DAN KERJASAMA
OLEH KELOMPOK 49
Mengetahui
Ketua PKL Terpadu
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana yang
menyelesaikan laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang telah kami buat
Kemenkes Padang.
Praktek kerja ini adalah salah satu bentuk atau upaya dalam menjalin kerja
sama yang baik didalam bidang kesehatan pada masyarakat. Dengan begitu,
penulis berharap praktek kerja ini akan memberi banyak manfaat serta motivasi
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak -pihak
yang terkait PKL, dimana telah memberi dukungan moral serta juga
bimbingannya kepada kami. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :
Oleh karenanya, jika ada kritik maupun saran dimana yang sifatnya membangun
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat untuk masyarakat dan Poltekkes..................................................3
1.4 Ruang Lingkup...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 PKLT IPE-CP............................................................................................4
2.2 Problem Solving Cycle...............................................................................16
2.3 Stunting......................................................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Analisis Situasi...............................................................................29
3.2 Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah...................................29
3.3 Analisis Penyebab Masalah............................................................31
3.4 Penentuan Solusi............................................................................36
3.5 Melaksanakan Solusi (POA)..........................................................38
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kegiatan.....................................................................43
4.2 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan.................................57
4.3 Rencana Tindak Lanjut..................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang merupakan pendidikan tinggi yang
mengarah pada pendidikan vakasional dan profesional, yaitu menghasilkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan akademik dan keterampilan profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan yang mencakup kesehatan
lingkungan, keperawatan, gizi, kebidanan dan keperawatan gigi.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu merupakan suatu
penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan. Dalam
prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan
prioritas masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah
kemudian menyusun rencana kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki
dengan memperhatikan segala sumber daya yang ada di masyarakat melalui
program IPE-CP.
Interprofessional education (IPE) adalah dua atau lebih profesi belajar
dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan
kualitas pelayanan (WHO, framework for IPE,2011). Implementasi IPE-CP
dilakukan melalui penerapan ilmu dan tekhnologi oleh mahasiswa dalam bidang
kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, keperawatan, gizi kebidanan dan
keperawatan gigi dalam rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan
status kesehatan masyarakat.Pelaksanaan PKL Terpadu ini merupakan “bench
marking” atau ikonnya Poltekkes Kemenkes Padang di antara Poltekkes
Kemenkes lainnya yang ada di Indonesia.
Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan pihak kampus sebelumnya
pelaksanaan PKL Terpadu akan dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar,
Kecamatan Lintau Buo Utara, tepatna di Jorong Koto. Namun, Allah Subhana wa
Ta’ala berkehendak lain. Pandemi Covid-19 mengakibatkan, salah satunya
masyarakat harus diisolasi di rumah dan menghindari keramaian ataupun segala
macam perkumpulan, sehingga PKL Terpadu tahun 2020 dilaksanakan dengan
sistem daring yaitu suatu merode pembelajaran jarak jauh menggunakan sistem
1
online.
Dalam prosesnya, PKL Terpadu dengan metode daring ini mahasiswa
diberikan sebuah kasus dengan masalah kesehatan yang kompleks mulai dari
masalah gizi, kebidanan, keperawatan dan kesehatan lingkungan, kemudian
kelompok diharapkan mampu melakukan pemecahan masalah kesehatan yang
ditemukan secara terencana menggunakan metoda IPE-CP (Interpersonal
Education- Collaborative Practice) dengan prioritas maslahnya adalah stunting.
1.2 Tujuan
2
10. Mampu menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dibangku kuliah
melalui program IPE-CP.
2. Mahasiswa dapat pengalaman yang berharga terutama dalam
penyelenggaraan tahap-tahap manajemen selama IPE-CP serta memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam menanggulangi masalah kesehatan
yang ada dimasyarakat.
3. Dapat bekerjasama dengan berbagai bidang profesi, baik sesama mahasiswa
maupun dengan instansi terkait baik lintas program maupun lintas sektoral
dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan ditingkat kecamatan atau
nagari/jorong.
1.3.2 Untuk Poltekkes Kemenkes Padang
Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKLT) diharapkan
keberadaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang tampak nyata dalam
masyarakat khususnya dalam penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu Daring ini meliputi
kegiatan analisis situasi, identifikasi dan prioritas masalah, analisis penyebab
masala, penentuan solusi/ alternatif, analisis solusi terbaik, melaksanakan solusi
POA serta penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu melalui
program IPE-CP dari kasus yang telah ditentukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.1 PKLT IPE-CP
1. Interprofessional Education (IPE)
a. Definisi IPE
Menurut World Health Organization (2010) , IPE didefenisikan
sebagai proses pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan,
dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
outcome pelayanan kesehatan. IPE merupakan pendekatan proses pendidikan
dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-
mengajar dengan tujuan untuk membina interdisipliner/interaksi
interprofessional yang meningkatkan praktek disiplin masing-masing.
Menurut Cochrane Collaboration, IPE terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa
profesi kesehatan yang berbeda melaksanakan pembelajaran interaktif
bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofessional dan
meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan pasien.
b. Tujuan IPE
Secara umum IPE bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk lebih
mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa
akan mampu untuk berkolaborasi dengan baik dalam penanganan masalah
kesehatan, baik di komunitas, keluarga atau individu. Penangaanan masalah
kesehatan secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan kepuasan pasien.
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain:
1) meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama;
2) membina kerjasama yang kompeten;
3) membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien;
4) meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang komprehensif.
WHO (2010) juga menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE
dalam meningkatkan outcome pelayanan kesehatan. Gambar 1 menunjukkan
bahwa IPE merupakan langkah yang sangat penting untuk dapat menciptakan
kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan profesional sehingga dapat
meningkatkan hasil pelayanan kesehatan.
4
Gambar 1. Konsep dasar IPE-CP
c. Domain IPE
Terdapat 4 domain dalam IPE, yaitu norma/nilai etik dalam profesi,
peran dan tanggung jawab masing-masing profesi, komunikasi antar profesi
dan kerjasama tim.
Kompetensi value dan etik antar profesi adalah bekerja bersama
dengan profesi lain untuk mempertahankan iklim saling menghargai dan
berbagi nilai serta etik bersama. Kompetensi peran dan tanggung jawab adalah
: menggunakan pengetahuan tentang peran profesi sendiri dan peran profesi
lain di dalam tim untuk mengkaji dan memberikan pelayanan yang tepat
kepada klien dan populasi. Kompetensi komunikasi antar profesi adalah :
berkomunikasi dengan klien, keluarga klien, komunitas, dan profesi kesehatan
lain dengan cara yang tepat dan bertanggung jawab untuk mendukung
pendekatan tim. Kompetensi untuk bekerja di dalam tim adalah :
mengaplikasikan nilai-nilai membangun kelompok dan membangun prinsip
dinamika kelompok untuk melaksanakan fungsi tim secara efektif.
d. Aplikasi Konsep Kurikulum IPE.
Kurikulum IPE tidak dapat dipisahkan dari bagian kolaborasi
interprofesional. Interprofessional education dapat meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan terhadap praktik kolaborasi. Kompetensi tersebut meliputi
pengetahuan, sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi. Hal
5
tersebut akan membuat tenaga kesehatan lebih mengutamakan bekerjasama
dalam melakukan perawatan pada pasien.
e. Metode Pembelajaran IPE
1) Kuliah klasikal
IPE dapat diterapkan pada mahasiswa menggunakan metode
pembelajaran berupa kuliah klasikal. Setting perkuliahan melibatkan
beberapa pengajar dari berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan
melibatkan mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan. Kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan.
Kuliah dapat berupa sharing keilmuan terhadap suatu masalah atau materi
yang sedang dibahas.
2) Kuliah Tutorial (PBL)
Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan diskusi kelompok
kecil yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi
kesehatan. Mereka membahas suatu masalah suatu masalah dan mencoba
mengindentifikasi dan mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi.
Modul yang digunakan adalah modul terintegrasi. Dosen berupa team
teaching dari berbagai profesi dan bertugas sebagai fasilitator dalam
diskusi tersebut.
3) Kuliah Skills Laboratorium
Skills Laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena
dapat mensimulasikan bagaimana penerapan IPE secara lebih nyata.
Dalam pembelajaran skills laboratorium, mahasiswa dapat mempraktekkan
cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai profesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.
4) Kuliah Profesi/Klinis-Lapangan
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang dilakukan di
rumah sakit dan di komunitas. Pada pendidikan profesi mahasiswa
dihadapkan pada situasi nyata di lapangan untuk memberikan pelayanan
kepada pasien nyata. Melalui pendidikan profesi, mahasiswa dapat dilatih
untuk berkolaborasi dengan mahasiswa profesi lain dalam kurikulum IPE.
2. Interprofessional Communication
6
a. Definisi komunikasi interprofesi
Komunikasi atau communication menurut bahasa inggris adalah
bertukar pikiran, opini, informasi melalui perkataan, tulisan ataupun tanda-
tanda. Komunikasi interprofesi adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran,
opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk
menjalin kolaborasi interprofesi.
b. Manfaat komunikasi interprofesi
Komunikasi interprofesi yang sehat menimbulkan terjadinya
pemecahan masalah, berbagai ide, dan pengambilan keputusan bersama
(Potter & Perry, 2005). Bila komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi
kesehatan, keselamatan pasien menjadi taruhannya. Beberapa alasan yang
dapat terjadi yaitu kurangnya informasi yang kritis, salah mempersepsikan
informasi, perintah yang tidak jelas melalui telepon, dan melewatkan
perubahan status atau informasi.
c. Faktor yang mempengaruhi komunikasi interprofesi
Keefektifan komunikasi interprofesi dipengaruhi oleh :
1) Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi.
Persepsi terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan
persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala
dalam komunikasi;
2) Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat
berkomunikasi dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan
seseorang dapat membuat kebingunan, ketegangan atau
ketidaknyamanan;
3) Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi
interprofesi dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Keadaan seperti ini akan
menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan menjadi akan tidak jelas
jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar.
d. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi interprofesi
7
komunikasi interprofesi pada situasi yang tidak membahayakan pasien tetapi
tetap mencerminkan situasi yang mendekati situasi nyata. Kebutuhan akan
strategi pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi interprofesi
berkembang. Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu mengembangkan
metode dan strategi pembelajaran yang menggabungkan kemampuan
komunikasi dan budaya pasien serta keterampilan teknis sejak tahap akademik
(Mitchell, 2010).
Salah satu model IPE yang dapat diterapkan adalah simulasi IPE.
Melalui simulasi IPE tersebut mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan dalam berkomunikasi dengan profesi yang lain. Selain itu
mahasiswa juga lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan profesi yang
lain ketika berkolaborasi dengan profesi yang lain karena mahasiswa sudah
memiliki bekal pengalaman sebelumnya. Wagner (2011) menjelaskan dalam
penelitiannya yang berjudul “Developing Interprofessional Communication
Skills” bahwa simulasi IPE sangat efektif dan diterima dengan baik sebagai
inovasi dalam pembelajaran mahasiswa kesehatan. Simulasi
tersebutmerupakan langkah awal menuju pengembangan budaya yang
menumbuhkan kerja sama tim interprofessional dalam perawatan kesehatan.
Selain itu, simulasi tersebut adalah cara untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan melalui pengembangan kolaborasi interprofesi, karena
memberikan kesempatan setiap kelompok untuk belajar berinteraksi dengan
profesi yang lain.
Selain melalui simulasi IPE, pembelajaran IPE juga dapat
menggunakan metode tutorial yang mengintegrasikan berbagai profesi
kesehatan. Metode IPE melalui diskusi tutorial tersebut berpusat pada
berbagai aspek peran profesi kesehatan dan komunikasi antara dokter, tenaga
keperawatan serta pasien dalam setting managemen perawatan. Mitchell
(2010) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Innovation In
Learning – An Interprofessional Approach To Improving
Communication”bahwa tutorial sangat efektif untuk memberikan kesadaran
akan pentingnya kolaborasi tim interprofesi dalam perawatan pasien. Selain
itu, diskusi yang terjadi selama tutorial dengan profesi yang lain dapat melatih
8
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interprofesi.
Berikut ini adalah karakter dalam komunikasi interprofesi kesehatan
yang kami temukan melalui serangkaian penelitian ilmiah bersama dengan
profesi dokter, perawat, apoteker dan gizi kesehatan dan telah mendapatkan
validasi oleh pakar komunikasi dari Indonesia maupun Eropa (Claramita, et.al,
2012):
a) Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung jawab
profesi kesehatan lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing
pihak bahwa setiap profesi kesehatan dibutuhkan untuk saling
bekerjasama demi keselamatan pasien (Patient-safety) dan keselamatan
petugas kesehatan (Provider-safety).
b) Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar
profesi kesehatan.
c) Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar
petugas kesehatan yang berbeda profesi dalam
d) Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan
lain.
e) Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan
pasien bisa dilakukan antar individu ataupun antar kelompok profesi
kesehatan yang berbeda.
f) Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi
kesehatan yang lain.
g) Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai
proses pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)
h) Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan
untuk berbagi informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan
dari profesi yang berbeda (baik tertulis di medical record, verbal
maupun non-verbal).
i) Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi
kesehatan sesuai dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-
masing.
j) Negosiasi: Kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar
9
profesi kesehatan mengenai masalah kesehatan pasien.
k) Kolaborasi: Kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan dari
profesi yang lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Kerjasama interprofesi dapat ditumbuhkan dari hasil hubungan
interpersonal yang baik. Kemitraan dapat diciptakan apabila antar
profesi yang bermitra mampu memperlihatkan sikap saling
mempercayai dan menghargai, memahami dan menerima keberadaan
disiplin ilmu masing-masing, menunjukkan citra diri yang positif,
masing-masing anggota profesi yang berbeda dapat menunjukkan
kematangan profesional yang sama yang timbul karena pendidikan dan
pengalaman, adanya keinginan dan kesadaran untuk berkomunikasi
dan negosisasi dalam menjalankan tugas yang interdependen dalam
pencapaian tujuan bersama. Kedua profesi memiliki kompetensi klinik
dan kemampuan interpersonal, menilai dan menghargai pengetahuan
yang berbeda dan saling melengkapi.
e. Kerjasama tim dalam proses kolaborasi
Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, di antaranya adalah
kerjasama, koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling
ketergantungan dan kebersamaan. Menurut Kozier (1997) hal-hal yang dapat
dilakukan dalam penerapan kolaborasi adalah: a) Kebersamaan dalam
perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tujuan dan
pertanggungjawaban, b) Bekerjasama dalam memberikan pelayanan, c)
Melakukan koordinasi dalam pelayanan, d) Keterbukaan dalam komunikasi.
Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus memenuhi 3
kriteria berikut ini: a) harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian
yang berbeda, yang dapat bekerjasama timbal balik secara mulus, b) anggota
kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama, c) kelompok harus
memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama tim interprofesi
Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif
dipengaruhi oleh faktor anteseden, proses dan hasil. Faktor-faktor tersebut
10
merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan maupun menghambat proses
kerjasama dalam tim seperti ditunjukkan oleh kerangka berikut.
1) Anteseden (Antecedents)
a) Pertimbangan sosial dan intrapersonal(social and intrapersonal
consideration).
Dasar pertimbangan sosial berawal dari kesadaran bahwa
seseorang harus membentuk suatu kelompok agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Sifat manusia sebagai makhluk sosial yang saling
memerlukan dapat menjadi dasar terbentuknya sebuah tim. Pertimbangan
intrapersonal juga merupakan komponen penting dalam menciptakan
kolaborasi yang baik. Anggota tim harus memiliki tipe kepribadian yang
baik dan sikap untuk bekerjasama yang baik. Selain itu, kolaborasi yang
efektif akan tercapai apabila masing-masing anggota tim kesehatan
merupakan pakar dalam profesinya masing-masing, artinya anggota tim
dari profesi yang satu harus seimbang dengan profesi yang lain baik dari
segi pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dimiliki agar
dapat saling berdiskusi secara efektif.
b) Lingkungan fisik (physical environment)
Lingkungan kerja dan kedekatan di antara anggota tim
dapat memfasilitasi atau menghambat kolaborasi. Lingkungan
kerja yang baik harus dapat mendukung kemampuan anggota tim
untuk mendiskusikan beberapa ide maupun menyelesaikan
masalah yang mungkin terjadi, sehingga dapat meningkatkan
ikatan dan diskusi penting yang mengarah pada pemahaman dari
perspektif yang berbeda dan dapat menyelesaikan masalah di
dalam tim.
c) Faktor organisasional dan institusional (organizational and
institutional factor)
Institusi dan kelembagaan sangat berperan dalam
mengurangi hambatan untuk kolaborasi lintas profesi. Kebijakan
yang diterapkan oleh suatu institusi ataupun kelembagaan
kesehatan harus dapat mendorong terciptanya kerjasama antar
11
profesi kesehatan, kebijakan tersebut dapat berupa penerapan
kurikulum interprofessional education maupun penerapan standar
pelayanan kesehatan melalui kolaborasi interprofesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2) Proses
a) Faktor perilaku
Perilaku bekerjasama antar profesi kesehatan merupakan
kunci untuk mengatasi hambatan dalam proses kolaborasi.
Kesadaran untuk bekerjasama dan saling membutuhkan harus
ditanamkan pada setiap anggota tim agar tidak ada arogansi
maupun egoisme profesi. Perilaku bekerjasama juga bertujuan
untuk meredakan ketegangan di antara profesi yang berbeda, selain
itu juga untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya
perawatan pasien.
b) Faktor interpersonal
Interpersonal merupakan cara untuk berhubungan dengan
orang lain, dalam hal ini adalah profesi kesehatan yang lain. Dalam
hubungan interpersonal harus terdapat peran yang jelas. Setiap
profesi harus mengetahui peran profesi yang lain, sehingga mereka
dapat berbagi peran sesuai dengan kompetensi masing-masing
profesi. Untuk membentuk hubungan interprofesi yang baik sangat
diperlukan adanya komunikasi interprofesi yang efektif. Melalui
komunikasi interprofesi, anggota tim dapat saling berbagi ide,
perspektif dan inovasi perawatan kesehatan sehingga kolaborasi
dapat berjalan dengan baik.
c) Faktor intelektual
Sebuah institusi pendidikan profesi kesehatan memegang
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kolaborasi interprofesi. Kolaborasi Interprofesi akan
berjalan dengan baik apabila setiap anggota tim mempunyai
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang setara.
12
3) Outcome and opportunity
Pengembangan kerjasama dan kolaborasi tim interdisiplin akan
sangat membantu dalam menciptakan ide-ide baru yang berhubungan
dengan inovasi pelayanan kesehatan. Kesadaran terhadap hambatan
terbentuknya kerjasama yang efektif harus ditekankan pada setiap anggota
tim sehingga dapat tercipta model integratis dalam sistem pelayanan
kesehatan. Tuntutan terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
memberikan peluang bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan kolaborasi
interprofesi dalam sistem pelayanan kesehatan.
d. Upaya meningkatkan kerjasama interprofesi
Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi
merupakan kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
dan keselamatan pasien (Burtscher, 2012). Fakta yang terjadi saat ini, bahwa
sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut kedalam
sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan
tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi
bersama profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien. Untuk itulah
diperlukan adanya kurikulum yang dapat melatih mahasiswa tenaga kesehatan
untuk berkolaborasi sejak masa akademik agar mereka terbiasa berkolaborasi
dengan profesi lain bahkan sampai ketika mereka berada didunia kerja
(Reeves, 2011).
Sebuah rekomendasi dari WHO (2010) yang bertema “Framework
For Action On Interprofessional Education & Collaborative Practice”
menjelaskan bahwa interprofessional education (IPE) merupakan strategi
pembelajaran inovatif yang menekankan pada kerjasama dan kolaborasi
interprofesi dalam melakukan proses perawatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan pasien. Lebih jauh WHO (2010) menjelaskan bahwa
kerjasama interprofesi merupakan kemampuan yang harus selalu dipelajari
dan dilatih melalui IPE. Kemampuan kerjasama interprofesi yang baik dapat
dilihat dari kemampuan mahasiswa untuk menjadi team leader dan mampu
mengatasi hambatan dalam kerjasama interprofesi.
13
e. Penerapan kerjasama interprofesi
Tim interprofesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan. Dalam
penerapan kerjasama interprofesi, anggota tim interprofesi mungkin saja
mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman penanganan masalah kesehatan yang berfokus pada
komunikasi dan sikap yang mengacu pada kebutuhan pasien yang merupakan
prioritas utama. Selain itu dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi
dalam menciptakan perawatan yang optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap
profesi dan peran tim interprofesi secara keseluruhan.
3. Model Penerapan IPE-CP dalam PKL Terpadu
Implementasi IPE-CP dalam PKL Terpadu Poltekkes Kemenkes
Padang menggunakan model seperti pada Gambar ... Dapat dilihat bahwa
model yang digunakan mengadop langkah-langkah dalam Problem
Solving Cycle dalam intervensi kesehatan masyarakat, yaitu community
diagnosis, penetapan masalah prioritas, perencanaan model intervensi dan
penerapan intervensi serta monitoring dan evaluasi
a. Community Diagnosis
Diganosa komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan dan akar peyebab yang terjadi di level komunitas, keluarga dan
individu. Pada tahapan ini kelompok IPE-CP diharapkan dapat
mengumpulkan data dan informasi baik melalui data sekunder maupun
data primer. Data sekunder seperti demografi penduduk, profil kesehatan,
keadaan sosial ekonomi antara lain dapat diperoleh dari Dinas terkait,
Puskesmas dan Pemerintahan Nagari. Data-data tersebut dapat digunakan
untuk melakukan diagnosa di level komunitas atau masyarakat Jorong.
Selain data sekunder, setiap kelompok juga diharapkan untuk
mengumpulkan data primer pada keluarga yang berisiko. Identifikasi
keluarga yang berisiko mengalami masalah kesehatan dapat dilakukan dari
data sekunder yang tersedia dan atau informasi dari pemerintahan nagari,
jorong atau masyarakat sekitar. Setiap kelompok diharapkan dapat
melakukan pengumpulan data terhadap 20 KK yang berisiko mengalami
masalah kesehatan. Assessment yang dilakukan pada keluarga yang
14
berisiko dapat meliputi data tentang struktur keluarga, karakteristik sosial
ekonomi keluarga, prilaku berisiko dalam keluarga, penyakit yang diderita
oleh anggota keluarga dan data lain yang menunjang dalam pelaksanaan
asuhan kesehatan keluarga.
Berdasarkan data sekunder dan data primer, kelompok IPE-CP
bersama-sama dengan fasilitator diharapkan dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dialami baik di tingkat komunitas, keluarga
maupun individu. Dari 20 KK yang diamati, setiap kelompok diharapkan
dapat memilih 5 KK yang paling berisiko untuk dikaji lebih mendalam dan
dilakukan intervensi melalui pendekatan keluarga dan IPE-CP.
b. Prioritas masalah
Prioritas masalah dilakukan untuk menentukan KK yang akan
diintervensi dan masalah apa dalam keluarga tersebut yang akan
ditanggulangi selama waktu PKL berlangsung. Proses priritas masalah
dapat dilakukan secara sederhana, sebagai contoh dengan menggunakan
pembobotan. Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
kriteria yang disepakati dalam kelompok seperti :
- tingkat keparahan penyakit atau masalah kesehatan yang dialami
individu dalam keluarga,;
- Akibat yang ditimbulkan bila masalah tersebut tidak diatasi
- Tingkat kebutuhan keluarga untuk mengatasi masalah
- Kemudahan dalam melakukan intervensi
- Kerjasama keluarga dan pihak terkait untuk mengatasi masalah
- Sumberdaya yang tersedia untuk mengatasi masalah, dll
15
Penerapan intervensi dilakukan setelah perencanaan dan persiapan
intervensi dilakukan. Penerapan intervensi dimulai dengan musyawarah
masyarakat jorong (MMJ) yang bertujuan untuk memaparkan rencana
intervensi yang sudah dibuat kepada masyarakat kelompok sasaran, unsur
tokoh masyarakat dan pemeritahan jorong. Indikator penerapan rencana
intervensi salah satunya dapat dilihat produk atau output kegiatan yang
sudah dilaksnakan seperti adanya bahan promosi kesehatan (leaflet, poster,
modul, booklet, satauan acara penyuluhan, dll), bangunan fisik (jamban
keluarga, tong sampah, saringan air, taman gizi, toga, produk makanan,
dll), perubahan prilaku masyarakat, keluarga dan individu (kebersihan
lingkungan tempat tinggal, pola asuh, perawatan kesehatan, konsumsi
makanan, dll)
2.2 Problem Solving Cicle
A. Pengertian Problem Solving
Problem Solving menurut Hamalik adalah suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan dengan
tepat dan cermat. (Oemar Hamalik)
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat
(Hamalik, 1994:151). Problem solving itu sendiri yaitu suatu pendekatan
dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian
dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap
application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana
langkahlangkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat
kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai
dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.
Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan
16
yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir,
dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang
atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-
gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup
problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu tidak
penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk
memperoleh konsep, keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan
dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan
intelektual sangat penting dalam problem solving Selanjutnya problem
solving merupakan taraf yang harus dipecahkan dengan cara memahami
sejumlah pengetahuan dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang
dicapai individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu
proses belajar problem solving yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini adalah
hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari
penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam problem
solving model matematika.
17
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving menurut John
Dewey dalam wina sanjaya ( 2006:217 ) :
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah menentukan masalah yang di
pecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
18
1. Identifikasi Masalah
2. Perumusan Masalah
3. Prioritas Masalah
19
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam
memprioritaskan masalah seperti Delhi Teqnique, Delbec technique,
metode Skoring atau Pembobotan, dan lain-lain.
2.3 Stunting
A. Pengertian Stunting
20
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Stunting disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
(Kemenkes RI,2018)
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan
baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan
catcth up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidak mampuan
untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa
kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami
stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan
suatu proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya
stunting pada anak dan peluang peningkatannya terjadi dalam 2 tahun pertama
dalam kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauetrin growth retardation (IGR), sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penytakit infeksi yang
berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu
21
makan, sehingga meningkatnya kurang gizi pada anak. Keadaan ini semakin
mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunting (Allen dan Gillespi, 2011).
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor yang sudah dijelaskan
diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut
saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Soetjiningsih (2013) Terdapat
beberapa faktor penyebab stunting yaitu sebagai berikut:
1. Faktor biologis:
a. Ras/Suku
b. Jenis kelamin
c. Status gizi
d. Kerentanan terhadap penyakit
2. Faktor lingkungan fisik:
a. Keadaan geografis
b. Sanitasi
c. Keadaan rumah
d. Radiasi
3. Faktor keluarga:
a. Pendapatan keluarga
b. Pendidikan ibu
c. Pola pengasuhan
d. Adat istiadat, norma dan tabu
C. Klasifikasi Stunting
Stunting didefinisikan sebagai kondisi balita, dimana tinggi badan menurut
umur berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median
WHO. Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan
cara penilaian antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Beberapa indeks antropometri
yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang
22
dinyatakan dengan standar deviasi unit Z (Z- score) dimana hasil pengukuran
antropometri menunjukkan Z-score kurang dari -2SD sampai dengan -3SD
(pendek/stunted) dan kurang dari -3SD (sangat pendek / stunted) (Kemenkes
RI, 2018).
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan
lebih pendek dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini menggunakan
standar Z score dari WHO.
Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan
severely stunted (sangat pendek).
Menurut Kemenkes R1 (2013), klasifikasi status gizi akan dijelaskan pada
tabel berikut:
23
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas dan berhentinya pertumbuan tulang. Yang termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang
baik, bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif akan membuahkan
hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih
sering disebabkan oleh faktor genetik ini. Sementara itu, di Negara
berkembang gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik
tapi juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang kondusif
untuk tumbuh kembang anak.
2. Kerentanan terhadap penyakit
Soetjiningsih (2013) perawatan kesehatan yang teratur tidak saja
dilaksanakan ketika anak sakit, melainkan juga mencakup pemeriksaan
kesehatan imunisasi, skrining dan deteksi dini gangguan tumbuh kembang
anak secara rutin setiap bulan. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dianjurkan secara komprehensif yang mencakup aspek-aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini sangat berpengaruh pada anak
balita yang rentan terhadap penyakit dimana kesehatan anak harus
dipantau secara berkala oleh petugas kesehatan desa. Begitupun dengan
orang tua balita harus pintar memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan
agar kesehatan balita terpantau penuh oleh keluarga ataupun tim medis.
Balita sangat rentan terhadap penyakit, sehingga angka kematian balita
juga tinggi terutama kematian bayi. Kerentanan terhadap penyakit dapat
dikurangi antara lain dengan memberikan gizi yang baik termasuk ASI (air
susu ibu), meningkatkan sanitasi dn memberikan imunisasi. Diharapkan
anak terhindar dari penyakit yang sering meyebabkan cacat atau kematian.
Setiap anak sebaiknya mendapatkan imunisasi terhadap berbagai penyakit
yaitu TB, Polio, DPT (Dipteri, Pertusis,Tetanus), Hepatitis B, Campak,
MMR (meales, mumpi, rubella), HIB ( hemopilis influenza B), Hepatitis
A, Demam tifoid, Varisela, IPD (Invasive pneumococcal desease), Virus
influenza, HPV (human papiloma virus), Rotavirus dan sebagainya.
3. Asupan makanan
24
Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas micronutrient yang
buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan yang bersumber dari
pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan rendahnya kandungan energi
pada complementary foods. Praktik pemberian makanan yang tidak
memadai, meliputi pemberian makan yang jarang, pemberian makan yang
tidak adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu
ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi, pemberian makan yang
tidak berespon. Bukti menunjukkankeragaman diet yang lebih bervariasi
dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait dengan perbaikan
pertumbuhan linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa rumah tangga
yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi
pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangirisiko stunting
(Sandra Fikawati dkk, 2017).
4. Pemberian ASI eksklusif
Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi Delayed
Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini
konsumsi ASI.Sebuah penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi
menyusu (Delayed initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI
eksklusif didefinisikan sebagaipemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain, baik berupaair putih, jus, ataupun susu
selain ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untukmencapai tumbuh
kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat
makananpendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai
usia 24 bulan.Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun memberikan
kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi (Sandra
Fikawati dkk, 2017).
5. Status gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak.
Kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi
anak, seelain untuk aktivitasnya juga untuk proses pertumbuhannya.
Ketahanan makanan (food security) keluarga juga mempengaruhi status
25
gizi anak. Ketahan makanan mencakup ketersediaan dan pembagian
makanan yang adil dalam keluarga, walaupun bisa terjadi kepentingan
budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota keluarga
(Soetjininsih, 2013).
Masalah kurang gizi sampai saat ini terutama diderita oleh anak-anak.
Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan
fisik, mental dan intelektual yang pada akhirnya akan menyebabkan
tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya potensi
belajar (Furkon, et al., 2013).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ramayana et al (2014)
menunjukkan bahwa kematian anak dibawah umur 5 tahun berhubungan
langsung dengan gizi buruk terutama akibat stunting.
6. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan dasar anak
(Soetjiningsih, 2013).
Menurut Biswakarma (2011), keluarga dengan pendapatan yang baik
akan dapat memperoleh pelayanan umum yang lebih baik seperti,
pendidikan, pelayan kesehatan, akses jalan dan lainnya sehingga dapat
mempengaruhi status gizi anak. Selain itu, daya beli keluarga akan
semakin meningkat sehingga akses keluarga terhadap pangan akan
menjadi lebih baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kusuma (2013)
menunjukkan bahwa pendapatan keluarga yang rendah memiliki faktor
risiko stunting 4.13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dalam
keluarga berpendapatan tinggi.
7. Pendidikan ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk
tumbuh kembang anak. pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, medidik dan sebagainya
(Soetjiningsih, 2013).
26
Orang tua terutama ibu yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi
dapat melakukan perawatan anak dengan lebih baik dari pada orang tua
dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu turut menetukan
mudah tidaknya seorang ibu dalam menyerap dan memahami pengetahuan
gizi yang didapatkan, pendidikan diperlukan seseorang terutama ibu lebih
tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan diharapkan
bisa mengambil tindakan yang tepat sesegera mungkin (Suhardjo, 2003).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah
dan Margawati (2012) di semarang timur yang menyatakan bahwa
pengetahuan ibu merupakan faktor resiko kejadian stunting pada anak
balita.
E. Dampak Stunting
(Kemenkes RI, 2018) Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi
menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang:
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
Stunting a. Sanitasi lingkungan rumah dan personal hygiene
yang buruk
b. Tidak mendapat ASI eksklusif
c. Asupan gizi balita tidak adekuat
d. PMT- ASI terlalu dini
e. PMT- ASI terlalu dini
f. PMT-ASI tidak bervariasi
g. Penyakit infeksi pada anak
h. Pengetahuan ibu yang kurang terhadap gizi anak
i. Faktor ekonomi dan pendapatan yang rendah
j. Ketersediaan pangan yang kurang
k. Tingkat pendidikan orangtua rendah
Rumah Tidak Sehat a. Rendahnya pengetahuan tentang sanitasi
lingkungan rumah
b. SPAL yang buruk
c. Luas rumah yang terlalu kecil
d. Tingkat kemampuan ekonomi.
e. Sampah yang tidak dikelola dengan baik
3 PHBS yang Kurang a. Rendahnya pengetahuan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
b. Ayah yang merokok
c. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang acara
memelihara kesehatan gigi dan mulut
d. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar
B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah di wilayah tersebut, tahun 2020 dengan kriteria :
1. Sifat masalah
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Dalam pembobotan yang dipakai 0-3. Prioritas masalah
merupakan langkah yang dilakukan untuk membuat daftar urutan masalah
yang segera dan yang harus dilakukan. Prioritas masalah dapat dilihat pada
tabel berikut :
29
t i
1/3 x
a. Sifat masalah 1 0.3
1
b. Kemungkinan
0/2 x
masalah dapat 2 0
1
diubah
1. Stunting III
c. Potensi masalah 2/3 x
1 0.67
dapat dicegah 1
d. Menonjolnya 2/2 x
1 1
masalah 1
Total 0,97
2/3 x
a. Sifat masalah 1 0.67
1
b. Kemungkinan
1/2 x
masalah dapat 2 0.5
Rumah 1
diubah
2. Tidak II
c. Potensi masalah 3/3 x
Sehat 1 1
dapat dicegah 1
d. Menonjolnya 1/2 x
1 0.5
masalah 1
Total 2.67
2/3 x
a. Sifat masalah 1 0.67
1
Kurangnya
b. Kemungkinan
Perilaku ½x
masalah dapat 2 1
Hidup 2
3. diubah I
Bersih dan
c. Potensi masalah 3/3 x
Sehat 1 1
dapat dicegah 1
(PHBS)
d. Menonjolnya ½x
1 1
masalah 1
30
31
NO DATA Masalah Kesehatan Penyebab (Etiologi)
Data Sekunder
a. Dekatnya jarak anak
b. tidak diberi ASI Ekslusif
c. MP-ASI pisang, nasi
pisang dan bubur
4 Diagnosa Komunitas Gigi
Data Primer :
a. BB 9,2 Kg Kurangnya perilaku hidup Kebersihan gigi dan mulut yang tidak dijaga sehingga terjadinya
bersih dan sehat (PBHS) penumpukan jamur ada lidah dan plak pada permukaan gigi dan
mempengaruhi nafsu makan anak
Data Sekunder
a. Nafsu makan kurang
5 Diagnosa Komunitas
Keperawatan
Data Primer :
Riwayat penyakit Bronco Stunting a. Riwayat penyakit bronkopneumonia pada umur 16 bulan
Pneumonia b. Ayah yang perokok
c. Sanitasi yang buruk
Data Sekunder d. Pengetahuan ibu yang kurang
a. Keluhan batuk, demam dan e. Umur ortu masih muda
kurang nafsu makan f. Jarak anak yang dekat
b. Ayahnya adalah seorang
perokok aktif
3.4 Penentuan Solusi/Alternatif
Penentuan Solusi/Alternatif yang akan dilakukan sesuai dengan prioritas
masalah yang telah ditetapkan. Berbagai model intervensi diselaraskan dengan
program kesehatan yang sedang atau akan dilakukan.
4
m. Penyuluhan tentang KB
n. Penyuluhan tentang gizi seimbang saat
kehamilan
5
3.5 Melaksanakan Solusi (POA)
PELAKSANAAN KEGIATAN
b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khusunya ibu
balita tentang balita stunting, gizi seimbang balita, Pentingnya
pemberian ASI Ekslusif, Imunisasi dan pemberian MP-ASI yang
tepat sesuai usia balita dan Tumbuh kembang dan demontarsi
masak menu seimbang balita.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto,
Bidan desa dan dibantu oleh ibu kader Jorong Koto.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto dan Bidan Desa sangat mendukung
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa. Beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Ibu kader untuk
melakukan penyuluhan, ibu kader juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan ibu
balita. Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan. Anggota kelompok PKL
juga ikut berpartisipasi dalam terlaksananya penyuluhan ini.
b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang
pentingnya konsumsi sayur dan buah secara rutin setiap hari.
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Bidan Desa
c) Ibu Kader
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto,
Bidan Desa dan dibantu oleh kader.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto dan Bidan Desa sangat mendukung
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa. Beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Ibu kader untuk
melakukan penyuluhan, ibu kader juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan ibu
balita. Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan. Anggota kelompok PKL
juga ikut berpartisipasi dalam terlaksananya penyuluhan ini.
3. Kegiatan Penyuluhan CTPS dan Demonstrasi CTPS
a. Latar Belakang Kegiatan
Masalah kesehatan yang adadimasyarakat sangatlah banyak
danberagam macamnya. Penelusuran darirumah ke rumah
merupakan cara yangpaling efektif untuk mengetahui secaranyata
masalah kesehatan yangsebenarnya sedang dihadapi
olehmasyarakat. Sebagian masyarakat ada yangmenyadari bahwa
ada masalahkesehatan yang sedang dialami dansebagian
masyarakat juga ada yangtidak menyadari bahwa terdapatmasalah
kesehatan yang dialami.
Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang
diterapkanoleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang
sangat penting bagisetiap manusia, mulai dari konsentrasidalam
bekerja dan beraktivitas dalamkehidupan sehari-hari tentu
memerlukankesahatan, baik kesehatan pribadimaupun
kesehatananak serta keluarga untuk mencapai keharmonisan
keluarga.Menciptakan hidup sehat sebenarnyasangatlah mudah
serta murah,dibandingkan biaya yang harus kitakeluarkan untuk
pengobatan apabilamengalami gangguan kesehatan. Akantetapi
yang kebanyakan yang terjadisudah mengidap penyakit
barumengobati sehingga akan membuat kerugian tersendiri bagi
yangmengalaminya.
Menteri Kesehatan RepublikIndonesia telah membuat
PedomanPembinaan Perilaku Hidup Bersih danSehat yang
tertuang dalam PeraturanMenteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011yang mengatur
upaya peningkatanperilaku hidup bersih dan sehat ataudisingkat
PHBS di seluruh Indonesiadengan mengacu kepada
polamanajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan,
danpelaksanaan serta pemantauan danpenilaian. Upaya tersebut
dilakukanuntuk memberdayakan masyarakatdalam memelihara,
meningkatkan danmelindungi kesehatannya sehinggamasyarakat
sadar, mau, dan mampusecara mandiri ikut aktif
dalammeningkatkan status kesehatannya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) adalah semua
perilakukesehatan yang dilakukan ataskesadaran sehingga
anggota keluarga dapat menolong dirinyasendiri di bidang
kesehatan dan dapatberperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan dimasyarakat (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui
bahwa banyak dari rumah yang belum memiliki sarana CTPS dan
kurang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan tentang PHBS dan demonstarsi CTPS yang benar guna
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i SDN mengenai
CTPS dan Gosok Gigi yang baik dan benar agar siswa/i mengerti
dan bisa menjaga kebersihan diri serta dapat terhindar dari
lingkungan yang kumuh dan berbagai penyakit yang berbasis
lingkungan.
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Guru SDN
c) Siswa/i SDN
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Sekolah dan
dibantu oleh Bapak/ Ibu Guru SDN.
5) Dukungan Moral
Bapak Kepala Sekolah SDN sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Bapak/ Ibu Guru
untuk melakukan penyuluhan ini. Sedangkan Bapak/ Ibu Guru
juga membantu menyediakan tempat penyuluhan dan
mengumpulkan siswa/i. Siswa/i yang ikut kegiatan
penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti penyuluhan.
Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang CTPS dan demonstrasi,
gosok gizi yang baik dan benar dan demostrasi CTPS.
4. Kegiatan Penyuluhan Bahaya Rokok dan Totok Rokok
a. Latar Belakang Kegiatan
Rumah sehat merupakan kondisi rumah yang memenuhi
syarat fisik dan non fisik seperti ada ventilasi, letak rumah tidak
dekat dengan pusat polusi udara, memiliki jamban sehat, luas
rumah sesuai, tidak terdapat asap rokok/ polusi udara lokal,
tersedia air bersih serta mampu mengolah sampah dengan benar.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan saat
kunjungan rumah ke rumah didapatkan masih banyak masyarakat
jorong koto yang mempunyai kebiasaan merokok. Untuk itu
sangat diperlukan pendidikan kesehatan mengenai bahaya
merokok.
b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang bahaya merokok.
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Pemuda jorong Koto
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 14 April 2019, pukul 16.00 WIB sampai
dengan selesai di warung bapak A dengan materi penyuluhan
tentang bahaya merokok.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto dan
dibantu oleh pemuda Jorong Koto.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto mendukung kegiatan penyuluhan
yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau membantu
mahasiswa bekerjasama dengan pemuda setempat untuk
melakukan penyuluhan ini. pemuda juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan pemuda
dan bapak-bapak terutama yang merokok, masyarakat yang
ikut kegiatan penyuluhan sangat kooperatif mengikuti
penyuluhan.
5. Kegiatan Demonstarsi Menyikat Gigi yang Benar
a. Latar Belakang Kegiatan
Saat ini tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan semakin tinggi, hal ini sejalan dengan
semakin meningkatnya pengetahuan, status sosial dan ekonomi
masyarakat. Suatu kewajiban bagi penyedia pelayanan kesehatan
untuk berupaya memenuhi tuntutan tersebut, sehingga masyarakat
akan merasa puas dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan adalah adanya sumber daya
kesehatan yang profesional.
Anak usia Sekolah Dasar tergolong ke dalam kelompok
rawan penyakit gigi dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah
melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan
berkesinambungan (Herijulianti dkk, 2002). Usaha peningkatan
kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
dan diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS
dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
(DepKes RI, 1996). UKGS menyelenggarakan program promotif
berupa pelajaran mengenai kesehatan gigi dan mulut dan program
preventif berupa sikat gigi masal (Herijulianti dkk, 2002). Selain
itu, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut di masyarakat, maka Departemen Kesehatan juga
membentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).
Menurut Astoeti dkk (2006), status kesehatan gigi dan mulut yang
optimal juga dapat dicapai dengan meningkatkan upaya promotif
dan preventif sedini mungkin.
Kegiatan survei kesehatan merupakan suatu penerapan ilmu
dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya
kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal
masalah, menentukan kualitas masalah, merumuskan alternatif
terbaik dalam pemecahan masalah kemudian menyusun rencana
kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan
memperhatikan segala sumber daya yang ada di masyarakat.
b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
siswa/siswi SDN tentang demonstrasi gosok gigi yang benar.
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Guru SDN
c) Siswa/siswi SDN
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 14 April 2019, pukul 09.00 WIB sampai
dengan selesai di SDN dengan materi penyuluhan
demonstrasi sikat gigi yang benar.
4) Dukungan Politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Sekolah dan
dibantu oleh Bapak/ Ibu Guru SDN.
5) Dukungan Moral
Bapak Kepala Sekolah SDN sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Bapak/ Ibu Guru
untuk melakukan penyuluhan ini. Sedangkan Bapak/ Ibu
Guru juga membantu menyediakan tempat penyuluhan dan
mengumpulkan siswa/siswi. Peserta yang ikut kegiatan
penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti penyuluhan.
Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya demonstrasi sikat gigi yang benar.
6. Penyuluhan tentang Jamban Sehat, IPAL, Pengolahan Sampah
dan Demonstrasi Penyulingan Air Bersih
a. Latar Belakang Kegiatan
Masalah kesehatan yang adadimasyarakat sangatlah banyak
danberagam macamnya. Penelusuran darirumah ke rumah
merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui secaranyata
masalah kesehatan yangsebenarnya sedang dihadapi
olehmasyarakat. Sebagian masyarakat ada yangmenyadari bahwa
ada masalahkesehatan yang sedang dialami dan sebagian
masyarakat juga ada yangtidak menyadari bahwa terdapatmasalah
kesehatan yang dialami. Masalah kesehatan yang masih terjadi
yaitu masih ada masyarakat yang belum mempunyai jamban, cara
mengolah air bersih.
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut
tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan( Kusnoputranto, 1997 ).
d. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
jamban sehat, IPAL, Penyaringan air bersih dan pengolahan
sampah. Agar masyarakat mengerti dan bisa menjaga kebersihan
diri serta dapat terhindar dari lingkungan yang kumuh dan
berbagai penyakit yang berbasis lingkungan.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Jorong dan
dibantu oleh masyarakat setempat.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong koto sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan pemuda untuk
melakukan penyuluhan ini dan membantu menyediakan
tempat penyuluhan dan mengumpulkan masyaraka setempat.
Masyarakat yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan.
2) Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster dan leaflet
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Kader ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan
4) Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan
5) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang balita stunting, gizi
seimbang, ASI Ekslusif, pemberian MP-ASI, dan Tumbuh
Kembang Balita.
b) Faktor Penghambat
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster dan leaflet
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Kader ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan
4) Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan
5) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah
pada balita.
6) Peralatan masak yang digunakan sudah disediakan oleh kader.
b) Faktor Penunjang
1. Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa flip chart
2. Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3. Siswa/i yang ikut kegiatan penyuluhan juga kooperatif
mengikuti penyuluhan
4. Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang PHBS dan CTPS
b) Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga audiens mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Masyarakat yang ikut kegiatan penyuluhan juga cukup
kooperatif mengikuti penyuluhan.
4) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang bahaya merokok dan totok
rokok.
b. Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa lembar balik, poster
2) Semua siswa/siswi membawa peralatan gosok gigi, odol dan
air minum
3) Siswa/i yang ikut kegiatan penyuluhan juga kooperatif
mengikuti penyuluhan
4) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya demonstrasi gigi yang benar.
6. Penyuluhan Jamban Sehat, IPAL, Pengolahan Sampah dan
demonstrasi penyaringan air bersih
a. Faktor Penghambat
1. Masyarakat datang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
2. Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai target
3. Tempat pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai rencana, diawal
direncanakan akan dilakukan di musholla namun saat
penyuluhan akhirnya dilakukan di warung bapak A ( tempat
pemuda dan bapak2-bapak mengumpul).
4. Perjalanan ke tempat lokasi penyuluhan sangat jauh dari
posko, karena kelompok berjalan kaki menuju lokasi.
5. Peralatan untuk demonstrasi penyaringan air bersih kurang
memadai.
b. Faktor Penunjang
1. Partisipasi masyarakat mengikuti penyuluhan ini cukup
kooperatif
2. Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya
penyuluhan tentang Hipertensi serta Dietnya dan Senam
hipertensi
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian masalah kesehatan komunitas
sesuai kasus sampai tersusunnya perencanaan intervensi pemecahan
masalah.
2. Mahasiswa telah mampu menyusun prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan menyusun alternative pemecahan masalahnya.
3. Mahasiswa telah mampu menyusun penentuan alternatif solusi dan
menyusun alternative solusinya..
4. Menyusun Plan Of Action (POA) program kesehatan bersama-sama
dengan semua profesi di kelompok sesuai dengan konsep IPE-CP.
5. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan intervensi dalam bentuk
laporan secara tertulis.
6. Mahasiswa mampu membuat tujuan dan evaluasi program intervensi
yang telah dilaksanankan secara tertulis.
7. Mahasiswa mampu menyusun laporan pelaksanaan PKLT.
B. Saran
1. Untuk Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan untuk lebih memberikan kesempatan pada mahasiswa dalam
memberikan penyuluhan dan pemantauan karena waktu yang terlalu
singkat.
2. Untuk masyarakat
Diharapkan agar masyarakat lebih dapat berpartisipasi dan terbuka akan
masalah kesehatan yang dihadapinya.
3. Untuk mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih bisa melakukan pendekatan yang lebih baik
kepada masyarakat bisa bekerja sama dan percaya diri terhadap kegiatan
yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-masalah-batasan-masalah-dan-rumusan-
masalah
2. https://duniapendidikan.co.id/problem-solving/
3. https://ppigm.blogspot.com/2013/09/problem-solving-cycle-psc.html
4. Berridge, E.-J., Mackintosh, N.J. & Freeth, D.S., 2010. Supporting patient safety:
examining communication within delivery suite teams through contrasting approaches to
research observation. Midwifery, 26(5), pp.512-9. Available at:
5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20696506 [Accessed April 3, 2020].
7. Mitchell, M., Groves, M., Mitchell, C., & Batkin, J., 2010. Innovation in learning – An
inter-professional approach to improving communication. Nurse education in practice,
10(6), pp.379-84. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561823
[Accessed March 25, 2012].
8. Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional
Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.
9. Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011. Developing interprofessional communication
skills. Teaching and Learning in Nursing, 6(3), pp.97-101. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1557308710001149 [Accessed April 4,
2020].
10. World Health Organisation., 2010. Framework for Action on Interprofessional Education
& Collaborative Practice.
LAMPIRAN
Satua Acara Penyuluhan
Wakt
No Hari/Tanggal Pemateri Materi Metode Media Tempat Penanggung Jawab
u
Ceramah
30 Sinta Dwi Posko
1 Jum’at/17 April 2020 Pengertian ASI-Ekslusif dan tanya Laptop Sinta Dwi Ananda
Menit Ananda Pemuda
jawab
Ceramah
30 Sinta Dwi Posko
2 Selasa/14 April 2020 Pengertian Rokok dan tanya Laptop Sinta Dwi Ananda
Menit Ananda Pemuda
jawab
Upaya pencegahan
Ceramah
60 Mhd Irfan Posko
3 Rabu/15 April 2020 Pengertian CTPS dan tanya Laptop Mhd Irfan Al Faridhi
Menit Al Faridhi Pemuda
jawab
Ceramah
25 Rifo Aulia
4 Jumat/ 17 April 2020 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil dan tanya Laptop Posyandu Rifo Aulia Fitri
Menit Fitri
jawab
Leaflet
Ceramah
25 Rifo Aulia
5 Jumat/ 10 April 2020 Pengetian Imunisasi dan tanya Laptop Posyandu Rifo Aulia Fitri
Menit Fitri
jawab
Ceramah
60 Fini Posko
6 Rabu/15 April 2020 Pengetian SPAL dan tanya Laptop Fini Alvionita
menit Alvionita Pemuda
jawab
Ceramah
Minggu/12 April 60 Fini Posko
7 Pengertian PHBS dirumah tangga dan tanya Laptop Fini Alvionita
2020 Menit Alvionita Pemuda
jawab
Mamfaat PHBS dirumah Tangga Infocus
Indah Ceramah
60 Posko
8 Rabu/15 April 2020 Risni Pengertian Jamban Sehat dan tanya Laptop Indah Risni Larasari
menit Pemuda
Larasari jawab
Indah Ceramah
60
9 jumat/10 April 2020 Risni Pengertian Konsumsi buah & sayur dan tanya Laptop Posyandu Indah Risni Larasari
Menit
Larasari jawab
Ega Ceramah
50 Posko
10 Rabu/15 April 2020 Rahma Pemeliharaan Kesehatan gigi dan tanya Laptop Ega Rahma Dani
Menit Pemuda
Dani jawab
11 Jumat/ 17 April 2020 25 Ega Manajemen Laktasi Ceramah Laptop Posyandu Ega Rahma Dani
Rahma dan tanya
Menit
Dani jawab
Ceramah
30 Riri Frima
12 Jum’at/17 April 2020 Pengertian pola asuh balita dan tanya Laptop Posyandu Riri Frima Yolanda
Menit Yolanda
jawab
Leaflet
Ceramah
45 Riri Frima
13 Jum’at/17 April 2020 Demonstari cara pembuatan dan tanya Laptop Posyandu Riri Frima Yolanda
Menit Yolanda
jawab
Leaflet
Ceramah
30 Mega Posko
14 Kamis/16 April 2020 Pengetian gizi seimbang pada balita dan tanya Laptop Mega Marta Putri
Menit Marta Putri Pemuda
jawab
Leaflet
15 Kamis/16 April 2020 30 Mega Pengertian Stunting Ceramah Laptop Posko Mega Marta Putri
Menit Marta Putri dan tanya Pemuda
jawab
Cangkul
Sabit
Ceramah
45 Yana Posko
17 Rabu/08 April 2020 Pengertian MP-ASI dan tanya Laptop Yana Amongga
Menit Amongga Pemuda
jawab
Melly Ceramah
45 Posko
18 kamis/16 April 2020 Rezqia Pengertian tumbuh kembang anak dan tanya Laptop Melly Rezqia Helmi
Menit Pemuda
Helmi jawab
Leaflet
Melly
Selasa/14 April 60 Praktek Posko
19 Rezqia Demonstrasi Menyikat Gigi yg benar Cangkir Melly Rezqia Helmi
2020 Menit langsung Pemuda
Helmi
Pasta Gigi
sikat gigi
Ijuk
Kerikil
Pasir
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang ASI eksklusif
2. Sub topik : a. Pengertian ASI eksklusif
b. Tujuan ASI eksklusif
c. Manfaat ASI eksklusif
d. Upaya memperbanyak ASI
3. Sasaran : Ibu hamil, ibu menyusui, WUS
4. Waktu : 30 menit
5. Hari/Tanggal : Jum’at/17 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para Ibu mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI Ekslusif
2. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Untuk mengetahui apa Pengertian ASI Eksklusif
b. Untuk mengetahui Tujuan pemberian ASI Eksklusif
c. Untuk mengetahui Manfaat pemberian ASI
d. Untuk mengetahui Upaya memperbanyak ASI
C. MATERI :
1. Pengertian ASI Eksklusif
2. Tujuan pemberian ASI Eksklusif
3. Manfaat pemberian ASI
4. Upaya memperbanyak ASI
D. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Power Point , Poster, liflet
E. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
Mengucapkan Salam Menjawab
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Persepsi Mengemukakan
Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat Mendengarkan dan
memperhatikan
2 15 menit Pelaksanaan
Melakukan Pretest secara lisan Mendengarkan dengan
Menyampaikan materi penuh perhatian
Memberikan kesempatan kepada Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
Menjawab pertanyaan peserta Menyimak jawaban
Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh
3. 10 menit Penutup
Bersama peserta menyimpulkan Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan Menjawab salam
F. Evaluasi
1. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian ASI eksklusif
2. Diharapkan peserta dapat menyebutkan manfaat ASI eksklusif
3. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan ASI eksklusif
4. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara memperbanyak ASI
LAMPIRAN MATERI
ASI Eksklusif
A. ASI EKSKLUSIF
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa tambhan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih,serta tanpa bahn makanan padat
seperti pisang,bubur susu, biscuit, bububr nasi,dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI ). ASI dapat diberikan sampai anak
berusia 2 tahun.
B. TUJUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Adapun tujuan dalam pemberian ASI eksklusi antara lain adalah :
a. Komposisi ASI pada bulan pertama cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan
pertama.
ASI mengandung zat kekebalan tubuh dan zat anti peradangan sehingga memberikan
perlindungan pada bayi dari infeksi. Baik yang disebabkan oleh bakteri,virus,jamur
atu parait.
ASI terdapat kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas terkontaminasi
Didalam ASI terdapat laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan.
c. ASI mengandung komposis yang tepat
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi
Mengandung protein yang tinggi yang mudah diserap.
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan
yang teratur , maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
3. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan oksitosin
4. Faktor fisiologis
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormone prolaktin yang menentukan
produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu
5. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhui produksi ASI dan pengeluaran ASI apabila kondisi
ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Audiens
: Presentator
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang bahaya rokok
2. Sub topik : a. Pengertian rokok
b. Bahaya rokok
c. Cara/langkah berhenti merokok
d. Upaya pencegahan
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 30 menit
5. Hari/Tanggal : Selasa / 14 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
3. Tujuan instruksional umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para masyarakat mengerti tentang
bahaya rokok
4. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
e. Untuk mengetahui apa Pengertian rokok
f. Untuk mengetahui Bahaya rokok
g. Untuk mengetahui Cara/langkah berhenti merokok
h. Untuk mengetahui Upaya pencegahan
G. MATERI :
5. Pengertian rokok
6. Bahaya rokok
7. Cara/langkah berhenti merokok
8. Upaya pencegahan
H. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah dan tanya jawab
2. Media : Power Point , liflet
I. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
Mengucapkan Salam Menjawab
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Persepsi Mengemukakan
Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat Mendengarkan dan
memperhatikan
2 15 menit Pelaksanaan
Melakukan Pretest secara lisan Mendengarkan dengan
Menyampaikan materi penuh perhatian
Memberikan kesempatan kepada Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
Menjawab pertanyaan peserta Menyimak jawaban
Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh
3. 10 menit Penutup
Bersama peserta menyimpulkan Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan Menjawab salam
J. Evaluasi
5. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian rokok
6. Diharapkan peserta dapat menyebutkan bahaya rokok
7. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara/langkah berhenti merokok
8. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan upaya pencegahan
LAMPIRAN MATERI
BAHAYA ROKOK
A. PENGERTIAN ROKOK
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai
kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan.Rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan tambahan.
B. BAHAYA ROKOK
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih
jantan.Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan
perokok.Ketika sebatang rokok terbakar terbentuklah 4.000 senyawa kimia, 200
diantaranya beracun dan 43 lagi pemicu kanker.
Efek racunnya terhadap sang perokok dibandingkan yang tidak merokok yaitu:
14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
a) 4x menderita kanker esophagus
b) 2x kanker kandung kemih
c) 2x serangan jantung
Beberapa bahaya rokok diantaranya :
a) Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal
jantung,
b) Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
c) Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker
di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin
pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat
yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi
di jalanan raya yang macet.
d) Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan
memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
e) Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,
sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk
membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan
rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok
sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang
mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup
pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di
tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.
f) Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk
merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam
ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja
merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang
lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
g) Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi
sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki
persepsi yang berbeda dalam hal ini.
C. CARA/ LANGKAH BERHENTI MEROKOK
1. Tancapkan niat dalam hati anda, kalau anda memiliki keinginan untuk berhenti
merokok.
2. Jika anda terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah berkonsentarasi,
untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan teman- teman atau sehabis
makan, sekarang dengan sengaja lakukan sesuatu pada situasi tersebut untuk merubah
kebiasaan anda dari merokok kegiatan/ kebiasaan lain .
3. Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang anda senangi dan lakukan segera setelah anda
berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku dll
4. Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa anda berniat untuk berhenti
merokok. Minta mereka mengingatkan anda apabila anda menyalakan rokok. Dan
minta mereka membantu untuk mengalihkan perhatian anda dari rokok dan mengajak
untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
5. Setiap kali anda ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang beberapa kali.
Kepalkan tangan anda dan lepaskan perlahan, perasaan keinginan untuk merokok
akan berkurang
6. Jauhkan diri anda dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan situasi dimana
anda mungkin tergoda untuk ingin merokok
7. Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah anda dan ditempat kerja jika memungkinkan
seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal yang menggoda untuk
merokok, seperti poster, gambar atau benda lain yang mengingatkan atau menggoda
anda untuk merokok kembali.
8. Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk mengatakan “
hanya sebatang rokok saja.
D. UPAYA PENCEGAHAN
Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk
dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk
berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak
terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan
keluarga/orangtua.
Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam
melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut
membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan
cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang
berhubungan dengan merokok.
Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Audiens
: Presentator
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang CTPS
2. Sub topik : a. Pengertian CTPS
b. Tujuan CTPS
c. Langkah-langkah CTPS
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 60 menit
5. Hari/Tanggal : 15 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
5. Tujuan instruksional umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para siswa kelas 2 mampu mencuci
tangan dengan benar.
6. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit, siswa kelas 2
dapat :
a. Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan Pakai sabun
b. Menjeaskan tentang tujuan mencuci tangan
c. Menjelaskan tentang alasan mencuci tangan harus diair mengalir dan pakai
sabun.
d. Menjelaskan tentang Waktu-waktu yang tepat untuk mencuci tangan
e. Menjelaskan tentang langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
C. MATERI :
1. Pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Tujuan cuci tangan pakai sabun
3. Alasan cuci tangan pakai sabun
4. Waktu yang tepat cuci tangan pakai sabun
5. Langkah-langkah cuci tangan pakai sabun
i. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Power Point , Poster
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Pembukaan 1. Membuka acara 1. Sasaran Menjawab salam
Menit dengan 2. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
kepada sasaran tujuan
2. Menyampaikan 3. Menyetujui kesepakatan
topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.
Pelaksanaan : 1. Menyampaikanpengetahu
yang mengalir
30 Kegiatan d.waktu tepat
Menit Inti mencuci tangan
e. Langkah mencuci
tangan yang baik
dan benar
2. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
10 Evaluasi / 1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
Menit Penutup pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 2. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 3. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
2. Menyimpulkan menjawab salam
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan kepada
sasaran
3. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
j. Evaluasi
1. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian mencuci tangan
2. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan mencuci tangan
3. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan alasan mencuci tangan harus di air yang
mengalir
4. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan 5 waktu tepat mencuci tangan
5. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan langkah mencuci tangan yang baik dan
benar
LAMPIRAN MATERI
CTPS
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh
kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air
(Larsan, 1995).
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES, 2007).
Mencuci tangan adalah membasuh kedua telapak tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan tujuan untuk menghilangkan
kuman. Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk mencegah
masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit.
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan yaitu :
Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas
kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Nah sebenarnya
kapan waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan ?
a. Sebelum dan sesudah makan. Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
saat kita makan.
b. Setelah dari WC dan buang air. Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan,
sehingga diharuskan untuk mencuci tangan.
c. Setelah bermain. Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor.
Contohnya seperti tanah. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali kuman didalam
tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari tanah hilang
dan tidak menempel ditangan.
d. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Bagi adik-adik mencuci tangan ini juga
bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah bangun tidur dan
sesudah melakukan kegiatan yang lain.
e. Ketika Tangan terlihat kotor.
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 lagkah
yang di kembangkan menjadi 10 langkah. Bisa dilihat pada gambar untuk lebih jelasnya.
a. Basuh tangan dengan air mengalir
b. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
c. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu
pula sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
e. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
i. Bilas kedua tangan dengan air.
j. Keringkan dengan lap tangan atau tissu
DAFTAR PUSTAKA
1. https://herwindisd.blogspot.com/2016/01/
2. https://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/sap-penyuluhan-cuci-tangan.html
E. EVALUASI
Seluruh pasutri dapat mengetahui dan mengerti apa yang gizi seimbang pada ibu hamil dan
dapat menerapkan kebutuhan gizi seimbang saat kehamilan.
F. MATRIKS KEGIATAN PENYULUHAN
GIZI SEIMBANG adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan
secara teraturdalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah
gizi.
3. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan
meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dan mengatur suhu
tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar 2-3 liter perhari (8-12 gelas sehari)
4. Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan buang air kecil
yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung menuingkat. Paling
banyak 2 cangkir kopi/hari
PENAMBAHAN KEBUTUHAN ZAT GIZI SELAMA HAMIL
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia kehamilan.
Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut merupakan
jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:
Merupakan suatu ukuran atau takaran makan yang dimakan tiap kali makan
FREKUENSI MAKAN DALAM SEHARI
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan
yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk
memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat yang bermanfaat
bagi kesehatan.
2. Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur, susu, dan keju;
serta sumber protein nabati sepeerti kacang-kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo; serta hasil oalahannya seperti tempe, tahu, susu
kedelai, dan oncom.
3. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan berwarna hijau dan
kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, dan tomat; serta
sayur kacang-kacangan, seperti kacang panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan
diutamakan yang berwarna kuning jingga, kaya serat dan yang berasa asam, seperti pepaya,
mangga, nanas, nangka, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.
Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat gizi tertentu
sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin maupun untuk keperluan perkembangan dan
pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat gizi yang diperlukan ibu hamil:
BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI DAN DIBATASI OLEH IBU
HAMIL
Sarapan
Selingan
Selingan
Makan malam
H. TUJUAN PENYULUHAN
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian imunisasi diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang pentingnya pemberian imunisasi lengkap.
4. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian imunisasi, diharapkan:
1) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pengertian imunisasi.
2) Peserta penyuluh dapat menyebutkan tujuan imunisasi.
3) Peserta penyuluh dapat menyebutkan jenis-jenis imunisasi.
4) Peserta penyuluh dapat menyebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
5) Peserta penyuluh dapat mengetahui jadwal pemberian imunisasi.
6) Peserta penyuluh dapat mengenal cara-cara pemberian imunisasi.
7) Peserta penyuluh dapat mengetahui kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8) Peserta penyuluh dapat mengetahui keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9) Peserta penyuluh dapat mengetahui tempat-tempat pelayanan imunisasi.
10) Peserta penyuluh dapat mengerti perawatan yang diberikan setelah imunisasi.
I. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian imunisasi.
2. Tujuan imunisasi.
3. Jenis-Jenis imunisasi.
4. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
5. Jadwal pemberian imunisasi.
6. Cara pemberian imunisasi.
7. Kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Tempat pelayanan imunisasi.
10. Perawatan yang diberikan setelah imunisasi.
K. STRATEGI PENYULUHAN
1. Penyuluh menjelaskan tentang pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis
imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jadwal pemberian
imunisasi, cara pemberian imunisasi, kapan imunisasi tidak boleh diberikan,
keadaan yang timbul setelah imunisasi, tempat pelayanan imunisasi, dan
perawatan yang diberikan setelah imunisasi.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.
IMUNISASI
A. Defenisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak seseorang terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan
kekebalan kepada bayi dan anak serta ibu hamil terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk
mencegah penyakit. Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman,
atau racun kuman yang telah dilemahkan.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit
dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
B. Tujuan Imunisasi
Untuk membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/ anak/ ibu hamil terhindar dari
penyakit tertentu dan kalau terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.
C. Jenis-Jenis Imunisasi :
1. BCG : memberi kekebalan pada penyakit TBC.
2. DPT : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.
3. Polio : memberi kekebalan pada penyakit poliomielitis.
4. HB : memberi kekbalan pada penyakit hapatitis B.
5. Campak : memberi kekebalan pada penyakit campak.
D. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi :
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Vaksin Penyakit yang Dicegah
BCG Mencegah penyakit TBC.
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang SPAL
2. Sub topik : a. Pengertian SPAL
b. Mamfaat SPAL
c. Bahaya dan gangguan Limbah Cair
d. keuntungan membuang limbah dengan benar
e. cara membuang limbah limbah dengan benar
f. alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 60 menit
5. Hari/Tanggal : 15 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
7. Tujuan instruksional umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu memahami dan
mengimplementasikan SPAL dalam lingkungannya
8. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan masyarakat dapat :
f. Menjelaskan tentang pengertian IPAL
g. Menjelaskan Mamfaat SPAL
h. Menjelaskan Bahaya dan gangguan Limbah Cair
i. Menjelaskan keuntungan membuang limbah dengan benar
j. Menjelaskan cara membuang limbah limbah dengan benar
k. Menjelaskan alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
C. MATERI :
6. Pengertian IPAL
7. Mamfaat SPAL
8. Bahaya dan gangguan Limbah Cair
9. Keuntungan membuang limbah dengan benar
10. Cara membuang limbah limbah dengan benar
11. Alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
k. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Power Point , Poster
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Pembukaan 3. Membuka acara 4. Sasaran Menjawab salam
dengan 5. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
kepada sasaran tujuan
4. Menyampaikan 6. Menyetujui kesepakatan
Menit topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.
30 Kegiatan Pelaksanaan : 5. Menyampaikanpengetahu
Menit Inti 3. Menjelaskan materi annya tentang materi
membuang limbah
dengan benar
j. Cara membuang
limbah limbah
dengan benar
k.Alat yang
diperlukan dalam
membuat SPAL
4. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
4. Memberikan 4. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 5. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 6. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
5. Menyimpulkan menjawab salam
10 Evaluasi / materi penyuluhan
Menit Penutup yang telah
disampaikan kepada
sasaran
6. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
l. Evaluasi
6. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian SPAL
7. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan mamfaat SPAL
8. Diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengimplementasikan SPAL skala
Rumah tangga.
LAMPIRAN MATERI
SPAL
1. Pengertian SPAL
Yang di sebut Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu tempat yang
digunakan untuk membuang air,buangan dari kamar mandi,tempat
cuci,dapur,perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah.
2. Manfaat SPAL
a. Air limbah tidak berserakan kemana-mana,sehingga tidak menimbulkan genangan
air/becek,pandangan kotor,bau busuk,yang dapat mengganggu kesehatan
b. Menghindarkan sarang nyamuk
c. Dengan hilangnya comberan,tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,seperti
tempat bermain anak-anak,tempat jemuran,menanam sayur-sayuran.
3. Akibat bila membuang air limbah di sembarang tempat
a. Membuang air limbah disembarang temapat dapat memudahkan penularan penyakit Air
limbah atau air buangan dari kamar mandi,tempat cuci,dapur dan sebagainya
c. Genangan atau comberan ini selain mengganggu keindahan juga dapat menjadi sarang
nyamuk yang dapat menyebarkan penyakit malaria,dan dmam kaki gaja,serta sumber
penularan penyakit radang hati(hepetitis),cacingan,sakit perut,penyakit mata
a. Jarak antara lubang peresapan SPAL terletak dtidak kurang dari 10 meter dari sumur
atau pompa tangan,sehingga tdak mencemari sumber air bersih
b. Tidak berbau
c. SPAL mudah dikuras atau dibersihkan dan tidak menimbulkan genangan air yang
terbuka
b. Ambillah selalu lumpur dari dari lubang peresapan. Semakin sering lama lubang
peresapan akan berfungsi.
c. Apabila SPAL tidak meresapkan air lagi, angkat material yang ada pada lubang
peresapan (batu kali/koral, selongsong bambu/drum). Ganti dengan yang baru.
6. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan SPAL
A. SPAL BATU KALI DAN KERIKIL
Air cucian dialirkan melalui saluran ke sebuah lubang resapan.
a. Bahan
1) Batu bata
2) Semen
3) Bambu
4) Pasir
5) Kerikil
6) Batu kali
b. Alat
1) Cetok
2) Gergaji
3) Cangkul
4) Parang
5) Slop
6) Ember
c. Pembuatan
1) Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m
ataudisesuaikan dengan tempat dan kebutuhan.
2) Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran
terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan
pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari
pralon.
DAFTAR PUSTAKA
1. Https://id.wikipedia.org/wiki/Instalasi_pengolahan_air_limbah
2. https://fiberglassbandung.com/pengertian-ipal-komunal-serta-manfaatnya/
3. Depkes RI & JICA, Buku kesehatan ibu dan anak, Jakarta, 1997
5. PAPDI, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Balai penerbitan FKUI, Jakarta,
2000
6. Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipta
Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. BAHASAN
1. Topik : Jamban Sehat
2. Sub topik : a. Pengertian jamban sehat
b. Mamfaat jamban sehat
c. Kriteria Jamban sehat
d. Cara merawat jamban sehat
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 60 Menit
5. Hari /Tanggal : Rabu / 15 April 2020
6. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
9. Tujuan instruksional umum :
Menambah pengetahuan dari pemahaman peserta tentang pola hidup sehat dengan
jamban sehat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
10. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama masyarakat dapat :
l. Menjelaskan tentang pengertian jamban sehat
m. Menjeaskan tentang manfaat jamban sehat
n. Menjelaskan tentang kriteria jamban sehat.
o. Menjelaskan tentang cara merawat jamban sehat.
C. MATERI :
a. Pengertian jamban sehat
b. Mamfaat jamban sehat
c. Kriteria jamban sehat
d. Cara merawatt jamban sehat
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5. Membuka acara 7. Sasaran Menjawab salam
dengan 8. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
5
Pembukaan kepada sasaran tujuan
Menit
6. Menyampaikan 9. Menyetujui kesepakatan
topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.
Pelaksanaan : 9. Menyampaikanpengetahu
annya tentang materi
5. Menjelaskan materi
penyuluhan
penyuluhan secara
10. Mendengarkan penyuluh
teratur dan berurutan
menyampaikan materi
a. Pengertian jamban
11. Memperhatikan penyuluh
sehat
selama demonstrasi
b.Mamfaat jamban
12. Menanyakan hal – hal
sehat
yang tidak dimengerti dari
c. Kriteria jamban
45 Kegiatan materi penyuluhan
sehat
Menit Inti d.Cara merawatt
jamban sehat
6. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
10 Evaluasi / 7. Memberikan 7. Menjawab pertanyaan
Menit Penutup pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 8. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 9. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
8. Menyimpulkan menjawab salam
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan kepada
sasaran
9. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
n. Evaluasi
1. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian jamban sehat
2. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan mamfaat jamban sehat
3. Diharapkanmasyarakat dapat menyebutkan kriteria jamban sehat
4. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara merawat jamban sehat
LAMPIRAN MATERI
Jamban Sehat
1. Pengertian Jamban Sehat
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu
dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan( Kusnoputranto, 1997 ).
Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu
estetika ( Josep Soemardi, 1999).
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air
untuk membersihkannya.
Jenis jamban ada 3, yaitu :
b. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang
dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).
a. Jamban sebaiknya bangunan jamban terlindung panas dan hujan, serangga dan
binatang-binatang lain serta terlindung dari pandangan orang lain (tertutup)
b. Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup
yang mudah diangkat.
c. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga
agar menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah
penularan penyakit.
e. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak
berlumut dan licin
f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus
kedap air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari
pencemaran lingkungan.
g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja
yang lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.
h. Sebaikya jamban di bangun dilokasi yang tidak mengganggu pandangan dan tidak
menimbulkan bau.
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1. https://kekasihsetianaruto.blogspot.com/2014/11/sap-jamban-sehat.html
2. https://jojo-fakultaskesehatanmasyarakat.blogspot.com/p/blog-page.html
3. https://www.academia.edu/36537609/Satuan_Acara_Penyuluhan_Jamban_Sehat.docx
3. Sasaran : Masyarakat
6. Waktu : 50 menit
7. Penyuluhan : Penyuluhan kelompok 49
8. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
9. Uraian Materi :
a. Lubang gigi
b. Karang Gigi
1. Pembukaan
-Perkenalan
-Apersepsi
2. Menjelaskan materi
tentang :
- Penjelasa
n tentang lubang gigi
Poster dan
- Penjelasa 30 menit Mendengarkan
power point
n tentang karang gigi
- Cara
menjaga kesehatan gigi
dan mulut
3. Penutup - 15 menit
- Menyimpulkan -Mendengarkan
materi penyuluh
- Memberikan -Mendengarkan
saran kepada sasaran penyuluh
Total 50 menit
12. Evaluasi
Prosedur : Langsung
Daftar pertanyaan :
Jawaban:
1. Lubang gigi adalah penyakit jaringan gigi dengan tanda-tanda adanya lubang gigi pada
permukaan gigi dan meluas ke bagian dalam gigi.
- Air ludah
- Usia
2. Karang gigi Yaitu Suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi yang
berwarna mulai dari kekuning-kuningan sampai kehitam-hitaman.
1.) Plak
1. Menyikat gigi :
a. Sikat gigi yang digunakan tangkainya lurus dan bulu sikat yang halus.
b. Menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
c. Berkumur-kumur hanya 2 kali, agar flour didalam pasta gigi tidak terbuang sia-
sia.
KONSEP MATERI
A. Lubang gigi adalah penyakit jaringan gigi dengan tanda-tanda adanya lubang gigi pada
permukaan gigi dan meluas ke bagian dalam gigi.
2) Faktor yang berpengaruh tidak langsung : Makanan (coklat dan gula), Bentuk dan
letak gigi, Air ludahadan Usia.
B.Karang gigi Yaitu Suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi yang berwarna
mulai dari kekuning-kuningan sampai kehitam-hitaman.
Penyebab karang gigi adalah : Plak, Mengunyah 1 sisi. Teknik menyikat gigi yang salah,
Kurang mengkonsumsi buah dan sayur.
1. Menyikat gigi :
- Sikat gigi yang digunakan tangkainya lurus dan bulu sikat yang halus.
- Menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
-Berkumur-kumur hanya 2 kali, agar flour didalam pasta gigi tidak terbuang sia-sia.
SAP Pokok Bahasan :Pendidikan Kesehatan Tentang Mengkonsumsi Sayur dan Buah
Sub Pokok Bahasan :Pentingnya Mengkonsumsi Sayur dan Buah
Sasaran : ibu bayi dan balita
PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/Tanggal : Jumat/10 April 2020
Waktu : 10.00 WIB – selesai
Tempat : Posyandu
Penyuluh : Mahasiswa
A.Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang Pentingnya Mengkonsumsi Sayur dan Buah, ibu dapat
memahami Pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur.
B.Tujuan Khusus
Setelah Mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan Ibu dapat menjelaskan:
1. Pengertian konsumsi buah dan sayur
2. Fungsi sayur dan buah
3. Manfaat kandungan gizi dalam sayur dan buah
4. Akibat bila kekurangan menkonsumsi sayur dan buah
C.Materi :
1. Pengertian konsumsi buah dan sayur
2. Fungsi sayur dan buah
3. Manfaat kandungan gizi dalam sayur dan buah
4. Akibat bila kekurangan menkonsumsi sayur dan buah
D.Metode :
1.Ceramah
2.Tanya Jawab
E.Media :
Leaflet
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Konsumsi Buah dan Sayur Menurut Kamus Gizi
Konsumsi pangan merupakan jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan individu secara biologis, psikologis maupun sosial. Buah dan sayur merupakan
bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh tumbuhan.
Secara botani, buah adalah bagian dari tumbuhan yang mengandung biji. Buah memiliki
kandungan zat gizi yang cukup lengkap seperti protein lemak dan karbohidrat, yang
jumlahnya relatif kecil. Sedangkan, Sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang
dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh. (Mudiarti and Amaliah,
2013).
2. Fungsi Buah dan Sayur
Buah dan sayur memiliki kandungan berbeda – beda. Kandungan gizi utama yang terdapat
di dalam buah dan sayur adalah pro vitamin A, vitamin C, vitamin K,vitamin E dan kelompok
vitamin B kompleks. Selain itu buah dan sayur juga mengandung mineral yaitu
Kalium,Kalsium, Natrium, Zat Besi,Magnesium,Mangan,Seng,Selenium,dan Boron (Yuliarti,
2008). Banyak kajian yang menyatakan bahwa konsumsi sayur dan buah berperan dalam
menjaga dan mengendalikan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Konsumsi sayur
dan buah yang cukup juga mampu menurunkan risiko sulit buang air besar (sembelit) dan
kegemukan.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam
pencegahan penyakit tidak menular kronis (Kemenkes RI, 2014). Selain itu,kandungan
vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayur berfungsi sebagai zat pengatur
untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin dan mencegah terjadinya berbagai gejala
penyakit seperti sembelit, anemia, penurunan fungsi mata, penurunan sistem imun, dan
mencegah munculnya senyawa radikal melalui antioksidan. Vitamin merupakan zat gizi
mikro yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Sumber makanan yang tinggi akan vitamin adalah buah dan sayuran yang berwarna hijau,
kuning, merah, oranye, coklat, ungu, dan lain-lain (Pakar Gizi Indonesia, 2017)
3. Manfaat Buah dan Sayur
Konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak
menular kronis. Berikut adalah manfaat dari buah dan sayur:
1) Antikanker Buah dan sayur mengandung potasium dan sedikit sodium untuk mencegah
penyakit kanker. Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan karotenoid, likopen, flavonoid
yang berasal dari pigmen berwarna kuning, merah, ungu, dan hijau yang berfungsi sebagai
antioksidan untuk melawan radikal bebas. Karotenoid dapat melawan sel kanker dengan
mengaktivkan enzim detoksifikasi yang ada dalam tubuh. Enzim tersebut bertanggung jawab
membersihkan tubuh dari zat berbahaya penyebab kanker/zat karsinogen (Aphrodita, 2010).
2) Antidiabetes Buah dan sayur bermanfaat untuk mencegah peningkatan kadar gula dalam
darah. Kandungan buah dan sayur yang bermanfaat sebagai antidiabetes adalah kalium,
sodium, dan pektin. Senyawa tersebut dapat menurunkan aktivitas gula darah dengan
meningkatkan metabolisme karbohidrat oleh hati sehingga menjadi energi atau meningkatkan
sekresi insulin. Buah dan sayur yang bersifat sebagai antidiabetes yaitu, nanas, pisang,
semangka, belimbing wuluh, tomat, buncis dan seledri (W P. Winarto dan Tim Lentera,
2004)
3) Antisembelit dan Antikonstipasi Buah dan sayur mengandung serat yang cukup tinggi
yang bermanfaat untuk mempertahankan keseimbangan bakteri di dalam usus. Sehingga
perjalanan makanan dari mulut hingga akhir (anus) menjadi lebih singkat. Keadaan ini akan
dapat membantu meningkatkan pengeluaran feses dan melancarkan pencernaan (W P.
Winarto dan Tim Lentera, 2004)
4) Antiobesitas Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi batas kebutuhan
rangka fisik akibat dari timbunan lemak yang berlebihan sehingga dapat memicu timbulnya
berbagai jenis penyakit seperti, jantung koroner, diabetes, dan hipertensi. Pada dasarnya,
berat badan dapat dikontrol dengan baik apabila mengonsumsi makanan yang mengandung
tinggi serat, air dan rendah kalori. Dalam hal ini, Serat dapat menimbulkan rasa kenyang
lebih lama sehingga kecenderungan makan berlebihan dapat dicegah. Buah dan sayur
memiliki kandungan serat yang cukup tinggi dan dapat memberi rasa kenyang lebih lama (W
P. Winarto dan Tim Lentera, 2004).
5) Antianemia Zat besi yang terkandung didalam sayur hijau merupakan mineral yang
dibutuhkan tubuh untuk membentuk/memproduksi sel darah merah dan mengangkut oksigen
keseluruh tubuh (Aphrodita, 2010).
6) Antikolesterol Kadar kolesterol darah dapat diturunkan dengan mengonsumsi makanan
sumber serat, Vitamin B5 (Asam Pantotenat) dan kholin bitartrate seperti buah dan sayur.
Kandungan serat yang tinggi membuat buah dan sayur tidak dapat dicerna seluruhnya oleh
tubuh. Dalam keadaan ini, terjadi pelepasan asam lemak rantai pendek yang menguap. Zat
inilah yang akan mengurangi produksi kolesterol dan akan mempercepat pembersihan darah
dari kolesterol jahat (low density lipoprotein /LDL) yang berbahaya bagi tubuh (W P.
Winarto dan Tim Lentera, 2004)
7) Penunda proses penuaan dini Proses penuaan dapat diperlambat dengan mengonsumsi
buah dan sayur yang mengandung antioksidan seperti Vitamin A, C, dan E serta beberapa
mineral seperti Fe (Zat Besi), Mn (Mangan), Zn (Zink). Selain itu ada juga pigmen karoten,
flavonoid, dan klorofil yang dapat memperlambat proses penuaan. Kandungan antioksidan
yang terdapat pada buah dan sayur dapat melindungi sel-sel tubuh dari proses oksidasi yang
memacu proses penuaan. Selain itu, zat tersebut akan mencegah munculnya radikal bebas
yang dapat merusak sel.
4. Akibat Kekurangan Konsumsi Buah dan Sayur
Kurang konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan hal-hal berikut (Ruaihah, 2009):
a. Sistem kekebalan tubuh menurun Jarang mengonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan
daya tahan tubuh menurun. Hal ini terjadi karena tubuh ‘kurang’ vitamin B kompleks,
vitamin C, vitamin E, seng (Zn), zat besi (Fe), magnesium (Mg), dan potasium.
b. Gangguan fungsi pengelihatan (mata) Gangguan fungsi pengelihatan (mata) disebabkan
karena tubuh kekurangan betakaroten. Gangguan mata, bisa dicegah dengan banyak
mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan kaya vitamin A lainnya.
c. Meningkatkan resiko sembelit Sembelit atau konstipasi adalah tanda bahwa pencernaan
sedang terganggu. Salah satu faktor penyebab sembelit adalah kurang konsumsi serat dari
buah dan sayur. Kurang konsumsi serat dapat menyebabkan perubahan pada tekstur dan
struktur feses. Hal ini terjadi karena sediaan air yang ada dalam usus besar menjadi sedikit
akibat diserap sel-sel usus, sehingga feses terbentuk dalam kondisi kekurangan air. Sisa
makanan yang ada dalam usus besar berubah menjadi mengeras dan padat, sehingga
membutuhkan kontraksi otot yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Kondisi tersebut
berdampak pada terjadinya susah buang air besar atau sembelit (Lubis, 2009).
d. Meningkatkan kadar kolesterol darah Tubuh yang kurang asupan serat, maka dapat
mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah. Buah dan sayur yang mengandung serat
mampu menyerap dan mengikat asam empedu di usus dan menurunkan penyerapan
kolesterol yang ada dalam makanan sehingga berdampak pada penurunan kadar kolesterol
darah (Yuliarti, 2008).
e. Meningkatkan resiko kegemukan Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan
resiko kegemukan. Serat memiliki fungsi utama dalam mengikat lemak sehingga mudah
dicerna dan dibuang dari tubuh. Ketika tubuh kekurangan serat maka, lemak dalam tubuh
akan sulit keluar sehingga beresiko mengalami kegemukan. Selain itu, sifat serat yang tidak
dapat dicerna merangsang lambung bekerja lebih lama untuk melakukan proses
penghancuran serat, tekstur licin juga menyulitkan lambung untuk menghancurkan serat
dalam waktu singkat. Keadaan ini dapat berdampak pada semakin lamanya keberadaan serat
di lambung, sehingga pengosongan lambung berlangsung lebih lama (Lubis, 2009). Inilah
yang menyebabkan serat terkandung di dalam buah dan sayur mampu memberikan rasa
kenyang lebih lama, sehingga otak tidak akan terstimulasi untuk makan berlebihan, yang
dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
f. Meningkatkan resiko kanker Kurang konsumsi sayur dan buah dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit kanker. Penyebab awal terjadinya kanker kolon adalah terjadinya pelarutan
pada lapisan lendir permukaan usus besar yang diikuti dengan masuknya zat karsinogenik
atau virus ke dalam sel. Gangguan sembelit kronis secara tidak langsung mempunyai peluang
besar untuk berkembang menjadi kanker kolon. Hal ini terjadi disebabkan oleh tertumpuknya
zat karsinogenik dipermukaan kolon yang terjadi akibat kondisi tinja yang keras, kering dan
lambatnya pembuangan keluar tubuh. Asupan buah dan sayur yang tinggi serat dapat
membantu proses pencernaan di dalam usus, sehingga racun penyebab kanker dan makanan
yang mengandung zat karsinogenik dapat dipisahkan dan dibuang keluar tubuh. Tidak hanya
itu, kandungan antioksidan alami yang berasal dari sayur-sayuran terbukti efektif menangkal
efek negatif radikal bebas yang bisa memicu perkembangan sel kanker di dalam tubuh.
Tempat : Posyandu
O. TUJUAN PENYULUHAN
5. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manajemen laktasi diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang pentingnya manajemen laktasi.
6. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manajmen laktasi, diharapkan:
11) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pengertian manajemen laktasi.
12) Peserta penyuluh dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI
15) Peserta penyuluh dapat menyebutkan tahapan manajemen laktasi pada ibu
hamil.
R. STRATEGI PENYULUHAN
3. Penyuluh menjelaskan tentang pengertian manajemen laktasi, cara menyusui yang
benar, cara memegang payudara, tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil,
langkah-langkah kegiatan menejemen laktasi pada masa kehamilan, memberikan
kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.
Fini Alvionita
d. Membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi. Pada waktu menyusui terjadi
kontak mata dan kontak waktu kulit dengan bayi. Keadaan ini merupakan peristiwa
yang sangat khususu bagi Ibu hamil dan Bayinya.
f. Dengan menyusui, ibu dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa dibutuhkan
oleh orang lain.
h. Memberi kemudahan bagi Ibu, karena ASI selalu tersedia setiap saat dalam keadaan
segar.
i. Murah dan hemat. Biayanya hanya diperlukan untuk membeli makanan yang
bergizi.
3) Komposisi ASI
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai juga
mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi.
c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki parbandingan antara whey
dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey dan casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi, ASI mengandung whey lebih
banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
Sedangkan susu sapi mempunyai perbandingan whey:casein adalah 20:80 sehingga
tidak mudah diserap.
1. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturitas
sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurine akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
2. Decosahexanoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari subtansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari omega 3 (Asam Linolenat) dan omega 6
(asam linoleat).
4) Aspek imunologik
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Teridiri
dari 3 macam yaitu: bronchus-asociated lymphocyte tissue (BALT) antibody
pernafasan, gut associated lymphocyte tissue (GALT) antibody saluran pernafasan,
dan mammry associated lymphocyte tissue (MALL) antibody jaringan payudara ibu.
5) Aspek psikologi
a. Rasa pecaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih
sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone terutama oksitosin yang
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung
pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena
berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
6) Aspek kecerdasan
a. Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4.3 point
lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI.
7) Aspek neurologist
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
8) Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan mengehamat pnegeluaran
rumah tangga unuk membeli susu formula dan peralatannya.
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapt
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenore Laktasi (MAL).
1) Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi.
f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu.
2) Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-a. a.
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawahs (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang
bayi bukan bagian belakang kepala.
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung
bayi.
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantara pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan
langit- langit lunak (palatum molle).
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi.
a. Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa
b. Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar
dengan sendirinya.
b. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung
kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung.
c. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola
sekitarnya.
d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan.
e. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
f. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus .
g. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
h. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui.
i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
5) Pasca Menyusui
a. Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah
b. Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan.
c. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)
3. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
7) Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005, pp.32-33):
c. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara
bagian bawah).
d. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
8) Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup (Rahmawati dan
Proverawati, 2010, p.41).
b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr
setiap minggu).
d. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang
air besar berwarna kuning 2 kali sehari.
e. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan
dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.
1) Pegang payudara dengan ibu jari dan ke empat jari tangan membentuk huruf C,
caranya :
2) Cara memegang payudara seperti tersebut dapat mencegah puting susu keluar dan
mulut bayi serta menekan dagu bayi.
3) Untuk mencegah lecet pada puting, maka pada waktu bayi menghisap payudara,
selain itu sebagian besar aerola payudara harus masuk dalam.
4) Baringkan bayi dengan posisi miring kiri ke arah payudara Ibu, mulut bayi sejajar
dengan putting susu.
5) Gunakan tangan Ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring atau sisipkan
gulungan selimut di belakang punggung bayi.
6) Gunakan tangan Ibu yang bebas untuk memegang payudara yang paling dekat
dengan bayi, kemudian susui bayi Ibu.
7) Apabila ingin menyusui bayi dengan payudara yang satunya, maka balikkan badan
Ibu kesisi dengan posisi berbaring
Menyusui bayi dengan posisi berbaring miring sangat sesuai bagi Ibu :
2) Duduk terasa nyeri yang biasanya dialami oleh Ibu setelah melahirkan atau ada
jahitaan jalan lahir.
1) Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah amanah
ilahi.
2) Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.
3) Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap klinik laktasi
dirumah sakit.
4) Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
5) Mengikuti senam hamil.
Beberapa Hal Yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Hamil
1) Niat
a. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi.
b. Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.
c. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik baginya.
d. Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.
e. Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif yang dapat
mempengaruhi kesiapan semua organ – organ menyusui sehingga ASI dapat
mengalir lancar.
f. Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.
g. Anjurkan ibu untuk membuang jauh – jauh pikiran negatif, seperti bagaimana
kalau ASI tidak keluar, atau bagaimana kalau payudara bermasalah, dan
sebagainya.
h. Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :
1. Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung dan bahaya susu
formula.
2. Berniat bersungguh – sungguh untuk memberikan ASI pada bayi sekurang –
kurangnya 6 bulan.
3. Belajar ketrampilan menyusui.
4. Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.
5. Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai payudara.
6. Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).
i. Menghilangkan Stress
1. Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif tentang kehamilan.
2. Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat ibu merasa
terbatasi.
3. Apabila ada maasalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan.
4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang menyenangkan selama
hamil, seperti jalan – jalan, berekreasi, berkumpul dengan teman, mengerjakan
hobi dan lain sebagainya.
5. Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga ketenangan batin
karena perasaan tenang dan bahagia berpengaruh pada produksi ASI.
Perawatan Payudara :
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat
menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2
nomor lebih besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang
produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.
3. Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan bawah
kiri (dekat siku), tangan kiri memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua siku
sejajar pundak. Tekan pegangan tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa
adanya tarikan pada otot dasar payudara.
4. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.
5. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan
kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.
6. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia
kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
7. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan
pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan
kepada bayi.
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang PHBS di rumah tangga
2. Sub topik : a. pengertian tentang PHBS dirumah tangga
b. tujuan PHBS dirumah tangga
c. Mamfaat PHBS dirumah tangga
d. Indikator PHBS dirumah tangga
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 60 menit
5. Hari/Tanggal : Minggu/12 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
11. Tujuan instruksional umum :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu memahami tentang
PHBS dan menerapkan PHBS dirumah tangga dan di dalam masyarakat
12. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama kurang lebih 3 hari , masyarakat
dapat :
p. Menjelaskan tentang pengertian PHBS dirumah tangga
q. Menjeaskan tentang tujuan PHBS dirumah tangga
r. Menjelaskan tentang mamfaat PHBS dirumah tangga
s. Menjelaskan indikator PHBS dirumah tangga
C. MATERI :
e. Pengertian PHBS dirumah tangga
f. Tujuan PHBS dirumah tangga
g. Mamfaat PHBS dirumah tangga
h. Indikator PHBS dirumah tangga
o. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Power Point , Poster
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
a. Membuka acara a. Sasaran Menjawab
dengan salam
mengucapkan salam b. Mendengarkan
kepada sasaran penyuluh
b. Menyampaikan menyampaikan topik
5 Menit Pembukaan
topik dan tujuan dan tujuan
Penyuluhan c. Menyetujui kesepakatan
kesehatan kepada waktu pelaksanaan
sasaran Penyuluhan Kesehatan
3.
45 Menit Kegiatan Pelaksanaan : a. Menyampaikan
Inti pengetahuannya tentang
a. Menjelaskan materi
materi penyuluhan
penyuluhan secara
b. Mendengarkan
teratur dan
berurutan penyuluh
1) Pengertia menyampaikan materi
n PHBS c. Memperhatikan
2) Tujuan penyuluh selama
PHBS demonstrasi
3) Mamfaat d. Menanyakan hal – hal
PHBS yang tidak dimengerti
4) Tatanan dari materi penyuluhan
PHBS
b. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
a. Memberikan a. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang b. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian
disampaikan kesimpulan
penyuluh c. Mendengarkan
b. Menyimpulkan penyuluh menutup
Evaluasi / materi penyuluhan acara dan menjawab
10 Menit
Penutup yang telah salam
disampaikan kepada
sasaran
c. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
p. Evaluasi
9. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian PHBS dirumah tangga
10. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan PHBS dirumah tangga
11. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan alasan pentingnya PHBS dirumah tangga
12. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan indikator PHBS dirumah tangga
LAMPIRAN MATERI
PHBS di Rumah Tangga
1. Pengertian PHBS
a. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesejahteraannya dan tidak mudah sakit
karena faktor perilaku mempunyai andil dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (30-35%).
b. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga.
c. Dengan meningkatnya kesehatan rumah tangga, biaya yang tadinya dialokasikan untuk
kesehatan dapat ialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain
yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
d. PHBS merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di bidang kesehatan, yaitu pencapaian 65% rumah tangga sehat pada
tahun 2010 (sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang kewenangan wajib standar Pelayanan Minimal (KW SPM) bidang kesehatan).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://promkes.kemkes.go.id/phbs
2. https://pkmtrea.wordpress.com/2013/07/19/materi-penyuluhan-prilaku-bersih-dan-sehat-
phbs/
3. https://desiarianti22.wordpress.com/2014/08/21/sap-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/
4. https://www.kompasiana.com/waodehasnawati92/54f6d5eaa333114e5d8b4a25/perilaku-
hidup-bersih-dan-sehat-phbs-di-rumah-tangga
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. BAHASAN
1. Topik : Penyuluhan tentang stunting
2. Sub topik : a. Pengertian stunting
b. Penyebab stunting
c. Cara mencegah stunting
d. Zat gizi mikro yang berperan untuk mencegah stunting
3. Sasaran : WUS
4. Waktu : 30 menit
5. Hari/Tanggal : Kamis/16 April 2020
5. Tempat : Posko Pemuda
7. Penyuluh : Kelompok 49
B. TUJUAN
13. Tujuan instruksional umum :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan peserta dapat memahami dan
mengetahui tentang pencegahan stunting pada balita
14. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
1. Memahami tentang pengertian stunting
2. Mengetahui penyebab stunting
3. Mengetahui Cara mencegah Stunting
4. Mengetahui Zat gizi Mikro yang berperan untuk mencegah Stunting (Pendek)
q. MATERI :
a. Defenisi Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Cara mencegah Stunting
d. Zat gizi Mikro yang berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
r. METODE dan MEDIA
1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2. Media : Power Point , Poster
s. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
Mengucapkan Salam Menjawab
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Persepsi Mengemukakan
Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat Mendengarkan dan
memperhatikan
2 15 menit Pelaksanaan
Melakukan Pretest secara lisan Mendengarkan dengan
Menyampaikan materi penuh perhatian
Memberikan kesempatan kepada Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
Menjawab pertanyaan peserta Menyimak jawaban
Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh
3. 10 menit Penutup
Bersama peserta menyimpulkan Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan Menjawab salam
t. Evaluasi
13. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian stunting
14. Diharapkan peserta dapat menyebutkan tujuan penyebab stunting
15. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara mencegah stunting
16. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan zat gizi mikro yang berperan dalam
pencegahan stunting
LAMPIRAN MATERI
Stunting
a. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang mejadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MNC 2009). Stunted adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan dalam menggapai tinggi badan yang normal dan sehat
sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting didefeinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang
dari minus dua standar deviasi dibawah rata;rata standar atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Ini adalah indikator
kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa
lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
b. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan Janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
Riwayat penyakit
c. Cara Mencegah Stunting
1) Mencegah Stunting pada balita
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitive
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi
badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih
bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil
kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini
mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita
usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata ranya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil,artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu
setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 0 bulan (eksklusif) dan
setelah umur 0 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah
dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang
bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan
pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan
balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
2) Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, yaitu:
- Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan -ara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal
90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.
4) Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Audiens
: Presentator