Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TERPADU DENGAN

PENDEKATAN KONSEP PEMBELAJARAN DAN KERJASAMA

(Interprofesional Education dan Collaborative Practices)

OLEH :
KELOMPOK 62

1. Azzalia Darma Putri (174210425)


2. Deswitria Tanti (175110495)
3. Diah Febriola (174110356)
4. Iis Rahma Dianti (173210324)
5. Nilam Aziz (173210293)
6. Rifka Fidalia (175110518)
7. Riska Oktaviani (173110266)
8. Savina Maidawati (162110146)
9. Sri Harianisa (162210751)
10. Wahyudi Nopsha Putra (171110037)

POLTEKKES KEMENKES PADANG


TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

KAMI DARI KELOMPOK 62 TELAH MENYELESAIKAN LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN TERPADU POLTEKKES KEMENKES

PADANG DENGAN PENDEKATAN KONSEP PEMBELAJARAN DAN

KERJASAMA (Interprofesional Education dan Collaborative Practices)

DALAM BENTUK KASUS.

Pembimbing I Pembimbing II

(Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa) (NS. Delima, S.Pd, M.Kes)


NIP. 197010201993032002 NIP. 196804181988032001

Mengetahui
Ketua PKL Terpadu

(Kasmiyeti, DCN, M.Biomed)


NIP. 196404271987032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanallahu wa ta’ala, rabb


penguasa alam, rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan
karunia kepada semua makhluk-nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang
yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah
keperawatan anak tentang “STUNTING”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud
tak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari dosen, dan bantuan dari teman
sejawat.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.
Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, April 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................................
1.3 Manfaat.....................................................................................................
1.4 Ruang Lingkup.........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................
2.1 PKL-T IPE-CP.........................................................................................
2.2 Problem Solving Side...............................................................................
2.3 Sunting......................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................
3.1 Analisi Situasi........................................................................................
3.2 Identifikasi dan Prioritas masalah..........................................................
3.3 Analisis penyebab masalah....................................................................
3.4 Penentuan Solusi/Alternatif...................................................................
3.4 Analisis solusi terbaik............................................................................
3.5 Melaksanakan Solusi (POA)..................................................................
BAB VI PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN........................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Identifikasi dan Prioritas masalah.......................................................
Tabel. 2 Analisis penyebab masalah.................................................................
Tabel. 3 Penentuan Solusi/Alternatif................................................................
Tabel. 4 Analisis solusi terbaik.........................................................................
Tabel. 5 Melaksanakan Solusi (POA)..............................................................
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan integrasi dari pembangunan nasional.
Pembangunan kesehatan sangat komplek karena kesehatan terkait dan menyentuh
segala aspek kehidupan manusia seperti demografi, social ekonomi, pendidikan
serta perkembangan fisik dan biologi. Angka kematian bayi yang telah dapat di
tekan, usia harapan hidup yang cenderung meningkat serta angka kematian
semakin berkurang. Status gizi di harapkan tidak terpenuhi sebagai akibat dampak
krisis moneter yang berkepanjangan melanda bangsa Indonesia, angka gizi buruk
yang di laporkan beberapa tempat dengan kategori rawan gizi menjadi tantangan
sendiri dari pemerintahan Tanah Datar walaupun program perbaikan gizi sudah
berjalan dalam beberapa tahun terakhir, namun masalah gizi masih ditemukan
disebagian kecil kabupaten.
Status gizi balita dipengaruhi banyak faktor, baik penyebab langsung
maupun tidak langsung. Penyebab langsung meliputi ketersediaan pangan dalam
hal ini dengan mengetahui pekerjaan dan pendapatan orang tua, pola asuh anak,
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor penyebab
tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan keluarga (Eveine, 2010).
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang (Poltekkes Kemenkes Padang)
merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi kesehatan yang mengarah pada
pendidikan vokasional dan profesional. Tujuan pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Padang yaitu menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan akademik dan keterampilan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan.
Dalam proses belajar mengajar di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang,
salah satu upaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan profesional adalah dengan
melakukan praktek belajar lapangan yang melibatkan kerjasama antar profesi dan
bidang keilmuan pada seluruh program studi di lingkungan Poltekkes Kemenkes

1
Padang. Proses pembelajaran ini dikenal dengan nama Praktek Kerja Lapangan
Terpadu. Pelaksanaan PKL Terpadu dilaksanakan pada semester akhir
pembelajaran dan sudah dirintis sejak tahun akademik 1992 dengan lokasi di
berbagai Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat.
Kegiatan PKL Terpadu merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh
mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya bidang keilmuan program studi di
lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang yaitu Kesehatan Lingkungan,
Keperawatan, Gizi, Kebidanan, dan Keperawatan Gigi. Dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat, serta
memberikan pengalaman bekerja secara tim kepada peserta didik, sejak tahun
ajaran 2018/2019, pelaksanaan PKL Terpadu dipertajam dengan pendekatan
konsep pembelajaran dan kerjasama inter-profesi atau yang lebih dikenal dengan
istilah Interprofesional Education dan Collaborative Practices (IPE-CP). Adopsi
konsep yang dipopulerkan oleh Badan Kesehatan dunia (WHO, 2000) ini
dimaksudkan agar setiap peserta didik dengan latar profesi tertentu, dapat belajar
dari, tentang dan dengan profesi lain dalam membangun kerjasama yang efektif
untuk meningkatkan hasil pelayanan kesehatan yang lebih optimal.
Dengan melakukan aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah
yang dapat dilihat dari berbagai macam perspektif profesi, akan meningkatkan
kesadaran diri tentang keterbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti
pentingya kerja tim profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan
penghargaan antar anggota tim kesehatan. Dari kegiatan ini calon-calon
profesional tahu bagaimana menjadikan pelayanan yang efektif dan efisien yang
berfokus pada kebutuhan pasien. Ketika para peserta didik mampu bekerjasama
secara inter-profesi, mereka akan lebih siap memasuki dunia kerja sebagai bagian
dari tim pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu kunci untuk
mengubah mindset dalam pelayanan kesehatan dari ego profesi masing-masing
menjadi sebuah tim yang kuat dan tergantung satu sama lain dalam pelaksanaan
berbagai upaya program kesehatan.
Dengan adanya kegiatan PKL Terpadu dalam model IPE-CP ini diharapkan
tujuan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Padang dapat tercapai secara maksimal,

2
sehingga outputnya dapat berperan dalam berbagai sektor kesehatan masyarakat,
dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi.
Pelaksanaan PKL terpadu dengan kensep IPE-CP ini merupakan salah satu
ciri khas dan unggulan dalam proses pendidikan di Poltekkes Kemenkes Padang.
Pada tahun ajaran 2019/2020, PKL terpadu dengan kensep IPE-CP dilaksanakan
di Kabupaten Tanah Datar, yaitu Jorong Dahlia Nagari Lubuk Jantan Kecamatan
Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan
tersebut menjadi kelompok sasaran program intervensi kesehatan yang
dilaksanakan secara kerjasama tim inter-profesi.
Stunting adalah masalah gizi yang menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam
jangka waktu yang lama atau kronis.Menurut WHO, stunting adalah kegagalan
untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Stunting didasarkan pada
pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U), dimana nilai Z-score ≤ -2 SD
(standar deviasi). (Ali, 2009)
Stunting merupakan masalah yang harus ditangani karena dapat
meningkatkan risiko kematian pada anak, serta mempengaruhi fisik dan
fungsional dari tubuh anak.Stunting dapat mengakibatkan peningkatan kejadian
kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak
tidak optimal. Selain itu, juga berdampak terhadap kapasitas belajar dan performa
yang kurang optimal saat masa sekolah, produktivitas dan kapasitas kerja yang
tidak optimal.(Kemenkes, 2018)
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017, sekitar 22,2% balita di dunia mengalami
stunting. Lebih dari setengah balita stunting berasal dari Asia yaitu 55%
sedangkan lebih dari sepertiganya berasal dari Afrika yaitu 39%. (Kemenkes,
2018)
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/ South-East Asia Regional (SEAR).
Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4 %.
(Kemenkes, 2018)

3
Berdasarkan data PSG tahun 2017 adapun daerah Sumatera Barat yang
termasuk persentase stunting tinggi yaitu Tanah Datar sebanyak 33,0% , diatas
rata-rata stuntingSumatera Barat 30,6%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Sumatera Barat tahun 2017 Kabupaten Tanah Datar termasuk tertinggi prevalensi
balita Bawah Garis Merah (BMG) sebanyak 2 % dan mempunyai prevalesi gizi
buruk sebanyak 10,05%. Berdasarkan hasil data yang di dapatkan dapat dilihat
bahwa prevalensi status gizi di Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah
tertinggi yang memiliki status gizi rendah.
Melalui diskusi dengan pemerintah daerah dan Organisasi Pemerintah
Daerah (OPD) terkait, pelaksanaan PKL terpadu dengan pendekatan IPE-CP
diharapkan dapat menunjang pencapaian Visi dan Misi Pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Datar, serta ikut menyukseskan program pemerintah bidang
kesehatan, khususnya melalui Pendekatan Keluarga sehat dan Gerakan
Masyarakat Hidup sehat (GERMAS).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk melatih mahasiswa agar lebih mengenal peran dan tanggung jawab
profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan mampu untuk
berkolaborasi dengan baik saat melakukan upaya preventif, promotif dan kuratif
masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memahami etik
pelayanan kesehatan yang melibatkan interdisipliner berbagai profesi
dibidang kesehatan.
b. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam memahami tugas dan
tangsgung jawab masing masing profesi dalam memberikan pelayanan
kesehatan
c. Memberikan pengalaman membangun komunikasi antar profesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
d. Memberikan pengalaman membina kerjasama yang kompeten dalam tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat

4
e. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam meggunakan konsep
problem solving cycle dengan pendekatan praktik kerjasama dan
pendidikan antar profesi, serta membuat penggunaan sumber daya yang
efektif dan efisien
f. Untuk membantu program kesehatan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang komprehensif di wilayah kerja.

