Anda di halaman 1dari 15

ETIKA DAN HUKUM

TENTANG
BIOETIKA DALAM KEPERWATAN

MAKALAH

Oleh :

IRMA HENNI

141121034

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014-2015
DAFTAR ISI

i
PRAKATA
Puji Syukur Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Bioetika Dalam Keperawatan yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah Etika dan Hukum. Penyusunan makalah
ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Roymond H Simamora, selaku dosen pembimbing yang bersedia
membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesebaran dan telah
memberikan ilmu yang bermamfaat dalam penyusunan makalah ini.
2. Bagian perpustakaan yang telah berpartisipasi dalam menambah referensi
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun tehnik penulisan. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermamfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan mencurahkan berkat dan kasih-
Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2015

Irma Henni

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang
beredar seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan
pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses
informasi yang tak terbalas inilah, masyarakat semakin diperdalam
pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama mengenai hak – hak yang
wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit.
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komperhensif. Sebagai
tenaga yang profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap
yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab
secara moral.
Masalah, merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala
segi kehidupan. Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa
masalah, namun ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh
masalahnya.
Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang bisa jadi
merupakan masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan perbuatan
dari pihak yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi
disebabkan oleh pertimbangan etis.
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang
berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya
setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan
dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak
hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan
mempertimbangkan etika.

1
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang
perawat yang berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah
sebuah panduan dasar yang standar, tentang bagaimana seorang perawat harus
bersikap atau bertindak terhadap sesuatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh
pasiennya.
Karena itulah makalah ini disusun untuk menambah wawasan baik yang
bekerja dibidang medis maupun nonmedis, termasuk juga pasien. Sehingga
terjalin kepercayaan, komunikasi, dan hubungan yang baik antara pasien dan
dokter serta terampil dalam melakukan dan menerapkan prinsip atau kaidah dasar
bioetik terhadap masalah dan pengambilan keputusan klinik.

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis untuk dapat memahami tentang Bioetika dalam
Keperawatan
1.2.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini agar diharapkan
mampu memahami:
a. Pengertian Bioetika
b. Prinsif Bioetika
c. Teori Etika Dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Dilema
Bioetika
d. Pendekatan Bioetika
e. Isu Bioetik Dalam Keperawatan
1.3. Manfaat
Diharapkan dari hasil penulisan makalah ini bermanfaat bagi seluruh bagian
yang berperan dalam keperawatan dan untuk lebih jauh memahami tentang
bioetika dalam keperawatan.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Bioetika


Istilah ini relatif baru dan terbentuk dari dua kata yunani (“bios”, hidup dan
“ethos”, adat istiadat atau moral), yang secara harfiah berarti etika hidup. Dalam
khazanah medis 1960-an, istilah ini masih sulit ditemui walaupun minat dan
perhatian dalam bidang bioetika telah muncul sejak tahun 1960-an dan awal 1970.
Pada tahun 1971, seorang onkolog (pakar tumor) Amerika Serikat, Van Resseler
Potter mengabdikan istilah bioetika. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah
penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan
bidang-bidang terkait (Chang, 2009).
Bioetika merupakan suatu pendekatan ilmiah, bioetika adalah suatu
keharusan yang tak terelakkan tetapi batas-batasnya begitu tidak jelas (Bertens,
2009).
Bioetika adalah penerapan prinsip-prinsip moral yang umum pada tindakan-
tindakan Kesehatan /Penyakit ( Brink dan Wood, 1998).
Bioetik merupakan studi filosofi yang memepelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum dan teologi (Sartono, 2014)
2.2. Prinsif Bioetika
Terdapat delapan prinsip etik yang harus dicermati oleh petugas kesehatan
saat melakukn intervensi meliputi :
1) Autonomy
Disebut juga dengan istilah menghormati martabat manusia. Prinsip
otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembelaan diri. Praktek profesional

3
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hk-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perwatan dirinya.
2) Beneficience
Beneficienci berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
3) Justice
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang sama yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
4) Nonmalficience
Prinsip ini beerarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Prinsip ini mengajarkan kepada kita memilih
tindakan yang paling sedikit bahayanya untuk korban atau yang paling
kecil efek sampingnya.
5) Veracity
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk menyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argumen mangatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan

4
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik
bahwa “doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun
hubungan saling percaya.
6) Fidelity
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia kepada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan
adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan.
7) Confidentiality
Aturan dalam prinsip ini adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
Tidak ada seseorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
8) Accountability
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seseorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali. Penerapan prinsip etik ini tergantung pada kondisi
tertentu yang harus menjadi pertimbangan. Satu prinsip menjadi lebih
penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang
lain.
(Sartono, 2014)
Bioetika secara umum mengenal tiga prinsip utama yakni:
1) Respek terhadap hidup dan kehidupan.

