemampuan intelektual, dan
kerusakan syaraf peripher.
Gejala yang muncul pada anak yang terserang virus HIV pada kondisi awal mungkin
hampir tidak terlihat, setelah dicermati baru nampak gejala mayornya yaitu ada keterlambatan
pertumbuhan, diare kronis atau berulang, pneumonia interstisial, atau sariawan. Sedangkan
gejala minornya adalah: kulit gatal di semua bagian badan; pembengkakan di leher, ketiak,
atau selangkangan; Serangan jamur di tenggorokan, lidah, atau mulut; infeksi telinga,
tenggorokan, atau organ lain.; batuk yang tidak mereda. Namun tanda dan gejala yang
nampak jelas pada AIDS adalah lemas, anorexia, diare, berat badan turun, demam dan
menurunnya sel darah putih atau leukopenia. Untuk itu bagi seseorang yang terinfeksi HIV
sebaiknya segera memeriksakan kondisi kesehatannya agar jangan sampai kondisi
kesehatannya semakin parah atau menurun.
CONTOH KASUS

Tuan S, usia 42 tahun, punya bisnis travel, terdiganosa terinfeksi HIV sejak 20 tahun yang
lalu. NIlai beban virus tidak terindikasi, tapi nilai CD4 adalah 643 sel/mcl. Pada saat ini Tuan
S masih minum obat antiretroviral.Selain itu Os juga minum obat atorvastatin (Lipitor), dan
ranitidine (zantac). Tinggi badan adalah 172 cm, BB; 85 kg. Profil lipid puasa adalah kadar
total kolesterol 184 mg/dl; trigliserida 304 mg/dl, HDL 25 mg/dl, dan LDL 96 mg/dl. Pada
saat kunjungan 6 bulan yang lalu, Os mengatakan bahwa ketebalan perutnya bertambah tetapi
pingulnya makin tipis. Tuan S hidup sendiri, dan tidak suka masak.Hari-hari mengkonsumsi
makanan dari restoran atau supermarket. Pagi makan roti isi sosis 2 buah, jus jeruk dan kopi;
makan siang nasi padang dengan 2 potong rendang, dan 1 gelas besar coca cola; makan
malam nasi goreng dengan 2 telur ceplok; snack nya adalah potato chips dan crakers.

1. Pengkajian/Assessment :
 Medis : HIV dengan gejala lipodystropi
 Biokimia : CD4 643 Sel/mcl (398-1535/ul; Total kolesterol 184 mg/dl (120-199 mg/dl).
trigliserida 304 mg/dl (puasa <150 mg/dl); HDL 25 mg/dl (40-60 mg/dl) LDL 96 mg/dl
(<100 mg/dl)
 Antropometri : Tinggi badan adalah 172 cm, BB; 85 kg, BBI = 65-79 kg, IMT = 28.
 Aktifitas fisik : sedikit gerak tidak ada aktifitas khusus, malas gerak, suka ngemil
 Riwayat makan : 2480 kkal; ptn 94 g (15 %), lemak 87 g (32% dan >>emak jenuh) dan,
CHO 330 g (53 %) (> gula)
 Kebutuhan gizi ( BBI 72 kg), aktifitas 1,2, faktor stress 1,2) =
BMR= 66.47+13.75(BBI) + 5.0 X (TB) – 6.75 x (Umur)
BMR=66.47+13.75x (72) +5.0X (172) -6.75X (42)
BMR =1056 + 860 – 283.5 = 1633, maka kebutuhannya = 1633 x 1,2x1,2=2350 kkal
Lemak total 30 % = 78 g, lemak jenuh < 26 g, sisanya lemak tidak jenuh tunggal dan ganda.

2. Diagnosa Gizi :
a. Asupan lemak yang tidak sesuai (NI. 51.3) berkaitan dengan konsumsi daging dan sosis
dalam porsi besar dan lemak trans (biskuit), yang ditandai asupan lemak jenuh >10 %
total energi.
b. Asupan CHO yang tidak seimbang (NI.53.3) berhubungan dengan tingginya minum
manis (Coca cola), dan snack tinggi CHO yang ditandai dengan rendahnya asupan
sayur dan buah.
c. Dislipidemia/perubahan nilai lab yang terkait dengan lemak (NC.2.2) berhubungan
dengan asupan energi dan zat gizi yang tidak seimbang yang ditandai dengan tingginya
asupan lemak jenuh lemak trans, rendahnya asupan sayur dan buah.
d. Physical inactivity (NB.2.1) yang berhubungan dengan perasaan sibuk ngurus travel
yang ditandai dengan sedikit gerak, tidak ada aktifitas khusus.
e. Overweight (NC.3.3) berhubungan dengan asupan energi yang tidak seimbang dan
malas gerak.

3. Intervensi :
Penetapan tujuan
a. Memperbaiki pola makan dengan mengurangi asupan lemak jenuh, lemak trans dan
CHO sederhana dan meningkatkan asupan sayur dan buah.
b. Lemak jenuh diusahakan < 10% dari total energi.
c. Rata-rata asupan sayur dan buah 400 g per hari, usahakan tidak dikonsumsi mentah
kecuali ada kulit.
d. Aktifitas fisik ditingkatkan, dan diupayakan setiap minggu naik 1000 langkah perhari
sampai dengan 10.000 langkah perhari (tujuan akhir).

4. Implementasi
a. Memberikan pujian bahwa konsumsi pasien HIV dalam kisaran normal, hanya
pemilihan bahan makanan yang sedikit kurang tepat sehingga kelebihan lemak di
perut dapat sedikit berkurang.
b. Membantu pasien membuat alternative pemilihan bahan makanan untuk menurunkan
asupan lemak total, dan lemak trans.
 Porsi sosis dan daging dikurangi.
 Gunakan susu dan hasil olahnya atau ikan laut dalam atau ikan tawar misalnya ikan
gabus segar.
 Ganti mentega dengan minyak sumber lemak tidak jenuh tunggal (minyak zaitun,
minyak kacang dll).
 Ganti ngemil biscuit, coca cola dengan milkshake buah (minuman densitas tinggi
tetapi lemak rendah), podeng caramel saus buah dll.
 Memberikan daftar rumah makan yang menyediakan makanan sehat.
c. Membantu pasien dalam meningkatkan aktifitas fisik sehari-hari
 Atur aktifitas pasien, sehingga memungkinkan melakukan olahraga jalan kaki, yang
setiap minggu ada peningkatan sehingga terbiasa dengan 10.000 langkah per hari.

5. Monitoring dan evaluasi


Monitoring : Ahli gizi diharapkan menghubungi pasien untuk memberikan dukungan dan
klarifikasi jika ada pertanyaan terkait dengan rencana yang telah didiskusikan. Hal ini penting
dilakukan karena dapat mengukur apakah rencana dapat dijalankan dan mengukur apakah
pasien mengerti informasi yang telah diberikan.
Mengukur outcome yang berhubungan langsung dengan asupan:
a. perubahan perilaku yang terkait dengan ukuran porsi, penggunaan susu dan hasil
olahnya ; meningkatkan asupan sayur dan buah sesuai anjuran; pemilihan bahan
makanan ketika beli makanan di luar; bagaimana dengan anjuran aktifitas fisik
b. perubahan intake total lemak jenuh, lemak trans, sayur dan buah.
c. perubahan status biokimia dan out come kesehatan: nilai HDL dan trigliserida darah.
Mengukur outcome keseluruhan pasien:
a. kepuasan.
b. kemandirian pasien (mencatat makanan yang dikonsumsi, mencatat aktifitas fisik
dll).

6. Evaluasi : outcome
Bandingkan data awal (assesmen) dengan data saat ini secara berkala. Proges/kemajuan
didiskusikan dengan pasien, dan jika ada masalah segera diidentifikasi, dan digunakan untuk
mmebuat diagnosa gizi baru, memodifikasi intervensi dan menetapkan tujuan baru.
MENYUSUN MENU DIET
1. Membuat Pola menu
Pola menu dibuat dengan menggunakan bahan penukar. Jika pasien akan melaksanakan
tinggal mengganti dengan bantuan daftar penukar. Daftar penukar adalah daftar yang terdiri
dari 7 kelompok bahan makanan yang mempunyai nilai gizi hampir sama dan sudah ada
padanannya dalam berat. Secara umum, Anda sudah terbiasa menggunakan daftar bahan
penukar. Sekarang, Anda tinggal tentukan bagaimana pola 2400 kkal, rendah lemak jenuh
dan trans dan rendah CHO sederhana.

TABEL 9,2

TABEL 9,3

TABEL 9,4

Anda mungkin juga menyukai