1.3 Manfaat untuk Masyarakat, Mahasiswa dan Poltekkes


a. Bagi Masyarakat
1) Dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan masyarakat dalam
bidang kesehatan dan terinovasi untuk bertindak sesuai dengan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2) Dapat meminimalisir permasalahan yang ditemukan masyarakat.
3) Dapat meningkat potensi masyarakat mengenal masalah kesehatannya
sendiri dan merencanakan pemecahannya.
b. Bagi Mahasiswa
1) Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh
dibangku kuliah secara nyata di wilayah lokasi IPE-CP.
2) Mahasiswa dapat pengalaman yang berharga terutama dalam
penyelenggaraan tahap-tahap manajemen selama IPE-CP serta
memperoleh pengetahuan dan sikap serta keterampilan dalam
menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
3) Dapat bekerja sama dengan berbagai bidang profesi, dalam program
maupun lintas sektoral dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan
ditingkat kecamatan Lintau Buo Utara
c. Bagi Poltekkes
Laporan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan PKLT dengan Konsep IPE-CP.

5
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Praktik kerja lapangan terpadu (PKLT) dengan konsep IPE-
CP tahun 2020 ini adalah Warga Jorong Dahlia, Kanagarian Lubuk Jantan,
Kecamatan Lintau Buo Utara, yang terdiri anak, ayah, ibu rumah tangga serta
orang yang tinggal di dalam rumah kontrakan yang membahas permasalahan yang
ada dalam lingkungan keluarga tersebut.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PKL-T IPE-CP


2.1.1 Interprofessional Education( IPE )
a. Definisi IPE
Menurut World Health Organization (2010), IPE didefenisikan sebagai
proses pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan
tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas outcome
pelayanan kesehatan. IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau
lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar
dengan tujuan untuk membina interdisipliner/interaksi interprofessional yang
meningkatkan praktek disiplin masing-masing.(WHO, 2010)
Menurut Cochrane Collaboration, IPE terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa profesi kesehatan yang berbeda melaksanakan pembelajaran
interaktif bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kolaborasi
interprofessional dan meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan pasien.
(Claramita,2012)

b. Tujuan IPE
Secara umum IPE bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk lebih
mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa
akan mampu untuk berkolaborasi dengan baik dalam penanganan masalah
kesehatan, baik di komunitas, keluarga atau individu. Penangaanan masalah
kesehatan secara interprofessional akan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan kepuasan pasien.
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain: 1) meningkatkan pemahaman
interdisipliner dan meningkatkan kerjasama; 2) membina kerjasama yang
kompeten; 3) membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien; 4)
meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang komprehensif.
WHO (2010) juga menekankan pentingnya penerapan kurikulum IPE dalam
meningkatkan outcome pelayanan kesehatan.(Mitchell, 2010)

7
c. Domain IPE
Terdapat 4 domain dalam IPE, yaitu norma/nilai etik dalam profesi,
peran dan tanggung jawab masing-masing profesi, komunikasi antar profesi
dan kerjasama tim. Kompetensi value dan etik antar profesi adalah bekerja
bersama dengan profesi lain untuk mempertahankan iklim saling
menghargai dan berbagi nilai serta etik Kompetensi value dan etik antar
profesi adalah bekerja bersama dengan profesi lain untuk mempertahankan
iklim saling menghargai dan berbagi nilai serta etik bersama. Kompetensi
peran dan tanggung jawab adalah: menggunakan pengetahuan tentang peran
profesi sendiri dan peran profesi lain di dalam tim untuk mengkaji dan
memberikan pelayanan yang tepat kepada klien dan populasi. Kompetensi
komunikasi antar profesi adalah: berkomunikasi dengan klien, keluarga
klien, komunitas, dan profesi kesehatan lain dengan cara yang tepat dan
bertanggung jawab untuk mendukung tim Kompetensi untuk bekerja di
dalam tim adalah: mengaplikasikan nilai-nilai membangun kelompok dan
membangun prinsip dinamika kelompok untuk melaksanakan fungsi tim
secara efektif. (Mitchell, 2010)

d. Aplikasi Konsep Kurikulum IPE.


Kurikulum IPE tidak dapat dipisahkan dari bagian kolaborasi
interprofesional. Terhadap praktik kolaborasi Kompetensi tersebut meliputi
pengetahuan, sklill, attitute dan perilaku terhadap kolaborasi interprofesi.
Hal tersebut akan membuat tenaga kesehatan lebih mengutamakan
bekerjasama dalam melakukan perawatan pada pasien.(Mitchell, 2010)

e. Metode Pembelajaran IPE


1) Kuliah klasikal
IPE dapat diterapkan pada mahasiswa menggunakan metode
pembelajaran berupa kuliah klasikal. Setting perkuliahan melibatkan
beberapa pengajar dari berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan
melibatkan mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan. Kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan.

8
Kuliah dapat berupa sharing keilmuan terhadap suatu masalah atau
materi yang sedang dibahas.

2) Kuliah Tutorial (PBL)


Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan diskusi kelompok
kecil yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi
kesehatan. Mereka membahas suatu masalah suatu masalah dan mencoba
mengindentifikasi dan mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi.
Modul yang digunakan adalah modul terintegrasi. Dosen berupa team
teaching dari berbagai profesi dan bertugas sebagai fasilitator dalam
diskusi tersebut.

3) Kuliah Skills Laboratorium


Skills Laboratorium merupakan metode yang baik bagi IPE karena
dapat mensimulasikan bagaimana penerapan IPE secara lebih nyata.
Dalam pembelajaran skills laboratorium, mahasiswa dapat
mempraktekkan cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai
profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien.(Wagner,
2011)

4) Kuliah Profesi/Klinis-Lapangan
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang dilakukan di rumah
sakit dan di komunitas. Pada pendidikan profesi mahasiswa dihadapkan
pada situasi nyata di lapangan untuk memberikan pelayanan kepada
pasien nyata. Melalui pendidikan profesi, mahasiswa dapat dilatih untuk
berkolaborasi dengan mahasiswa profesi lain dalam
kurikulum IPE.(Reeves, 2011)

9
2.2 Problem Solving Cycle
2.2.1 Definisi
Problem solving cycle adalah proses mental yang melibatkan penemuan
masalah, analisis dan pemecahan masalah, tujuan utama nya adalah untuk
mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Problem solving
cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah-langkah berkesinambungan
yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara pesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan
alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana
kegiatan serta mengevaluasi rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil
kegiatan.(Reed,2000)
Langkah- langkah dalam problem solving cycleyaitu :(Reed,2000)
a. Analisis Situasi
Tujuan :
1) Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik
2) Mempermudah penentuan prioritas masalah
3) Mempermudah alternatif pemecahan masalah
Analisis situasi meliputi masalah kesehatan dan faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan tersebut, HL Blum telah menggambarkan
suatu kerangka konsep tentang hubungan antar faktor-faktor yang
memengaruhi derajat kesehatan yaitu sebagi berikut:

Konsep HL Blum

Genetika

Lingkunga Status
Kesehatan Pelayanan
nn Kesehatan

Perilaku

10
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang
akan di hadapi, analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat
kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur
penduduk, menurut tempat dan waktu, pendekatan yang dingunakan adalah
pendekatan secara epidemologis. Ukuran yang digunakan adalah mortalitas
dan morbiditas.
1) Analisis pelayanan kesehatan
Upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif. Analisis ini menghasilkan data atau informasi tentang input,
proses, out put an dampak dari pelayanan kesehatan. Input meliputi aspek
ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan prasarana kesehatan, proses
meliputi pengorganisasian, koordinasi dan supervisi. Sementara out put
meliputi cakupan pelayanan dan pemanfaata pelayanan kesehatan.

2) Analisis perilaku kesehatan


Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya
kesehatan. Dapat menggunakan teori pengetahua, sikap praktik atau
health belief model atau teori lainnya. Analisi ini meliputi pemberian
pelayanan kesehatan, pola pencarian pelayanan kesehatan, penanganan
penyakit, peran serta masyarakat atau ukbm, dan kesehatan ibu dan anak

3) Analisis lingkungan
Analisi ini meliputi analisi lingkungan fisik, biologis, dan social.
Analisis lingkungsn fisik meliputi penyediaan air bersih, keadaan rumah
dan pekarangan (ventilasi, lantai, pencahayaan, dll), penanganan limbah
rumah tangga an limbah industry. Analisis bilogis menggambarkan vektor
penyakit dan sebagainya. Analisis sosial budaya menggambarkan gotong
royong dalam penanganan masalah kesehatan.

11
b. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan, yaitu antara harapan dan kenyataan.
Cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas
menyatakan adanya kesenjangan, kesenjangan tersebut dikemukakan secara
kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Penentuan masalah dapat dengan
membandingkan dengan yang lain, memonitor tanda-tanda kelemahan,
membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian
sebelumnya, cheklist, brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan.
(Reed,2000)

c. Penentuan Prioritas Masalah


Proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting
hingga kurang penting. Penentuan prioritas masalah dapat menggunakan
metode delbeg, metode hanlon, metode delphi, metode USG, metode
pembobotan dan metode dengan rumus.(Reed,2000)
Langkah penentuan prioritas masalah terdiri dari :
1) Menetapkan kriteria
2) Memberikan bobot masalah
3) Menentukan skor setiap masalah

d. Alternatif Solusi
Alternatif solusi dapat kita ketahui melalui metode brainstorming,
metode ini merupakan teknik mengembangkan ide dalam waktu yang singkat
yang dingunakan untuk mengenali adanya masalah, baik yang telah terjadi
maupun potensial terjadi, menyusun daftar masalah, menyusun alternatif
pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk monitoring, mengembangkan
kreativitas dan menggambarkan aspek-aspek yang perlu di analisis dari suatu
pokok bahasan(Reed,2000)

e. Pelaksanaan Solusi Terpilih


Untuk mencari solusi terpilih kita dapat menggunakan dua cara yaitu :
skoring dan non skoring. Pada skoring dilakukan dengan memberikan nilai
terhadap beberapa alternatif solusi yang menggunakan ukuran (parameter),

12
pada teknik non skoring alternatif solusi di dapatkan melalui diskusi
kelompok sehingga teknik ini disebut juga nominal group technique (NGT).
(Reed,2000)
1) Parameter skoring
a) Realistis
b) Dapat di kelola
c) Teknologi yang tersedia dalam melaksanakan solusi
d) Sumber daya yang tersedia yang dapat dingunakan untuk
melaksanakan solusi

2) Skoring
Masing-masing dari permasalahan diberi nilai berdasarkan justifikasi,
bila alternative solusi tersebut realistis diberi nilai 5 paling tinggi dan bila
kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan, alternatif
solusi yang memperoleh nilai tertinggi maka itu yang akan menjadi
prioritas masalah, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua maka itu
prioritas selanjutnya begitu juga selanjutnya.

3) Teknik Non Skoring


a. Delphi Technique
Solusi diskusi didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama, melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan solusi paling mungkin bagi pemecahan masalah yang
disepakati secara bersama

b. Delbeq Technique
Mendapatkan solusi paling mungkin akan teapi kelompok yang ikut
diskusi merupakan peserta dengan bidang keahlian yang berbeda, maka
sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai presepsi yang
sama terhadap alternatif solusi terhadap masalah yang akan dibahas.
Hasil diskusi ini adalah solusi paling mungkin bagi pemecahan masalah
yang di sepakati bersama.

13
Langkah-langkah implementasi solusi :
1) Menyusun POA
2) Efektivitas
3) Efisiensi
4) Produktifitas

f. Evaluasi Solusi yang Dilaksanakan


1) Hasil yang dicapai sesuai dengan rencana
2) Terdapat kesenjangan antara berbagai ketetapan dalam rencana
dengan hasil yang dicapai (tidak semua masalah dapat teratasi)
3) Hasil yang dicapai lebih dari yang di harapkan, artinya masalah lain
ikut terpecahkan

2.3 Stunting
2.3.1 Definisi
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bagi bayi dibawah
lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru
Nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting yang dialami anak dapat
disebabkan oleh tidak terpaparkan periode 1000 hari pertama kehidupan
mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik,
kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.(Wahida & Bawon,
2019)

2.3.2 Tanda Stunting


Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badak yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan digunakan sebagai indicator jangka panjang.(Wahida & Bawon, 2019)

14
2.3.3 Penyebab Stunting
Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan
peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Factor
gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami IUGR,
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mangalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Anak–anak yang mengalami hambatan dan
pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan
penyakit infeksi yang berulang, sehingga meningkatkan kekurangan gizi pada
anak. (Wahida & Bawon, 2019)

2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting


Faktor resiko stunting yaitu(Wahida & Bawon, 2019) :
a. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat–syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini
berlangsung disekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah pendidikan yang didapatkan
seseorang dari pengalaman sehari–hari baik secara sadar maupun tidak sadar
sepanjang hayat.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara
pemilihan bahan makanan dalam hal kualitas dan kuantitas. Pendidikan
orang tua terutama ayah memiliki hubungan timbale balik dengan pekerjaan.

b. Pekerjaan Orang Tua


Pekerjaan orang tua mempunyai andil yang besar dalam masalah gizi.
Pekerjaan orang tua berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang
mempengaruhi daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan tang
terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan
makanannya secara kualitas dan kuantitas.

15
c. Tinggi Badan Orang Tua
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki.
Parameter ini merupakan parameter yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal dan tidak sensitive untuk mendeteksi permasalah gizi
pada waktu yang singkat. Pengukuran tinggi badan sebagai parameter tinggi
badan mempunyai banyak kegunaan, yaitu dalam penilaian status gizi,
penentuan kebutuhan energy basal, perhitungan dosis obat, dan prediksi dari
fungsi fisiologis seperti volume paru, kekuatan otot, dan kecepatan filtrasi
Glomerulus.

d. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis. Status gizi merupakan gambaran
terhadap ketiga indicator, yakni berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
terjadi akibat factor langsung dan tidak langsung, maka berdasarkan hasil
riset tersebut menggunakan data sekunder.
Status gizi adalah tanda–tanda atau penampilan yang disebabkan oleh
keseimbangan antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran energy
dipihak lain yang terlihat melalui indicator berat badan dan tinggi badan.
Gambaran gizi adalah keadaan kesehatan seseorang sebagai gambaran
konsumsi zat makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh.

2.3.5 Dampak Stunting


Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegasi (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekola. Anak
yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek
saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban Negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proposional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya. (Wahida & Bawon, 2019)

16
Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis. Anak–
anak yang mengalami yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat
lemah secara fisik. Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka
waktu yang lama atau kronis, terutama yang terjadi sebelum usia 2 tahun,
akan terhambat pertumbuhan fisiknya seingga menjadi pendek. (Wahida &
Bawon, 2019)
a. Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat
Banyak penelitian menunjukkan anak yang tumbuh dengan stunting
mengalami masalah perkembangan kognitif dan psikomotor. Jika proporsi
anak yang mengalami kurang gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam
suatu Negara, maka kan berdampak pula pada proporsi kualitas sumber
daya manusia yang akan dihasilkan.

b. Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga


Anak–anak yang tumbuh dan berkembang tidak proposional hari ini,
pada umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual dibawah
rata-rata dibandingkan dengan anak yang tumbuh dengan baik.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Analisa Situasi
Seorang anak bernama S, jenis kelamin perempuan berobat ke Puskesmas
dengan keluhan batuk, demam dan kurang nafsu makan. Anak S berusia 20 bulan,
anak ke ketiga dari tiga bersaudara. Kakaknya berusia 5,5 tahun dan 40 bulan.
Anak S tinggal bersama keluarganya di rumah kontrakan dengan 2 Kamar dengan
ukuran 3m x 3m dekat kota kecamatan. Ayahnya seorang sopir perokok berusia
28 tahun dan ibunya seorang ibu rumah tangga usia 24 tahun dengan Pendidikan
sama tamat SMP. Hasil pengukuran di Puskesmas diketahui BB: 9,2 PB: 72,8 cm.
Anak ini tidak diberi ASI eklusif (ASI hanya sampai usia 4 bulan) dilanjutkan
dengan MP-ASI pisang, nasi pisang dan bubur. Umur 9 bulan diberikan bubur
campur. Riwayat medis anak menderita Bronco Pneumoni pada usia 16
bulan.Kontrakan terdiri dari 4 KK dengan 2 Kamar Mandi dan jamban digunakan
bersama dan Air Bersih dari Perpipaan, terlihat kotor karena aliran limbah tidak
mengalir dan sampah berserakan.

3.2 Identifikasi dan Prioritas Masalah


Tabel 1.
Identifikasi Masalah

Masalah Kesehatan/Diagnosa
No Penyebab (Etiologi)
Komunitas
1 Stunting - Status gizi ibu saat hamil KEK
- Tidak ASI-Eksklusif
- Asupan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama
- Pemberian MP-ASI tidak sesuai
dengan usia anak.
- Pola Asuh yang tidak tepat
- Buruknya perilaku hiegenitas
pribadi dan lingkungan
- Adanya penyakit bawaan
- Pendidikan orang tua yang rendah
- Ekonomi keluarga yang kurang

18
- Kurangnya pengetahuan praktis
tentang kebersihan, kesehatan dan
gizi
- Kurang nya Pengetahuan kepala
keluraga tentang perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), sehingga
kepala kelurga melakukan masih
kebiasaan merokok.
- Tidak membersikan jamban
- Tidak membuat aliran air limbah,
Tidak melakukan perilaku
sehingga air limbah tergenang
2 hidupbersih dan sehat (PHBS) di
- Membiarkan lingkungan kotor
lingkungan keluarga
sehingga terdapat sampah
berserakan karna tidak mempunyai
tempat sampah
- Anggota keluarga terlalu ramai di
dalam satu rumah
- Kamar yang tidak memadai
3 Rumah tidak sehat - Jamban yang tidak cukup untuk
kebutuhan keluarga
- 3. Ukuran kamar yang kecil 3m x
3m
- Orang tua An. S kurang
pengetahuan tentang masalah
kesehatan dan gizi untuk anak
- Jarak anak terlalu dekat
- Pembuangan limbah dan sampah
kotor yang tidak sesuai tempatnya
Defisit pengetahuan orang tua tetang
4 - Dua kamar mandi jamban untuk
Bronkopneumonia
bersama dalam 4 KK
- Kepadatan penduduk di dalam
ruangan tempat tinggal
- Orang tua an.S seorang perokok
- Pola asuh keluarga yang tidak
sesuai
5 Defisit nutrisi - An.S kurang nafsu makan
- BB : 9,2 Kg
- An.S tidak mendapatkan ASI
eklusif dengan benar
- Orang tua memberikan MP-ASI
terlalu dini

19
- Pemberian MP-ASI yang tidak
sesuai dengan gizi
- Status perekonomian keluarga yang
tidak baik
- Ibu yang tidak memakai alat
kontrasepsi
- Pengetahuan ibu yang terbatas
6 Jarak kelahiran yang terlalu dekat mengenai alat kontrasepsi
- Pendidikan ibu yang rendah
- Adanya larangan dari suami untuk
memakai alat kontrasepsi
- Pengetahuan ibu yang kurang
tentang ASI eksklusif
- Pendidikan ibu yang rendah
- Kurangnya dukungan keluarga
7 Tidak ASI eksklusif
terhadap ibu untuk memberikan ASI
eksklusif
- Psikologis ibu terganggu karena
menikah diusia yang terlalu muda
8

Masalah
Kesehatan Gigi
dan Mulut
(Gingivitis dan
Karies

Defisit - Rendahnya tingkat pendidikan


Ayah pengetahuan orangtua
tentang - Perilaku merokok
kebersihan gigi - Cara menjaga kebersihan gigi dan
dan mulut mulut yang salah

- Rendahnya tingkat pendidikan


Ibu Defisit
orang tua
pengetahuan
(Masa - Gingivitis (radang gusi) pada ibu
tentang
Kehamilan) hamil
kebersihan gigi
- Defisiensi tablet kalsium akibat
dan mulut dan
kurangnya pengetahuan ibu hamil
nutrisi
- Cara menjaga kebersihan gigi dan

20
mulut yang salah

- Rendah nya tingkat pendidikan


orang tua
Defisit
- Cara menjaga kebersihan gigi dan
pengetahuan
mulut yang salah
orang tua tentang
Setelah kebersihan gigi
melahirkan dan mulut

- Rendahnya tingkat pendidikan orang


Anak Defisit
tua
pengetahuan
- Kurangnya pengetahuan orang tua
orang tua tentang
mengenai kesehatan dan kebersihan
kebersihan gigi
gigi dan mulut
dan mulut pada
- Rendahnya tingkat kemauan anak
anak
untuk membersihkan gigi dan mulut

- Kurangnya pengetahuan tentang


hygiene dalam keluarga
Pada keluarga Defisit Data:
pengetahuan a. Rendahnya tingkat pendidikan
tentang menjaga orang tua
kebersihan b. Kesalahan dalam personal
hygiene(cuci tangan, mandi, gosok
gigi)
c. Perilaku merokok

21
Tabel 2.
Prioritas Masalah
Masalah
No A B C D E F G H I J Total Prioritas
Kesehatan
1.
Stunting 3 3 3 4 5 4 4 3 3 3 35 I
2. Defisit
4 4 2 3 2 2 3 2 2 2 26 VI
pengetahuan
3.
Defisit nutrisi 4 4 2 3 2 2 3 2 1 2 25 VIII
4. Tidak melakukan
perilaku
hidupbersih dan
5 4 2 3 4 2 3 2 2 2 29 III
sehat (PHBS) di
lingkungan
keluarga
5. Rumah tidak
5 3 2 2 2 3 2 2 3 2 26 VII
sehat
6. Tidak ASI
4 4 4 3 3 3 3 3 1 3 31 II
eksklusif
7. Jarak anak yang
3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 28 V
terlalu dekat
8. Masalah 4 3 4 2 4 2 3 2 2 3 29 IV
Kesehatan Gigi
dan Mulut
(Gingivitis dan
Karies)

KETERANGAN

Pembobotan :
1. Sangat Rendah A = Risiko Terjadi F = Tempat
2. Rendah B = Risiko Keparahan G = Waktu
3. Cukup C = Potensial untuk Pendidikan H = Fasilitas
4. Tinggi Kesehatan Kesehatan
5. Sangat Tinggi D = Minat Masyarakat I = Dana
E = Sesuai dengan program Pemerintah J = Sumber Daya

22
3.3 Analisis Penyebab Masalah
Tabel 3.
Analisa Penyebab Masalah
N DATA Masalah
Penyebab (Etiologi)
O Kesehatan
1. Data Primer : Stunting a. Asupan anak S yang
a. BB : 9.2 kg, PB : 72.8 tidak mencukupi
cm, umur 20 bulan. b. Adanya penyakit
Status Gizi, sbb: infeksi (Bronco
1. BB/U : -2 SD s/d Pneumonia)
-1 SD (Gizi Baik) c. Anak S hanya
2. PB/U : < -3SD mendapatkan ASI-
(Sangat Eksklusif sampai
Pendek/Stunting) usia 4 bulan saja.
3. TB/BB : Median
d. Pemberian MP-ASI
s/d +1 SD
tidak sesuai dengan
(Normal)
usia anak (umur 4
b. Hasil SQ-FFQ
bulan sudah
(Asupan anak 1 bulan
mendapatkan MP-
terakhir), yaitu:
ASI)
1. Energi : 65 %
e. Kurangnya
(Kurang)
pengetahuan orang
2. Protein : 70 %
tua mengenai
(Kurang)
makanan seimbang
3. Lemak : 75 %
untuk balita
(Kurang)
f. Sanitasi keluarga dan
4. Karbohidrat : 72 %
lingkungan yang
(Kurang)
buruk
c. Penyakit bawaan
Bronco Pneumonia g. Kebudayaan makan
(saat umur 16 bulan) yang tidak tepat
d. Batuk, demam, dan h. Pendidikan orang tua
anorexia. yang rendah
e. ASI-Eksklusif hanya i. Ekonomi keluarga
sampai umur 4 bulan yang kurang
f. MP-ASI sudah dari
umur 4 bulan
g. Budaya makan
keluarga, yaitu
mendahulukan kepala

23
keluarga mengambil
lauk pauk, sehingga
anak mendapatkan
sisa saja.
h. Mempunyai dua
saudara yang jarak
umurnya berdekatan
i. Tinggal dirumah
kontrakan yang kecil
(3x3m) dengan
sampah yang
berserakan dan aliran
limbah yang tidak
mengalir.
j. Ayah merokok
k. Ayah seorang sopir
dan ibu seorang ibu
rumah tangga
l. Kedua orang tua
tamatan SMP

Data Sekunder
a. Prevalensi stunting di
Indonesia berdasarkan
Riskesdas tahun 2018
yaitu 23.6 %.
b. Prevalensi stunting
Sumatera Barat yaitu
30 %

2 Data Primer : Tidak melakukan a. Kurang nya


a. Penyakit Pada anak perilaku hidup Pengetahuan kepala
1. Batuk bersih dan sehat keluraga tentang
2. Deman, dan (PHBS) di perilaku hidup bersih
3. Kurang nafsu makan lingkungan dan sehat (PHBS),
b. Perilaku kepala keluar keluarga sehingga kepala
ga kelurga melakukan
1. Ayah seorang peroko masih kebiasaan
k aktif merokok.
c. Lingkungan b. Tidak membersikan
1. Jamban keluarga yan jamban
g kotor c. Tidak membuat aliran

24
2. Aliran air limbah ter air limbah, sehingga air
genang limbah tergenang
3. Sampah berserakan b. Membiarkan
lingkungan kotor
Data Sekunder : sehingga terdapat
a. Berdasarkan data sampah berserakan
Susenas (survey social karna tidak mempunyai
ekonomi nasional) tempat sampah
tahun 2007
menyebutkan bahwa
sekitar 3% anak-anak
mulai merokok sejak
kurang dari usia 10
tahun. Persentase
orang merokok
tertinggi (64%) berada
pada kelompok usia
remaja (10-19 tahun) .
Dansebagian besar
(82%) penduduk yang
berusia 10 tahun ke
atas kurang
melakukan aktivitas
fisik, dengan kategori
(73%) kurang
bergerak dan (9%)
tidak terbiasa
melakuka aktifitas
fisik.
b. Target nasional
intitusi pendidikan
yang melaksanakan
PHBS adalah 70%
ditahun 2014. Data
dari Laporan Tahunan
Tahun 2011
Dinaskesehatan
Kabupaten Karimun,
sekolah yang telah
melaksanakan PHBS
hanya 22,5% dengan
target 65%.

25
Rendahnya cakupan
ini berdampak juga
terhadap tingginya
angka kesakitan
yangberhubungan
dengan penyakit yang
berorientasi
lingkungan dan
perilaku.
3 Data Primer : Rumah tidak sehat a. Anggota keluarga
a. Dalam satu rumah terlalu ramai di dalam
terdapat 4kk yang satu rumah
berbeda b. Kamar yang tidak
b. Terdapat 2 kamar memadai
dalam satu rumah, c. Jamban yang tidak
sedangkan dalam cukup untuk
rumah tinggal 4 kk kebutuhan keluarga
c. Ukuran kamar yang d. Ukuran kamar yang
kecil 3m x 3m kecil 3m x 3m
d. Dekat dengan kota
kemacetan

Data Sekunder :
a. Pencapaian rumah
sehat di Indonesia
sebesar68,69%.Pencap
aian tertinggi rumah
sehat terdapat di
Provinsi Nusa
Tenggara Baratsebesar
98,99%Malukusebesar
96,54%dan Bali
sebesar 85,11%.
Capaian terendah
rumah sehat terdapat
di Sulawesi Tenggara
sebesar
18,35%Kalimantan
Tengah sebesar
35,1%dan
KalimantanSelatan
sebesar 43%.

26
Sedangkan capaian
rumah sehat di Jawa
Tengah sebesar
65,70% (DepkesRI,
2012)
b. Pada tahun
2013rumah yang
diperiksa di
KabupatenSukoharjo
sebesar 16,28% dan
yang memenuhi syarat
rumah sehat sebesar
80,44%.Pencapaian
rumah sehat pada
wilayah Kabupaten
Sukoharjo di
Kecamatan Grogol
sebesar
94,7%Kecamatan
Bendosari sebesar
92,6%Kecamatan
Kartasura 90,2 %
Kecamatan Polokarto
sebesar
87,9%Kecamatan
Mojolaban sebesar
87,4%dan Kecamatan
Baki sebesar 86,9%
(DinasKesehatan
Bidang P2PL
Kabupaten Sukoharjo,
2013).
4 Data Primer : Defisit a. Virus, bakteri
a. Status pendidikan pengetahuan orang b. Udara yang tidak
yang rendah pada tua tentang sehat (pembakaran
orang tua AN. S yaitu Bronkopneumonia sampah, asap rokok)
kedua orang tua c. Sirkulasi udara yang
tamatan SMP tidak baik dalam
b. Ibu memberikan ASI rumah.
Ekslusif hanya sampai
umur 4 bulan dan
terlalu dini dalam

27
pemberian MP-ASI
dengan menu pisang,
nasi pisang dan bubur.
c. Kebiasaan merokok
pada ayah An. S
d. Keluarga tinggal
dikontrakan teridiri
dari 4 KK dengan 2
kamar tidur ukuran
3×3 dan 2 kamar
mandi dan jamban
yang digunakan
bersamaan dan air
bersih dari perpipaan
e. Perilaku hidup sehat
dan bersih
(PHBS ) yang kurang
pada keluarga yaitu
aliran limbah tidak
mengalir sehingga
terlihat kotor dan
sampah berserakan.
f. An. S mempunyai
riwayat
Bronkopneumonia
pada usia 16 bulan.

Data Sekunder :
a. Kurangnya
pencahayaan alami
yang masuk kedalam
rumah melalui jendela
atau ventilasi.
b. Kelembaban udara
kurang dari 40%
karena kurangnya
udara yang masuk
melalui jendela atau
ventilasi.
c. WHO (2018), proporsi
kematian balita di
dunia karena penyakit

28
saluran pernafasan
sebesar 19-26%.
Bronkopneumonia
penyebab kematian
balita di dunia sekitar
1,6 – 2,2 juta balita
dengan kontribusi
19%.

5 Data Primer : Defisit nutrisi pada a. Tubuh terinfeksi


a. An. S mengalami An. S menyebabkan selera
demam dan batuk akan berkurang
b. An. S Kurang nafsu b. Pola asuh yang salah
makan dengan berat c. Budaya masyarakat
badan sekarang 9,2 kg d. Ketersedian panagan
c. Pemberian ASI yang kurang sehingga
ekslusif sampai 4 anak tidak tertarik
bulan pada makanannya
d. MP-ASI sudah dari 4 e. Asupan gizi yang
bulan dengan menu kurang dalam waktu
pisang, nasi pisang yang lama
Dan bubur f. Kejadian infeksi yang
berulang
Data Sekunder :
a. Status nutrisi dari
kategori BB/PP berada
batas normal yaitu -2
SD sampai dengan 2
SD
b. An. S termasuk
kedalam kategori
stunting dengan PB
72,8 cm
6 Data Primer : Jarak kelahiran a. Pengetahuan ibu yang
a. Suami berusia 28 yang terlalu dekat terbatas mengenai alat
tahun dan kontrasepsi
Istri berusia 24 tahun
b. Pendidikan ibu yang
sudah
Mempunyai 3 orang rendah
anak c. Adanya larangan dari
b. Suami dan istri sama- suami untuk memakai
sama tamatan smp alat kontrasepsi
c. Jarak anak kedua dan d. Ibu takut terhadap

29
ketiga hanya 20 bulan efek samping
d. Ibu tidak memakai pemakaian alat
alat kontrasepsi kontrasepsi

Data Sekunder :
a. Dari sdki 2012 peserta
kb di sumatera barat
50,2%

7 Data Primer : Tidak ASI a. Pengetahuan ibu yang


a. Anak berusia 20 bulan eksklusif kurang tentang ASI
mempunyai BB 9,2 eksklusif
dan PB 72,8 cm b. Pendidikan ibu yang
rendah
b. Anak diberikan ASI
c. Kurangnya dukungan
sampai 4 bulan keluarga terhadap ibu
c. Anak batuk, deman untuk memberikan
dan kurang nafsu ASI eksklusif
makan, d. Psikologis ibu
d. Anak mempunyai terganggu karena
riwayat penyakit menikah diusia yang
terlalu muda
Bronco Pneumoni
e. Umur 4 bulan anak
sudah diberikan MP-
ASI pisang, nasi
pisang dan bubur
f. Suami dan istri sama-
sama tamatan SMP
g. Ibu menikah diusia 17
-18 tahun
h. Ibu gampang terkena
stress
i. Terjadi kekerasan di
rumah tangga

Data Sekunder
a. Cakupan ASI eksklusi
di Sumatera Barat
tahun 2015 belum
mencapai target
nasional yaitu 72,1%
dengan target 83%
b. Penelitian longitudinal

30
di Kenya dan Guinea-
bissau melaporkan
bahwa menyusui
sampai usia lebih dari
12 bulan berhubungan
dengan kecepatan
pertambahan panjang
badan.
c. Menurut data BKKBN
25% pernikahan dini
terjadi di Indonesia.
d. Indonesia menempati
peringkat 37 dengan
jumlah pernikahan
dini tertinggi di dunia
dan peringkat 2 di
Asia Tenggara

8 Data Primer :

a. Rendahnya tingkat Masalah a. Rendahnya tingkat


pendidikan pada Kesehatan Gigi pendidikan orang tua
orangtua dan Mulut b. gigi dan mulut yang
b. Kurang nya (Gingivitis dan salah
pengetahuan orang tua Karies
terhadap kesehatan
gigi dan mulut
c. Pada saat hamil ibu
mengalami gingivitis
d. Defisiensi tablet
kalsium akibat
kurangnya
pengetahuan ibu hamil
e. Cara menjaga
kebersihan gigi dan
mulut yang salah
f. Terdapat lubang gigi
pada anak
g. Rendahnya tingkat
kemauan anak untuk
membersihkan gigi
dan mulut

31
Data Sekunder : - Gingivitis (radang
a. Prevelensi terjadi karies gusi) pada ibu hamil
atau lubang gigi aktif di - Defisiensi tablet
Indonesia masih tinggi kalsium akibat
yaitu 53,2%. kurangnya
b. Pada hasil Riset pengetahuan ibu
kesehatan dasar hamil
(Riskesdas) tahun 2018 - Cara menjaga
mencatat proporsi kebersihan gigi dan
masalah gigi dan mulut mulut yang salah
sebesar 57,6%
c. dan yang mendapatkan
pelayanan dari tenga
medis gigi
sebesar10,2%, d.adapun
proporsi perilaku
menyikat gigi dengan
benar sebesar 2,8%.

Rendahnya tingkat
kemauan anak untuk
membersihkan gigi dan
mulut

1. Kurangnya
pengetahuan tentang
hygiene dalam
keluarga
Data:
a. Rendahnya tingkat
pendidikan orang
tua
b. Kesalahan dalam
personal
hygiene(cuci
tangan, mandi,
gosok gigi)
c. Perilaku merokok

32
3.4 Penentuan Solusi / Alternatif
Tabel 4.
Penentuan Solusi / Alternatif
No Masalah Kesehatan RencanaIntervensi
1. Stunting a. Memberikan edukasi mengenai
stunting kepada ibu balita
b. Konsultasi tentang tumbuh
kembang anak
c. Memberikan edukasi tentang
pentingnya konsumsi makanan
bergizi seimbang
d. Konsultasi tentang MP-ASI yang
baik dan benar sesuai umur anak
e. Penyuluhan tentang pentingnya
imunisasi lengkap untuk mencegah
penyakit infeksi bagi balita
f. Demontrasi penyiapan menu
seimbang
g. Penyuluhan tentang pola asuh yang
baik
h. Penyuluhan tentang pemilihan
bahan makanan yang bergizi dan
ekonomis
i. Memberikan penyuluhan kepada
keluarga mengenai PHBS
2. Tidak melakukan perilaku a. Kurang nya Pengetahuan tentang
hidupbersih dan sehat (PHBS) perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan keluarga (PHBS)
b. Tidak membersihkan jamban
Data yang di perolah dari c. Tidak membuat aliran air limbah
kasus : d. Tidak memiliki tempat sampah
a. Perilaku ayah e. Tidak menerapkan Perilaku hidup
- Ayah seorang perokok aktif bersih dan sehat (PHBS) secara
b. lingkungan tidak langsung bisa menyebabkan
- Jamban keluarga yang koto terjadinya stunting
r
- Aliran air limbah tergenan
g
- Sampah berserakan
3. Rumah tidak sehat a. Anggota keluarga terlalu ramai di
dalam satu rumah

33
Data yang di perolah dari b. Kamar tidur yang tidak memdai
kasus : c. Jamban yang tidak cukup untuk
a. Dalam satu rumah terdapat keperluan keluarga
4kk yang berbeda d. Ukuran kamar yang kecil 3m x 3m
b. Terdapat 2 kamar dalam satu e. Rumah dekat dengan kota
rumah, sedangkan dalam kemacetan
rumah tinggal 4 kk
c. ukuran kamar yang kecil 3m
x 3m
d. dekat dengan kota kemacetan
4. Defisit pengetahuan orang tua a. Penyuluhan tentang pengertian
tentang bronkopneumonia Broncopneumonia
b. Penyuluhan tentang etiologi
(penyebab) Broncopneumonia
c. Penyuluhan tentang patofisiologi
(perjalanan penyakit)
Broncopneumonia
d. Penyuluhan tentang faktor pemicu
Broncopneumonia
e. Penyuluhan tentang tanda dan gejala
Broncopneumonia
f. Penyuluhan tentang klasifikasi
Broncopneumonia
g. Penyuluhan tentang komplikasi
Broncopneumonia
h. Penyuluhan tentang pencegahan
Broncopneumonia
i. Penyuluhan tentang
penatalaksanaan medis dan
keperawatan anak dengan
Broncopneumonia
j. Penyuluhan tentang cara
pertolongan pertama pada anak
Broncopneumonia
k. Penyuluhan dan demonstrasi
perawatan anak Broncopneumonia
di rumah
5 Jarak kelahiran yang terlalu a. Ibu yang tidak memakai alat
dekat kontrasepsi
b. Pengetahuan ibu yang terbatas
mengenai alat kontrasepsi
c. Pendidikan ibu yang rendah

34
d. Adanya larangan dari suami untuk
memakai alat kontrasepsi
e. Ibu tidak mengetahui resiko jika
tidak menggunakan alat kontrasepsi
pada ibu serta anak
f. Kurangnya pendapatan ekonomi
keluarga ibu sehingga ibu tidak KB
6 Tidak ASI eksklusif a. Pengetahuan ibu yang kurang
tentang ASI eksklusif
b. Pendidikan ibu yang rendah
c. Kurangnya informasi yang di
dapatkan ibu tentang ASI ekslusif
d. Kurangnya dukungan keluarga dan
orang sekitar ibu dalam pemberian
ASI ekslusif
e. Kurang peran serta suami dalam
mendukung ibu untuk memberikan
ASI ekslusif
f. Psikologis ibu terganggu karena
menikah diusia yang terlalu muda
g. Faktor psikologis ibu merasa dengan
memberikan ASI ekslusif dapat
mengurangi daya tariknya sebagai
wanita
h. Ibu kurang mendapatkan edukasi
tentang ASI ekslusif dari tenaga
kesehatan
i. Meningkatnya pemakaian susu
kaleng sebagai ganti pemberian ASI
ekslusif

7 Masalah Kesehatan Gigi dan a. Penyuluhaan tentang gingivitis pada


Mulut (Gingivitis dan Karies) ibu hamil
b. Penyuluhan tentang pertumbuhan
gigi anak.
c. Penyuhuan tentang karies
d. Penyuluhan tentang karang gigi
e. Penyuluhan tentang cara merawat
gigi pada balita
f. Penyuluhan cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut.
g. Penyuluhan makanan yang

35
menyehatkan dan
h. Demontrasi menyikat gigi.

3.5 Analisis Solusi Terbaik


Tabel 5.
Analisis Solusi Terbaik
No Masalah Analisis/Solusi Terbaik
1 Stunting Memberikan edukasi mengenai
stunting kepada ibu balita
Konsultasi tentang tumbuh
kembang anak
Memberikan edukasi tentang
pentingnya konsumsi makanan
bergizi seimbang
Demontrasi penyiapan menu
seimbang
Penyuluhan tentang pola asuh yang
baik
Penyuluhan tentang pemilihan
bahan makanan yang bergizi dan
ekonomis
Tidak melakukan perilaku Memberikan penyuluhan tentang
hidupbersih dan sehat perilaku hidup bersih dan
(PHBS) di lingkungan sehat(PHBS) mulai dari
keluarga kebiasaan :
- Tidak merokok
- Mencuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir
- Menggunkan air bersih
- Menggunakan jamban
- Memberantas sarang nyamuk
- Mengonsumsi buah dan sayur
- Melakukan aktivitas fisik
setiap hari
Memberikan penyuluhan tentang
pengolahan air limbah
Memberikan penyuluhan tentang
pengolahan sampah
Rumah tidak sehat Memberikan penyuluhan tentang
rumah sehat mulai dari:
- Aspek kebersihan rumah yang
baik
- Rumah yang sehat memiliki
ventilasi yang memadai

36
- Sumber air yang memadai
- Sistem penyimpanan barang
yang baik
Memberikan penyuluhan tentang
syarat kamar tidur keluarga yang
sehat
Memberikan penyuluhan tentang
jamban sehat
Defisit pengetahuan Memberikan penyuluhan mengenai
orang tua tentang bronkopneumonia pada ibu balita
bronkopneumonia Memberikan penyuluhan kepada
ibu balita bagaimana
penatalaksanaan medis dan
keperawatan anak dengan
Broncopneumonia pertolongan
pertama pada anak
Broncopneumonia dan demonstrasi
perawatan anak
Jarak kelahiran yang Memberikan edukasi tentang
terlalu dekat pentingnya KB dengan materi :
- Apa itu KB
- Kegunaan dari KB
- Akibat jika tidak memakai alat
kontrasepsi
- Keluarga yang seperti apa
yang harus memakai KB
Memberikan penjelasan tentang
jenis-jenis KB serta kelebihan dan
kekuranggan dari KB
Demonstrasi macam-macam alat
kontrasepsi
Konsultasi mengenai alat
kontrasepsi yang cocok dengan ibu
6 Tidak ASI eksklusif Memberikan edukasi tentang ASI
eksklusif kepada keluarga dengan
materi:
- Apa itu ASI eksklusif
- Kandungan dalam ASI
- Beda ASI dengan susu
formula
Memberikan edukasi tentang
pentingnya memberikan ASI
eksklusif
Penyuluhan tentang akibat jika
bayi tidak diberi ASI eksklusif
14. Masalah Kesehatan Gigi Penyuluhan tentang gingivitis pada

37
dan Mulut (Gingivitis dan ibu hamil
Karies) Penyuluhan tentang pertumbuhan
Gigi Anak.
Penyuluhan tentang karies
Penyuluhan tentang karang gigi
Penyuluhan tentang cara merawat
gigi pada balita
Penyuluhan cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut.
Penyuluhan makanan yang
menyehatkan dan mulut.
Demontrasi menyikat Gigi.

38
3.6 Melaksanakan Solusi (POA)
Tabel 6.
POA
No Masalah Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung
kesehatan jawab
1 Stunting a. Untuk meningkatkan Edukasi mengenai stunting Ibu-ibu 6 dan 12 Ruang Serba Rp. Savina
pengetahuan keluarga kepada keluarga balita, dengan yang April Guna Kantor 10.000 Maidawati
tentang stunting pada materi, yaitu : memiliki 2020 Jorong & Sri
balita a. Definisi stunting anak Harianisa
b. Penyebab stunting Balita
c. Ciri-ciri stunting pada
anak
d. Dampak stunting
e. Cara mencegah stunting
f. Zat Gizi yang berperan
untuk menghindari
stunting
b. Untuk meningkatkan Konsultasi tentang tumbuh Ibu-ibu 6 dan 12 Ruang Serba Rp. 5.000 Savina
pengetahuan ibu balita kembang anak, dengan materi yang April Guna Kantor Maidawati
tentang tumbuh yaitu : memiliki 2020 Jorong & Sri
kembang anak a. Definisi tumbuh kembang anak Harianisa
b. Stimulasi tumbuh Balita
kembang balita
c. Tumbuh kembang balita
yang sesuai dengan umur
d. Kebutuhan anak balita
untuk mencapai tumbuh

39
kembang optimal
c. Untuk mengajarkan ibu Demontrasi memasak menu Ibu-ibu 8 dan 14 Ruang Serba Rp. 5.000 Savina
balita memasak menu seimbang. Makanan yang akan yang April Guna Kantor Maidawati
seimbang biaya didemonstrasikan meliputi, memiliki 2020 Jorong & Sri
terjangkau yaitu : anak Harianisa
a. Menu lauk hewani Balita
b. Menu lauk Nabati
c. Menu sayuran
d. Menu olahan buah
d. Untuk meningkatkan Edukasi tentang pentingnya Ibu-ibu 8 dan 14 Ruang Serba Rp. 5.000 Savina
pengetahuan anggota konsumsi makanan bergizi yang April Guna Kantor Maidawati
keluarga mengenai seimbang, dengan materi yaitu memiliki 2020 Jorong & Sri
pentingnya konsumsi : anak Harianisa
makanan bergizi a. Pengertian gizi seimbang Balita
seimbang pada balita
b. Manfaat gizi seimbang
pada balita
c. Pengertian kurang gizi
d. Menu seimbang pada
balita
e. Tips untuk balita yang
susah makan
e. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang pola asuh Ibu-ibu 10 dan Ruang Serba Rp. Savina
pengetahuan tentang yang baik, dengan materi yaitu yang 16 April Guna Kantor 20.000 Maidawati
pola asuh yang baik : memiliki 2020 Jorong & Sri
a. Pengertian pola asuh anak Harianisa
b. Memberikan pemahaman Balita

40
yang lebih terkait pola
asuh yang lebih efektif
terhadap anak
c. Memberi masukan kepada
ibu-ibu yang mengasuh
anaknya untuk
membimbing anaknya
dengan penuh kasih
sayang
d. Dapat menemukan trik
yang jitu dalam mengasuh
anak
e. Bisa berbagi ilmu
pengetahuan tentang pola
asuh yang baik dan benar
f. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang pemilihan Ibu-ibu 10 dan Ruang Serba Rp. Savina
pengetahuan ibu bahan makanan yang bergizi Balita 16 April Guna Kantor 20.000 Maidawati
mengenai pemilihan dan ekonomis, dengan materi dan 2020 Jorong & Sri
bahan makanan yang sebagai berikut : Keluarga Harianisa
bergizi dan ekonomis a. Pengertian gizi untuk
balita
b. Manfaat gizi untuk balita
c. Kebutuhan gizi balita
d. Zat gizi yang diperlukan
untuk balita
e. Contoh bahan makanan
ekonomis yang
mengandung zat gizi yang

41
dipelukan untuk balita.
2 Tidak melakukan a. Untuk meningkatkan Memberikan penyuluhan Semua 7 April Rumah Rp. Wahyudi
perilaku pegetahuan keluarga tentang perilaku hidupbersih anggota 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
hidupbersih dan mengenai pentingnya dan sehat (PHBS) keluarga tempat tinggal
sehat (PHBS) di perilaku hidup bersih keluarga
lingkungan dan sehat (PHBS)
keluarga b. Untuk meningkatkan Memberikan penjelasan tentang Semua 7 april Rumah Rp. Wahyudi
pengetahuan keluarga perilaku hidup bersih dan sehat anggota 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
mengenai manfaat (PHBS) keluarga tempat tinggal
perilaku hidup bersih keluarga
dan sehat (PHBS)
c. Untuk lebih mengenal Memberikan bentuk – bentuk Semua 8 april Rumah Rp. Wahyudi
bentuk perilaku hidup prilaku hidup bersih dan sehat anggota 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
bersih dan sehat (PHBS) keluarga tempat tinggal
(PHBS) keluarga
d. Untuk menerapkan Menerapkan perilaku hidup Semua 8 april Rumah Rp. Wahyudi
perilaku hidup bersih bersih dan sehat (PHBS) mulai anggota 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
dan sehat (PHBS) di dari hal kecil keluarga tempat tinggal
lingkungan keluarga keluarga
3 Rumah tidak sehat a. Untuk meningkatkan Memberikan penyuluhan Orang 9 April Rumah Rp. Wahyudi
pengetahuan keluarga tentang rumah sehat kepada tua anak 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
tentang rumah sehat keluarga dan ibu tempat tinggal
keluarga
b. Untuk meningkatkan Memberikan penjelasan Orang 9 April Rumah Rp. Wahyudi
pengetahuan keluarga pentingnya rumah sehat tua anak 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
mengenai pentingnya tempat tinggal
rumah sehat keluarga

42
c. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang akibat Orang 10 April Rumah Rp. Wahyudi
pegetahuan keluarga rumah tidak sehat tua anak 2020 kontrakan 20.000 Nopsha Putra
mengenai akibat dari tempat tinggal
rumah tidak sehat keluarga
4 Defisit a. Untuk meningkatkan a.Penyuluhan tentang Ibu balita 15 April Ruang serba Rp. Iis Rahma
pengetahuan orang pengetahuan ibu pengertian 2020 guna jorong 10.000 Dianti, Nilam
tua tentang tentang penyakit Broncopneumonia, etiologi dahia Aziz & Riska
bronkopneumonia Broncopneumonia (penyebab) Oktaviani
Broncopneumonia,patofisio
logi (perjalanan penyakit)
Broncopneumonia,faktor
pemicu Broncopneumonia,
tanda dan gejala
Broncopneumonia,
klasifikasi
Broncopneumonia,komplik
asi Broncopneumonia,
pencegahan
Broncopneumonia.
b. Untuk meningkatkan a. Penyuluhan tentang Ibu balita 15 April Ruang serba Rp. Iis Rahma
pengetahuan ibu penatalaksanaan medis dan 2020 guna jorong 10.000 Dianti, Nilam
tentang bagaimana keperawatan anak dengan dahia Aziz & Riska
penatalaksanaan medis Broncopneumonia Oktaviani
dan keperawatan anak b. Penyuluhan tentang cara
dengan pertolongan pertama pada
Broncopneumonia anak Broncopneumonia
pertolongan pertama c. Penyuluhan dan
pada anak demonstrasi perawatan

43
Broncopneumonia dan anak Broncopneumonia di
demonstrasi perawatan rumah
anak
Jarak kelahiran a. Untuk meningkatkan Memberikan edukasi tentang Orang 7 April Rumah Balita Rp. Azzalia
yang terlalu dekat pegetahuan keluarga pentingnya KB dengan materi: tua balita 2020 S 10.000 Darma Putri
mengenai pentingnya a. Apa itu KB S dan Diah
pemakaian KB b. Kegunaan dari KB Febriola
5
c. Akibat jika tidak memakai
alat kontrasepsi
d. Keluarga yang seperti apa
yang harus memakai KB
b. Untuk meningkatkan Memberikan penjelasan tentang orang tua 7 april Rumah Rp. 5.000Azzalia
pengetahuan keluarga jenis-jenis KB balita S 2020 Balita S Darma Putri
mengenai jenis-jenis dan Diah
KB Febriola
c. Untuk lebih mengenal Demonstrasi macam-macam orang tua 9 april Rumah balita Rp. Azzalia
bentuk dan cara alat kontrasepsi balita S 2020 S 10.000 Darma Putri
pemakaian macam- dan Diah
macam alat kontrasepsi Febriola
d. Untuk memudahkan Konsultasi mengenai alat Orang 9 april Rumah balita Rp. 5.000 Azzalia
keluarga dalam kontrasepsi yang cocok dengan tua balita 2020 S Darma Putri
memilih alat ibu S dan Diah
kontrasepsi yang sesuai Febriola
dan cocok dengan
keluarga
6 Tidak ASI a. Untuk meningkatkan Memberikan edukasi tentang Ibu balita 10 April Rumah balita Rp. Azzalia
Eksklusif pengetahuan keluarga ASI eksklusif kepada keluarga dan 2020 S 15.000 Darma Putri

44
mengenai ASI dengan materi keluarga dan Diah
eksklusif a. Apa itu ASI eksklusif Febriola
b. Kandungan dalam ASI
c. Beda ASI dengan susu
formula

b. Untuk meningkatkan Memberikan edukasi tentang Ibu balita 10 April Rumah balita Rp.10.00 Azzalia
pengetahuan keluarga pentingnya memberikan ASI dan 2020 S 0 Darma Putri
mengenai pentingnya eksklusif keluarga dan Diah
ASI eksklusif Febriola
c. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang akibat jika Ibu balita 10 April Rumah balita Rp. Azzalia
pegetahuan keluarga bayi tidak diberi ASI eksklusif dan 2020 S 10.000 Darma Putri
mengenai akibat bayi keluarga dan Diah
tidak diberi ASI Febriola
eksklusif
7 Masalah Kesehatan a. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang gingivitis ibu 6 April Rumah Rp. 2.000 Rifka Fidalia
Gigi dan Mulut pengetahuan tentang pada ibu hamil dengan materi balita 2020 balitaS Dan
(Gingivitis dan gingivitis pada ibu a. Gejala gingivitis saat hamil Deswitria
Karies) b. Akibat gingivitis saat Tanti
hamil
c. Cara mencegah gingivitis
b. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang Ibu balita 8 April Rumah balita Rp.
pengetahuan tentang pertumbuhan Gigi Anak 2020 s 2..000 Rifka Fidalia
pertumbuhan gigi anak. memberikan materi : Dan
a. Waktu tumbuh gigi susu Deswitria
b. Waktu tanggal gigi susu Tanti
c. Waktu tumbuh gigi