5
2) Perlunya keseimbangan antara resiko dan manfaat,
3) Adanya suatu kesepakatan bahwa etik tidak sesederhana alamiah.
Ketiga prinsip ini penting untuk diajarkan, sebab memotivasi peserta
didik tidak hanya terbatas pada belajar tentang konsep dalam biologi
saja, namun juga dapat belajar tentang konsekuensi sosial suatu hasil
penelitian ilmiah (Minarno, 2014).
2.3. Teori Etika Dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Dilema
Bioetika
Di dalam pengambilan pengambilan keputusan etik yang sering harus
dilakukan dalam kaitannya dengan bioetika, ada 2 teori dasar atau teori etika atau
metode yaitu Konsekuensialisme dan Deontologi (Shannon, 1995).
Pada konsekuensialisme, baik buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan
atas dasar prinsip prinsip, tetapi dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Oleh
karena memiliki nama “konsekuensialisme”. Metode ini mencoba untuk
meramalkan apa yang akan terjadi, jika kita berkelakuan dengan berbagai cara
yang berbeda, dan membandingkan hasilnya satu dengan yang lain. Apa yang
bersifat moral atau moralitas suatu perbuatan ditentukan melalui suatu proses
evaluatif. Dengan konsekuensialisme, seseorang tidak cukup melakukan yang
baik, melainkan mestinya tahu perbuatan paling baik di antara semua perbuatan
baik yang mungkin atau menyediakan kebaikan yang terbesar untuk sebanyak-
banyaknya orang (Mackinnon dalam Johansen & Harris, 2000 dalam Minarno,
2014).
Istilah “deontologi” berasal dari kata Yunani deon yang berarti
“tugas/kewajiban/keharusan/prinsip” (Shannon, 1995). Etika deontologis adalah
metode pengambilan keputusan yang mulai dengan bertanya “Apa yang harus
saya lakukan?”atau “Apa yang menjadi kewajiban saya?” Menurut pandangan ini,
jalan etik yang harus ditempuh seseorang adalah mengikuti prinsip-prinsipnya
entah ke manapun ia terbawa. Dalam hal ini mereka tidak peduli akan
konsekuensi-konsekuensinya. Begitu keharusan atau kewajiban ditetapkan, maka
jelaslah sudah perbuatan apa yang harus dilakukan. Begitu mengenal aturan dan
mengetahui kewajiban, sudah menjadi jelas apa yang etik dan apa yang tidak etik.

6
Problem terbesar adalah deontologi tidak peka terhadap konsekuensi-konsekuensi
perbuatan.
Dalam proses pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika, harus
memahami enam prinsip bioetika :
1. Keadaan Darurat
Keputusan etik yang mengandung unsur haram menggunakan pedoman
bahwa dalam kondisi normal diharamkan, namun menjadi diperbolehkan
ketika darurat, yakni tidak ada pilihan lain dan sematamata hanya untuk
menjaga dan melestarikan kehidupan.
2. Menjaga dan Melestarikan Kehidupan
Keputusan etik yang diambil harus berdasakan tujuan utama untuk semata-
mata menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk maksud yang
lain.
3. Untuk Kepentingan yang Lebih Besar
Keputusan etik yang diambil, harus terkandung maksud untuk kepentingan
yang lebih besar.
4. Peluang Keberhasilan
Keputusan etik yang diambil, harus sudah memperhitungkan kemungkinan
atau peluang keberhasilannya.
5. Manfaat dan Kerugian
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan keuntungan
dan kerugian, kemaslahatan dan kemudharatannya.
6. Tidak Ada Pilihan Lain
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan tidak adanya
pilihan lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil.
(Mustofa, 2009)
2.4. Pendekatan Bioetika
Etika keperawatan mengacu pada bioetik yang terdiri dari 3 pendekatan,
yaitu :
a. Pendekatan Teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan fenomena dan
akibatnya, dimana seseorang yang melakukan pendekatan terhadap etika

7
dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan – keputusan etis. Secara singkat,
pendekatan tersebut mengemukakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan the
end justifies the ineans (pada akhirnya, yang membenarkan secara hukum
tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis).
Contoh kasus :
 Bila terdapat kasus kedaruratan persalinan,sedangkan tidak ada bidan
dan jarak menuju rumah sakit rujukan cukup jauh,maka seorang
perawat dapat dibenarkan untuk memberikan pertolongan sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan
pasien.
b. Pendekatan Deontologik
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang’.
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan
euthanasia.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting.
Contoh penerapan :

 Perawat harus menyampaikan suatu kebenaran mengenai kondisi


pasiennya tanpa peduli apakah hal itu akan mengakibatkan orang lain
tersinggung atau bahkan syok.

 Perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan


agamnya yang melarang tindakan membunuh.
Teori ini secara lebih luas dikembangkan menjadi lima prinsip penting:
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan.
c. Pendekatan Intiutionisme

8
Pendekatan ini menyatakan pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui
hal yang benar dan salah. Hal tersebut terlepas dari pemikiran rasional atau
irasionalnya suatu keadaan (Masruroh dkk, 2014).
Contoh kasus :

 Seorang perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan


tindakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi pada
perawat, karena mengacu pada etika seorang perawat yang diyakini
dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk untuk
dilakukan.
Menelantarkan pasien merupakan tindakan yang jelas salah,sehingga hal
tersebut tidak perlu diajarkan lagi kepada perawat karena mereka diyakini dapat
membedakan mana yang baik dan buruk dilakukan.
2.5. Isu Bioetik Dalam Keperawatan
Issue bioetik keperawatan mencakup banyak hal,sesuai dengan kewenangan
perawat, sesuai dengan bidang kerjanya.diantaranya keperawatan anak, gerontik,
bedah, maternitas, komunitas, keluarga dan lain-lain.
Masalah bioetik semakin berkembang dengan munculnya berbagai sistem
pelayanan kesehatan baru, seperti nursing care (perawat rumah), telenursing
(perawatan jarak jauh) dan lain-lain.
Contoh kasus Issue Bioetik keperawatan :
 Keperawatan maternitas :
o Aborsi
o Kehamilan remaja
o Penanganan Bayi berisiko tinggi
 Keperawatan gerontologi :
o Penganiayaan lanjut usia
o Euthanasia
o Penanganan pasien HIV/AIDS

9
BAB 3
PEMBAHASAN

Dalam Bab ini penulis akan memberikan analisis tentang Kebijakan


Layanan Publik dengan mengguanakan analisis SWOT. Analisa SWOT adalah
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu bahasan ilmiah.

3.1 Kekuatan (strenghts)


Penulis menilai beberapa kekuatan yang terkandung didalam bioetika dalam
keperawatan yaitu adanya aturan kepada perawat dalam melaksanakan dan
menjalankan tugas-tugasnya selama melayani kebutuhan pasien. Selama itu juga
perawat dihadapakan dengan permasalah-permasalahan etik kepada pasien.
Perawat harus memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan disaat
dihadapkan pada permasalahan selama merawat pasien. Dengan adatanya teori
bioetika, perawat harus melihat sudut pandang permasalahan tersebut dan
mempertimbangkan teori manakah yang tepat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Perawat tidak lagi bingung dan canggung dalam
menghadapi dilema etik setelah memahami teori bioetika.
3.2 Kelemahan (weaknesse)
Penulis menilai beberapa kelemahan yang terkandung didalam bioetika
dalam keperawatan yaitu ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan
bertentangan dengan sudut pandang agama. Pemilihan tindakan tersebut hanya
melihat demi kebaikan dan keselamatan kepada penderita. Contohnya pengguran
janin yang setelah diperiksa mengalami cacat. Hal bertentangan ini penulis
melihat sebagai weaknesse pada bioetika, perawat juga manusia yang memiliki
hati nurani yang terkadang tidak sanggup untuk memilih tindakan yang tidak
sesuai norma namun pilihan yang tepat berdarkan teori bioetik.

10
BAB 4
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam setiap putusan tindakan keperawatan perawat harus melibatkan
pasien atau keluarga. Putusan yang diambil harus melalui proses analisa dan
berdasarkan prinsip etik yang berlaku. Keputusan etik yang diambil adalah
bersifat situasional, dalam artihal ini berkenaan dengan tujuan dan kondisi dari
kasus itu sendiri. Dalam suatukeputusan etis suatu keputusan diambil berdasarkan
kebutuhan pasien dan tidakmerugikan pasien. Keputusan etis dibuat berdasarkan
kesepakatan antara pasien dan perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat harus mampu meyakinkan pasien bahwa
keputusan etis yang diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang
matang. Kesepakatan persetujuan antara pasien dan perawat tentang
keputusantindakan tersebut dapat berupa informed consent, baik informed consent
yang tertulismaupun yang tidak tertulis sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa
keputusan etiktersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam setiap
pengambilan keputusan etis peran perawat adalah sebagai konselor dan advokator.
Artinya perawat harus memberikan informasi tentang kondisi dan situasi yang
terjadi dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan.
Sebagai advokadberarti perawat melindungi hak pasien untuk mendapatkan
perawatan yang menguntungkan dan tidak merugikan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2009. Perspektif Etika Baru 55 Esai Tentang Masalah Aktual.
Yogyakarta : Kanisius.

11
Brink, Pamela.J dan Marilynn J. Wood. 1998. Langkah dasar dalam
Perencanaan Riset Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC

Chang, William. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Kanisius.


Masruroh H, Joko P, Abdul G. 2014. Buku Pedoman Keperawatan. Yogyakarta:
Indoliterasi
Sartono, H, Masudik, Ade Enah Suhaeni. 2014. Buku Panduan Untuk Peseta
Basic Trauma Cardiac Life Support. Bekasi : Gadar Medik Indonesia.

Minarno, Eko Budi. 2014. Bioetika Dalam Persefektif Islam Sebagai Pengawal
Perkembangan Biologi Modern. Ejournal : Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Malik Maulana Ibrahim Malang.

Shannon, T.A. 1995. Pengantar Bioetika Terjemahan oleh K. Bertens. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai