Anda di halaman 1dari 166

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN TERPADU DENGAN

PENDEKATAN KONSEP PEMBELAJARAN

DAN KERJASAMA

( Interprofesional Education dan Collaborative Practices)

OLEH KELOMPOK 49

1. Mhd Irfan Al Faridhi 161210700 D4 Sanitasi


2. Ega Rahma Dani 175110537 D3 Keperawatan Gigi
3. Fini Alvionita 171110050 D3 Sanitasi
4. Indah Risni Larasari 174210469 D3 Kebidanan Bukittinggi
5. Mega Marta Putri 172110134 D3 Gizi
6. Melly Rezqia Helmi 173210328 D3 Keperawatan Solok
7. Rifo Aulia Fitri 164310594 D4 Kebidanan Padang
8. Riri Frima Yolanda 173110226 D3 Keperawatan Padang
9. Sintha Dwinata Ananda 173110190 D3 Keperawatan Padang
10
. Yana Amongga 174110384 D3 Kebidanan Padang

POLTEKKES KEMENKES PADANG


TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

KAMI DARI KELOMPOK 49 TELAH MENYELESAIKAN LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TERPADU POLTEKKES KEMENKES

PADANG DENGAN PENDEKATAN KONSEP PEMBELAJARAN DAN

KERJASAMA( Interprofesional Education dan Collaborative Practices)

DALAM BENTUK KASUS

Pembimbing Ketua Kelompok

(Sri Darningsih, S.Pd, M.Si) (Mhd Irfan Al Faridhi)


NIP. 196302181986032001 NIM. 161210700

Mengetahui
Ketua PKL Terpadu

(Kasmiyeti, DCN, M.Biomed)


NIP. 196404271987032001
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana yang

telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan untuk

menyelesaikan laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang telah kami buat

ini.Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan didalam

menyelesaikan PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi para Mahasiswa Poltekkes

Kemenkes Padang.

Praktek kerja ini adalah salah satu bentuk atau upaya dalam menjalin kerja

sama yang baik didalam bidang kesehatan pada masyarakat. Dengan begitu,

penulis berharap praktek kerja ini akan memberi banyak manfaat serta motivasi

bagi kami para mahasiswa khusunya maupun bagi para pembaca.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak -pihak

yang terkait PKL, dimana telah memberi dukungan moral serta juga

bimbingannya kepada kami. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :

1. Bapak Dr.BurhanMuslim,SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Padang.

2. Ibu Sri Darningsih,S.Pd.M.Si selaku dosen pembimbing.

3. Orang tua yang telah memberikan doa,dorongan, dan semangat dalam

penyusunan proposal ini.

4. Teman-teman yang telah berjuang dalam penulisan proposal ini.


Susunan Laporan PKL ini telah dibuat dengan sebaik – baiknya dan

semaksimalnya, tetapi penulis menyadari masih banyak kekurangan didalamnya.

Oleh karenanya, jika ada kritik maupun saran dimana yang sifatnya membangun

bagi penulis, maka dengan senang hati akan penulis terima.

Padang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat untuk masyarakat dan Poltekkes..................................................3
1.4 Ruang Lingkup...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 PKLT IPE-CP............................................................................................4
2.2 Problem Solving Cycle...............................................................................16
2.3 Stunting......................................................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Analisis Situasi...............................................................................29
3.2 Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah...................................29
3.3 Analisis Penyebab Masalah............................................................31
3.4 Penentuan Solusi............................................................................36
3.5 Melaksanakan Solusi (POA)..........................................................38
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kegiatan.....................................................................43
4.2 Faktor Penghambat dan Penunjang Kegiatan.................................57
4.3 Rencana Tindak Lanjut..................................................................61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.....................................................................................43
5.2 Saran...............................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang merupakan pendidikan tinggi yang
mengarah pada pendidikan vakasional dan profesional, yaitu menghasilkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan akademik dan keterampilan profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan yang mencakup kesehatan
lingkungan, keperawatan, gizi, kebidanan dan keperawatan gigi.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu merupakan suatu
penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan. Dalam
prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan
prioritas masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah
kemudian menyusun rencana kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki
dengan memperhatikan segala sumber daya yang ada di masyarakat melalui
program IPE-CP.
Interprofessional education (IPE) adalah dua atau lebih profesi belajar
dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan
kualitas pelayanan (WHO, framework for IPE,2011). Implementasi IPE-CP
dilakukan melalui penerapan ilmu dan tekhnologi oleh mahasiswa dalam bidang
kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, keperawatan, gizi kebidanan dan
keperawatan gigi dalam rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan
status kesehatan masyarakat.Pelaksanaan PKL Terpadu ini merupakan “bench
marking” atau ikonnya Poltekkes Kemenkes Padang di antara Poltekkes
Kemenkes lainnya yang ada di Indonesia.
Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan pihak kampus sebelumnya
pelaksanaan PKL Terpadu akan dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar,
Kecamatan Lintau Buo Utara, tepatna di Jorong Koto. Namun, Allah Subhana wa
Ta’ala berkehendak lain. Pandemi Covid-19 mengakibatkan, salah satunya
masyarakat harus diisolasi di rumah dan menghindari keramaian ataupun segala
macam perkumpulan, sehingga PKL Terpadu tahun 2020 dilaksanakan dengan
sistem daring yaitu suatu merode pembelajaran jarak jauh menggunakan sistem

1
online.
Dalam prosesnya, PKL Terpadu dengan metode daring ini mahasiswa
diberikan sebuah kasus dengan masalah kesehatan yang kompleks mulai dari
masalah gizi, kebidanan, keperawatan dan kesehatan lingkungan, kemudian
kelompok diharapkan mampu melakukan pemecahan masalah kesehatan yang
ditemukan secara terencana menggunakan metoda IPE-CP (Interpersonal
Education- Collaborative Practice) dengan prioritas maslahnya adalah stunting.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk melatih mahasiswa agar lebih mengenal peran dan tanggung
jawab profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan
mampu untuk berkolaborasi dengan baik saat melakukan upaya preventif,
promotif dan kuratif masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan analisis masalah kesehatan dari kasus yang diberikan
melalui program IPE-CP.
2. Mampu melaksanakan identifikasi masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan melalui program IPE-CP.
3. Mampu menemukan prioritas masalah kesehatan dari kasus yang diberikan
melalui program IPE-CP.
4. Mampu menentukan tujuan yang akan dicapai dari kasus yang diberikan
melalui program IPE-CP.
5. Mampu menentukan alternatif pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan melalui program IPE-CP.
6. Mampu melaksanankan analisis solusi terbaik dari kasus yang diberikan
melalui program IPE-CP.
7. Mampu menyusun Plan Of Action (POA) kesehatan dari kasus yang
diberikan melalui program IPE-CP.
8. Mampu melakukan implementasi kesehatan masyarakat berupa kegiatan
fisik dan non fisik dari kasus yang diberikan melalui program IPE-CP.
9. Mampu melakukan evaluasi kesehatan masyarakat dari kasus yang
diberikan melalui program IPE-CP.

2
10. Mampu menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dibangku kuliah
melalui program IPE-CP.
2. Mahasiswa dapat pengalaman yang berharga terutama dalam
penyelenggaraan tahap-tahap manajemen selama IPE-CP serta memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam menanggulangi masalah kesehatan
yang ada dimasyarakat.
3. Dapat bekerjasama dengan berbagai bidang profesi, baik sesama mahasiswa
maupun dengan instansi terkait baik lintas program maupun lintas sektoral
dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan ditingkat kecamatan atau
nagari/jorong.
1.3.2 Untuk Poltekkes Kemenkes Padang
Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKLT) diharapkan
keberadaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang tampak nyata dalam
masyarakat khususnya dalam penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu Daring ini meliputi
kegiatan analisis situasi, identifikasi dan prioritas masalah, analisis penyebab
masala, penentuan solusi/ alternatif, analisis solusi terbaik, melaksanakan solusi
POA serta penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu melalui
program IPE-CP dari kasus yang telah ditentukan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

3
2.1 PKLT IPE-CP
1. Interprofessional Education (IPE)
a. Definisi IPE
Menurut World Health Organization (2010) , IPE didefenisikan
sebagai proses pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan,
dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
outcome pelayanan kesehatan. IPE merupakan pendekatan proses pendidikan
dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-
mengajar dengan tujuan untuk membina interdisipliner/interaksi
interprofessional yang meningkatkan praktek disiplin masing-masing.
Menurut Cochrane Collaboration, IPE terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa
profesi kesehatan yang berbeda melaksanakan pembelajaran interaktif
bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi interprofessional dan
meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan pasien.
b. Tujuan IPE
Secara umum IPE bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk lebih
mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa
akan mampu untuk berkolaborasi dengan baik dalam penanganan masalah
kesehatan, baik di komunitas, keluarga atau individu. Penangaanan masalah
kesehatan secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan kepuasan pasien.
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain:
1) meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama;
2) membina kerjasama yang kompeten;
3) membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien;
4) meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang komprehensif.
WHO (2010) juga menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE
dalam meningkatkan outcome pelayanan kesehatan. Gambar 1 menunjukkan
bahwa IPE merupakan langkah yang sangat penting untuk dapat menciptakan
kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan profesional sehingga dapat
meningkatkan hasil pelayanan kesehatan.

4
Gambar 1. Konsep dasar IPE-CP

c. Domain IPE
Terdapat 4 domain dalam IPE, yaitu norma/nilai etik dalam profesi,
peran dan tanggung jawab masing-masing profesi, komunikasi antar profesi
dan kerjasama tim.
Kompetensi value dan etik antar profesi adalah bekerja bersama
dengan profesi lain untuk mempertahankan iklim saling menghargai dan
berbagi nilai serta etik bersama. Kompetensi peran dan tanggung jawab adalah
: menggunakan pengetahuan tentang peran profesi sendiri dan peran profesi
lain di dalam tim untuk mengkaji dan memberikan pelayanan yang tepat
kepada klien dan populasi. Kompetensi komunikasi antar profesi adalah :
berkomunikasi dengan klien, keluarga klien, komunitas, dan profesi kesehatan
lain dengan cara yang tepat dan bertanggung jawab untuk mendukung
pendekatan tim. Kompetensi untuk bekerja di dalam tim adalah :
mengaplikasikan nilai-nilai membangun kelompok dan membangun prinsip
dinamika kelompok untuk melaksanakan fungsi tim secara efektif.
d. Aplikasi Konsep Kurikulum IPE.
Kurikulum IPE tidak dapat dipisahkan dari bagian kolaborasi
interprofesional. Interprofessional education dapat meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan terhadap praktik kolaborasi. Kompetensi tersebut meliputi
pengetahuan, sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi. Hal

5
tersebut akan membuat tenaga kesehatan lebih mengutamakan bekerjasama
dalam melakukan perawatan pada pasien.
e. Metode Pembelajaran IPE
1) Kuliah klasikal
IPE dapat diterapkan pada mahasiswa menggunakan metode
pembelajaran berupa kuliah klasikal. Setting perkuliahan melibatkan
beberapa pengajar dari berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan
melibatkan mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan. Kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan.
Kuliah dapat berupa sharing keilmuan terhadap suatu masalah atau materi
yang sedang dibahas.
2) Kuliah Tutorial (PBL)
Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan diskusi kelompok
kecil yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi
kesehatan. Mereka membahas suatu masalah suatu masalah dan mencoba
mengindentifikasi dan mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi.
Modul yang digunakan adalah modul terintegrasi. Dosen berupa team
teaching dari berbagai profesi dan bertugas sebagai fasilitator dalam
diskusi tersebut.
3) Kuliah Skills Laboratorium
Skills Laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena
dapat mensimulasikan bagaimana penerapan IPE secara lebih nyata.
Dalam pembelajaran skills laboratorium, mahasiswa dapat mempraktekkan
cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai profesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.

4) Kuliah Profesi/Klinis-Lapangan
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang dilakukan di
rumah sakit dan di komunitas. Pada pendidikan profesi mahasiswa
dihadapkan pada situasi nyata di lapangan untuk memberikan pelayanan
kepada pasien nyata. Melalui pendidikan profesi, mahasiswa dapat dilatih
untuk berkolaborasi dengan mahasiswa profesi lain dalam kurikulum IPE.
2. Interprofessional Communication

6
a. Definisi komunikasi interprofesi
Komunikasi atau communication menurut bahasa inggris adalah
bertukar pikiran, opini, informasi melalui perkataan, tulisan ataupun tanda-
tanda. Komunikasi interprofesi adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran,
opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk
menjalin kolaborasi interprofesi.
b. Manfaat komunikasi interprofesi
Komunikasi interprofesi yang sehat menimbulkan terjadinya
pemecahan masalah, berbagai ide, dan pengambilan keputusan bersama
(Potter & Perry, 2005). Bila komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi
kesehatan, keselamatan pasien menjadi taruhannya. Beberapa alasan yang
dapat terjadi yaitu kurangnya informasi yang kritis, salah mempersepsikan
informasi, perintah yang tidak jelas melalui telepon, dan melewatkan
perubahan status atau informasi.
c. Faktor yang mempengaruhi komunikasi interprofesi
Keefektifan komunikasi interprofesi dipengaruhi oleh :
1) Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi.
Persepsi terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan
persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala
dalam komunikasi;
2) Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat
berkomunikasi dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan
seseorang dapat membuat kebingunan, ketegangan atau
ketidaknyamanan;
3) Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi
interprofesi dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Keadaan seperti ini akan
menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan menjadi akan tidak jelas
jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar.
d. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi interprofesi

Menurut Wagner (2011), IPE merupakan langkah yang penting untuk


dilakukan karena melalui IPE, mahasiswa dapat melatih kemampuan

7
komunikasi interprofesi pada situasi yang tidak membahayakan pasien tetapi
tetap mencerminkan situasi yang mendekati situasi nyata. Kebutuhan akan
strategi pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi interprofesi
berkembang. Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu mengembangkan
metode dan strategi pembelajaran yang menggabungkan kemampuan
komunikasi dan budaya pasien serta keterampilan teknis sejak tahap akademik
(Mitchell, 2010).
Salah satu model IPE yang dapat diterapkan adalah simulasi IPE.
Melalui simulasi IPE tersebut mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan dalam berkomunikasi dengan profesi yang lain. Selain itu
mahasiswa juga lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan profesi yang
lain ketika berkolaborasi dengan profesi yang lain karena mahasiswa sudah
memiliki bekal pengalaman sebelumnya. Wagner (2011) menjelaskan dalam
penelitiannya yang berjudul “Developing Interprofessional Communication
Skills” bahwa simulasi IPE sangat efektif dan diterima dengan baik sebagai
inovasi dalam pembelajaran mahasiswa kesehatan. Simulasi
tersebutmerupakan langkah awal menuju pengembangan budaya yang
menumbuhkan kerja sama tim interprofessional dalam perawatan kesehatan.
Selain itu, simulasi tersebut adalah cara untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan melalui pengembangan kolaborasi interprofesi, karena
memberikan kesempatan setiap kelompok untuk belajar berinteraksi dengan
profesi yang lain.
Selain melalui simulasi IPE, pembelajaran IPE juga dapat
menggunakan metode tutorial yang mengintegrasikan berbagai profesi
kesehatan. Metode IPE melalui diskusi tutorial tersebut berpusat pada
berbagai aspek peran profesi kesehatan dan komunikasi antara dokter, tenaga
keperawatan serta pasien dalam setting managemen perawatan. Mitchell
(2010) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Innovation In
Learning – An Interprofessional Approach To Improving
Communication”bahwa tutorial sangat efektif untuk memberikan kesadaran
akan pentingnya kolaborasi tim interprofesi dalam perawatan pasien. Selain
itu, diskusi yang terjadi selama tutorial dengan profesi yang lain dapat melatih

8
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interprofesi.
Berikut ini adalah karakter dalam komunikasi interprofesi kesehatan
yang kami temukan melalui serangkaian penelitian ilmiah bersama dengan
profesi dokter, perawat, apoteker dan gizi kesehatan dan telah mendapatkan
validasi oleh pakar komunikasi dari Indonesia maupun Eropa (Claramita, et.al,
2012):
a) Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung jawab
profesi kesehatan lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing
pihak bahwa setiap profesi kesehatan dibutuhkan untuk saling
bekerjasama demi keselamatan pasien (Patient-safety) dan keselamatan
petugas kesehatan (Provider-safety).
b) Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar
profesi kesehatan.
c) Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar
petugas kesehatan yang berbeda profesi dalam
d) Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan
lain.
e) Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan
pasien bisa dilakukan antar individu ataupun antar kelompok profesi
kesehatan yang berbeda.
f) Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi
kesehatan yang lain.
g) Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai
proses pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)
h) Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan
untuk berbagi informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan
dari profesi yang berbeda (baik tertulis di medical record, verbal
maupun non-verbal).
i) Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi
kesehatan sesuai dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-
masing.
j) Negosiasi: Kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar

9
profesi kesehatan mengenai masalah kesehatan pasien.
k) Kolaborasi: Kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan dari
profesi yang lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Kerjasama interprofesi dapat ditumbuhkan dari hasil hubungan
interpersonal yang baik. Kemitraan dapat diciptakan apabila antar
profesi yang bermitra mampu memperlihatkan sikap saling
mempercayai dan menghargai, memahami dan menerima keberadaan
disiplin ilmu masing-masing, menunjukkan citra diri yang positif,
masing-masing anggota profesi yang berbeda dapat menunjukkan
kematangan profesional yang sama yang timbul karena pendidikan dan
pengalaman, adanya keinginan dan kesadaran untuk berkomunikasi
dan negosisasi dalam menjalankan tugas yang interdependen dalam
pencapaian tujuan bersama. Kedua profesi memiliki kompetensi klinik
dan kemampuan interpersonal, menilai dan menghargai pengetahuan
yang berbeda dan saling melengkapi.
e. Kerjasama tim dalam proses kolaborasi
Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, di antaranya adalah
kerjasama, koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling
ketergantungan dan kebersamaan. Menurut Kozier (1997) hal-hal yang dapat
dilakukan dalam penerapan kolaborasi adalah: a) Kebersamaan dalam
perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tujuan dan
pertanggungjawaban, b) Bekerjasama dalam memberikan pelayanan, c)
Melakukan koordinasi dalam pelayanan, d) Keterbukaan dalam komunikasi.
Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus memenuhi 3
kriteria berikut ini: a) harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian
yang berbeda, yang dapat bekerjasama timbal balik secara mulus, b) anggota
kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama, c) kelompok harus
memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama tim interprofesi
Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif
dipengaruhi oleh faktor anteseden, proses dan hasil. Faktor-faktor tersebut

10
merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan maupun menghambat proses
kerjasama dalam tim seperti ditunjukkan oleh kerangka berikut.
1) Anteseden (Antecedents)
a) Pertimbangan sosial dan intrapersonal(social and intrapersonal
consideration).
Dasar pertimbangan sosial berawal dari kesadaran bahwa
seseorang harus membentuk suatu kelompok agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Sifat manusia sebagai makhluk sosial yang saling
memerlukan dapat menjadi dasar terbentuknya sebuah tim. Pertimbangan
intrapersonal juga merupakan komponen penting dalam menciptakan
kolaborasi yang baik. Anggota tim harus memiliki tipe kepribadian yang
baik dan sikap untuk bekerjasama yang baik. Selain itu, kolaborasi yang
efektif akan tercapai apabila masing-masing anggota tim kesehatan
merupakan pakar dalam profesinya masing-masing, artinya anggota tim
dari profesi yang satu harus seimbang dengan profesi yang lain baik dari
segi pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang dimiliki agar
dapat saling berdiskusi secara efektif.
b) Lingkungan fisik (physical environment)
Lingkungan kerja dan kedekatan di antara anggota tim
dapat memfasilitasi atau menghambat kolaborasi. Lingkungan
kerja yang baik harus dapat mendukung kemampuan anggota tim
untuk mendiskusikan beberapa ide maupun menyelesaikan
masalah yang mungkin terjadi, sehingga dapat meningkatkan
ikatan dan diskusi penting yang mengarah pada pemahaman dari
perspektif yang berbeda dan dapat menyelesaikan masalah di
dalam tim.
c) Faktor organisasional dan institusional (organizational and
institutional factor)
Institusi dan kelembagaan sangat berperan dalam
mengurangi hambatan untuk kolaborasi lintas profesi. Kebijakan
yang diterapkan oleh suatu institusi ataupun kelembagaan
kesehatan harus dapat mendorong terciptanya kerjasama antar

11
profesi kesehatan, kebijakan tersebut dapat berupa penerapan
kurikulum interprofessional education maupun penerapan standar
pelayanan kesehatan melalui kolaborasi interprofesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2) Proses
a) Faktor perilaku
Perilaku bekerjasama antar profesi kesehatan merupakan
kunci untuk mengatasi hambatan dalam proses kolaborasi.
Kesadaran untuk bekerjasama dan saling membutuhkan harus
ditanamkan pada setiap anggota tim agar tidak ada arogansi
maupun egoisme profesi. Perilaku bekerjasama juga bertujuan
untuk meredakan ketegangan di antara profesi yang berbeda, selain
itu juga untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi biaya
perawatan pasien.
b) Faktor interpersonal
Interpersonal merupakan cara untuk berhubungan dengan
orang lain, dalam hal ini adalah profesi kesehatan yang lain. Dalam
hubungan interpersonal harus terdapat peran yang jelas. Setiap
profesi harus mengetahui peran profesi yang lain, sehingga mereka
dapat berbagi peran sesuai dengan kompetensi masing-masing
profesi. Untuk membentuk hubungan interprofesi yang baik sangat
diperlukan adanya komunikasi interprofesi yang efektif. Melalui
komunikasi interprofesi, anggota tim dapat saling berbagi ide,
perspektif dan inovasi perawatan kesehatan sehingga kolaborasi
dapat berjalan dengan baik.
c) Faktor intelektual
Sebuah institusi pendidikan profesi kesehatan memegang
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kolaborasi interprofesi. Kolaborasi Interprofesi akan
berjalan dengan baik apabila setiap anggota tim mempunyai
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang setara.

12
3) Outcome and opportunity
Pengembangan kerjasama dan kolaborasi tim interdisiplin akan
sangat membantu dalam menciptakan ide-ide baru yang berhubungan
dengan inovasi pelayanan kesehatan. Kesadaran terhadap hambatan
terbentuknya kerjasama yang efektif harus ditekankan pada setiap anggota
tim sehingga dapat tercipta model integratis dalam sistem pelayanan
kesehatan. Tuntutan terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
memberikan peluang bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan kolaborasi
interprofesi dalam sistem pelayanan kesehatan.
d. Upaya meningkatkan kerjasama interprofesi
Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi
merupakan kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
dan keselamatan pasien (Burtscher, 2012). Fakta yang terjadi saat ini, bahwa
sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut kedalam
sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan
tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya
keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi
bersama profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien. Untuk itulah
diperlukan adanya kurikulum yang dapat melatih mahasiswa tenaga kesehatan
untuk berkolaborasi sejak masa akademik agar mereka terbiasa berkolaborasi
dengan profesi lain bahkan sampai ketika mereka berada didunia kerja
(Reeves, 2011).
Sebuah rekomendasi dari WHO (2010) yang bertema “Framework
For Action On Interprofessional Education & Collaborative Practice”
menjelaskan bahwa interprofessional education (IPE) merupakan strategi
pembelajaran inovatif yang menekankan pada kerjasama dan kolaborasi
interprofesi dalam melakukan proses perawatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan pasien. Lebih jauh WHO (2010) menjelaskan bahwa
kerjasama interprofesi merupakan kemampuan yang harus selalu dipelajari
dan dilatih melalui IPE. Kemampuan kerjasama interprofesi yang baik dapat
dilihat dari kemampuan mahasiswa untuk menjadi team leader dan mampu
mengatasi hambatan dalam kerjasama interprofesi.

13
e. Penerapan kerjasama interprofesi
Tim interprofesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan. Dalam
penerapan kerjasama interprofesi, anggota tim interprofesi mungkin saja
mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman penanganan masalah kesehatan yang berfokus pada
komunikasi dan sikap yang mengacu pada kebutuhan pasien yang merupakan
prioritas utama. Selain itu dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi
dalam menciptakan perawatan yang optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap
profesi dan peran tim interprofesi secara keseluruhan.
3. Model Penerapan IPE-CP dalam PKL Terpadu
Implementasi IPE-CP dalam PKL Terpadu Poltekkes Kemenkes
Padang menggunakan model seperti pada Gambar ... Dapat dilihat bahwa
model yang digunakan mengadop langkah-langkah dalam Problem
Solving Cycle dalam intervensi kesehatan masyarakat, yaitu community
diagnosis, penetapan masalah prioritas, perencanaan model intervensi dan
penerapan intervensi serta monitoring dan evaluasi
a. Community Diagnosis
Diganosa komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan dan akar peyebab yang terjadi di level komunitas, keluarga dan
individu. Pada tahapan ini kelompok IPE-CP diharapkan dapat
mengumpulkan data dan informasi baik melalui data sekunder maupun
data primer. Data sekunder seperti demografi penduduk, profil kesehatan,
keadaan sosial ekonomi antara lain dapat diperoleh dari Dinas terkait,
Puskesmas dan Pemerintahan Nagari. Data-data tersebut dapat digunakan
untuk melakukan diagnosa di level komunitas atau masyarakat Jorong.
Selain data sekunder, setiap kelompok juga diharapkan untuk
mengumpulkan data primer pada keluarga yang berisiko. Identifikasi
keluarga yang berisiko mengalami masalah kesehatan dapat dilakukan dari
data sekunder yang tersedia dan atau informasi dari pemerintahan nagari,
jorong atau masyarakat sekitar. Setiap kelompok diharapkan dapat
melakukan pengumpulan data terhadap 20 KK yang berisiko mengalami
masalah kesehatan. Assessment yang dilakukan pada keluarga yang

14
berisiko dapat meliputi data tentang struktur keluarga, karakteristik sosial
ekonomi keluarga, prilaku berisiko dalam keluarga, penyakit yang diderita
oleh anggota keluarga dan data lain yang menunjang dalam pelaksanaan
asuhan kesehatan keluarga.
Berdasarkan data sekunder dan data primer, kelompok IPE-CP
bersama-sama dengan fasilitator diharapkan dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dialami baik di tingkat komunitas, keluarga
maupun individu. Dari 20 KK yang diamati, setiap kelompok diharapkan
dapat memilih 5 KK yang paling berisiko untuk dikaji lebih mendalam dan
dilakukan intervensi melalui pendekatan keluarga dan IPE-CP.
b. Prioritas masalah
Prioritas masalah dilakukan untuk menentukan KK yang akan
diintervensi dan masalah apa dalam keluarga tersebut yang akan
ditanggulangi selama waktu PKL berlangsung. Proses priritas masalah
dapat dilakukan secara sederhana, sebagai contoh dengan menggunakan
pembobotan. Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
kriteria yang disepakati dalam kelompok seperti :
- tingkat keparahan penyakit atau masalah kesehatan yang dialami
individu dalam keluarga,;
- Akibat yang ditimbulkan bila masalah tersebut tidak diatasi
- Tingkat kebutuhan keluarga untuk mengatasi masalah
- Kemudahan dalam melakukan intervensi
- Kerjasama keluarga dan pihak terkait untuk mengatasi masalah
- Sumberdaya yang tersedia untuk mengatasi masalah, dll

c. Perencanaan Model Intervensi


Model intervensi yang akan dilakukan haruslah direncanakan
sesuai dengan prioritas masalah yang sudah ditetapkan baik di tingkat
komunitas, keluarga dan individu. Berbagai model intervensi dapat
diselaraskan dengan program kesehatan yang sedang atau akan dilakukan
seperti Gerakan Masyarakat Hidup sehat (GERMAS) dan Program
Keluarga Sehat (KS).
d. Penerapan Intervensi

15
Penerapan intervensi dilakukan setelah perencanaan dan persiapan
intervensi dilakukan. Penerapan intervensi dimulai dengan musyawarah
masyarakat jorong (MMJ) yang bertujuan untuk memaparkan rencana
intervensi yang sudah dibuat kepada masyarakat kelompok sasaran, unsur
tokoh masyarakat dan pemeritahan jorong. Indikator penerapan rencana
intervensi salah satunya dapat dilihat produk atau output kegiatan yang
sudah dilaksnakan seperti adanya bahan promosi kesehatan (leaflet, poster,
modul, booklet, satauan acara penyuluhan, dll), bangunan fisik (jamban
keluarga, tong sampah, saringan air, taman gizi, toga, produk makanan,
dll), perubahan prilaku masyarakat, keluarga dan individu (kebersihan
lingkungan tempat tinggal, pola asuh, perawatan kesehatan, konsumsi
makanan, dll)
2.2 Problem Solving Cicle
A. Pengertian Problem Solving
Problem Solving menurut Hamalik adalah suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data
dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan dengan
tepat dan cermat. (Oemar Hamalik)
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat
(Hamalik, 1994:151). Problem solving itu sendiri yaitu suatu pendekatan
dengan cara problem identifikation untuk ketahap syntesis kemudian
dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap
application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solution dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana
langkahlangkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat
kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai
dengan pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.
Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan

16
yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir,
dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang
atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-
gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup
problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu tidak
penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk
memperoleh konsep, keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan
dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan
intelektual sangat penting dalam problem solving Selanjutnya problem
solving merupakan taraf yang harus dipecahkan dengan cara memahami
sejumlah pengetahuan dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang
dicapai individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu
proses belajar problem solving yang diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini adalah
hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari
penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam problem
solving model matematika.

B. Tujuan utama Metode Problem Solving


Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah penguasaan isi
belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan
masalah. Ibrahim dan Nur (2002:242) mengemukakan tujuan PBM secara
rinci, yaitu :
1. Membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
2. Belajar berbagai peran melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata
3. Menjadi mahasiswa yang otonom

C. Langkah-langkah dalam melaksanakan Metode Problem Solving

17
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving menurut John
Dewey dalam wina sanjaya ( 2006:217 ) :
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah menentukan masalah yang di
pecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Beberapa langkah utama Problem Solving Cicle adalah :

18
1. Identifikasi Masalah

Masalah adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Perbedaan


yang diinginkan dengan fakta yang terjadi. Sebuah kondisi yang
seharusnya sudah terjadi, namun kenyataan belum terjadi. Atau
target yang tidak tercapai bisa juga dijadikan sebuah masalah

Dalam pembangunan kesehatan, termasuk gizi telah


ditetapkan target kondisi yang diharapkan tercapai dalam jangka
waktu tertentu. Jika hal tersebut tidak dapat dicapai maka akan
timbul masalah baru atau akan dihadapi konsekwensi dari ketidak
tercapaian tersebut.

Idealnya masalah diidentifikasi dengan pengumpulan data


primer di lapangan, namun bisa juga dilakukan dengan menganalisis
data sekunder seperti laporan pelaksanaan kegiatan periode
sebelumnya.

Apabila dalam analisis masalah menggunakan data primer,


maka yang didefinisikan sebagai masalah adalah dependen variabel
dalam pengumpulan data tersebut.

2. Perumusan Masalah

"Masalah" , dirumuskan dalam kalimat masalah (sesuatu


yang negatif) dari variabel masalah itu sendiri.

3. Prioritas Masalah

Memprioritaskan masalah sebuah upaya untuk


mengurutkan masalah menjadi sebuah daftar urutan penanganan
masalah tersebut.  hasil prioritas masalah akan menemukan skala
prioritas, seperti masalah utama dan masalah berikutnya sesuai
urutan hasil analisis.  

19
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam
memprioritaskan masalah seperti Delhi Teqnique, Delbec technique,
metode Skoring atau Pembobotan, dan lain-lain.

4. Penetapan Penyebab Masalah

5. Identikasi Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah

6. Pemilihan Tindakan Intervensi

7. Plan Of Action (POA)

8. Rencana Evaluasi Program dan Kegiatan

Ada yang merumuskan 7 langkah dan ada yang lebih dari 9


langkah, oleh karna beberapa langkah bisa disederhanakan ke dalam 1
tahapan dan ada yang bisa dirinci menjadi lebih detail. Jumlah tahapan
PSC bukanlah hal yang prinsip. Yang menjadi prinsip dalam PSC adalah
bahwa kegiatan disusun dan direncanakan didasari oleh masalah yang
ditemukan di lokasi bersangkutan (data empirik), dan, hasil kegiatan
dijdaikan bahan perencanaan pada siklus berikutnya, damikian seterusnya
sehingga menjadi siklus tanpa henti.

2.3 Stunting
A. Pengertian Stunting

20
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Stunting disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin
masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
(Kemenkes RI,2018)
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan
baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan
catcth up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidak mampuan
untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa
kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami
stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunting pada anak merupakan
suatu proses komulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya
stunting pada anak dan peluang peningkatannya terjadi dalam 2 tahun pertama
dalam kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan merupakan penyebab
tidak langsung yang memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauetrin growth retardation (IGR), sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan
kurangnya asupan makanan yang memadai dan penytakit infeksi yang
berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu

21
makan, sehingga meningkatnya kurang gizi pada anak. Keadaan ini semakin
mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunting (Allen dan Gillespi, 2011).
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor yang sudah dijelaskan
diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut
saling berhubungan satu sama lainnya. Menurut Soetjiningsih (2013) Terdapat
beberapa faktor penyebab stunting yaitu sebagai berikut:
1. Faktor biologis:
a. Ras/Suku
b. Jenis kelamin
c. Status gizi
d. Kerentanan terhadap penyakit
2. Faktor lingkungan fisik:
a. Keadaan geografis
b. Sanitasi
c. Keadaan rumah
d. Radiasi
3. Faktor keluarga:
a. Pendapatan keluarga
b. Pendidikan ibu
c. Pola pengasuhan
d. Adat istiadat, norma dan tabu
C. Klasifikasi Stunting
Stunting didefinisikan sebagai kondisi balita, dimana tinggi badan menurut
umur berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median
WHO. Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan
cara penilaian antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Beberapa indeks antropometri
yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang

22
dinyatakan dengan standar deviasi unit Z (Z- score) dimana hasil pengukuran
antropometri menunjukkan Z-score kurang dari -2SD sampai dengan -3SD
(pendek/stunted) dan kurang dari -3SD (sangat pendek / stunted) (Kemenkes
RI, 2018).
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan
lebih pendek dibandingkan balita seumurnya. Penghitungan ini menggunakan
standar Z score dari WHO.
Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan
severely stunted (sangat pendek).
Menurut Kemenkes R1 (2013), klasifikasi status gizi akan dijelaskan pada
tabel berikut:

Tabel 1. klasifikasi TB/U

Indeks Kategori status gizi Ambang batas ( z-score)


Panjang badan atau tinggi Sangat pendek <-3 SD
Pendek -3 SD sd <-2 SD
badan menurut umur
Normal -2 SD sd + 3 SD
( PB/U atau TB/U) anak Tinggi >+ 3 SD
usia 0-60 bulan

D. Faktor Risiko Stunting


1. Faktor genetic
Soetjiningsih (2013) Faktor genetik merupakan modal dasar dan
mempunyai peran utama dalam mencapai hasil akhir dari proses tumbuh
kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel
telur yang telah dibuahi, dapat ditetukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan kecepatan

23
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas dan berhentinya pertumbuan tulang. Yang termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang
baik, bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif akan membuahkan
hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih
sering disebabkan oleh faktor genetik ini. Sementara itu, di Negara
berkembang gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik
tapi juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang kondusif
untuk tumbuh kembang anak.
2. Kerentanan terhadap penyakit
Soetjiningsih (2013) perawatan kesehatan yang teratur tidak saja
dilaksanakan ketika anak sakit, melainkan juga mencakup pemeriksaan
kesehatan imunisasi, skrining dan deteksi dini gangguan tumbuh kembang
anak secara rutin setiap bulan. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dianjurkan secara komprehensif yang mencakup aspek-aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini sangat berpengaruh pada anak
balita yang rentan terhadap penyakit dimana kesehatan anak harus
dipantau secara berkala oleh petugas kesehatan desa. Begitupun dengan
orang tua balita harus pintar memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan
agar kesehatan balita terpantau penuh oleh keluarga ataupun tim medis.
Balita sangat rentan terhadap penyakit, sehingga angka kematian balita
juga tinggi terutama kematian bayi. Kerentanan terhadap penyakit dapat
dikurangi antara lain dengan memberikan gizi yang baik termasuk ASI (air
susu ibu), meningkatkan sanitasi dn memberikan imunisasi. Diharapkan
anak terhindar dari penyakit yang sering meyebabkan cacat atau kematian.
Setiap anak sebaiknya mendapatkan imunisasi terhadap berbagai penyakit
yaitu TB, Polio, DPT (Dipteri, Pertusis,Tetanus), Hepatitis B, Campak,
MMR (meales, mumpi, rubella), HIB ( hemopilis influenza B), Hepatitis
A, Demam tifoid, Varisela, IPD (Invasive pneumococcal desease), Virus
influenza, HPV (human papiloma virus), Rotavirus dan sebagainya.
3. Asupan makanan

24
Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas micronutrient yang
buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan yang bersumber dari
pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan rendahnya kandungan energi
pada complementary foods. Praktik pemberian makanan yang tidak
memadai, meliputi pemberian makan yang jarang, pemberian makan yang
tidak adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu
ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi, pemberian makan yang
tidak berespon. Bukti menunjukkankeragaman diet yang lebih bervariasi
dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait dengan perbaikan
pertumbuhan linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa rumah tangga
yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi
pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangirisiko stunting
(Sandra Fikawati dkk, 2017).
4. Pemberian ASI eksklusif
Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi Delayed
Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini
konsumsi ASI.Sebuah penelitian membuktikan bahwa menunda inisiasi
menyusu (Delayed initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI
eksklusif didefinisikan sebagaipemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain, baik berupaair putih, jus, ataupun susu
selain ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama untukmencapai tumbuh
kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat
makananpendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai
usia 24 bulan.Menyusui yang berkelanjutan selama dua tahun memberikan
kontribusi signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi (Sandra
Fikawati dkk, 2017).
5. Status gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak.
Kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi
anak, seelain untuk aktivitasnya juga untuk proses pertumbuhannya.
Ketahanan makanan (food security) keluarga juga mempengaruhi status

25
gizi anak. Ketahan makanan mencakup ketersediaan dan pembagian
makanan yang adil dalam keluarga, walaupun bisa terjadi kepentingan
budaya bertabrakan dengan kepentingan biologis anggota keluarga
(Soetjininsih, 2013).
Masalah kurang gizi sampai saat ini terutama diderita oleh anak-anak.
Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan
fisik, mental dan intelektual yang pada akhirnya akan menyebabkan
tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya potensi
belajar (Furkon, et al., 2013).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ramayana et al (2014)
menunjukkan bahwa kematian anak dibawah umur 5 tahun berhubungan
langsung dengan gizi buruk terutama akibat stunting.
6. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan dasar anak
(Soetjiningsih, 2013).
Menurut Biswakarma (2011), keluarga dengan pendapatan yang baik
akan dapat memperoleh pelayanan umum yang lebih baik seperti,
pendidikan, pelayan kesehatan, akses jalan dan lainnya sehingga dapat
mempengaruhi status gizi anak. Selain itu, daya beli keluarga akan
semakin meningkat sehingga akses keluarga terhadap pangan akan
menjadi lebih baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kusuma (2013)
menunjukkan bahwa pendapatan keluarga yang rendah memiliki faktor
risiko stunting 4.13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dalam
keluarga berpendapatan tinggi.
7. Pendidikan ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk
tumbuh kembang anak. pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima
segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, medidik dan sebagainya
(Soetjiningsih, 2013).

26
Orang tua terutama ibu yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi
dapat melakukan perawatan anak dengan lebih baik dari pada orang tua
dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu turut menetukan
mudah tidaknya seorang ibu dalam menyerap dan memahami pengetahuan
gizi yang didapatkan, pendidikan diperlukan seseorang terutama ibu lebih
tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan diharapkan
bisa mengambil tindakan yang tepat sesegera mungkin (Suhardjo, 2003).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah
dan Margawati (2012) di semarang timur yang menyatakan bahwa
pengetahuan ibu merupakan faktor resiko kejadian stunting pada anak
balita.
E. Dampak Stunting
(Kemenkes RI, 2018) Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi
menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang:
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang.


a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dibandingkan pada umumnya).
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.
c. Menurunnya kesehatan reproduksi.
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa
sekolah. dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Analisa Situasi


Seorang anak bernama S, jenis kelamin perempuan berobat ke Puskesmas
dengan keluhan batuk, demam dan kurang nafsu makan. Anak S berusia 20
bulan, anak ke ketiga dari tiga bersaudara. Kakaknya berusia 5,5 tahun dan 40
bulan. Anak S tinggal bersama keluarganya di rumah kontrakan dengan 2
Kamar dengan ukuran 3m x 3m dekat kota kecamatan. Ayahnya seorang sopir
perokok berusia 28 tahun dan ibunya seorang ibu rumah tangga usia 24 tahun
dengan Pendidikan sama tamat SMP. Hasil pengukuran di Puskesmas
diketahui BB: 9,2 PB: 72,8 cm. Anak ini tidak diberi ASI eklusif (ASI hanya
sampai usia 4 bulan) dilanjutkan dengan MP-ASI pisang, nasi pisang dan
bubur. Umur 9 bulan diberikan bubur campur. Riwayat medis anak menderita
Bronco Pneumoni( infeksi radang paru/ pernafasan) pada usia 16
bulan.Kontrakan terdiri dari 4 KK dengan 2 Kamar Mandi dan jamban
digunakan bersama dan Air Bersih dari Perpipaan, terlihat kotor karena aliran
limbah tidak mengalir dan sampah berserakan.

3.2 Identifikasi dan Prioritas masalah

A.Identifikasi Masalah Kesehatan


Tabel 2. Identifikasi Masalah Kesehatan
No Masalah Penyebab (Etiologi)
Kesehatan

28
Stunting a. Sanitasi lingkungan rumah dan personal hygiene
yang buruk
b. Tidak mendapat ASI eksklusif
c. Asupan gizi balita tidak adekuat
d. PMT- ASI terlalu dini
e. PMT- ASI terlalu dini
f. PMT-ASI tidak bervariasi
g. Penyakit infeksi pada anak
h. Pengetahuan ibu yang kurang terhadap gizi anak
i. Faktor ekonomi dan pendapatan yang rendah
j. Ketersediaan pangan yang kurang
k. Tingkat pendidikan orangtua rendah
Rumah Tidak Sehat a. Rendahnya pengetahuan tentang sanitasi
lingkungan rumah
b. SPAL yang buruk
c. Luas rumah yang terlalu kecil
d. Tingkat kemampuan ekonomi.
e. Sampah yang tidak dikelola dengan baik
3 PHBS yang Kurang a. Rendahnya pengetahuan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
b. Ayah yang merokok
c. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang acara
memelihara kesehatan gigi dan mulut
d. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar

B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah di wilayah tersebut, tahun 2020 dengan kriteria :
1. Sifat masalah
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Dalam pembobotan yang dipakai 0-3. Prioritas masalah
merupakan langkah yang dilakukan untuk membuat daftar urutan masalah
yang segera dan yang harus dilakukan. Prioritas masalah dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 3. Prioritas Masalah

No Masalah Kriteria Bobo Skor Nila Prioritas

29
t i
1/3 x
a. Sifat masalah 1 0.3
1
b. Kemungkinan
0/2 x
masalah dapat 2 0
1
diubah
1. Stunting III
c. Potensi masalah 2/3 x
1 0.67
dapat dicegah 1
d. Menonjolnya 2/2 x
1 1
masalah 1
Total 0,97
2/3 x
a. Sifat masalah 1 0.67
1
b. Kemungkinan
1/2 x
masalah dapat 2 0.5
Rumah 1
diubah
2. Tidak II
c. Potensi masalah 3/3 x
Sehat 1 1
dapat dicegah 1
d. Menonjolnya 1/2 x
1 0.5
masalah 1
Total 2.67
2/3 x
a. Sifat masalah 1 0.67
1
Kurangnya
b. Kemungkinan
Perilaku ½x
masalah dapat 2 1
Hidup 2
3. diubah I
Bersih dan
c. Potensi masalah 3/3 x
Sehat 1 1
dapat dicegah 1
(PHBS)
d. Menonjolnya ½x
1 1
masalah 1

3.3 Analisis Penyebab Masalah


Analisis Situasi Kesehatan Masyarakat dan targeted assessment
1. Identifikasi keluarga beresiko
2. Identifikasi individu beresiko dan terkena masalah kesehatan
3. Diagnosa komunitas, keluarga, individu (Analisis situasi, identifikasi
masalah)
4. Prioritas masalah
5. Perencanaan model intervensi (POA).
6. Penerapan intervensi ( implementasi dan monitoring evaluasi )

30
31
NO DATA Masalah Kesehatan Penyebab (Etiologi)

 Diagnosa Komunitas Gizi


Data Primer :    
1. a. BB = 9,2 kg Stunting a. Ibu mengalami KEK selama kehamilan
b. TB = 72,8 kg b. BBLR
c. Asupan gizi anak tidak adekuat
Data Sekunder : d. Anak tidak mendapatkan ASI eksklusif (hanya sampai 4 bulan
a. TB/U = -3.3 SD saja)
b. BB/U = -1.22 SD e. Pemberian MP-ASI terlalu dini dan jenis MP-ASI tidak
c. BB/TB = 0.58 SD bervariasi
d. IMT/U = 1.22 SD f. Penyakit infeksi
e. tidak diberi ASI eksklusif, g. Kurangnya pengetahuan ibu sebelum hamil, saat hamil dan
f. PMT-ASI terlalu dini setelah melahirkan terkait gizi yang baik dan seimbang
g. PMT-ASI tidak bervariasi h. Tingkat pendidikan orangtua yang rendah
i. Ketersediaan pangan yang kurang
j. Terbatasnya layanan kesehatan
k. Status ekonomi dan pendapatan yang rendah
2.  Diagnosa Komunitas
Sanitasi
Data Primer :
a. Rumah kontrakan tersedia Rumah tidak Sehat dan a. SPAL yang buruk
2 Kamar dengan Luas PHBS yang kurang b. Luas Kamar yang terlalu kecil
Kamar 3m x 3m c. Tingkat kemampuan ekonomi.
b. Terdiri dari 4 KK d. Sampah yang tidak dikelola dengan baik
c. Limbah yang terlihat kotor e. Lingkungan rumah yang kurang bersih
d. Sampah berserakan f. PHBS yang kurang
Data Sekunder
a. Kamar tidak memenuhi
syarat
b. IPAL yang tidak
memenuhi syarat
c. Sampah yang tidak
dikelola
d. Ayah merokok
3  Diagnosa Komunitas Bidan
Data Primer :
. a. Anak S berusia 20 bulan Stunting dan Pola Asuh yang a. Pemberiaan ASI-Eklusif yang tidak sampai 6 bulan serta
b. Kakak ke I berusia 5,5 Kurang baik pemberian MP-ASI yang belum sesuai dengan umurnya.
tahun
c. Kakak ke II berusia 40 b. Program keluarga berencana (KB) yang tidak terjalankan
bulan dengan baik

Data Sekunder
a. Dekatnya jarak anak
b. tidak diberi ASI Ekslusif
c. MP-ASI pisang, nasi
pisang dan bubur
4 Diagnosa Komunitas Gigi
Data Primer :
a. BB 9,2 Kg Kurangnya perilaku hidup Kebersihan gigi dan mulut yang tidak dijaga sehingga terjadinya
bersih dan sehat (PBHS) penumpukan jamur ada lidah dan plak pada permukaan gigi dan
mempengaruhi nafsu makan anak
Data Sekunder
a. Nafsu makan kurang
5  Diagnosa Komunitas
Keperawatan
Data Primer :
Riwayat penyakit Bronco Stunting a. Riwayat penyakit bronkopneumonia pada umur 16 bulan
Pneumonia b. Ayah yang perokok
c. Sanitasi yang buruk
Data Sekunder d. Pengetahuan ibu yang kurang
a. Keluhan batuk, demam dan e. Umur ortu masih muda
kurang nafsu makan f. Jarak anak yang dekat
b. Ayahnya adalah seorang
perokok aktif
3.4 Penentuan Solusi/Alternatif
Penentuan Solusi/Alternatif yang akan dilakukan sesuai dengan prioritas
masalah yang telah ditetapkan. Berbagai model intervensi diselaraskan dengan
program kesehatan yang sedang atau akan dilakukan.

Tabel 5. Penentuan Solusi/Alternatif


No Masalah Kesehatan Rencana Intervensi
a. Penyuluhan tentang jamban sehat
b. Penyuluhan tentang hygiene dalam
keluarga
c. Penyuluhan tentang personal hygiene
1 Kurangnya PHBS
d. Penyuluhan tentang cara pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut
e. Demonstrasi cara menyikat gigi yang baik
dan benar
a. Penyuluhan tentang indicator rumah sehat
b. penyuluhan tentang jamban sehat
c. penyuluhan tentang SPAL
d. Demonstrasi pengolahan air bersih
e. Demonstasi pengolahan air bersih dengan
2 Rumah Tidak Sehat
saringan sederhana
f. Demonstasi cara pembuatan tempat
sampah yang benar
g. Demonstrasi cara menyikat gigi yang baik
dan benar
3 Stunting a. Penyuluhan stunting pada ibu balita dan
cara pencegahannya
b. Penyuluhan MP-ASI yang baik dan tepat
untuk anak
c. Penyuluhan tentang ASI Ekslusif dan
manfaat ASI
d. Penyuluhan tentang tumbuh kembang anak
e. Penyuluhan tentang cara pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut
f. Penyuluhan tentang manajemen laktasi
g. Penyuluhan tentang pola asuh balita
h. Penyuluhan tentang tumbuh kembang anak
i. Demontrasi memasak menu seimbang
j. Penyuluhan tentang MP-ASI
k. Penyuluhan tentang konsumsi sayur dan
buah
l. Penyuluhan tentang imunisasi

4
m. Penyuluhan tentang KB
n. Penyuluhan tentang gizi seimbang saat
kehamilan

5
3.5 Melaksanakan Solusi (POA)

Tabel 6. Melaksanakan Solusi (POA)

No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung


kesehatan kegiatan Jawab
1 Kurangnya a. Untuk Penyuluhan Masyarakat 12 Posyandu Rp. 20.000 Fini Alvionita
Perilaku Hidup meningkatkan tentang PHBS April
Bersih (PHBS) pengetahuan 2020
keluarga tentang
PHBS
b. Untuk Penyuluhan Masyarakat 12 Posyandu Rp. 20.000 Mhd Irfan Al
meningkatkan CTPS April Faridhi
pengetahuan 2020
keluarga tentang
cuci tangan
dengan sabun
c. Untuk Demonstrasi Masyarakat 12 Posyandu Rp. 20.000 Yana
meningkatkan tentang CTPS April Amongga
keterampilan 2020
dalam CTPS
d. Untuk Penyuluhan Masyarakat 14 Posko pemuda Rp. 20.000 Sinta Dwi
meningkatkan tentang bahaya April Ananda
kesadaran rokok 2020
tentang bahaya
merokok
e. Untuk Demonstrasi Masyarakat 14 Posko pemuda Rp. 20.000 Riri Frima
mengurangi totok rokok April Yolanda
konsumsi rokok 2020
f. Untuk Penyuluhan Masyarakat 14 Posko pemuda Rp. 20.000 Ega Rahma
meningkatkan tentang April Dani
pengetahuan kesehatan gigi 2020
tentang dan mulut
kebersihan gigi
dan mulut
g. Untuk Demonstrasi Masyarakat 14 Posko pemuda Rp. 20.000 Melly Rezqia
meningkatkan menggosok gigi April Helmi
keterampilan 2020
menggosok gigi
2 Rumah tidak a. Untuk Gotong royong Masyarakat 15 Posko pemuda Rp. 20.000 Yana
sehat meningkatkan April Amongga
kesadaran tentang 2020
kebersihan
dirumah
b. Untuk Penyuluhan Masyarakat 15 Posko Pemuda Rp. 20.000 Indah Risni
meningkatkan tentang jamban April Larasari
pengetahuan sehat 2020
keluarga tentang
jamban sehat
c. Untuk Penyuluhan Masyarakat 15 Posko Pemuda Rp. 20.000 Fini Alvionita
meningkatkan tentang SPAL April
pengetahuan 2020
keluarga SPAL
d. Untuk Demonstrasi Masyarakat 15 Posko Pemuda Rp. 20.000 Ega Rahma
mengajarkan cara pengolahan air April Dani
sederhana bersih 2020
pengolahan air
bersih dalam
skala kecil
e. Untuk Demonstari Masyarakat 15 Posko Pemuda Rp. 20.000 Mhd Irfan
mengajarkan cara tentang April Alfaridhi
pengolahan air pengolahan air 2020
dengan saringan dengan saringan
sederhana sederhana
f. Untuk Demonstari cara Masyarakat 15 Posko Pemuda Rp. 20.000 Riri Frima
mengajarkan cara pembuatan April Yolanda
pembuatan tempat sampah 2020
tempat sampah yang benar
yang benar
3 Stunting a. Untuk Penyuluhan Ibu Balita 16 Posyandu Rp. 10.000 Mega Marta
meningkatkan mengenai dan April Putri
pengetahuan stunting Keluarga 2020
keluarga tentang
stunting pada
balita
b. Untuk Penyuluhan Ibu balita, 16 Posyandu Rp. 15.000 Mega Marta
meningkatkan mengenai gizi ibu hamil April Putri
pengetahuan ibu seimbang pada dan WUS 2020
tentang gizi balita
seimbang pada
balita
c. Meningkatkan Penyuluhan Ibu hamil 17 Posyandu Rp. 15.000 Sinta Dwi
pengetahuan ibu mengenai ASI dan April Ananda
akan pentingnya eksklusif menyusui 2020
ASI eksklusif
d. Meningkatkan Penyuluhan Ibu hamil 17 Posyandu Rp. 15.000 Rifo Aulia Fitri
pengetahuan ibu tentang dan April
tentang manajemen menyusui 2020
manajemen laktasi
laktasi
e. Untuk Penyuluhan Ibu balita 17 Posyandu Rp. 20.000 Riri Frima
meningkatkan tentang pola April Yolanda
pengetahuan ibu asuh balita 2020
balita tentang
pola asuh yang
baik
f. Untuk Penyuluhan Ibu Balita 6 April Rumah Balita S Rp. 5.000 Melly Rezqia
meningkatkan tentang tumbuh dan 2020 Helmi
pengetahuan ibu kembang anak Keluarga
balita tentang
tumbuh kembang
anak
g. Untuk Demontrasi Ibu Balita 8 April Rumah Balita S Rp. 5.000 Mega Marta
mengajarkan ibu memasak menu 2020 Putri
balita memasak seimbang
menu seimbang
biaya terjangkau
h. Untuk Penyuluhan Ibu Balita 8 April Rumah Balita S Rp. 5.000 Yana
meningkatkan tentang MP-ASI 2020 Amongga
pengetahuan ibu
tentang
pemberian MP
ASI yang tepat
i. Untuk Penyuluhan Masyarakat 10 Posyandu Rp. 20.000 Indah Risni
meningkatkan tentang April Larasari
pengetahuan konsumsi sayur 2020
tentang konsumsi dan buah
buah dan sayur
j. Untuk Penyuluhan Masyarakat 10 Posyandu Rp. 20.000 Rifo Aulia Fitri
meningkatkan tentang April
pengetahuan ibu imunisasi 2020
terhadap
pentingnya
imunisasi
lengkap
k. Untuk Penyuluhan Pasutri 13 Posyandu Rp. 20.000 Indah Risni
meningkatkan tentang KB April Larasari
pengetahuan ibu 2020
tentang
penggunaan KB
atau alat
kontrasepsi
l. Untuk Penyukuhan Pasutri 13 Posyandu Rp. 20.000 Rifo Aulia Fitri
meningkatkan tentang gizi April
pengetahuan seimbang saat 2020
pasutri tentang kehamilan
gizi seimbang trimester I dan II
saat kehamilan
trimester I dan II
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


1. Kegiatan Penyuluhan Balita Stunting, Gizi Seimbang, dan MP-
ASI serta Demonstrasi Masak Menu Seimbang
a. Latar Belakang Kegiatan
Stunting merupakan keterhambatan pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami anak-anak karena kekurangan
nutrisi, infeksi yang berulang-ulang, dan stimulasi psicososial
yang inadekuat.Anak-anak didefenisikan sebagai stunting jika
tinggi untuk usianya yaitu >-2SD (standar dua deviasi) dibawah
standar pertumbuhan anak-anak oleh WHO
Stunting dimulai dari dari masa prekonsepsi yaitu ketika
seorang wanita yang akan menjadi ibu mengalami anemia.
Keadaan tersebut bertambah buruk ketika sanitasi dan hygiene
yang inadekuat. Hal ini bersifat irreversible (tidak dapat kembali)
sampai umur bayi 2 tahun (1000 HPK). Kelangsungan hidup anak
dan kesehatanya sangat bersangkutan dengan reproduksi dan
kesehatan ibu saat hamil.PemberianASI eksklusif memiliki
peranan penting untuk tumbuh kembang balita, karena itu sangat
dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran ibu balita untuk
memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Salah satu cara untuk mengetahui anak stunting dengan cara
memantau pertumbuhan dan perkembangan dengan rutin ke
posyandu tiap bulan dikenal juga dengan masa tumbuh kembang
atau golden age. Golden age ( usia dari 0 smapai 5 tahun)
merupakan masa emas bagi balita untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini pembentukan
sistem syaraf secara mendasar sudah terjadi dan juga hubungan
antar sel-sel saraf kuantitas dan kualitas sambungan ini yang
akan menentukan kecerdasan balita.
Prevalensinya tinggi, tersebar di seluruh daerah, di seluruh
sosial ekonomi, pendidikan, gender. Pemerintah bertujuan
menurunkan prevalensi stunting menjadi 32 % pada tahun 2014,
25,6 % bayi dan 28,1 % pada balita pada tahun 2021. Terdapat
bukti ilmiah, intervensi yang cost effective untuk mencegah
stunting. Indonesia belum mempunyai model khusus untuk
pencegahan stunting.
Pada balita stunting jika tidak dipenuhi dengan gizi
seimbang dan pemberian MP-ASI yang tepat akan memperburuk
kondisinya. Oleh karena itu sangat diperlukan pemberian
pendidikan kesehatan tentang balita stunting, gizi seimbang
balita, ASI Ekslusif dan MP-ASI dan Tumbuh kembang pada
balita.
Hasil observasi, pengukuran antropometri,dan wawancara
yang dilakukan di jorong pertemuan didapatkan 8 balita dari 30
balita yang dikunjungi disimpulkan sebagai balita stunting.
Beberapa balita tidak mendapatkan gizi yang sesuai dengan
perkembangan dan usianya. Banyak ibu balita yang kurang
mengetahui tentang manfaat pemberian ASI Ekslusif dan masih
banyak balita yang tidak mendaptkan ASI Ekslusif,tidak
mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada
anaknya.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khusunya ibu
balita tentang balita stunting, gizi seimbang balita, Pentingnya
pemberian ASI Ekslusif, Imunisasi dan pemberian MP-ASI yang
tepat sesuai usia balita dan Tumbuh kembang dan demontarsi
masak menu seimbang balita.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Persiapan SAP, Poster, dan Leaflet
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Memberikan reinforcement positive pada peserta penyuluhan
9) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan.
10) Demosntrasi masa menu seimbang balita
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Ibu bidan desa
c) Ibu Kader

3) Waktu dan Material


Pada tanggal 16 April 2020, pukul 10.00 WIB sampai
dengan selesai di Posko Pemuda di Jorong Koto Nagari
Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara dengan materi
penyuluhan tentang balita stunting, gizi seimbang balita, ASI
Ekslusif, Tumbuh kembang dan MP-ASI serta demonstrasi
masak menu seimbang balita.

4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto,
Bidan desa dan dibantu oleh ibu kader Jorong Koto.

5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto dan Bidan Desa sangat mendukung
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa. Beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Ibu kader untuk
melakukan penyuluhan, ibu kader juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan ibu
balita. Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan. Anggota kelompok PKL
juga ikut berpartisipasi dalam terlaksananya penyuluhan ini.

2. Kegiatan Penyuluhan Konsumsi Sayur dan Buah


a. Latar Belakang Kegiatan
Konsumsi sayur dan buah setiap hari sangat diperlukan
untuk kebutuhan tubuh manusia. Hal ini sangat penting, karena
dalam buah dan sayur terdapat vitamin yang banyak yang
dibutuhkan tubuh. Selain itu, dengan mengkonsumsi sayur dan
buah secara rutin setiap hari akan memperlancar metabolisme
tubuh. Sayur dan buah juga mempunyai serat yang tinggi.
Hasil observasi dan wawancara didapatkan masyarakat
jorong masih jarang mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin
khusunya anak balita dan anak sekolah. Untuk itu sangat
diperlukan penyuluhan ini agar dapat mengubah pola kebiasaan
yangselama ini salah.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang
pentingnya konsumsi sayur dan buah secara rutin setiap hari.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Mempersiapkan SAP, poster, dan leaflet
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Memberikan reinforcement positive pada siswa/i dan
memberikan reward
9) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan

d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Bidan Desa
c) Ibu Kader

3) Waktu dan Material


Pada tanggal 10 April 2020, pukul 14.00 WIB sampai
dengan selesai di Posko Pemuda di Jorong Koto Nagari
Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara dengan materi
penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah.

4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto,
Bidan Desa dan dibantu oleh kader.

5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto dan Bidan Desa sangat mendukung
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa. Beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Ibu kader untuk
melakukan penyuluhan, ibu kader juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan ibu
balita. Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan. Anggota kelompok PKL
juga ikut berpartisipasi dalam terlaksananya penyuluhan ini.
3. Kegiatan Penyuluhan CTPS dan Demonstrasi CTPS
a. Latar Belakang Kegiatan
Masalah kesehatan yang adadimasyarakat sangatlah banyak
danberagam macamnya. Penelusuran darirumah ke rumah
merupakan cara yangpaling efektif untuk mengetahui secaranyata
masalah kesehatan yangsebenarnya sedang dihadapi
olehmasyarakat. Sebagian masyarakat ada yangmenyadari bahwa
ada masalahkesehatan yang sedang dialami dansebagian
masyarakat juga ada yangtidak menyadari bahwa terdapatmasalah
kesehatan yang dialami.
Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang
diterapkanoleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang
sangat penting bagisetiap manusia, mulai dari konsentrasidalam
bekerja dan beraktivitas dalamkehidupan sehari-hari tentu
memerlukankesahatan, baik kesehatan pribadimaupun
kesehatananak serta keluarga untuk mencapai keharmonisan
keluarga.Menciptakan hidup sehat sebenarnyasangatlah mudah
serta murah,dibandingkan biaya yang harus kitakeluarkan untuk
pengobatan apabilamengalami gangguan kesehatan. Akantetapi
yang kebanyakan yang terjadisudah mengidap penyakit
barumengobati sehingga akan membuat kerugian tersendiri bagi
yangmengalaminya.
Menteri Kesehatan RepublikIndonesia telah membuat
PedomanPembinaan Perilaku Hidup Bersih danSehat yang
tertuang dalam PeraturanMenteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011yang mengatur
upaya peningkatanperilaku hidup bersih dan sehat ataudisingkat
PHBS di seluruh Indonesiadengan mengacu kepada
polamanajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan,
danpelaksanaan serta pemantauan danpenilaian. Upaya tersebut
dilakukanuntuk memberdayakan masyarakatdalam memelihara,
meningkatkan danmelindungi kesehatannya sehinggamasyarakat
sadar, mau, dan mampusecara mandiri ikut aktif
dalammeningkatkan status kesehatannya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) adalah semua
perilakukesehatan yang dilakukan ataskesadaran sehingga
anggota keluarga dapat menolong dirinyasendiri di bidang
kesehatan dan dapatberperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan dimasyarakat (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui
bahwa banyak dari rumah yang belum memiliki sarana CTPS dan
kurang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan tentang PHBS dan demonstarsi CTPS yang benar guna
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i SDN mengenai
CTPS dan Gosok Gigi yang baik dan benar agar siswa/i mengerti
dan bisa menjaga kebersihan diri serta dapat terhindar dari
lingkungan yang kumuh dan berbagai penyakit yang berbasis
lingkungan.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Persiapan SAP, poster, leaflet, dan sabun untuk demonstrasi
cuci tangan
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji dan demonstrasi CTPS
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Memberikan reinforcement positive pada siswa/i dan
memberikan reward
9) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan

d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Guru SDN
c) Siswa/i SDN

3) Waktu dan Material


Pada tanggal 12 April 2020, pukul 09.00 WIB sampai
dengan selesai di SDN dengan materi penyuluhan tentang
CTPS, dan demonstrasi gosok gigi yang baik dan benar, dan
CTPS.

4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Sekolah dan
dibantu oleh Bapak/ Ibu Guru SDN.

5) Dukungan Moral
Bapak Kepala Sekolah SDN sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Bapak/ Ibu Guru
untuk melakukan penyuluhan ini. Sedangkan Bapak/ Ibu Guru
juga membantu menyediakan tempat penyuluhan dan
mengumpulkan siswa/i. Siswa/i yang ikut kegiatan
penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti penyuluhan.
Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang CTPS dan demonstrasi,
gosok gizi yang baik dan benar dan demostrasi CTPS.
4. Kegiatan Penyuluhan Bahaya Rokok dan Totok Rokok
a. Latar Belakang Kegiatan
Rumah sehat merupakan kondisi rumah yang memenuhi
syarat fisik dan non fisik seperti ada ventilasi, letak rumah tidak
dekat dengan pusat polusi udara, memiliki jamban sehat, luas
rumah sesuai, tidak terdapat asap rokok/ polusi udara lokal,
tersedia air bersih serta mampu mengolah sampah dengan benar.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan saat
kunjungan rumah ke rumah didapatkan masih banyak masyarakat
jorong koto yang mempunyai kebiasaan merokok. Untuk itu
sangat diperlukan pendidikan kesehatan mengenai bahaya
merokok.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang bahaya merokok.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Persiapan SAP, Poster, dan Leaflet
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Mendemostrasikan totok rokok
9) Memberikan reinforcement positive pada masyarakat
10) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan

d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Pemuda jorong Koto
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 14 April 2019, pukul 16.00 WIB sampai
dengan selesai di warung bapak A dengan materi penyuluhan
tentang bahaya merokok.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Koto dan
dibantu oleh pemuda Jorong Koto.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Koto mendukung kegiatan penyuluhan
yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau membantu
mahasiswa bekerjasama dengan pemuda setempat untuk
melakukan penyuluhan ini. pemuda juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan pemuda
dan bapak-bapak terutama yang merokok, masyarakat yang
ikut kegiatan penyuluhan sangat kooperatif mengikuti
penyuluhan.
5. Kegiatan Demonstarsi Menyikat Gigi yang Benar
a. Latar Belakang Kegiatan
Saat ini tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan semakin tinggi, hal ini sejalan dengan
semakin meningkatnya pengetahuan, status sosial dan ekonomi
masyarakat. Suatu kewajiban bagi penyedia pelayanan kesehatan
untuk berupaya memenuhi tuntutan tersebut, sehingga masyarakat
akan merasa puas dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan adalah adanya sumber daya
kesehatan yang profesional.
Anak usia Sekolah Dasar tergolong ke dalam kelompok
rawan penyakit gigi dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut, pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah
melakukan berbagai upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan
berkesinambungan (Herijulianti dkk, 2002). Usaha peningkatan
kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
dan diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS
dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
(DepKes RI, 1996). UKGS menyelenggarakan program promotif
berupa pelajaran mengenai kesehatan gigi dan mulut dan program
preventif berupa sikat gigi masal (Herijulianti dkk, 2002). Selain
itu, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut di masyarakat, maka Departemen Kesehatan juga
membentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).
Menurut Astoeti dkk (2006), status kesehatan gigi dan mulut yang
optimal juga dapat dicapai dengan meningkatkan upaya promotif
dan preventif sedini mungkin.
Kegiatan survei kesehatan merupakan suatu penerapan ilmu
dan teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya
kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat.
Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal
masalah, menentukan kualitas masalah, merumuskan alternatif
terbaik dalam pemecahan masalah kemudian menyusun rencana
kegiatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan
memperhatikan segala sumber daya yang ada di masyarakat.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
siswa/siswi SDN tentang demonstrasi gosok gigi yang benar.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Mempersiapkan materi dan media penyuluhan seperti SAP,
Poster.
2) Mempersiapkan tempat
3) Pembukaan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji dan demonstrasi menyikat
gigi yang benar
5) Memberikan kesempatan audience untuk bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Memberikan reinforcement positif pada peserta penyuluhan
dan memberikan reward
8) Penutup dan menyimpulkan materi penyuluhan

d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Guru SDN
c) Siswa/siswi SDN
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 14 April 2019, pukul 09.00 WIB sampai
dengan selesai di SDN dengan materi penyuluhan
demonstrasi sikat gigi yang benar.
4) Dukungan Politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Sekolah dan
dibantu oleh Bapak/ Ibu Guru SDN.
5) Dukungan Moral
Bapak Kepala Sekolah SDN sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan Bapak/ Ibu Guru
untuk melakukan penyuluhan ini. Sedangkan Bapak/ Ibu
Guru juga membantu menyediakan tempat penyuluhan dan
mengumpulkan siswa/siswi. Peserta yang ikut kegiatan
penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti penyuluhan.
Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya demonstrasi sikat gigi yang benar.
6. Penyuluhan tentang Jamban Sehat, IPAL, Pengolahan Sampah
dan Demonstrasi Penyulingan Air Bersih
a. Latar Belakang Kegiatan
Masalah kesehatan yang adadimasyarakat sangatlah banyak
danberagam macamnya. Penelusuran darirumah ke rumah
merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui secaranyata
masalah kesehatan yangsebenarnya sedang dihadapi
olehmasyarakat. Sebagian masyarakat ada yangmenyadari bahwa
ada masalahkesehatan yang sedang dialami dan sebagian
masyarakat juga ada yangtidak menyadari bahwa terdapatmasalah
kesehatan yang dialami. Masalah kesehatan yang masih terjadi
yaitu masih ada masyarakat yang belum mempunyai jamban, cara
mengolah air bersih.
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut
tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan( Kusnoputranto, 1997 ).

Berikut adalah Kriteria Jamban Sehat (a) Jamban


sebaiknya bangunan jamban terlindung panas dan hujan, serangga
dan binatang-binatang lain serta terlindung dari pandangan orang
lain (tertutup). (b) Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk
kakus merupakan tempat penampungan tinja, harus kuat, mudah
dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat(c) Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah
disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan menghindari penyebaran
bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar 
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat
mencegah penularan penyakit. Air bersih adalah elemen yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, karena banyak manfaat
yang diberikan air untuk mahluk hidup.

Rumah sehat merupakan kondisi rumah yang memenuhi


syarat fisik dan non fisik seperti ada ventilasi, letak rumah tidak
dekat dengan pusat polusi udara, memiliki jamban sehat, luas
rumah sesuai, tidak terdapat asap rokok/ polusi udara lokal,
tersedia air bersih serta mampu mengolah sampah dengan benar.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui
bahwa banyak dari rumah yang belum memiliki jamban sehat, air
besrih dan kurang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan tentang jamban sehat, IPAL dan
Panyaringan Air bersih yang benar guna dan pengolahan sampah
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

d. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
jamban sehat, IPAL, Penyaringan air bersih dan pengolahan
sampah. Agar masyarakat mengerti dan bisa menjaga kebersihan
diri serta dapat terhindar dari lingkungan yang kumuh dan
berbagai penyakit yang berbasis lingkungan.

e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Persiapan SAP, Poster Leaflet, dan sabun untuk demonstrasi
cuci tangan
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji dan demonstrasi CTPS
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Memberikan reinforcement positif pada siswa/i dan
memberikan reward
9) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan
e. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 20.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Masyarakat jorong Koto

3) Waktu dan Material


Pada tanggal 15 Februari 2019, pukul 15.00 WIB sampai
dengan selesai di warung bapak A dengan materi penyuluhan
tentang jamban sehat, IPAL, dan pengolahan sampah dan
demonstrasi penyaringan air bersih.

4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala Jorong dan
dibantu oleh masyarakat setempat.

5) Dukungan Moral
Kepala Jorong koto sangat mendukung kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau
membantu mahasiswa bekerjasama dengan pemuda untuk
melakukan penyuluhan ini dan membantu menyediakan
tempat penyuluhan dan mengumpulkan masyaraka setempat.
Masyarakat yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan.

4.2 Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Pelaksanaan Kegiatan

1. Kegiatan Penyuluhan Balita Stunting,Gizi Seimbang, dan MP-ASI


serta Demonstrasi Masak Menu Seimbang
1) Faktor Penghambat
1) Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai target
2) Waktu pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan peserta tidak datang tepat waktu
3) Kurang partisipasi masyarakat untuk menghadiri penyuluhan

2) Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster dan leaflet
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Kader ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan
4) Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan
5) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang balita stunting, gizi
seimbang, ASI Ekslusif, pemberian MP-ASI, dan Tumbuh
Kembang Balita.

2. Kegiatan Penyuluhan Konsumsi Sayur dan Buah


a) Faktor Penghambat
1) Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai target
2) Waktu pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan peserta tidak datang tepat waktu
3) Kurang partisipasi masyarakat untuk menghadiri penyuluhan

b) Faktor Penghambat
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster dan leaflet
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Kader ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan
4) Ibu balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat
kooperatif mengikuti penyuluhan
5) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah
pada balita.
6) Peralatan masak yang digunakan sudah disediakan oleh kader.

3. Kegiatan Penyuluhan CTPS dan Demonstrasi CTPS


a) Faktor Penghambat
1) Peserta penyuluhan di TK, kurang memperhatikan materi
penyuluhan
2) Guru kurang berpartisipasi saat penyuluhan berlangsung.

b) Faktor Penunjang
1. Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa flip chart
2. Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga ibu balita mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3. Siswa/i yang ikut kegiatan penyuluhan juga kooperatif
mengikuti penyuluhan
4. Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang PHBS dan CTPS

4. Kegiatan Penyuluhan Bahaya Rokok dan Totok Rokok


a) Faktor Penghambat
1) Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai target
2) Waktu pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan yang
direncanakan dikarenakan peserta tidak datang tepat waktu
3) Tempat pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai rencana, diawal
direncanakan akan dilakukan di musholla namun saat
penyuluhan akhirnya dilakukan di di warung bapak A
( tempat pemuda dan bapak2-bapak mengumpul).
4) Perjalanan ke tempat lokasi penyuluhan sangat jauh dari
posko, karena kelompok berjalan kaki menuju lokasi.

b) Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa poster
2) Metode yang digunakan untuk penyuluhan berupa ceramah
dan tanya jawab sehingga audiens mengerti apa yang
dijelaskan oleh penyaji
3) Masyarakat yang ikut kegiatan penyuluhan juga cukup
kooperatif mengikuti penyuluhan.
4) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan tentang bahaya merokok dan totok
rokok.

5. Kegiatan Demonstarsi Menyikat Gigi yang Benar


a. Faktor Penghambat
1) Cuaca yang terlalu terik membuat peserta kurang konsentrasi
2) Peserta penyuluhan kurang memperhatikan karena peserta
meribut
3) Kurang tersedianya air bersih di kamar mandi sekolah

b. Faktor Penunjang
1) Media yang diperlukan untuk penyuluhan sudah dipersiapkan
dengan baik berupa lembar balik, poster
2) Semua siswa/siswi membawa peralatan gosok gigi, odol dan
air minum
3) Siswa/i yang ikut kegiatan penyuluhan juga kooperatif
mengikuti penyuluhan
4) Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya demonstrasi gigi yang benar.
6. Penyuluhan Jamban Sehat, IPAL, Pengolahan Sampah dan
demonstrasi penyaringan air bersih
a. Faktor Penghambat
1. Masyarakat datang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
2. Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai target
3. Tempat pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai rencana, diawal
direncanakan akan dilakukan di musholla namun saat
penyuluhan akhirnya dilakukan di warung bapak A ( tempat
pemuda dan bapak2-bapak mengumpul).
4. Perjalanan ke tempat lokasi penyuluhan sangat jauh dari
posko, karena kelompok berjalan kaki menuju lokasi.
5. Peralatan untuk demonstrasi penyaringan air bersih kurang
memadai.

b. Faktor Penunjang
1. Partisipasi masyarakat mengikuti penyuluhan ini cukup
kooperatif
2. Anggota kelompok PKL juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya
penyuluhan tentang Hipertensi serta Dietnya dan Senam
hipertensi

4.3 Rencana Tindak Lanjut


1. Kegiatan Penyuluhan Balita Stunting, Gizi Seimbang, ASI
Ekslusif, MP-AS, Tumbuh Kembang Balita dan Demonstrasi
menu seimbang balita
1) Diharapkan untuk melakukan penyuluhan tentang Balita stunting,
gizi seimbang, ASI Ekslusif, MP-ASI dan Tumbuh Kembang 1
kali sebulan dari Puskesmas
2) Diharapkan pada saat posyandu sebaiknya dilakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan balita secara berkala
2. Kegiatan Penyuluhan Konsumsi Sayur dan Buah
1) Diharapkan untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya
konsumsi sayur dan buah diadakan 1 kali sebulan
2) Diharapakan setiap keluarga mengkonsumsi sayur dan buah
setiap hari

3. Kegiatan Penyuluhan CTPS dan Demonstrasi CTPS


1) Diharapkan pihak sekolah untuk menyediakan sarana untuk CTPS
2) Diharapkan masyarakat untuk menyediakan sarana CTPS di
rumah dan membiasakan anaknya untuk mencuci tangan pakai
sabun.

4. Kegiatan Penyuluhan Bahaya Rokok dan Totok Rokok


1) Diharapkan masyarakat bisa mengurangi kebiasaan merokok
2) Diharapkan totok rokok yang dilakukan bermanfaat bagi
masyarakat setempat.

5. Kegiatan Demonstarsi Menyikat Gigi yang Benar


1) Diharapkan penderita gigi berlubang atau bermasalah kesehatan
gigi dan mulut untuk mendatangi puskesmas melakukan konsul
dan berobat.
2) Diharapkan mengganti sikat gigi minimal 1 kali dalam 3 bulan
3) Diharapkan memeriksakan gigi minimal 1 kali dalam 6 bulan ke
fasilitas kesehatan terdekat.

6. Kegiatan penyuluhan tentang Jamban Sehat, IPAL, Pengolahan


sampah dan Demonstrasi penyaringan air dengan benar
1) Diharapkan masyarakat bisa memenuhi kriteria dari jamban sehat.
2) Diharapkan masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan
3) Diharapkan masyarakat untuk menyediakan tempat pembuangan
sampah sesuai dengan jenis sampah.
4) Diharapkan masyarakat mampu mendaur ulang sampah, seperti
sampah organik dijadikan pupuk kompos dan an organik dibuat
keterampilan.
5) Diharapkan masyarakat menerapkan cara penyaringan air dengan
benar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian masalah kesehatan komunitas
sesuai kasus sampai tersusunnya perencanaan intervensi pemecahan
masalah.
2. Mahasiswa telah mampu menyusun prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan menyusun alternative pemecahan masalahnya.
3. Mahasiswa telah mampu menyusun penentuan alternatif solusi dan
menyusun alternative solusinya..
4. Menyusun Plan Of Action (POA) program kesehatan bersama-sama
dengan semua profesi di kelompok sesuai dengan konsep IPE-CP.
5. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan intervensi dalam bentuk
laporan secara tertulis.
6. Mahasiswa mampu membuat tujuan dan evaluasi program intervensi
yang telah dilaksanankan secara tertulis.
7. Mahasiswa mampu menyusun laporan pelaksanaan PKLT.
B. Saran
1. Untuk Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan untuk lebih memberikan kesempatan pada mahasiswa dalam
memberikan penyuluhan dan pemantauan karena waktu yang terlalu
singkat.
2. Untuk masyarakat
Diharapkan agar masyarakat lebih dapat berpartisipasi dan terbuka akan
masalah kesehatan yang dihadapinya.
3. Untuk mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih bisa melakukan pendekatan yang lebih baik
kepada masyarakat bisa bekerja sama dan percaya diri terhadap kegiatan
yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
1. http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-masalah-batasan-masalah-dan-rumusan-
masalah
2. https://duniapendidikan.co.id/problem-solving/
3. https://ppigm.blogspot.com/2013/09/problem-solving-cycle-psc.html

4. Berridge, E.-J., Mackintosh, N.J. & Freeth, D.S., 2010. Supporting patient safety:
examining communication within delivery suite teams through contrasting approaches to
research observation. Midwifery, 26(5), pp.512-9. Available at:
5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20696506 [Accessed April 3, 2020].

6. Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012. Interprofessional


Communication Guideline using principle of “Greet-Invite-Discuss”

7. Mitchell, M., Groves, M., Mitchell, C., & Batkin, J., 2010. Innovation in learning – An
inter-professional approach to improving communication. Nurse education in practice,
10(6), pp.379-84. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561823
[Accessed March 25, 2012].

8. Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional
Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.

9. Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011. Developing interprofessional communication
skills. Teaching and Learning in Nursing, 6(3), pp.97-101. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1557308710001149 [Accessed April 4,
2020].

10. World Health Organisation., 2010. Framework for Action on Interprofessional Education
& Collaborative Practice.
LAMPIRAN
Satua Acara Penyuluhan

Wakt
No Hari/Tanggal Pemateri Materi Metode Media Tempat Penanggung Jawab
u

Ceramah
30 Sinta Dwi Posko
1 Jum’at/17 April 2020 Pengertian ASI-Ekslusif dan tanya Laptop Sinta Dwi Ananda
Menit Ananda Pemuda
jawab

Tujuan ASI Ekslusif Infocus

Mamfaat ASI Ekslusif Leaflet

Upaya memperbanyak ASI

Ceramah
30 Sinta Dwi Posko
2 Selasa/14 April 2020 Pengertian Rokok dan tanya Laptop Sinta Dwi Ananda
Menit Ananda Pemuda
jawab

Bahaya Rokok Infocus

Cara berhenti merokok Leaflet

Upaya pencegahan

Ceramah
60 Mhd Irfan Posko
3 Rabu/15 April 2020 Pengertian CTPS dan tanya Laptop Mhd Irfan Al Faridhi
Menit Al Faridhi Pemuda
jawab

Tujuan CTPS Infocus


Langkah-langkah CTPS Leaflet

Ceramah
25 Rifo Aulia
4 Jumat/ 17 April 2020 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil dan tanya Laptop Posyandu Rifo Aulia Fitri
Menit Fitri
jawab

Mamfaat gizi seimbang Infocus

Leaflet

Ceramah
25 Rifo Aulia
5 Jumat/ 10 April 2020 Pengetian Imunisasi dan tanya Laptop Posyandu Rifo Aulia Fitri
Menit Fitri
jawab

Tujuan imunisasi Infocus

Jenis Imunisasi Leaflet

Penyakit yg dapat dicegah

Ceramah
60 Fini Posko
6 Rabu/15 April 2020 Pengetian SPAL dan tanya Laptop Fini Alvionita
menit Alvionita Pemuda
jawab

Mamfaat SPAL Infocus

Bahaya dari Limbah cair Leaflet

Alat yg diperlukan membuat SPAL

Ceramah
Minggu/12 April 60 Fini Posko
7 Pengertian PHBS dirumah tangga dan tanya Laptop Fini Alvionita
2020 Menit Alvionita Pemuda
jawab
Mamfaat PHBS dirumah Tangga Infocus

Indikator PHBS dirumah tangga Leaflet

Tujuan PHBS dirumah tangga

Indah Ceramah
60 Posko
8 Rabu/15 April 2020 Risni Pengertian Jamban Sehat dan tanya Laptop Indah Risni Larasari
menit Pemuda
Larasari jawab

Mamfaat jamban sehat Infocus

Kriteria jamban sehat Leaflet

Cara merawat jamban sehat

Indah Ceramah
60
9 jumat/10 April 2020 Risni Pengertian Konsumsi buah & sayur dan tanya Laptop Posyandu Indah Risni Larasari
Menit
Larasari jawab

Mamfaat Konsumsi buah & sayur Infocus

Akibat kekurangan buah & sayur Leaflet

Ega Ceramah
50 Posko
10 Rabu/15 April 2020 Rahma Pemeliharaan Kesehatan gigi dan tanya Laptop Ega Rahma Dani
Menit Pemuda
Dani jawab

Pemeliharaan kesehatan mulut Infocus

Penyakit jaringan keras gigi Leaflet

11 Jumat/ 17 April 2020 25 Ega Manajemen Laktasi Ceramah Laptop Posyandu Ega Rahma Dani
Rahma dan tanya
Menit
Dani jawab

Mamfaat pemberian ASI Infocus

Cara menyusui yang benar Leaflet

Ceramah
30 Riri Frima
12 Jum’at/17 April 2020 Pengertian pola asuh balita dan tanya Laptop Posyandu Riri Frima Yolanda
Menit Yolanda
jawab

Macam-macam Pola asuh balita Infocus

Leaflet

Ceramah
45 Riri Frima
13 Jum’at/17 April 2020 Demonstari cara pembuatan dan tanya Laptop Posyandu Riri Frima Yolanda
Menit Yolanda
jawab

tempat sampah yang benar Infocus

Leaflet

Ceramah
30 Mega Posko
14 Kamis/16 April 2020 Pengetian gizi seimbang pada balita dan tanya Laptop Mega Marta Putri
Menit Marta Putri Pemuda
jawab

Mamfaat Gizi seimbang Infocus

Leaflet

15 Kamis/16 April 2020 30 Mega Pengertian Stunting Ceramah Laptop Posko Mega Marta Putri
Menit Marta Putri dan tanya Pemuda
jawab

Penyebab stunting Infocus

Pencegahan stunting Leaflet

60 Yana Praktik Jorong


16 Rabu/15 April 2020 Kegiatan Gotong Royong bersama Karung Yana Amongga
Menit Amongga langsung Koto

Cangkul

Sabit

Ceramah
45 Yana Posko
17 Rabu/08 April 2020 Pengertian MP-ASI dan tanya Laptop Yana Amongga
Menit Amongga Pemuda
jawab

Syarat Pemberian MP-ASI Infocus

Macam-macam MP-ASI Leaflet

Melly Ceramah
45 Posko
18 kamis/16 April 2020 Rezqia Pengertian tumbuh kembang anak dan tanya Laptop Melly Rezqia Helmi
Menit Pemuda
Helmi jawab

Ciri-ciri anak tumbuh dan


Infocus
berkembang

Leaflet

Melly
Selasa/14 April 60 Praktek Posko
19 Rezqia Demonstrasi Menyikat Gigi yg benar Cangkir Melly Rezqia Helmi
2020 Menit langsung Pemuda
Helmi
Pasta Gigi

sikat gigi

Selasa/14 April 60 Mhd Irfan Praktek Posko


20 Demonstrasi pembuatan saringan air Ember Mhd Irfan Al Faridhi
2020 Menit Al Faridhi Langsung Pemuda

Ijuk

Kerikil

Pasir
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang ASI eksklusif
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian ASI eksklusif
b. Tujuan ASI eksklusif
c. Manfaat ASI eksklusif
d. Upaya memperbanyak ASI
3.      Sasaran                        :  Ibu hamil, ibu menyusui, WUS
4.      Waktu                         :  30 menit
5. Hari/Tanggal : Jum’at/17 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :  Kelompok 49
B.  TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum  :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para Ibu mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI Ekslusif
2. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
a. Untuk mengetahui apa Pengertian ASI Eksklusif
b. Untuk mengetahui Tujuan pemberian ASI Eksklusif
c. Untuk mengetahui Manfaat pemberian ASI
d. Untuk mengetahui Upaya memperbanyak ASI

C. MATERI :
1. Pengertian ASI Eksklusif
2. Tujuan pemberian ASI Eksklusif
3. Manfaat pemberian ASI
4. Upaya memperbanyak ASI
D. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster, liflet

E. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
 Mengucapkan Salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Persepsi  Mengemukakan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat  Mendengarkan dan
memperhatikan

2 15 menit Pelaksanaan
 Melakukan Pretest secara lisan  Mendengarkan dengan
 Menyampaikan materi penuh perhatian
 Memberikan kesempatan kepada  Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
 Menjawab pertanyaan peserta  Menyimak jawaban
 Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
 Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh

3. 10 menit Penutup
 Bersama peserta menyimpulkan  Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
 Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan  Menjawab salam

F. Evaluasi  
1. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian ASI eksklusif
2.  Diharapkan peserta dapat menyebutkan manfaat ASI eksklusif
3. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan ASI eksklusif
4. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara memperbanyak ASI
LAMPIRAN MATERI
ASI Eksklusif

A. ASI EKSKLUSIF 
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa tambhan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih,serta tanpa bahn makanan padat
seperti pisang,bubur susu, biscuit, bububr nasi,dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI ). ASI dapat diberikan sampai anak
berusia 2 tahun. 
B. TUJUAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Adapun tujuan dalam pemberian ASI eksklusi antara lain adalah : 

a. Komposisi ASI pada bulan pertama cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan
pertama. 

b. Pemberian ASI eklsklusif bertujuan unutk menghindari faktor alergi dalam


pemberian makanan selain ASI,karena sebelum usia anak 6 bulan system
pencernaan bayi belum matur. jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti
saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein akan
langsung masuk dalam system peredaran darah yang dapat menimbulkan alergi. 

C. MANFAAT PEMBERIAN ASI 


1. BAGI BAYI 
a. ASI dapat membantu memulai kehidupan nya dengan baik. 
 Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, dan dengan adanya frekuensi yang sering menyusui dibuktikan bermanfaat
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga tidak terjadinya penurunan
berat badan bayi.
 ASI mudah dicerna, karena selain mengadung zat gizi yang sesuia,juga mengandung
enzin-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI. 
b. ASI mengandung antibody ( zat kekebalan ) 

 ASI mengandung zat kekebalan tubuh dan zat anti peradangan sehingga memberikan
perlindungan pada bayi dari infeksi. Baik yang disebabkan oleh bakteri,virus,jamur
atu parait. 
 ASI terdapat kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas terkontaminasi
 Didalam ASI terdapat laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. 
c. ASI mengandung komposis yang tepat 
 ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi
 Mengandung protein yang tinggi yang mudah diserap. 

d. Mengurangi kejadian karies dentis 


Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh lebih
tinggi dibanding yang mendapatkan ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol
dan dot terutama pada waktu akan tidur nyebabkan gigi lebih lama kontak dengan
susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi
e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,kontak kulit ibu ke
kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun social yang lebh
baik. 
f. Terhindar dari alergi 
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sitem ini dan dapat menimbulkan alergi. Pada ASI tidak
menimbulkan efek ini. 
g. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk
pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI ekslusif
akan tumbuh optimal dan terbebas dari ransangan kejang sehingga menjadikan anak
lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak. 
h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2. BAGI IBU 
a. Aspek kontrasepsi 
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin . proklatin masuk ke indung
telur,menekan produksi esterogen akibat tidak ada ovulasi.
b. Aspek kesehatan ibu 
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjer hypofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegahan terjadinya
perdarahan pasca persalinan.
c. Aspek penurunan berat badan 
Ibu yang menyusui ekslusif akan lebih mudah dan cepat kembali ke berat badan
semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil terjadi penimbunan lemak,cadangan
lemak ini disiapkan sebgai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
d. Aspek psikologi 
Keuntungan menyusui ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan
oleh menusia.
3.BAGI KELUARGA
a. Aspek ekonomi 
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang diperlukan untuk membeli susu formula
dapat digunkan untuk keperluan lain.
ASI dapat mengurangi bayi jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat 
b. Aspek psikologi 
Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga kejiwaan ibu
baik dan dapat mendapatkan hubungan bayi dan keluarga.
c. Aspek kemudahan 
Menyususi sangat praktis,karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.keluarga
tidak memerlukan air masak, botol , dan dot. 
E. UPAYA MEMPERBANYAK ASI 

1. Makanan 
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan
yang teratur , maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. 

2. Ketenangan jiwa dan pikiran 


Unutk memproduksi ASI dengan baik, maka kondisi ketenangan kejiwaan dan
pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan ,sedih dan tegang akan
mempengaruhi produksi ASI.

3. Perawatan payudara 
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan oksitosin 

4. Faktor fisiologis
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormone prolaktin yang menentukan
produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu

5. Pola istirahat 
Faktor istirahat mempengaruhui produksi ASI dan pengeluaran ASI apabila kondisi
ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang. 

6. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan


Semangkin sering bayi menyusu pada payudara ibu,maka produksi ASI akan semakin
banyak. Frekuensi menyusui paling sedikit 8 kali perhari pada awal kelahiran.

Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator

: Audiens

: Presentator

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang bahaya rokok
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian rokok
b. Bahaya rokok
c. Cara/langkah berhenti merokok
d. Upaya pencegahan
3.      Sasaran                        :  Masyarakat
4.      Waktu                         :  30 menit
5. Hari/Tanggal : Selasa / 14 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :  Kelompok 49
B.  TUJUAN
3. Tujuan instruksional umum  :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para masyarakat mengerti tentang
bahaya rokok
4. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
e. Untuk mengetahui apa Pengertian rokok
f. Untuk mengetahui Bahaya rokok
g. Untuk mengetahui Cara/langkah berhenti merokok
h. Untuk mengetahui Upaya pencegahan

G. MATERI :
5. Pengertian rokok
6. Bahaya rokok
7. Cara/langkah berhenti merokok
8. Upaya pencegahan
H. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , liflet

I. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
 Mengucapkan Salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Persepsi  Mengemukakan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat  Mendengarkan dan
memperhatikan

2 15 menit Pelaksanaan
 Melakukan Pretest secara lisan  Mendengarkan dengan
 Menyampaikan materi penuh perhatian
 Memberikan kesempatan kepada  Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
 Menjawab pertanyaan peserta  Menyimak jawaban
 Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
 Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh

3. 10 menit Penutup
 Bersama peserta menyimpulkan  Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
 Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan  Menjawab salam

J. Evaluasi  
5. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian rokok
6.  Diharapkan peserta dapat menyebutkan bahaya rokok
7. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara/langkah berhenti merokok
8. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan upaya pencegahan

LAMPIRAN MATERI
BAHAYA ROKOK
A. PENGERTIAN ROKOK
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai
kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan.Rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan tambahan.
B. BAHAYA ROKOK
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih
jantan.Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan
perokok.Ketika sebatang rokok terbakar terbentuklah 4.000 senyawa kimia, 200
diantaranya beracun dan 43 lagi pemicu kanker.
Efek racunnya terhadap sang perokok dibandingkan yang tidak merokok yaitu:
14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
a) 4x menderita kanker esophagus
b) 2x kanker kandung kemih
c) 2x serangan jantung
Beberapa bahaya rokok diantaranya :
a) Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal
jantung,
b) Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
c) Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker
di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin
pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat
yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi
di jalanan raya yang macet.
d) Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan
memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
e) Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,
sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk
membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan
rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok
sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang
mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup
pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di
tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.
f) Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk
merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam
ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja
merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang
lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
g) Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi
sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki
persepsi yang berbeda dalam hal ini.
C. CARA/ LANGKAH BERHENTI MEROKOK
1. Tancapkan niat dalam hati anda, kalau anda memiliki keinginan untuk berhenti
merokok.
2. Jika anda terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah berkonsentarasi,
untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan teman- teman atau sehabis
makan, sekarang dengan sengaja lakukan sesuatu pada situasi tersebut untuk merubah
kebiasaan anda dari merokok kegiatan/ kebiasaan lain .
3. Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang anda senangi dan lakukan segera setelah anda
berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku dll
4. Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa anda berniat untuk berhenti
merokok. Minta mereka mengingatkan anda apabila anda menyalakan rokok. Dan
minta mereka membantu untuk mengalihkan perhatian anda dari rokok dan mengajak
untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
5. Setiap kali anda ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang beberapa kali.
Kepalkan tangan anda dan lepaskan perlahan, perasaan keinginan untuk merokok
akan berkurang
6. Jauhkan diri anda dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan situasi dimana
anda mungkin tergoda untuk ingin merokok
7. Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah anda dan ditempat kerja jika memungkinkan
seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal yang menggoda untuk
merokok, seperti poster, gambar atau benda lain yang mengingatkan atau menggoda
anda untuk merokok kembali.
8. Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk mengatakan “
hanya sebatang rokok saja.

D. UPAYA PENCEGAHAN
Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk
dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk
berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak
terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan
keluarga/orangtua.
Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam
melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut
membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan
cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang
berhubungan dengan merokok.
Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator

: Audiens

: Presentator
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang CTPS
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian CTPS
b. Tujuan CTPS
c. Langkah-langkah CTPS
3.      Sasaran                        :  Masyarakat
4.      Waktu                         :  60 menit
5. Hari/Tanggal : 15 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :  Kelompok 49
B.  TUJUAN
5. Tujuan instruksional umum  :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para siswa kelas 2 mampu mencuci
tangan dengan benar.
6. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit, siswa kelas 2
dapat :
a. Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan Pakai sabun
b. Menjeaskan tentang tujuan mencuci tangan
c. Menjelaskan tentang alasan mencuci tangan harus diair mengalir dan pakai
sabun.
d. Menjelaskan tentang Waktu-waktu yang tepat untuk mencuci tangan
e. Menjelaskan tentang langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
C.     MATERI :
1. Pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Tujuan cuci tangan pakai sabun
3. Alasan cuci tangan pakai sabun
4. Waktu yang tepat cuci tangan pakai sabun
5. Langkah-langkah cuci tangan pakai sabun
i. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster

Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Pembukaan 1. Membuka acara 1. Sasaran Menjawab salam
Menit dengan 2. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
kepada sasaran tujuan
2. Menyampaikan 3. Menyetujui kesepakatan
topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.  
Pelaksanaan : 1. Menyampaikanpengetahu

1. Menjelaskan materi annya tentang materi

penyuluhan secara penyuluhan

teratur dan berurutan 2. Mendengarkan penyuluh

a. Pengertian menyampaikan materi

mencuci tangan 3. Memperhatikan penyuluh

b.Tujuan mencuci selama demonstrasi

tangan 4. Menanyakan hal – hal

c. Alasan mencuci yang tidak dimengerti dari

tangan harus di air materi penyuluhan

yang mengalir
30 Kegiatan d.waktu tepat
Menit Inti mencuci tangan
e. Langkah mencuci
tangan yang baik
dan benar
2. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
10 Evaluasi / 1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
Menit Penutup pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 2. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 3. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
2. Menyimpulkan menjawab salam
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan kepada
sasaran 
3. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran

j. Evaluasi  
1. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian mencuci tangan
2.  Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan mencuci tangan
3. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan alasan mencuci tangan harus di air yang
mengalir
4. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan 5 waktu tepat mencuci tangan
5. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan langkah mencuci tangan yang baik dan
benar

LAMPIRAN MATERI

CTPS

1. Pengertian Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh
kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air
(Larsan, 1995).
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES, 2007).

Mencuci tangan adalah membasuh kedua telapak tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan tujuan untuk menghilangkan
kuman. Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk mencegah
masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit.

2. Tujuan Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan yaitu :

a.       Supaya tangan bersih.


b.       Membebaskan tangan dari kuman dan bakteri.
c.       Terhindar dari sakit perut dan diare
3. Alasan Mencuci Tangan dengan Air yang Mengalir

Dengan mencuci tangan di air mengalir maka kotoran dan kuman


akan ikut terbawa air. Jadi mulai sekarang bila kita makan di rumah makan atau di warung
makan yang ada keran cuci tangan, sebaiknya cuci tangan di keran saja walaupun di
sediakan mangkuk tempat mencuci tangan di meja adik-adik

4. Waktu Tepat Mencuci Tangan

Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas
kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Nah sebenarnya
kapan waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan ?

a. Sebelum dan sesudah makan. Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
saat kita makan.
b. Setelah dari WC dan buang air. Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan,
sehingga diharuskan untuk mencuci tangan.
c. Setelah bermain. Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor.
Contohnya seperti tanah. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali kuman didalam
tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari tanah hilang
dan tidak menempel ditangan.
d. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Bagi adik-adik mencuci tangan ini juga
bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah bangun tidur dan
sesudah melakukan kegiatan yang lain.
e. Ketika Tangan terlihat kotor.

5. Langkah Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 lagkah
yang di kembangkan menjadi 10 langkah. Bisa dilihat pada gambar untuk lebih jelasnya.
a. Basuh tangan dengan air mengalir
b. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
c. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu
pula sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
e. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
i. Bilas kedua tangan dengan air.
j. Keringkan dengan lap tangan atau tissu
DAFTAR PUSTAKA

1. https://herwindisd.blogspot.com/2016/01/

2. https://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/sap-penyuluhan-cuci-tangan.html

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Gizi Seimbang pada Ibu Hamil


Hari / Tanggal : Jumat/ 17 April 2020
Tempat : Posyandu
Waktu Pelaksanaan : 14.00 WIB
Waktu Acara : 25 menit
Pembicara : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang
Peserta / Sasaran : Paustri
A. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang gizi seimbang pada ibu hamil diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang pentingnya ibu mengonsumsi gizi yang seimbang
saat kehamilannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang gizi seimbang pada ibu hamil, diharapkan:
1) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pengertian gizi seimbang.
2) Peserta penyuluh dapat menyebutkan manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
3) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pesan gizi seimbang untuk ibu hamil
4) Peserta penyuluh dapat menerapkan penambahan kebutuhan zat gizi selama hamil
5) Peserta penyuluh dapat menyebutkan jumlah atau porsi dalam 1 kali makan
6) Peserta penyuluh dapat menyebutkan frekuensi makan dalam sehari.
7) Peserta penyuluh dapat menyebutkan jenis makanan yang tersusun dalam 1 hidangan
makan
8) Peserta penyuluh dapat menyebutkan zat gizi yang diperlukan selama hamil
9) Peserta penyuluh dapat menyebutkan bahan makanan yang dihindari dan dibatasi oleh
ibu hamil

B. SUB TOPIK PENYULUHAN


1) Pengertian gizi seimbang
2) Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
3) Pesan gizi seimbang untuk ibu hamil
4) Penambahan kebutuhan zat gizi selama hamil
5) Jumlah atau porsi dalam 1 kali makan
6) Frekuensi makan dalam sehari.
7) Jenis makanan yang tersusun dalam 1 hidangan makan
8) Zat gizi yang diperlukan selama hamil
9) Bahan makanan yang dihindari dan dibatasi oleh ibu hamil

C. METODE DAN ALAT PENYULUHAN


1. Ceramah
2. Diskusi/ tanya jawab
3. Flip Chart
4. Leaflet
D. STRATEGI PENYULUHAN
1. Penyuluh menjelaskan tentang pengertian pengertian gizi seimbang, manfaat gizi
seimbang untuk ibu hamil, pesan gizi seimbang untuk ibu hamil, penambahan kebutuhan
zat gizi selama hamil, jumlah atau porsi dalam 1 kali makan, frekuensi makan dalam
sehari, menyebutkan jenis makanan yang tersusun dalam 1 hidangan makan, zat gizi
yang diperlukan selama hamil, bahan makanan yang dihindari dan dibatasi oleh ibu
hamil.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.

E. EVALUASI
Seluruh pasutri dapat mengetahui dan mengerti apa yang gizi seimbang pada ibu hamil dan
dapat menerapkan kebutuhan gizi seimbang saat kehamilan.
F. MATRIKS KEGIATAN PENYULUHAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi


1 Pembukaan 2 menit Perkenalan
2 Proses 10 menit Penjelasan Manajemen Laktasi
3 Evaluasi 5 menit Sesi jawab
4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

G. PENGORGANISASIAN KEGIATAN PENYULUHAN


1) Presenter : Rifo Aulia Fitri
2) Moderator : Indah Risni Larasari
3) Notulis : Yana Amongga
4) Fasilitator :

 Mhd Irfan Al Faridhi


 Sintha Dwinata Ananda
 Ega Rahma Dani
 Fini Alvionita
 Mega Marta Putri
 Melly Rezqia Helmi
 Riri Frima Yoland

GIZI SEIMBANG adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan
secara teraturdalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah
gizi.

 MANFAAT GIZI SEIMBANG UNTUK IBU HAMIL

1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin


2. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman
3. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
4. Mengatasi permasalahan selama kehamilan
5. Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah
kelahiran bayi

   PESAN GIZI SEIMBANG UNTUK IBU HAMIL


1. Mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak berguna untuk memenuhi kebutuhan
energi, protein dan vitamin serta mineral sebagai pemeliharaan, pertumbuhan dan
perkembangan janin serta cadangan selama masa menyusui

2. Membatasi makan makanan yang mengandung garam tinggi untuk mencegah


hipertensi karena meningkatkan resiko kematian janin, terlepasnya plasenta, serta gangguan
pertumbuhan

3. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan
meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dan mengatur suhu
tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar 2-3 liter perhari (8-12 gelas sehari)

4. Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan buang air kecil
yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung menuingkat. Paling
banyak 2 cangkir kopi/hari
  PENAMBAHAN KEBUTUHAN ZAT GIZI SELAMA HAMIL

Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia kehamilan.
Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut merupakan
jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:

 JUMLAH ATAU PORSI DALAM 1 KALI MAKAN

Merupakan suatu ukuran atau takaran makan  yang dimakan tiap kali makan
 FREKUENSI MAKAN DALAM SEHARI

FREKUENSI MAKAN merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam


sehari baik makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali makan utama dan 2 kali
makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus sesuai porsi dibawah ini:

 JENIS MAKANAN YANG TERSUSUN DALAM 1 HIDANGAN MAKAN

Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan
yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk
memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat yang bermanfaat
bagi kesehatan.

Selain menerapkan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu memperhatikan


keamanan pangan yang berarti makanan atau minuman itu harus bebas dari cemaran yang
membahayakan kehatan.

Cara menerapkan yaitu dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari yang


terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman.
Mengkonsumsi lebih dari 1 jenis untuk setiap kelompok makanan setiap kali makan akan
lebih baik.
1.Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat yaitu padi-padian atau serealia seperti
beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas; serta hasil
olahannya seperti tepung-tepungan, mi, roti, makaroni, havermout, dan bihun.

2. Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur, susu, dan keju;
serta sumber protein nabati sepeerti kacang-kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo; serta hasil oalahannya seperti tempe, tahu, susu
kedelai, dan oncom.

3. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan berwarna hijau dan
kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, dan tomat; serta
sayur kacang-kacangan, seperti kacang panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan
diutamakan yang berwarna kuning jingga, kaya serat dan yang berasa asam, seperti pepaya,
mangga, nanas, nangka, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.

 ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN SELAMA HAMIL

Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat gizi tertentu
sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin  maupun untuk keperluan perkembangan dan
pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat gizi yang diperlukan ibu hamil:
 BAHAN MAKANAN YANG DIHINDARI DAN DIBATASI OLEH IBU
HAMIL

1) Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung bahan tambahan


makanan yang kurang aman
2) Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena mengandung
kuman yang berbahaya untuk janin
3) Membatasi kopi dan coklat, didalamnya terdapat kandungan kafein yang dapat
meningkatkan tekanan darah
4) Membatasi makanan yang mengandung energi tinggi seperti yang banyak mengandung
gula, lemak misalnya: keripik, cake
5) Membatasi makanan yang mengandung gas, contoh: nangka (matang dan mentah),
kol,ubi jalar, karena dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu hati pada ibu hamil
6) Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink), karena mengandung energi tinggi,
yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat berlebihan dan bayi lahir besar

CONTOH MENU SEHARI

Dalam sehari ibu hamil konsumsi minyak sebanyak 3 sendok makan (hanya penyerapan


saja) atau setara dengan 30 gram minyak. Di bawah ini merupakan contoh menu dengan ±3
sendok makan minyak per hari)

Sarapan

 1 piring nasi atau penggantinya (1 gelas)


 1 butir telur ceplok
 1 mangkuk sayuran (daun singkong, katuk atau lainnya)
 1 gelas susu
 1 potong buah pepaya

Selingan

 1 potong kue tradisional


 1 gelas jus buah
Makan Siang

 1-2 piring nasi atau penggantinya (1-2 gelas)


 2 potong sedang tempe atau tahu
 1 potong ikan goreng
 1 mangkuk sayuran
 1 buah jeruk

Selingan

 1 mangkuk bubur kacang hijau


 1 gelas jus buah
 1 gelas teh manis

Makan malam

 1-2 piring nasi atau penggantinya (1-2 gelas)


 2 potong sedang tempe atau tuhu
 1 potong semur daging
 1 mangkuk sayuran
 1 buah apel

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Laktasi


Hari / Tanggal : Jumat/ 10 April 2020
Tempat : Posyandu
Waktu Pelaksanaan : 14.00 WIB
Waktu Acara : 25 menit
Pembicara : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang
Peserta / Sasaran : Masyarakat

H. TUJUAN PENYULUHAN
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian imunisasi diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang pentingnya pemberian imunisasi lengkap.

4. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian imunisasi, diharapkan:
1) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pengertian imunisasi.
2) Peserta penyuluh dapat menyebutkan tujuan imunisasi.
3) Peserta penyuluh dapat menyebutkan jenis-jenis imunisasi.
4) Peserta penyuluh dapat menyebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
5) Peserta penyuluh dapat mengetahui jadwal pemberian imunisasi.
6) Peserta penyuluh dapat mengenal cara-cara pemberian imunisasi.
7) Peserta penyuluh dapat mengetahui kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8) Peserta penyuluh dapat mengetahui keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9) Peserta penyuluh dapat mengetahui tempat-tempat pelayanan imunisasi.
10) Peserta penyuluh dapat mengerti perawatan yang diberikan setelah imunisasi.

I. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian imunisasi.
2. Tujuan imunisasi.
3. Jenis-Jenis imunisasi.
4. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
5. Jadwal pemberian imunisasi.
6. Cara pemberian imunisasi.
7. Kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Tempat pelayanan imunisasi.
10. Perawatan yang diberikan setelah imunisasi.

J. METODE DAN ALAT PENYULUHAN


5. Ceramah
6. Diskusi/ tanya jawab
7. Flip Chart
8. Leaflet
9. Terapi bermain

K. STRATEGI PENYULUHAN
1. Penyuluh menjelaskan tentang pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis
imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jadwal pemberian
imunisasi, cara pemberian imunisasi, kapan imunisasi tidak boleh diberikan,
keadaan yang timbul setelah imunisasi, tempat pelayanan imunisasi, dan
perawatan yang diberikan setelah imunisasi.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.

L. EVALUASI : (SECARA LISAN)


1. Apa itu imunisasi?
2. Apa tujuan imunisasi?
3. Sebutkan jenis-Jenis imunisasi!
4. Sebutkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi!
5. Kapan jadwal pemberian imunisasi?
6. Bagaimana cara pemeberian imunisasi?
7. Kapan imunisasi tidak boleh diberikan?
8. Keadaan apa yang timbul setelah imunisasi?
9. Dimana saja tempat pelayanan imunisasi?
10. Sebutkan perawatan yang diberikan setelah imunisasi!

M. MATRIKS KEGIATAN PENYULUHAN


No Jenis kegiatan Waktu Materi
1 Pembukaan 5 menit Perkenalan
2 Proses 15 menit Penjelasan Manajemen Laktasi
3 Evaluasi 5 menit Sesi jawab
4 Penutup 5 menit Kesimpulan,salam penutup

N. PENGORGANISASIAN KEGIATAN PENYULUHAN


5) Presenter : Rifo Aulia Fitri
6) Moderator : Indah Risni Larasari
7) Notulis : Yana Amongga
8) Fasilitator :
 M. Irfan Al Faridhi
 Sintha Dwinata Ananda
 Ega Rahma Dani
 Fini Alvionita
 Mega Marta Putri
 Melly Rezqia Helmi
 Riri Frima Yolanda

IMUNISASI

A. Defenisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak seseorang terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan
kekebalan kepada bayi dan anak serta ibu hamil terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk
mencegah penyakit. Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman,
atau racun kuman yang telah dilemahkan.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit
dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
B. Tujuan Imunisasi
Untuk membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/ anak/ ibu hamil terhindar dari
penyakit tertentu dan kalau terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.
C. Jenis-Jenis Imunisasi :
1. BCG : memberi kekebalan pada penyakit TBC.
2. DPT : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.
3. Polio : memberi kekebalan pada penyakit poliomielitis.
4. HB : memberi kekbalan pada penyakit hapatitis B.
5. Campak : memberi kekebalan pada penyakit campak.
D. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi :
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Vaksin Penyakit yang Dicegah
BCG Mencegah penyakit TBC.

DPT Mencegah penyakit difteri, batuk


rejan / batuk 100 hari, dan penyakit
tetanus.

Polio Mencegah kelumpuhan.

HB Mencegah penyakit Hepatitis B.

Campak Memberi kekebalan penyakit campak.


Mencegah peradangan paru.

E. Jadwal Pemberian Imunisasi


Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Ket
BCG >1 bulan Sebaiknya imunisasi BCG ini
di berikan secepat mungkin
pada usia > 7 hari.
HB Usia 1, 2, 3 bulan Diberikan dengan jarak 4
minggu.
Polio Usia 1, 2, 3, 4 bulan Diberikan dengan jarak 4
minggu.
DPT Usia 2, 3, 4 bulan Diberikan dengan jarak 4
minggu.
Bisa digabung pemberiannya
dengan vaksin HB (DPT-HB /
DPT Combo).
Jika bayi dalam keadaan
demam, hanya diberikan DT.
Campak Usia 9-11 bulan / pada
usia 6-7 tahun (kelas I
SD)

F. Cara Pemberian Imunisasi


Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Imunisasi Cara Pemberian Imunisasi

BCG Disuntikan dibawah kulit di lengan atas


sebelah kanan.

HB Disuntikan di lengan atas sebelah kiri.

DPT Disuntikan kedalam otot dipangkal paha.

Diteteskan kedalam mulut sebanyak 2


Polio kali tetes.

Disuntikan di jaringan lemak di lengan


Campak atas sebelah kiri.

G. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan


Keadaan-keadaan dimana imunisasi tidak dianjurkan :
1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC
dan panas tinggi.
2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
H. Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi
Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing
imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini.
a) BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di
tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
b) DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi,
tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit,
walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
c) Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah
penyuntikan.
I. Tempat Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :
a) Posyandu
b) Puskesmas
c) Bidan / dokter praktek
d) Rumah bersalin
e) Rumah sakit
J. Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi
a) BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan
ke puskesmas.
b) DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan
berikan kempres dingin.
c) Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang SPAL
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian SPAL
b. Mamfaat SPAL
c. Bahaya dan gangguan Limbah Cair
d. keuntungan membuang limbah dengan benar
e. cara membuang limbah limbah dengan benar
f. alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
3.      Sasaran                        :  Masyarakat
4.      Waktu                         :  60 menit
5. Hari/Tanggal : 15 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :   Kelompok 49
B.  TUJUAN
7. Tujuan instruksional umum  :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu memahami dan
mengimplementasikan SPAL dalam lingkungannya
8. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan masyarakat dapat :
f. Menjelaskan tentang pengertian IPAL
g. Menjelaskan Mamfaat SPAL
h. Menjelaskan Bahaya dan gangguan Limbah Cair
i. Menjelaskan keuntungan membuang limbah dengan benar
j. Menjelaskan cara membuang limbah limbah dengan benar
k. Menjelaskan alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
C.     MATERI :
6. Pengertian IPAL
7. Mamfaat SPAL
8. Bahaya dan gangguan Limbah Cair
9. Keuntungan membuang limbah dengan benar
10. Cara membuang limbah limbah dengan benar
11. Alat yang diperlukan dalam membuat SPAL
k. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster

Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Pembukaan 3. Membuka acara 4. Sasaran Menjawab salam
dengan 5. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
kepada sasaran tujuan
4. Menyampaikan 6. Menyetujui kesepakatan
Menit topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.  
30 Kegiatan Pelaksanaan : 5. Menyampaikanpengetahu
Menit Inti 3. Menjelaskan materi annya tentang materi

penyuluhan secara penyuluhan

teratur dan berurutan 6. Mendengarkan penyuluh

f. Pengertian SPAL menyampaikan materi

g.Mamfaat SPAL 7. Memperhatikan penyuluh

h.Bahaya dan selama demonstrasi

gangguan Limbah 8. Menanyakan hal – hal

Cair yang tidak dimengerti dari

i. Keuntungan materi penyuluhan

membuang limbah
dengan benar
j. Cara membuang
limbah limbah
dengan benar
k.Alat yang
diperlukan dalam
membuat SPAL
4. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
4. Memberikan 4. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 5. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 6. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
5. Menyimpulkan menjawab salam
10 Evaluasi / materi penyuluhan
Menit Penutup yang telah
disampaikan kepada
sasaran 
6. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran

l. Evaluasi  
6. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian SPAL
7.  Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan mamfaat SPAL
8. Diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengimplementasikan SPAL skala
Rumah tangga.

LAMPIRAN MATERI

SPAL

1. Pengertian SPAL

Yang di sebut Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu tempat yang
digunakan untuk membuang air,buangan dari kamar mandi,tempat
cuci,dapur,perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah.
2. Manfaat SPAL
a. Air limbah tidak berserakan kemana-mana,sehingga tidak menimbulkan genangan
air/becek,pandangan kotor,bau busuk,yang dapat mengganggu kesehatan
b. Menghindarkan sarang nyamuk
c. Dengan hilangnya comberan,tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,seperti
tempat bermain anak-anak,tempat jemuran,menanam sayur-sayuran.
3. Akibat bila membuang air limbah di sembarang tempat

a. Membuang air limbah disembarang temapat dapat memudahkan penularan penyakit Air
limbah atau air buangan dari kamar mandi,tempat cuci,dapur dan sebagainya

b. bila dibuang /disalurkan disembarang tempat dapat menimbulkan genangan comberan


disekitar rumah

c. Genangan atau comberan ini selain mengganggu keindahan juga dapat menjadi sarang
nyamuk yang dapat menyebarkan penyakit malaria,dan dmam kaki gaja,serta sumber
penularan penyakit radang hati(hepetitis),cacingan,sakit perut,penyakit mata

4. SPAL yang memenuhi syarat kesehatan

Syarat minimal SPAL adalah :

a. Jarak antara lubang peresapan SPAL terletak dtidak kurang dari 10 meter dari sumur
atau pompa tangan,sehingga tdak mencemari sumber air bersih

b. Tidak berbau

c. SPAL mudah dikuras atau dibersihkan dan tidak menimbulkan genangan air yang
terbuka

5. Cara pemeliharaan SPAL

Cara pemeliharaan SPAL adalah

a. Periksa apakah terdapat kebocoran-kebecoran pipa. Apabila ada segera ditambal


agar tidak mencemari lingkungan

b. Ambillah selalu lumpur dari dari lubang peresapan. Semakin sering lama lubang
peresapan akan berfungsi.

c. Apabila SPAL tidak meresapkan air lagi, angkat material yang ada pada lubang
peresapan (batu kali/koral, selongsong bambu/drum). Ganti dengan yang baru.
6. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan SPAL
A. SPAL BATU KALI DAN KERIKIL
Air cucian dialirkan melalui saluran ke sebuah lubang resapan.

a. Bahan

1) Batu bata

2) Semen

3) Bambu

4) Pasir

5) Kerikil

6) Batu kali

b. Alat

1) Cetok

2) Gergaji

3) Cangkul

4) Parang

5) Slop

6) Ember

c. Pembuatan

1) Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m
ataudisesuaikan dengan tempat dan kebutuhan.

2) Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran
terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan
pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari
pralon.

3) Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.


7. Skema SPAL

DAFTAR PUSTAKA

1. Https://id.wikipedia.org/wiki/Instalasi_pengolahan_air_limbah

2. https://fiberglassbandung.com/pengertian-ipal-komunal-serta-manfaatnya/

3. Depkes RI & JICA, Buku kesehatan ibu dan anak, Jakarta, 1997

4. Ngastiah, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarata, 1997

5. PAPDI, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Balai penerbitan FKUI, Jakarta,
2000
6. Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipta
Karya-Departemen Pekerjaan Umum.

SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Jamban Sehat
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian jamban sehat
b. Mamfaat jamban sehat
c. Kriteria Jamban sehat
d. Cara merawat jamban sehat            
3.      Sasaran                        :  Masyarakat
4.      Waktu                         :  60 Menit
5.      Hari /Tanggal              :  Rabu / 15 April 2020
6.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :   Kelompok 49
B.  TUJUAN
9. Tujuan instruksional umum  :
Menambah pengetahuan dari pemahaman peserta tentang pola hidup sehat dengan
jamban sehat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
10. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama masyarakat dapat :
l. Menjelaskan tentang pengertian jamban sehat
m. Menjeaskan tentang manfaat jamban sehat
n. Menjelaskan tentang kriteria jamban sehat.
o. Menjelaskan tentang cara merawat jamban sehat.
C.     MATERI :
a. Pengertian jamban sehat
b. Mamfaat jamban sehat
c. Kriteria jamban sehat
d. Cara merawatt jamban sehat

m. METODE dan MEDIA


1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster

Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5. Membuka acara 7. Sasaran Menjawab salam
dengan 8. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menyampaikan topik dan
5
Pembukaan kepada sasaran tujuan
Menit
6. Menyampaikan 9. Menyetujui kesepakatan
topik dan tujuan waktu pelaksanaan
Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan
kesehatan kepada
sasaran
3.  
Pelaksanaan : 9. Menyampaikanpengetahu
annya tentang materi
5. Menjelaskan materi
penyuluhan
penyuluhan secara
10. Mendengarkan penyuluh
teratur dan berurutan
menyampaikan materi
a. Pengertian jamban
11. Memperhatikan penyuluh
sehat
selama demonstrasi
b.Mamfaat jamban
12. Menanyakan hal – hal
sehat
yang tidak dimengerti dari
c. Kriteria jamban
45 Kegiatan materi penyuluhan
sehat
Menit Inti d.Cara merawatt
jamban sehat
6. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
10 Evaluasi / 7. Memberikan 7. Menjawab pertanyaan
Menit Penutup pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang 8. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan 9. Mendengarkan penyuluh
penyuluh menutup acara dan
8. Menyimpulkan menjawab salam
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan kepada
sasaran 
9. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
n. Evaluasi  
1.    Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian jamban sehat
2.    Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan mamfaat jamban sehat
3. Diharapkanmasyarakat dapat menyebutkan kriteria jamban sehat
4.    Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara merawat jamban sehat

LAMPIRAN MATERI

Jamban Sehat

1. Pengertian  Jamban Sehat
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu
dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan( Kusnoputranto, 1997 ).
Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu
estetika ( Josep  Soemardi, 1999).
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air
untuk membersihkannya.
Jenis jamban ada 3, yaitu :

a. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.

b. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang
dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).

c. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan


kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap aggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air kecil.

2. Manfaat Jamban Sehat


a. Tidak mengotori ermukaan tanah di sekeliling jamban tersebu
b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
d. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang
lainnya
e. Tidak menimbulkan bau
f. Mudah digunakan dan dipelihara
g. Sederhana desainnya
h. Murah
i. Dapat diterima oleh pemakainya
3. Kriteria Jamban Sehat

Kriteria Bangunan Jamban


a. Pelat Jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang
terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan
sebagainya.
b. Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu
kali, bata atau batako. Adukannya terdiri dari semen : pasir = 1 : 6. Jika semen diganti
dengan kapur dan semen merah : pasir = 1 : 3 : 4
c. Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan. Lantai tegel
dapat dipasang dengan adukan semen : pasir = 1 : 3.
d. Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga
tidak mudah lapuk. jarak tepi bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm. Ukuran :
tinggi 1,80 m.
lebar 0,65 m.
e. Dinding
Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, anyaman bambu. Tinggi dinding :
1,00 - 2,00 m. dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke belakang.
Untuk menghemat biaya, dinding dapat dibagi dua:
 bagian bawah dibuat dari bata setinggi 1,5 m supaya pemakaiannya terlindung
 bagian atas dapat dari anyaman bambu atau papan
 dinding bawah setinggi 40-50 cm harus dplester dengan kedap air agar tidak lembab
dan mudah dibersihkan.
f. Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban
g. Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan
masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap
plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap
minimum 15 derajat.
h. Jarak Cubluk atau Resepan dari Tangki Septik ke Sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka
jarak minimum antara cubluk dan sumur tersebut harus 10 m

Kriteria jamban sehat :

a. Jamban sebaiknya bangunan jamban terlindung panas dan hujan, serangga dan
binatang-binatang lain serta terlindung dari pandangan orang lain (tertutup)

b. Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup
yang mudah diangkat.
c. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga
agar  menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah
penularan penyakit.

d. Tersedia Alat Pembersih:

1) Sabun cair untuk cuci tangan sesudah


2) BAK maupun BAB
3) Sikat lantai untuk memebersihkan jamban
4) Sabun lantai sebagai anti kuman dan untuk mempermudah pembersihan
jamban
5) DLL

e. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak
berlumut dan licin

f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus
kedap air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari
pencemaran lingkungan.

g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja
yang lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.

h. Sebaikya jamban di bangun dilokasi yang tidak mengganggu pandangan dan tidak
menimbulkan bau.

4. Cara Merawat Jamban Sehat

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering


b. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
c. Tidak ada sampah berserakanan
d. Rumah jamban dalam keadaan baik
e. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
f. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
g. Tersedia alat pembersih
h. Bila ada yang rusak segera diperbaiki
i. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat dilakukan dengan :
1) Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember
2) Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak
bau dan mengundang lalat
3) Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai
4) Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban

DAFTAR PUSTAKA

1. https://kekasihsetianaruto.blogspot.com/2014/11/sap-jamban-sehat.html

2. https://jojo-fakultaskesehatanmasyarakat.blogspot.com/p/blog-page.html

3. https://www.academia.edu/36537609/Satuan_Acara_Penyuluhan_Jamban_Sehat.docx

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Penyakit Jaringan Keras Gigi

2. Sub Bab Bahasan : Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

3. Sasaran : Masyarakat

4. Tempat : Posko Pemuda

5. Hari/ Tanggal : 15 April 2020

6. Waktu : 50 menit
7. Penyuluhan : Penyuluhan kelompok 49

8. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami tentang


pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

2. Tujuan Khusus :

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat:

a. menjelaskan tentang lubang gigi

b. menjelaskan tentang karang gigi

c. menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut

7. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab

8. Media : Poster dan Power Point

9. Uraian Materi :

a. Lubang gigi

b. Karang Gigi

c. Menjaga kesehatan gigi dan mulut

10. Sumber Materi :

 Kidd,Edwina A.M.,dkk.1991. Dasar-dasar Karies Penyakit Dan


Penanggulangannya. Jakarta: EGC

 Nalborhu, Minar,drg. 1989. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta

 bahan Preventive Dentistry Semester III “ physiotherapy”


11. Skenario Penyuluhan :

No Kegiatan Penyuluh Media Waktu Kegiatan Sasaran


.

1. Pembukaan

-Perkenalan

-Menjelaskan tujuan - 5 menit Mendengarkan

-Apersepsi

2. Menjelaskan materi
tentang :

- Penjelasa
n tentang lubang gigi
Poster dan
- Penjelasa 30 menit Mendengarkan
power point
n tentang karang gigi

- Cara
menjaga kesehatan gigi
dan mulut

3. Penutup - 15 menit

- Evaluasi: -Menjawab dan


memberikan dan memberikan
menjawab pertanyaan pertanyaan

- Menyimpulkan -Mendengarkan
materi penyuluh

- Memberikan -Mendengarkan
saran kepada sasaran penyuluh
Total 50 menit

12. Evaluasi

Bentuk : Pertanyaan lisan

Prosedur : Langsung

Daftar pertanyaan :

1. Sebutkan pengertian lubang gigi!

2. Sebutkan pengertian karang gigi!

3. Sebutkan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut!

Jawaban:

1. Lubang gigi adalah penyakit jaringan gigi dengan tanda-tanda adanya lubang gigi pada
permukaan gigi dan meluas ke bagian dalam gigi.

Penyebab lubang gigi adalah :

1) Faktor yang berpengaruh langsung

- Tertinggalnya karbohidrat yang mudah diragikan dalam mulut

- Adanya bakteri dalam mulut

2) Faktor yang berpengaruh tidak langsung

- Makanan (coklat dan gula)

- Bentuk dan letak gigi

- Air ludah

- Usia

2. Karang gigi Yaitu Suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi yang
berwarna mulai dari kekuning-kuningan sampai kehitam-hitaman.

Penyebab karang gigi adalah :

1.) Plak

2.) Mengunyah 1 sisi

3.) Teknik menyikat gigi yang salah

4.) Kurang mengkonsumsi buah dan sayur

3. Menjaga kebersihan gigi dan mulut

1. Menyikat gigi :

a. Sikat gigi yang digunakan tangkainya lurus dan bulu sikat yang halus.

b. Menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

c. Berkumur-kumur hanya 2 kali, agar flour didalam pasta gigi tidak terbuang sia-
sia.

d. Setelah mengkonsumsi makanan yang manis dan melekat dianjurkan


berkumur-kumur atau menyikat gigi

2. Mengurangi makanan yang manis dan lengket

3. perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur

4. Ke dokter gigi min 1x6 bulan

KONSEP MATERI

A. Lubang gigi adalah penyakit jaringan gigi dengan tanda-tanda adanya lubang gigi pada
permukaan gigi dan meluas ke bagian dalam gigi.

Penyebab lubang gigi adalah :

1) Faktor yang berpengaruh langsung : Tertinggalnya karbohidrat yang mudah diragikan


dalam mulut dan Adanya bakteri dalam mulut

2) Faktor yang berpengaruh tidak langsung : Makanan (coklat dan gula), Bentuk dan
letak gigi, Air ludahadan Usia.

B.Karang gigi Yaitu Suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi yang berwarna
mulai dari kekuning-kuningan sampai kehitam-hitaman.

Penyebab karang gigi adalah : Plak, Mengunyah 1 sisi. Teknik menyikat gigi yang salah,
Kurang mengkonsumsi buah dan sayur.

C. Menjaga kebersihan gigi dan mulut

1. Menyikat gigi :

- Sikat gigi yang digunakan tangkainya lurus dan bulu sikat yang halus.

- Menyikat gigi 2x sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.

-Berkumur-kumur hanya 2 kali, agar flour didalam pasta gigi tidak terbuang sia-sia.

- Setelah mengkonsumsi makanan yang manis dan melekat dianjurkan berkumur-kumur


atau menyikat gigi

2. Mengurangi makanan yang manis dan lengket

3. perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur

4. Ke dokter gigi min 1x6 bulan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SAP Pokok Bahasan :Pendidikan Kesehatan Tentang Mengkonsumsi Sayur dan Buah
Sub Pokok Bahasan :Pentingnya Mengkonsumsi Sayur dan Buah
Sasaran : ibu bayi dan balita
PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/Tanggal : Jumat/10 April 2020
Waktu : 10.00 WIB – selesai
Tempat : Posyandu
Penyuluh : Mahasiswa
A.Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang Pentingnya Mengkonsumsi Sayur dan Buah, ibu dapat
memahami Pentingnya mengkonsumsi buah dan sayur.
B.Tujuan Khusus
Setelah Mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan Ibu dapat menjelaskan:
1. Pengertian konsumsi buah dan sayur
2. Fungsi sayur dan buah
3. Manfaat kandungan gizi dalam sayur dan buah
4. Akibat bila kekurangan menkonsumsi sayur dan buah
C.Materi :
1. Pengertian konsumsi buah dan sayur
2. Fungsi sayur dan buah
3. Manfaat kandungan gizi dalam sayur dan buah
4. Akibat bila kekurangan menkonsumsi sayur dan buah
D.Metode :
1.Ceramah
2.Tanya Jawab
E.Media :

 Leaflet

NO WAKTU Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :  Menjawab salam
 Memberi salam  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
 Menyebutkan
materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan, menjelaskan Memperhatikan,
materi secara berurutan : mendengarkan, bertanya
 Menjelaskan pengertian dan menjawab
konsumsi buah dan
sayur
 Menjelaskan tentang
fungsi buah dan sayur
 Menjelaskan tentang
manfaat buah dan sayur
 Menjelaskan akibat
Kekurangan Konsumsi
Buah dan Sayur

3. 5  Membuat kesimpulan Memperhatikan


hasil pertemuan Menjawab salam
 Mengucapkan salam

MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Konsumsi Buah dan Sayur Menurut Kamus Gizi
Konsumsi pangan merupakan jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan individu secara biologis, psikologis maupun sosial. Buah dan sayur merupakan
bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh tumbuhan.
Secara botani, buah adalah bagian dari tumbuhan yang mengandung biji. Buah memiliki
kandungan zat gizi yang cukup lengkap seperti protein lemak dan karbohidrat, yang
jumlahnya relatif kecil. Sedangkan, Sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang
dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh. (Mudiarti and Amaliah,
2013).
2. Fungsi Buah dan Sayur
Buah dan sayur memiliki kandungan berbeda – beda. Kandungan gizi utama yang terdapat
di dalam buah dan sayur adalah pro vitamin A, vitamin C, vitamin K,vitamin E dan kelompok
vitamin B kompleks. Selain itu buah dan sayur juga mengandung mineral yaitu
Kalium,Kalsium, Natrium, Zat Besi,Magnesium,Mangan,Seng,Selenium,dan Boron (Yuliarti,
2008). Banyak kajian yang menyatakan bahwa konsumsi sayur dan buah berperan dalam
menjaga dan mengendalikan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Konsumsi sayur
dan buah yang cukup juga mampu menurunkan risiko sulit buang air besar (sembelit) dan
kegemukan.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam
pencegahan penyakit tidak menular kronis (Kemenkes RI, 2014). Selain itu,kandungan
vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayur berfungsi sebagai zat pengatur
untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin dan mencegah terjadinya berbagai gejala
penyakit seperti sembelit, anemia, penurunan fungsi mata, penurunan sistem imun, dan
mencegah munculnya senyawa radikal melalui antioksidan. Vitamin merupakan zat gizi
mikro yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan.
Sumber makanan yang tinggi akan vitamin adalah buah dan sayuran yang berwarna hijau,
kuning, merah, oranye, coklat, ungu, dan lain-lain (Pakar Gizi Indonesia, 2017)
3. Manfaat Buah dan Sayur
Konsumsi sayur dan buah yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak
menular kronis. Berikut adalah manfaat dari buah dan sayur:
1) Antikanker Buah dan sayur mengandung potasium dan sedikit sodium untuk mencegah
penyakit kanker. Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan karotenoid, likopen, flavonoid
yang berasal dari pigmen berwarna kuning, merah, ungu, dan hijau yang berfungsi sebagai
antioksidan untuk melawan radikal bebas. Karotenoid dapat melawan sel kanker dengan
mengaktivkan enzim detoksifikasi yang ada dalam tubuh. Enzim tersebut bertanggung jawab
membersihkan tubuh dari zat berbahaya penyebab kanker/zat karsinogen (Aphrodita, 2010).
2) Antidiabetes Buah dan sayur bermanfaat untuk mencegah peningkatan kadar gula dalam
darah. Kandungan buah dan sayur yang bermanfaat sebagai antidiabetes adalah kalium,
sodium, dan pektin. Senyawa tersebut dapat menurunkan aktivitas gula darah dengan
meningkatkan metabolisme karbohidrat oleh hati sehingga menjadi energi atau meningkatkan
sekresi insulin. Buah dan sayur yang bersifat sebagai antidiabetes yaitu, nanas, pisang,
semangka, belimbing wuluh, tomat, buncis dan seledri (W P. Winarto dan Tim Lentera,
2004)
3) Antisembelit dan Antikonstipasi Buah dan sayur mengandung serat yang cukup tinggi
yang bermanfaat untuk mempertahankan keseimbangan bakteri di dalam usus. Sehingga
perjalanan makanan dari mulut hingga akhir (anus) menjadi lebih singkat. Keadaan ini akan
dapat membantu meningkatkan pengeluaran feses dan melancarkan pencernaan (W P.
Winarto dan Tim Lentera, 2004)
4) Antiobesitas Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi batas kebutuhan
rangka fisik akibat dari timbunan lemak yang berlebihan sehingga dapat memicu timbulnya
berbagai jenis penyakit seperti, jantung koroner, diabetes, dan hipertensi. Pada dasarnya,
berat badan dapat dikontrol dengan baik apabila mengonsumsi makanan yang mengandung
tinggi serat, air dan rendah kalori. Dalam hal ini, Serat dapat menimbulkan rasa kenyang
lebih lama sehingga kecenderungan makan berlebihan dapat dicegah. Buah dan sayur
memiliki kandungan serat yang cukup tinggi dan dapat memberi rasa kenyang lebih lama (W
P. Winarto dan Tim Lentera, 2004).
5) Antianemia Zat besi yang terkandung didalam sayur hijau merupakan mineral yang
dibutuhkan tubuh untuk membentuk/memproduksi sel darah merah dan mengangkut oksigen
keseluruh tubuh (Aphrodita, 2010).
6) Antikolesterol Kadar kolesterol darah dapat diturunkan dengan mengonsumsi makanan
sumber serat, Vitamin B5 (Asam Pantotenat) dan kholin bitartrate seperti buah dan sayur.
Kandungan serat yang tinggi membuat buah dan sayur tidak dapat dicerna seluruhnya oleh
tubuh. Dalam keadaan ini, terjadi pelepasan asam lemak rantai pendek yang menguap. Zat
inilah yang akan mengurangi produksi kolesterol dan akan mempercepat pembersihan darah
dari kolesterol jahat (low density lipoprotein /LDL) yang berbahaya bagi tubuh (W P.
Winarto dan Tim Lentera, 2004)
7) Penunda proses penuaan dini Proses penuaan dapat diperlambat dengan mengonsumsi
buah dan sayur yang mengandung antioksidan seperti Vitamin A, C, dan E serta beberapa
mineral seperti Fe (Zat Besi), Mn (Mangan), Zn (Zink). Selain itu ada juga pigmen karoten,
flavonoid, dan klorofil yang dapat memperlambat proses penuaan. Kandungan antioksidan
yang terdapat pada buah dan sayur dapat melindungi sel-sel tubuh dari proses oksidasi yang
memacu proses penuaan. Selain itu, zat tersebut akan mencegah munculnya radikal bebas
yang dapat merusak sel.
4. Akibat Kekurangan Konsumsi Buah dan Sayur
Kurang konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan hal-hal berikut (Ruaihah, 2009):
a. Sistem kekebalan tubuh menurun Jarang mengonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan
daya tahan tubuh menurun. Hal ini terjadi karena tubuh ‘kurang’ vitamin B kompleks,
vitamin C, vitamin E, seng (Zn), zat besi (Fe), magnesium (Mg), dan potasium.
b. Gangguan fungsi pengelihatan (mata) Gangguan fungsi pengelihatan (mata) disebabkan
karena tubuh kekurangan betakaroten. Gangguan mata, bisa dicegah dengan banyak
mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan kaya vitamin A lainnya.
c. Meningkatkan resiko sembelit Sembelit atau konstipasi adalah tanda bahwa pencernaan
sedang terganggu. Salah satu faktor penyebab sembelit adalah kurang konsumsi serat dari
buah dan sayur. Kurang konsumsi serat dapat menyebabkan perubahan pada tekstur dan
struktur feses. Hal ini terjadi karena sediaan air yang ada dalam usus besar menjadi sedikit
akibat diserap sel-sel usus, sehingga feses terbentuk dalam kondisi kekurangan air. Sisa
makanan yang ada dalam usus besar berubah menjadi mengeras dan padat, sehingga
membutuhkan kontraksi otot yang lebih besar untuk mengeluarkannya. Kondisi tersebut
berdampak pada terjadinya susah buang air besar atau sembelit (Lubis, 2009).
d. Meningkatkan kadar kolesterol darah Tubuh yang kurang asupan serat, maka dapat
mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah. Buah dan sayur yang mengandung serat
mampu menyerap dan mengikat asam empedu di usus dan menurunkan penyerapan
kolesterol yang ada dalam makanan sehingga berdampak pada penurunan kadar kolesterol
darah (Yuliarti, 2008).
e. Meningkatkan resiko kegemukan Kurang konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan
resiko kegemukan. Serat memiliki fungsi utama dalam mengikat lemak sehingga mudah
dicerna dan dibuang dari tubuh. Ketika tubuh kekurangan serat maka, lemak dalam tubuh
akan sulit keluar sehingga beresiko mengalami kegemukan. Selain itu, sifat serat yang tidak
dapat dicerna merangsang lambung bekerja lebih lama untuk melakukan proses
penghancuran serat, tekstur licin juga menyulitkan lambung untuk menghancurkan serat
dalam waktu singkat. Keadaan ini dapat berdampak pada semakin lamanya keberadaan serat
di lambung, sehingga pengosongan lambung berlangsung lebih lama (Lubis, 2009). Inilah
yang menyebabkan serat terkandung di dalam buah dan sayur mampu memberikan rasa
kenyang lebih lama, sehingga otak tidak akan terstimulasi untuk makan berlebihan, yang
dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
f. Meningkatkan resiko kanker Kurang konsumsi sayur dan buah dapat meningkatkan resiko
terkena penyakit kanker. Penyebab awal terjadinya kanker kolon adalah terjadinya pelarutan
pada lapisan lendir permukaan usus besar yang diikuti dengan masuknya zat karsinogenik
atau virus ke dalam sel. Gangguan sembelit kronis secara tidak langsung mempunyai peluang
besar untuk berkembang menjadi kanker kolon. Hal ini terjadi disebabkan oleh tertumpuknya
zat karsinogenik dipermukaan kolon yang terjadi akibat kondisi tinja yang keras, kering dan
lambatnya pembuangan keluar tubuh. Asupan buah dan sayur yang tinggi serat dapat
membantu proses pencernaan di dalam usus, sehingga racun penyebab kanker dan makanan
yang mengandung zat karsinogenik dapat dipisahkan dan dibuang keluar tubuh. Tidak hanya
itu, kandungan antioksidan alami yang berasal dari sayur-sayuran terbukti efektif menangkal
efek negatif radikal bebas yang bisa memicu perkembangan sel kanker di dalam tubuh.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Laktasi


Hari / Tanggal : Jumat/ 17 April 2020

Tempat : Posyandu

Waktu Pelaksanaan : 14.00 WIB

Waktu Acara : 25 menit

Pembicara : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes RI Padang

Peserta / Sasaran : Ibu hamil dan menyusui

O. TUJUAN PENYULUHAN
5. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manajemen laktasi diharapkan peserta
penyuluhan dapat memahami tentang pentingnya manajemen laktasi.
6. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manajmen laktasi, diharapkan:
11) Peserta penyuluh dapat menyebutkan pengertian manajemen laktasi.
12) Peserta penyuluh dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI

13) Peserta penyuluh dapat menyebutkan cara menyusui yang benar

14) Peserta penyuluh dapat menyebutkan cara memegang payudara

15) Peserta penyuluh dapat menyebutkan tahapan manajemen laktasi pada ibu
hamil.

16) Peserta penyuluh dapat menyebutkan langkah-langkah kegiatan menejemen


laktasi pada masa kehamilan.

P. SUB TOPIK PENYULUHAN


1. Pengertian manajemen laktasi.
2. Manfaat pemberian ASI
3. Cara menyusui yang benar.
4. Cara memegang payudara.
5. Tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil.
6. Langkah-langkah kegiatan menejemen laktasi pada masa kehamilan.
Q. METODE DAN ALAT PENYULUHAN
10. Ceramah
11. Diskusi/ tanya jawab
12. Flip Chart
13. Leaflet

R. STRATEGI PENYULUHAN
3. Penyuluh menjelaskan tentang pengertian manajemen laktasi, cara menyusui yang
benar, cara memegang payudara, tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil,
langkah-langkah kegiatan menejemen laktasi pada masa kehamilan, memberikan
kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta penyuluhan untuk bertanya.

S. EVALUASI : (SECARA LISAN)


1. Apa itu manajemen laktasi?
2. Apa manfaat pemberian ASI?

3. Bagaimana cara menyusui yang benar?

4. Bagaimana cara memegang payudara?

5. Bagaimana tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil?

6. Apa saja langkah-langkah kegiatan menejemen laktasi pada masa kehamilan?

T. MATRIKS KEGIATAN PENYULUHAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 10 menit Penjelasan Manajemen Laktasi

3 Evaluasi 5 menit Sesi jawab


4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

U. PENGORGANISASIAN KEGIATAN PENYULUHAN


9) Presenter : Rifo Aulia Fitri
10) Moderator : Indah Risni Larasari
11) Notulis : Yana Amongga
12) Fasilitator :

 Mhd Irfan Al Faridhi

 Sintha Dwinata Ananda

 Ega Rahma Dani

 Fini Alvionita

 Mega Marta Putri

 Melly Rezqia Helmi

 Riri Frima Yolanda


MANAJEMEN LAKTASI
A. Defeinisi Manajemen Laktasi
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap
dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur
2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
B. Manfaat Menyusui
ASI merupakan makanan utama dan alami yang sangat bermanfaat bagi bayi, yang
akan membantunya tumbuh kembang optimal selain itu dengan pemberian ASI juga akan
memberi manfaat pada ibu dan keluarganya. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat
dari beberapa aspek yaitu aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,
neurologist, ekonomis, dan aspek penundaan kehamilan.
1) Aspek gizi
Manfaat Kolostrum:
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b. Jumlah kolostrum yang diproduksi berfariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-
hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan karbohidrat dan lemak
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
d. Membantu mengeluarkan meconium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan.

2) Aspek kesehatan Ibu

a. Mempercepat pengecilan rahim kembali ke ukuran normal.


b. Mencegah perdarahan setelah melahirkan

c. Dapat menghindari kanker payudara.

d. Membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi. Pada waktu menyusui terjadi
kontak mata dan kontak waktu kulit dengan bayi. Keadaan ini merupakan peristiwa
yang sangat khususu bagi Ibu hamil dan Bayinya.

e. Menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa dibutuhkan bagi ibu.

f. Dengan menyusui, ibu dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa dibutuhkan
oleh orang lain.

g. Setiap Ibu mampu menyusui bayinya.

h. Memberi kemudahan bagi Ibu, karena ASI selalu tersedia setiap saat dalam keadaan
segar.

i. Murah dan hemat. Biayanya hanya diperlukan untuk membeli makanan yang
bergizi.

3) Komposisi ASI
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai juga
mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi.
c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki parbandingan antara whey
dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey dan casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi, ASI mengandung whey lebih
banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
Sedangkan susu sapi mempunyai perbandingan whey:casein adalah 20:80 sehingga
tidak mudah diserap.

d. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

1. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturitas
sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurine akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

2. Decosahexanoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari subtansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari omega 3 (Asam Linolenat) dan omega 6
(asam linoleat).

4) Aspek imunologik

a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

b. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori


IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai
virus pada saluran pencernaan.

c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.

d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Teridiri
dari 3 macam yaitu: bronchus-asociated lymphocyte tissue (BALT) antibody
pernafasan, gut associated lymphocyte tissue (GALT) antibody saluran pernafasan,
dan mammry associated lymphocyte tissue (MALL) antibody jaringan payudara ibu.

f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang


pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini mejaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

5) Aspek psikologi

a. Rasa pecaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih
sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormone terutama oksitosin yang
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung
pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena
berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

6) Aspek kecerdasan

a. Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4.3 point
lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI.

7) Aspek neurologist

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

8) Aspek ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan mengehamat pnegeluaran
rumah tangga unuk membeli susu formula dan peralatannya.

9) Aspek penundaan kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapt
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenore Laktasi (MAL).

C. Cara Menyusui yang benar

1) Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)

a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai

b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.


c. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

d. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi.

f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu.

2) Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-a. a.

a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawahs (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).

b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

c. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.

d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang
bayi bukan bagian belakang kepala.

e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung
bayi.

f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.

g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting
susu berada diantara pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan
langit- langit lunak (palatum molle).

h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.

i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi

j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi.

3) Cara Menyendawakan Bayi

a. Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan lahan diusap
punggung belakang sampai bersendawa

b. Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar
dengan sendirinya.

4) Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)

a. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya.

b. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung
kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung.

c. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola
sekitarnya.

d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan.

e. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.

f. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus .

g. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.

h. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui.

i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

j. Ibu menatap bayi saat menyusui

5) Pasca Menyusui
a. Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah

b. Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya

6) Menyendawakan bayi dengan :

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan.

b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-


lahan.

c. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)

d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)

1. Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi


dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.

2. ASI dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.

3. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.

7) Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005, pp.32-33):

a. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

b. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

c. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara
bagian bawah).

d. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

e. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.

f. Sebagian besar areola tidak tampak.

g. Bayi menghisap dalam dan perlahan.


h. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.

i. Terkadang terdengar suara bayi menelan.

j. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.

8) Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup (Rahmawati dan
Proverawati, 2010, p.41).

a. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu.

b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr
setiap minggu).

c. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri.

d. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang
air besar berwarna kuning 2 kali sehari.

e. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan
dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

D. Bagaimana Cara Memegang Payudara ?

1) Pegang payudara dengan ibu jari dan ke empat jari tangan membentuk huruf C,
caranya :

a. Letakkan ke empat jari tangan di bagian bawah payudara untuk mengangga


payudara.

b. Selanjutnya posisi ibu jari tangan di bagian atas payudara.

2) Cara memegang payudara seperti tersebut dapat mencegah puting susu keluar dan
mulut bayi serta menekan dagu bayi.

3) Untuk mencegah lecet pada puting, maka pada waktu bayi menghisap payudara,
selain itu sebagian besar aerola payudara harus masuk dalam.

E. Bagaimana Cara Memberikan Asi dengan Posisi Berbaring Miring?

1) Ibu berbaring miring dengan nyaman.


2) Letakkan satu/dua bantal di belakang punggung Ibu.

3) Letakkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki.

4) Baringkan bayi dengan posisi miring kiri ke arah payudara Ibu, mulut bayi sejajar
dengan putting susu.

5) Gunakan tangan Ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring atau sisipkan
gulungan selimut di belakang punggung bayi.

6) Gunakan tangan Ibu yang bebas untuk memegang payudara yang paling dekat
dengan bayi, kemudian susui bayi Ibu.

7) Apabila ingin menyusui bayi dengan payudara yang satunya, maka balikkan badan
Ibu kesisi dengan posisi berbaring

Menyusui bayi dengan posisi berbaring miring sangat sesuai bagi Ibu :

1) Ibu setelah operasi sectio caesarea.

2) Duduk terasa nyeri yang biasanya dialami oleh Ibu setelah melahirkan atau ada
jahitaan jalan lahir.

3) Putting susu lecet, mengubah-ubah posisi menyusui akan mengurangi lecet.

F. Tahapan Manajemen Laktasi pada Ibu Hamil.

1) Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah amanah
ilahi.
2) Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.
3) Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap klinik laktasi
dirumah sakit.
4) Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
5) Mengikuti senam hamil.
Beberapa Hal Yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Hamil
1) Niat

a. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi.
b. Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.
c. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik baginya.
d. Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.
e. Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif yang dapat
mempengaruhi kesiapan semua organ – organ menyusui sehingga ASI dapat
mengalir lancar.
f. Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.
g. Anjurkan ibu untuk membuang jauh – jauh pikiran negatif, seperti bagaimana
kalau ASI tidak keluar, atau bagaimana kalau payudara bermasalah, dan
sebagainya.
h. Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :
1. Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung dan bahaya susu
formula.
2. Berniat bersungguh – sungguh untuk memberikan ASI pada bayi sekurang –
kurangnya 6 bulan.
3. Belajar ketrampilan menyusui.
4. Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.
5. Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai payudara.
6. Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).
i. Menghilangkan Stress
1. Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif tentang kehamilan.
2. Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat ibu merasa
terbatasi.
3. Apabila ada maasalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan.
4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang menyenangkan selama
hamil, seperti jalan – jalan, berekreasi, berkumpul dengan teman, mengerjakan
hobi dan lain sebagainya.
5. Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga ketenangan batin
karena perasaan tenang dan bahagia berpengaruh pada produksi ASI.

j. Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui


Kebutuhan gizi ibu meningkat pada saat hamil dan menyusui. Karena, selain
untuk ibu, gizi tersebut juga diperlukan untuk janin. Oleh karena itu, asupan
makanan yang dikonsumsi ibu harus mencakup pola makan gizi yang cukup dan
seimbang. Gizi tersebut harus bercakup :
1. Karbohidrat sebagai sumber tenaga.
2. Protein sebagai sumber pembangun.
3. Vitamin dan mineral yang dapat dari sayuran dan buah – buahan sebagai
sumber pengatur dan pelindung.
4. Perhatikan juga pola makan dan usahakan selalu untuk mengonsumsi makanan
sehat.
5. Jauhi cemilan yang tidak terjamin kebersihannya.
Perlu diingat bahwa pola makan yang sehat pada saat hamil juga akan
mempengaruhi kualitas ASI ibu.
Asupan Gizi Ibu Selama Hamil Untuk Memicu Produksi ASI, antara lain:
1. Triwulan I (Kehamilan 1-3 Bulan)
a) Makan makanan dalm porsi kecil tetapi sering.
b) Makan buah – buahan segar atau sari buah – buahan.
c) Menjaga agar kenaikan berat badan 0,7 – 1,4 kg selam 3 bulan.
2. Triwulan II (Kehamilan 4 – 7 Bulan)
a) Nafsu makan akan pulih sehingga semua boleh dimakan.
b) Makan makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya.
c) Kenaikan berat badan bervariasi antara 0,3 – 04 kg/minggu.
3. Triwulan III (Kehamilan 8 Bulan)
a) Ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu berlebihan.
b) Anjurkan ibu untuk mengurangi mkanan yang banyak mengandung lemak,
gula, garam dan karbohidrat.
c) Diupayakan agar kenaikan berat badan tidak terlalu berlebihan karena ada
kecenderungan terjadinya keracunan kehamilan (pre eklampsi).
k. Melakukan Pijat Payudara
1. Pijat payudara sangat baik sebagai persiapan sebelum menyusui.
2. Pelaksanaanya biasanya setelah masa kehamilan akhir.
3. Ibu dianjurkan untuk membuat rangsangan secara lembut dan pelan kedua
puting payudara dengan tangan.
4. Buatlah gerakan memutar dan lakukan beberapa kali dalam sehari.
5. Konsultasikan aktivitas ini pada petugas kesehatan, karena pada kasus tertentu
tinadakan ini tidak boleh dilakukan, terutama untuk ibu yang pernah
melahirkan bayi prematur (Maryunani, 2012).
l. Menciptakan Gaya Hidup Sehat
1. Menciptakan gaya hidup sehat bertujuan agar kehamilan dan persalinan
berlangsung lancar dan janin dapat berkembang optimal.
2. Ibu dianjurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung
kafein, alkohol dan menjauhi asap rokok. Agar stamina tubuh terjaga, anjurkan
ibu untuk melakukan olahraga secara teratur.
3. Olahraga yang dilakukan adalah olahraga ringan, seperti jalan – jalan pagi atau
berenang. Dengan demikian diharapkan kondisi ibu yang sehat ikut
meningkatkan produksi ASI.
G. Langkah-Langkah Kegiatan Menejemen Laktasi pada Masa Kehamilan.
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan
manajemen laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu
pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan
trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada
saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan
tugas yang mulia (Depkes, 2005).

Perawatan Payudara :
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat
menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2
nomor lebih besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang
produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.
3. Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan bawah
kiri (dekat siku), tangan kiri memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua siku
sejajar pundak. Tekan pegangan tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa
adanya tarikan pada otot dasar payudara.
4. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.
5. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan
kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.
6. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia
kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
7. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan
pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan
kepada bayi.

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang PHBS di rumah tangga
2.      Sub topik                     :  a. pengertian tentang PHBS dirumah tangga
b. tujuan PHBS dirumah tangga
c. Mamfaat PHBS dirumah tangga
d. Indikator PHBS dirumah tangga
3.      Sasaran                        :  Masyarakat
4.      Waktu                         :  60 menit
5. Hari/Tanggal : Minggu/12 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :  Kelompok 49
B.  TUJUAN
11. Tujuan instruksional umum  :
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu memahami tentang
PHBS dan menerapkan PHBS dirumah tangga dan di dalam masyarakat
12. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama kurang lebih 3 hari , masyarakat
dapat :
p. Menjelaskan tentang pengertian PHBS dirumah tangga
q. Menjeaskan tentang tujuan PHBS dirumah tangga
r. Menjelaskan tentang mamfaat PHBS dirumah tangga
s. Menjelaskan indikator PHBS dirumah tangga
C.     MATERI :
e. Pengertian PHBS dirumah tangga
f. Tujuan PHBS dirumah tangga
g. Mamfaat PHBS dirumah tangga
h. Indikator PHBS dirumah tangga
o. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster

Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
a. Membuka acara a. Sasaran Menjawab
dengan salam
mengucapkan salam b. Mendengarkan
kepada sasaran penyuluh
b. Menyampaikan menyampaikan topik
5 Menit Pembukaan
topik dan tujuan dan tujuan
Penyuluhan c. Menyetujui kesepakatan
kesehatan kepada waktu pelaksanaan
sasaran Penyuluhan Kesehatan
3.  
45 Menit Kegiatan Pelaksanaan : a. Menyampaikan
Inti pengetahuannya tentang
a. Menjelaskan materi
materi penyuluhan
penyuluhan secara
b. Mendengarkan
teratur dan
berurutan penyuluh
1) Pengertia menyampaikan materi
n PHBS c. Memperhatikan
2) Tujuan penyuluh selama
PHBS demonstrasi
3) Mamfaat d. Menanyakan hal – hal
PHBS yang tidak dimengerti
4) Tatanan dari materi penyuluhan
PHBS
b. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal –
hal yang belum
dimengerti dari
materi yang
dijelaskan penyuluh
a. Memberikan a. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang b. Mendengarkan
materi yang sudah penyampaian
disampaikan kesimpulan
penyuluh c. Mendengarkan
b. Menyimpulkan penyuluh menutup
Evaluasi / materi penyuluhan acara dan menjawab
10 Menit
Penutup yang telah salam
disampaikan kepada
sasaran 
c. Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
p. Evaluasi  
9. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan pengertian PHBS dirumah tangga
10.  Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan tujuan PHBS dirumah tangga
11. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan alasan pentingnya PHBS dirumah tangga
12. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan indikator PHBS dirumah tangga

LAMPIRAN MATERI
PHBS di Rumah Tangga
1. Pengertian PHBS

Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


           PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga.


PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat

2. Tujuan PHBS Di Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan


mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain,
setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah tangga dan
manfaat phbs rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan
pola hidup sehat dan anak dpt tumbuh sehat dan tercukupi gizi

3. Mamfaat PHBS dirumah tangga

a. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesejahteraannya dan tidak mudah sakit
karena faktor perilaku mempunyai andil dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (30-35%).
b. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga.
c. Dengan meningkatnya kesehatan rumah tangga, biaya yang tadinya dialokasikan untuk
kesehatan dapat ialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain
yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
d. PHBS merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di bidang kesehatan, yaitu pencapaian 65% rumah tangga sehat pada
tahun 2010 (sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003
tentang kewenangan wajib standar Pelayanan Minimal (KW SPM) bidang kesehatan).

4. Indikator PHBS Rumah Tangga

Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan


memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan
perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di
tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah
tercapainya rumah tangga yang sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan
acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada
tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :

1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.


Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan
ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan
juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
2) Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian
penting dari indikator keberhasilan praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat
rumah tangga.
3) Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat
dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat
menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari
kuman.
5) Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6) Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit
pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7) Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk
tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
8) Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan
gerakan dan keluarnya tenaga.
10) Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi
perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat
menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://promkes.kemkes.go.id/phbs
2. https://pkmtrea.wordpress.com/2013/07/19/materi-penyuluhan-prilaku-bersih-dan-sehat-
phbs/
3. https://desiarianti22.wordpress.com/2014/08/21/sap-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/
4. https://www.kompasiana.com/waodehasnawati92/54f6d5eaa333114e5d8b4a25/perilaku-
hidup-bersih-dan-sehat-phbs-di-rumah-tangga
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. BAHASAN
1.      Topik                           :  Penyuluhan tentang stunting
2.      Sub topik                     :  a. Pengertian stunting
b. Penyebab stunting
c. Cara mencegah stunting
d. Zat gizi mikro yang berperan untuk mencegah stunting
3.      Sasaran                        :  WUS
4.      Waktu                         :  30 menit
5. Hari/Tanggal : Kamis/16 April 2020
5.      Tempat                        :  Posko Pemuda
7.      Penyuluh                     :  Kelompok 49
B.  TUJUAN
13. Tujuan instruksional umum  :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan peserta dapat memahami dan
mengetahui tentang pencegahan stunting pada balita
14. Tujuan instruksional khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta diharapkan mampu:
1. Memahami tentang pengertian stunting
2. Mengetahui penyebab stunting
3. Mengetahui Cara mencegah Stunting
4. Mengetahui Zat gizi Mikro yang berperan untuk mencegah Stunting (Pendek)
q. MATERI :
a. Defenisi Stunting
b. Penyebab Stunting
c. Cara mencegah Stunting
d. Zat gizi Mikro yang berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
r. METODE dan MEDIA
1.  Metode              : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab
2.  Media                : Power Point , Poster
s. KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 MENIT Pembukaan
 Mengucapkan Salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Persepsi  Mengemukakan
 Menjelaskan tujuan penyuluhan pendapat
dan kontrak waktu dan tempat  Mendengarkan dan
memperhatikan

2 15 menit Pelaksanaan
 Melakukan Pretest secara lisan  Mendengarkan dengan
 Menyampaikan materi penuh perhatian
 Memberikan kesempatan kepada  Menanyakan hal-hal
peserta untuk bertanya yang belum jelas
 Menjawab pertanyaan peserta  Menyimak jawaban
 Evaluasi (Postest lisan) dari penyuluh
 Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh
penyuluh

3. 10 menit Penutup
 Bersama peserta menyimpulkan  Bersama-sama
apa yang telah di sampaikan menyimpulkan isi dari
 Memberikan salam untuk penyuluhan
menutup pertemuan  Menjawab salam

t. Evaluasi  
13. Diharapkan peserta dapat menyebutkan pengertian stunting
14.  Diharapkan peserta dapat menyebutkan tujuan penyebab stunting
15. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan cara mencegah stunting
16. Diharapkan masyarakat dapat menyebutkan zat gizi mikro yang berperan dalam
pencegahan stunting

LAMPIRAN MATERI
Stunting

a. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang mejadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (MNC 2009). Stunted adalah tinggi badan
yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan dalam menggapai tinggi badan yang normal dan sehat
sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting didefeinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang
dari minus dua standar deviasi dibawah rata;rata standar atau keadaan dimana tubuh anak
lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Ini adalah indikator
kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa
lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
b. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan Janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
 Riwayat penyakit
c. Cara Mencegah Stunting
1) Mencegah Stunting pada balita
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitive
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi
badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih
bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil
kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini
mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita
usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata ranya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
hamil,artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu
setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 0 bulan (eksklusif) dan
setelah umur 0 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah
dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang
bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan
pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan
balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
2) Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, yaitu:
- Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan -ara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal
90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.

- Pada saat bayi lahir


Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 0 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

- Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun


Mulai usia 0 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
(MPASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.

3) Zat Gizi Mikro yang berperan untuk Menghindari Stunting


a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah
dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri
kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting
untuk mencegah gondok dan kekerdilan. 2ahan makanan sumber yodium :
ikan laut,udang, dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi
kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat
antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

4) Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator

: Audiens

: Presentator

Anda mungkin juga menyukai