Anda di halaman 1dari 23

TERAPI DIET ANEMIA

DI SUSUN OLEH :

MELANIA TRIA MITAS

DOSEN PEMBIMBING :

NURHAMIDAH,M.BIOMED

STIKES PERINTIS PADANG


2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan nikmat
kepada kita semua, karena dengan nikmat itulah Penulis dapat  menyusun makalah ini.
Shalawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita semua, yakni nabi
Muhammad SAW. beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabiatnya, dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun makalah yang berjudul, “Diet Anemia”,
sebagai pemenuhan salah satu tugas Mata Kuliah  Dietetik Penyakit Infeksi dan Defesiensi.
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca semua. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
dan semoga apa yang kita kerjakan senantiasa dalam ridho allah SWT.amin.

Kerinci,27 Maret 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 1

C. Ruang Lingkup Penulisan 2

D. Metode Penulisan 2
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diet 3
B. Tujuan Diet Anemia 13
C. Indikasi Diet Anemia 13
D. Prinsip Diet Anemia 14
E. Sarat Diet Anemia 16
F. Jenis –jenis Diet Anemia 16
G. Nutrisi Bagi Penderita Diet Anemia 19
H. Diet Tepat Cegah Anemia 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 22
B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Larat Belakang

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Dongoes, 2000)
Menurut wikipedia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hempglobin (protein pembawqa oksigen) dalam sel darah merah bedada di bawah
normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan terkena anemia
apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang
dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36%
pada perempuan.
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah zat
besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah satu nutrien tersebut
akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan menimbulakan keadaan anemia.
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di indonesia
tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat besi untuk
pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat dalam sel darah
merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah serta ukuran sel-sel
darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya. Penderitanya menjadi pucat
dan lemah,serta mudah lelah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi yang dikumpulkan maka dapat dibuat rumusan masalah seperti berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa yang dimaksud dengan diet anemia?
3. Apa saja prinsip-prinsip diet anemia?
4. Apa saja jenis-jenis diet anemia?
5. Apa yang dimaksud dengan syarat diet anemia?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini diantara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui penyakit anemia
2. Untuk mengetahui diet anemia
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip diet anemia

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini tersusun berdasarkan bahasa EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Makalah
ini terdiri atas 3 Bab yaitu : Bab I. Pendahuluan, Bab II. Isi, Bab III. Penutup. Referensi
makalah ini terdapat dalam beberapa sumber-sumber buku.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diet

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Dongoes, 2000)

Menurut wikipedia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah bedada di bawah normal. sel
darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan terkena anemia apabila
kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari
41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada
perempuan.

1. Penyebab Anemia
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan oleh:
a. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada gangguan system imun dan talasemia.
b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik dan kekurangan
nutrisi.
c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat pendarahan akut, pendarahan
kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.

2. Tanda dan Gejala Anemia


Jika terjadi anemia adalah dalam waktu yang lama, maka konsentrasi Hb-nya rendah. Gejala-
gejala tersebut bisa berupa:
a. asimtomatik
b. alergi
c. napas pendek atau sesak (terutama saat beraktivitas)
d. kepala terasa ringan
e. serta palpitasi
f. demam

Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan :

a. pucat pada membrane mukosa.


b. Pendarahan
c. Luka

3. Klasifikasi Anemia

Secara garis besar, anemia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yakni sebagai
berikut.

a. Klasifikasi Anemia akibat Gangguan Eritropoises


Anemia yang diakibatkan oleh gangguan eritropoises adalah:
1) Anemia defisiensi besi. Tidak cukupnya suplai besi di dalam tubuh mengakibatkan
timbulnya sel darah merah yang hopokrom dan mikrositer.
Anemia di definisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.
2) Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan berdasarkan
etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukan
ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya (kandungan Hb). Pada
klasifikasi berdasarkan morfologi dibagi dalam tiga klasifikasi besar:
3) Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal serta
mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau normal
rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk
infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.
4) Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar dari normal
dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat.
5) Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung
jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia defisensi besi, keadaan
sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada talesemia.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi merupakan penyebab
terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 % dari populasi dunia mengalami
anemia akibat defisiensi besi.
Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam penyimpanan
dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam
metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan proses katabolisme yang
bekerjanya membutuhkan ion besi.

Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada bayi
dan anak. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10 % setiap hari sehingga
untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung Fe sebanyak 8-10 mg Fe perhari. Fe
yang berasal dari ASI diabsorpsi secara lebih efisien daripada yang berasal dari susu sapi.
Sedikitnya macam makanan yang kaya Fe yang dicerna selama tahun pertama kehidupan
menyebabkan sulitnya memenuhi jumlah yang diharapkan, maka dari itu diet bayi harus
mengandung makanan yang diperkaya Fe sejak usia 6 bulan.

ZAT BESI (Fe)

Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat badan.
Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam
bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu
sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang
terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan Fe yang
nonesensial.

Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung dan
kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan
nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan dan sereal.
Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah. Heme-iron menyumbang hanya 1-
2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika. Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber
utama zat besi.

Kebutuhan Zat Besi


Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umur, jenis
kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun
keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.

Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh
pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5 gram,
untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap hari selama 15
tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan
untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel. Karena itu untuk
mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi.

METABOLISME ZAT BESI

Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di
duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin
berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :

1. Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan)

Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino dan
vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh sel mukosa
usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang selanjutnya berikatan
dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke peredaran darah setelah
mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero direoksidasi menjadi feri yang
akan berikatan dengan 1 globulin membentuk transferin. Transferin berfungsi mengangkut
besi untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan
sebagai cadangan besi tubuh.

Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan


bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme
membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi menjadi
biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus seperti di atas.

2. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)


Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan enzim
proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa usus secara
utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan porfirin. Ion feri akan
mengalami siklus seperti di atas.

Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron


b. Ferro lebih mudah diserap daripada ferri
c. Asam lambung akan membantu penyerapan besi
d. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat
e. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses
pertumbuhan
f. Absorbsi akan diperbesar oleh protein
g. Asam askorbat dan asam organik tertentu

Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan
absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat
cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus intestinal
akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu kehabisan besi,
maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.

Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang ebrsifat
mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah
hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding feritin.
Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum
tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam
tubuh.

PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberi terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian preparat Fe
dapat secara peroral atau parenteral.

1. Terapi Oral
Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat, dan
suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam 2-3 dosis.
Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan efek samping
pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi gastrointestinal, yang dapat
menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena itu pemberian besi bisa saat
makan atau segera setelah makan, meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%.
Preparat besi harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.

2. Terapi parental

Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan untuk
meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.

Indikasi parenteral:

a. Tidak dapat mentoleransi Fe oral.


b. Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe oral.
c. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe oral
(colitis ulserativa).
d. Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal.
e. Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa.

PENCEGAHAN

Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada awal
kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif.


2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun.
3. Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam
askorbat (jus buah).
4. Memberi suplemen Fe pada bayi kurang bulan.
5. Pemakaian PASI yang mengandung besi.

PROGNOSIS
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui
penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan
manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi

1) Anemia megaloblastik. Defisiensi folat atau vitamin B12 bisa mengakibatkan


gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replica DNA. Efek yang timbul dari kejadian
tersebut adalah pembesaran precursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang,
hematopoises yang tidak efektif, dan pansitopenia.

Kebutuhan minimal folatsehari-harikira-kira 50 mg, denganmudahdiperolehdari diet rata-rata


(Soenarto 2001). Asamfolat (folium) termasukgolongan vitamin B yang larutdalam air. Jadi,
bila ada kelebihan folat dalam asupan atau makanan yang di konsumsi, tak perlu khawati
rkarena kelebihan tersebut dapat larut dalam air. Selain itu,tidak seluruhnya dari asam folat
yang dimakan itu bisa diserap oleh tubuh

Sumberasamfolat:

a. Sayuranberwarnahijautua: Bayam, kangkung, selada, asparagus, brokoli.   


b. Kacang-kacangan: Kacangmerah, kacangkedelai, kacanghijau, termasukjugaselaikacang.   
c. Biji-bijian: Gandum, beras, cereal, oatmeal, termasukjuga roti gandum   
d. Buah-buahan: Pepaya, nenas, jeruk, pisang, alpukat, danstroberi.   
e. Daging: Hati, ginjaldanbeberapa organ dalamhewanilainnya

2) Anemia aplastik. Anemia aplastik adalah suatu kondisi di mana sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah akibat hiposeluleritas. Hiposeluleritas dapat terjadi akibat paparan
racun, radiasi, reaksi terhadfap obat atau virus, serta defek pada perbaikan DNA dan gen.
3) Anemia mieloptisik. Anemia ini terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh
serangan sel-sel tumor serta kelainan granuloma yang menyebabkan plpasan eritroid padfa
tahap awal.

b. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Ukuran Sel


Anemia yang di akibatkan oleh ukuran sel meliputi:
1.) Anemia mikrositik, penyebab utamanya adalah defisiensi besi dan talasemia
(gangguanHb).
2.) Anemia normositik, contohnya adalah anemia yang diakibatkan oleh penyakit kronis,
seperti gangguan ginjal.
3.) Anemia makrositik, penyebab utamanya adalah mengonsumsi alcohol dan anemia
megloblastik.
4. Diet dan Anemia

Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah zat besi,
vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein.

Defisiensi salah satu nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah
merah dan menimbulakan keadaan anemia. Diantara beberapa jenis anemia,anemia gizi yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi sejauah ini merupakan jenis anemia yang paling sering
ditemukan.

Anemia Defisiensi Besi

Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di indonesia
tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat besi untuk
pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat dalam sel darah
merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah serta ukuran sel-sel
darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya. Penderitanya menjadi pucat
dan lemah,serta mudah lelah. Berbagai faktor turut meninimbulkan keadaan ini :

a. Makanan yang kandungan zat besinya rendah.


b. Kebutuhan zat besi yang meningkatkan akibat kehilangan darah,misalnya sebagai
akibatcedera,perdarahan dari ulkus peptimum atau hemorhoid,atau sebagai akibat
epistaksis atau menstruasi yang berlebihan.
c. Gangguan penyerapan zat besi,seperi terjadi pada kelainan traktus alimentrarius tertentu.

Kadang-kadang beberapa faktor turut terlibat.

Anemia defisiensi besi kerapkali terjadi diantara kaum wanita, khususnya wanita dengan
haid yang banyak atau ibu yang mengalami kehamilan berulang kali. Jenis anemia ini juga
sering ditemukan di antara anak-anak dan para remaja, yang kebutuhan zat besinya tinggi
karena berlangsungnya pertumbuhan.

Bayi-bayi juga mudah menderita anemia, khususnya bayi yang hanya diberi air susu
dalam waktu lama tanpa makanan tambahan, mengingat baik ASI maupun susu sapi
merupakan sumber zat besi yang buruk. Kelompok lainnya yangkemungkinan besar
menderita anemia adalah para manula berusia di atas 75 tahun, khususnya yang menghadapi
kesulitan untuk mengunyah makanannya.

Vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 akan menimbulkan anemia pernisiosa. Keadaan ini terjadi akibat
gangguan penyerapan vitamin tersebut dari traktus ali mentarius karena gangguan penyerapan
vitamin B12 pada anemia pernisiosa timbul akibat kekurangan faktor intrinsik,keadaan ini
tidak dapat diobati atau dicegah dengan makanan yang kaya akan vitmin B 12ataupun dengan
preparat vitamin B12. Dalam keadaan ini diperlukan penyuntikan vitamin B12. Apabila
penyerapan usus berlangsung normal,defisiensi vitamin B12 hanya terjadi pada vegitarian ang
sama sekali tidak makan produk hewani.

Asam Folat

Defisiensi asam folat dari makanan diperkirakan mempunai peranan dalam


menimbulakan anemia megalobastik ang kadang-kadang terjadi pada kehamilan. Keadaan ini
sering ditemukan diantara wanita hamil. Kadang-kadang ditemukan juga pada bayi prematur
secara manula.

Asam Askorbat

Anemia akibat kekurangan asam askorbat kadang-kadang dijumpai bersama dengan penyakit
skorbut

Protein

Defisiensi protein yang serius dapat mengakibatkan kekurangan protein untuk


pembentukanstruktur sel darah merah dan dapat menimbulkan anemia.

B. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit anemia adalah untuk membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan
dan olahraga untuk mendapatkan control metabolik yang lebih baik, dengan cara:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia.
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
3. Mencapai dan mempertahankan tekanan BB dan status gizi yang optimal sehingga tidak
terjadi malnutrisi.
4. Memperbaiki pola makan yang salah.
5. Mengurangi/mencegah timbulnya factor resiko lain seperti penyakit baru pada saat
kehamilan / setelah mlahirkan.
6. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mngurangi kerusakan jaringan tubuh.

C. Indikasi Pemberian Diet (Preskripsi diet)

Disamping rekomendasi intervensi dengan pemberian suplemen, preskripsi diet berikut ini
perlu diperhatikan pula.

1. Makan makanan yang kaya akan zat besi, folat dan vitamin B 12 seperti hati, kerang
kerangan, sereal yang diperkaya zat besi, udang, ikan, ragi (misalnya tempe) dan sereal
utuh.
2. Makan makanan sumber protein hewani dan nabati dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang. Kebutuhan protein bukan hanya diperlukan untuk membentuk komponen
globin dalam hemoglobin tetapi juga dibutuhkan bagi pembentukan berbagai enzim
dalam metabolisme sel,perbaikan jaringan yang aus atau sakit dan pertumbuhan.
3. Makanan sauran hijau paling tidak sebanyak 3 porsi/hari untuk mememnuhi kebutuhan
zat besi.
4. Minum sari buah yang kaya akan vitamin C paling tidak satu gelas/hari,seperti sari
jambu,jeruk,tomat. Vitamin C diperlukan pada penderita anemia karena berperan untuk
meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus.

D. Prinsip

Widyakarya pangan dan gizi (1998), dalam Almatsier (2002) menetapkan angka kecukupan
zat besi untuk Indonesia pada dewasa perempuan adalah 14 sampai 26 mg. kebutuhan
kehamilan perlu penambahan 20 mg per hari. Kebutuhan zat besi ini dapat dipenuhi dengan
mengonsumsi zat besi atau mengonsumsi bahan makanan yang cukup mengandung zat besi.
Oleh karena itu prinsip diet ibu hamil harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Ibu hamil harus mengonsumsi sejumlah tablet zat besi sesuai dengan anjuran selama
kehamilan yang dimulai pada trimester dua dan tiga.
2. Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah.
3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamn C, karena vitamin C meningkatkan
penyerapan zat besi.
4. Menghindari minum teh atau minum kopi pada waktu makan.
5. Menghindari makanan yang mengandung EDTA (mentega, kerang kalengan, bumbu
salad), karena dapat mengurangi tersedianya zat besi non-heme sebesar 50%.
6. Memasak menggunakan panci besi.
7. Hindari factor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi seperti filat, zat yang
terdapat dalam gandum.
8. Konsumsi pula bahan makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin B12,
karena anemia dapat terjadi kombinasi kekurangan zat besi asam folat dan vitamin B12.

Kandungan zat besi dari beberapa bahan makanan (mg/100 gram) dapat dilihat pada table
berikut.

Bahan makanan Nila Fe Bahan makanan Nilai Fe


Tempe kacang kedelai 10,0 Biscuit 2,7
murni 8,0 Jagung kuning pipil 2,4
Kacang kedelai murni 6,7 Roti putih 1,5
Kacang hijau 5,0 Beras setengan giling 1,2
Kacang merah ‘ 2,0 Kentang 0,7
Kelapa tua, daging 8,0 Daun kacang panjang 6,2
Udang segar 6,6 Bayam 3,9
Hati sapi 2,8 Sawi 2,9
Daging sapi 2,8 Daun katuk 2,7
Telur bebek 2,7 Kangkung 2,5
Telur ayam 2,0 Daun singkong 2,0
Ikan segar 1,5 Pisang ambon 0,5
Ayam 2,8 keju 1,5

E. Syarat Diet Anemia


Syarat-syarat diet penyakit anemia adalah:
1. Energy sesuai kebutuhan yang diberikan 2515,356 kkal
2. Protein tinggi 1,5gr/kg BB yaitu sebesar 91,5 gram
3. Lemak sedang diberikan 25% yaitu sebesar 69,871 gram
4. Karbohidrat sesuai kebutuhan diberikan 380,13 gram
5. Vitamin dan mineral terutama pemberian Fe, asam folat, dan vitamin B 12 serta vitamin
C.

F. Jenis-jenis diet

Macam diet dan indikasi pemberian Diet tinggi kalori tinggi protein diberikan kepada
penderita:

1. Gizi kurang: defisiensi kalori, protein dan anemia.


2. Hipertiroid
3. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, bila dapat menerima makanan lengkap.
4. Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit berlangsung lama dan
telah dapat menerima makanan lengkap.
5. Trauma, kombustion atau mengalami pendarahan lainnya.
6. Hamil dan post partum

Menurut keadaan penderita dapat diberikan salah satu dari 2 macam diit Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) , dibawah :

Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein I (TKTP I)

Kalori : 2600

Protein : 100g (2g/kgBB)

Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II)

Kalori : 3000

Protein : 125g (21/2 g/kgBB)

Untuk memudahkan penyelenggaraan penyelenggaraan, makanan yang diperlukan untuk


menambah konsumsi kalori dan protein ditambahkan pada makanan biasa berupa tambahan
lauk dan susu.
Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa sehari.

TKTP I TKTP II

Berat(g) Ukuran Berat(g) Ukuran

Susu 200 1gls 400 2gls

Telur 50 1btr 100 2btr

Daging 50 1ptg sdg 100 2 ptg sdg

Nilai Gizi

TKTP I TKTP II

Kalori 2590 3020

Protein 103 g 125 g

Lemak 73 g 103 g

Hidrat arang 398 g 416 g

Kalsium 0,7 g 1,4 g

Besi 30,2 mg 36 mg

Vitamin A 9062 SI 9787 SI

Thiamin 1,5 mg 1,7 mg

Vitamin C 114 mg 116 mg

Pembagian makanan sehari (sebagian tambahan pada makanan biasa)

Waktu TKTP I TKTP II

Pagi 1 gls susu 1 gls susu


Siang 1 btr telu 1 btr telur

1 ptg daging

Sore _ 1 gls susu

Malam 1 ptg daging 1 btr telur

1 ptg daging

Bahan makanan yang baik diberikan

Sumber protein hewani: ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju.

Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan hasilnya: tahu, tempe, oncom.

Bahan makanan yang dihindarkan

Makanan yang terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan seperti: gula-
gula, dodol, cake, tarcis dan sebagainya.

G. Nutrisi bagi Penderita Anemia


Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung:
1. Zat besi (Fe), yang meliputi hati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang
dikeringkan (misalnya kismis), serta sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun
katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll)
2. Asam folat, yang terdapat paga hati, jamur, pisang, dan apel.
3. Protein, bisa didapat dengan mengonsumsi telur, susu, tahu, tempe, dan kacang-
kacangan.

H. Diet Tepat Cegah Anemia


Siapa pun pasti tidak ingin mengalami penyakit kurang darah atau anemia. Selain
merusak produktivitas dan kreativitas kerja, penderita anemia rentan terhadap komplikasi
penyakit lainnya. Hal tersebut terjadi karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Wanita
lebih rentan terkena penyakit anemia. Namun, jangan berkecil hati dulu, semuannya bisa
dihindari dengan melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh.

Sebenarnya, banyak hal bisa dilakukan oleh wanita agar terhindar dari anemia,seperti
menjaga asupan zat besi, misalnya mengonsumsi jus jeruk setelah makan dan mengindari
konsumsi teh usai makan. Sebab, teh dapat membuat zat besi yang dikonsumsi bersama
makanan larut dan terbuang percuma.

Kepintaran menyiasati makanan yang dikonsumsi bisa membuat tubuh terhindar


dari anemia. Penderita anemia bisa meningkatakan konsumsi daging, makanan laut, buah dan
sayur. Sementara itu, agar terhindar dari anemia, disarankan agar membatasi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi, dengan menghindari makanan yang
mengandung phytat, seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan tepung.
Selain itu, hindari pula konumsi the, kopi, dan coklat.

Sejatinya, semua makanan yang dihindari tersebut baik bagi tubuh. Namun, hindari
mengonsumsi sebelum makan besar. Misalnya, minumlah teh dua jam sebelum atau sesudah
makan. Jangan ketika makan besar minumnya teh. Kebiasaan ini dapat membuat zat besi
yang sudah dikonsumsi larut. Strategi terbaik guna mengubah pola makan adalah dengan
mengombinasikan zat besi dalam menu makanan.

Dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zat besi:

1. Apricot. Buah ini mengandung zat besi yang sempurna guna memastikan tubuh
mendapatkan asupan zat besi.
2. Bit hijau. Bit hijau merupakan sumber vitamin A dan B12. Bit hijau juga dapat
memperkaya darah dengan besi dan mangan.
3. Jagung. Jagung kaya akan zat besi dan tembaga. Jagung juga sumber vitaminA dan C
yang baik.
4. Telur. Telur kaya akan semua mineral, termasuk besi dan vitamin B. teluyr idea
dikonsumsi saat sarapan karena mengandung jumlah energy yang memadai.
5. Kangkung. Kangkung adalah sumber vitamin A, B, dan C yang baik. Kangkung juga
mengandung zat besi, kalsium, dan kalium yang tinggi.
6. Molase. Molase menyediakan sumber zat besi yang sangat baik guna mengatasi anemia.
7. Kismis. Kismis mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kismis merupakan makanan
yang bersifat basa dan dapat membantu mengatasi kondisi asam tubuh.
8. Bayam. Selain zat besi, bayam juga mengandung vitamin A. bayam harus menjadi
bagian diet rutin semua orang.
9. Daging. Daging dapat meningkatkan jumlah hemoglobin dan kaya zat besi. Selain itu,
daging mudah diserap oleh usus, sehingga tidak mengakibatkan pencernaan tersumbat.
Namun, jangan berlebihan mengonsumsi daging karena dapat membuat resiko serangan
jantung bertambah.
10. Sayuran. Sayuran merupakan salah satu makanan penambah darah. Akan tetapi, tidak
semua sayuran dapat mengurangi anemia. Sayuran penambah darah yang baik adalah
bayam, ubi, kacang polong hijau, kacang merah, kol, lobak, kentang, brokoli dan sawi.
11. Buah-buahan. Selain memperlancar aliran darah , buah-buahan seperti kismis, plum,
apel, anggur, dan melon juga menambah jumlah sel darah merah.
12. Kacang almond. Beberapa jenis kacang dapat mengatasi kekurangan darah,terutama
kacang almond.
13. Roti dan serealia. Makanan ini bisa memberikan 20 persen zat besi jika anda
mengonsumsi setiap hari.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan terkena anemia
apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang
dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36%
pada perempuan.

Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat besi
untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat dalam sel
darah merah.

Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah
zat besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah satu nutrien
tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan menimbulakan keadaan
anemia.

B. Saran
Di akhir kesempatan dalam makalah ini, penulis pun mempunyai saran untuk para pembaca.
Untuk mengetahui diet anemia yaitu sebagai berikut :
1. Penderita anemia seharusnya lebih memilih makanan yang kaya akan zat besinya.
2. Penderita anemia seharusnya lebih mengatur diet makanannya.
3. Penderita anemia juga mengkonsumsi vitamin B12, asam folat, dan protein.

DAFTAR PUSTAKA

Fairus, Martini.2009.Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta:EGC

Hartono,Andry.2004.Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta:EGC

Beck,E Mary.2000. Ilmu Gizi dan Diet.Yogyakarta:Yayasan Essentina Medika

Mangunkusumo,Cipto.1978.Penuntun Diit.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utara

Anda mungkin juga menyukai