45
permanen

c. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang karies Orang 9 April Rumah Rp. 2.000 Rifka Fidalia
pengetahuan tentang memberikan materi : tua balita 2020 balitas dan
penyuluhan tentang a. Penyebab lubang gigi Deswitria
karies b. Pencegahan lubang gigi Tanti
c. Akibat lubang gigi
d. Penanggulangan lubang gigi
d. Untuk meningkatkan penyuluhan tentang karies Orang 9 April Rumah balita Rp. 2.000 Rifka Fidalia
pengetahuan tentang memberikan materi : tua balita 2020 S Dan
karang gigi penyuluhan tentang karang gigi Deswitria
memberikan materi : Tanti
a. Pengertian karang gigi
b. Akibat karang gigi
c. Penanggulangan karang gigi
e. Untuk meningkatkan Penyuluhan tentang cara Ibu 11 April Rumah balita Rp. 2.000 Rifka Fidalia
pengetahuan tentang merawat gigi pada balita Balita 2020 s Dan
cara merawat gigi pada Deswitria
balita Tanti

f. Untuk meningkatkan Penyuluhan cara memelihara Keluarga 11 April Rumah Rp. 3.000 Rifka Fidalia
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. balita 2020 Balita s Dan
memelihara kesehatan Deswitria
gigi dan mulut. Tanti
g. Untuk meningkatkan Penyuluhan makanan yang Ibu balita 11 April Rumah balita Rp. 2.000 Rifka Fidalia
pengetahuan menyehatkan gigi dan 2020 s Dan
tentangmakanan yang mulut.memberikan materi: Deswitria

46
menyehatkan gigi a. Makanan yang Tanti
dan mulut menyehatkan gigi
b. Manfaat
c. Makanan yang tidak
menyehatkan gigi atau
merusak gigi
h. Untuk Melakukan Keluarga Rumah balita Rp. Rifka Fidalia
meningkatkan demontrasi menyikat gigi balita April s 20.000 Dan
pengetahuan dengan menggunakan phantom 2020 Deswitria
tentang menyikat dan sikat gigi dengan materi: Tanti
gigiyang baik dan a. Waktu menyikat gigi
benar yang baik dan benar
. b. Cara dan teknik menyikat
gigi yang baik dan benar
c. Frekuensi menyikat gigi
yangbaik dan benar

47
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kegiatan
4.1.1 Kegiatan Penyuluhan
4.1.2 Balita Stunting, Gizi Seimbang, ASI Ekslusif, dan Tumbuh kembang.
a. Latar Belakang Kegiatan
Stunting merupakan keterhambatan pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami anak-anak karena kekurangan nutrisi, infeksi yang berulang-
ulang, dan stimulasi psicososial yang inadekuat.Anak-anak didefenisikan
sebagai stunting jika tinggi untuk usianya yaitu >-2SD (standar dua deviasi)
dibawah standar pertumbuhan anak-anak oleh WHO
Stunting dimulai dari dari masa prekonsepsi yaitu ketika seorang wanita
yang akan menjadi ibu mengalami anemia. Keadaan tersebut bertambah
buruk ketika sanitasi dan hygiene yang inadekuat. Hal ini bersifat
irreversible (tidak dapat kembali) sampai umur bayi 2 tahun (1000 HPK).
Kelangsungan hidup anak dan kesehatanya sangat bersangkutan dengan
reproduksi dan kesehatan ibu saat hamil. Pemberian ASI eksklusif memiliki
peranan penting untuk tumbuh kembang balita, karena itu sangat dibutuhkan
pengetahuan dan kesadaran ibu balita untuk memberikan yang terbaik bagi
anaknya.
Salah satu cara untuk mengetahui anak stunting dengan cara memantau
pertumbuhan dan perkembangan dengan rutin ke posyandu tiap bulan
dikenal juga dengan masa tumbuh kembang atau golden age. Golden age
( usia dari 0 smapai 5 tahun) merupakan masa emas bagi balita untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini
pembentukan sistem syaraf secara mendasar sudah terjadi dan juga
hubungan antar sel-sel saraf kuantitas dan kualitas sambungan ini yang
akan menentukan kecerdasan balita.
Prevalensinya tinggi, tersebar di seluruh daerah, di seluruh
sosial ekonomi, pendidikan, gender. Pemerintah bertujuan menurunkan
prevalensi stunting menjadi 32 % pada tahun 2014, 25,6 % bayi dan 28,1 %
pada balita pada tahun 2021. Terdapat bukti ilmiah, intervensi yang cost

48
effective untuk mencegah stunting. Indonesia belum mempunyai model
khusus untuk pencegahan stunting.
Pada balita stunting jika tidak dipenuhi dengan gizi seimbang dan
pemberian MP-ASI yang tepat akan memperburuk kondisinya. Oleh karena
itu sangat diperlukan pemberian pendidikan kesehatan tentang balita
stunting, gizi seimbang balita, ASI Ekslusif dan MP-ASI dan Tumbuh
kembang pada balita.
Hasil observasi, pengukuran antropometri, dan wawancara yang
dilakukan di rumah salah satu warga di jorong dahlia didapatkan 1 balita
dari 3 balita yang dikunjungi disimpulkan sebagai balita stunting. Balita
tidak mendapatkan gizi yang sesuai dengan perkembangan dan usianya.
Banyak ibu balita yang kurang mengetahui tentang manfaat pemberian ASI
Ekslusif dan masih banyak balita yang tidak mendaptkan ASI Ekslusif, tidak
mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada anaknya.
1. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua khusunya ibu balita
tentang balita stunting, gizi seimbang balita, Pentingnya pemberian ASI
Ekslusif, Imunisasi dan pemberian MP-ASI yang tepat sesuai usia balita
dan Tumbuh kembang
2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
a) Persiapan media SAP, lembar balik dan Leaflet
b) Mempersiapkan waktu dan tempat
c) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
d) Penyampaian materi oleh penyaji
e) Memberikan kesempatan bertanya
f) Menjawab pertanyaan
g) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
h) Memberikan reinforcement positive pada peserta penyuluhan
i) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan.

49
3. Resouces / Partisipasi
a) Biaya : Rp 30.000
b) Tenaga
1) Mahasiswa
2) Ibu balita
3) Keluarga yang berpastisipasi
c) Waktu dan Material
Pada tanggal 16 April 2020, pukul 10.00 WIB sampai dengan
selesai salah satu rumah dari warga, Jorong Dahlia dengan materi
penyuluhan tentang balita stunting, gizi seimbang balita, ASI Ekslusif,
dan Tumbuh kembang.
d) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong Dahlia dan dibantu
oleh ibu kader Jorong Dahlia.
e) Dukungan Moral
Kepala Jorong Dahlia sangat mendukung kegiatan penyuluhan
yang diadakan oleh mahasiswa. Beliau membantu mahasiswa
bekerjasama dengan Ibu kader untuk melakukan penyuluhan, Ibu
balita yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti
penyuluhan. Anggota kelompok PKLT juga ikut berpartisipasi dalam
terlaksananya penyuluhan ini.
4.1.3 Kegiatan penyuluhan cara merawat gigi dan PHBS
a. Latar Belakang Kegiatan
Masalah kesehatan yang ada dimasyarakat sangatlah banyak dan
beragam macamnya. Penelusuran dari rumah ke rumah merupakan cara
yang paling efektif untuk mengetahui secara nyata masalah kesehatan yang
sebenarnya sedang dihadapi oleh masyarakat. Sebagian masyarakat ada
yang menyadari bahwa ada masalah kesehatan yang sedang dialami dan
sebagian masyarakat juga ada yang tidak menyadari bahwa terdapat masalah
kesehatan yang dialami.
Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang
diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang sangat

50
penting bagi setiap manusia, mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan
beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari tentu memerlukan kesahatan, baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan anak serta keluarga untuk mencapai
keharmonisan keluarga. Dimulai dari diri sendiri yaitu dengan menjaga
kebersihan gigi dan mulut anak Kebersihan gigi dan mulut anak harus di
perhatikan sedari dini bahkan saat anak belum memiliki gigi.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah membuat
PedomanPembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatanperilaku
hidup bersih dan sehat ataudisingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan
mengacu kepada polamanajemen PHBS, mulai dari tahappengkajian,
perencanaan, danpelaksanaan serta pemantauan danpenilaian. Upaya
tersebut dilakukanuntuk memberdayakan masyarakatdalam memelihara,
meningkatkan danmelindungi kesehatannya sehinggamasyarakat sadar,
mau, dan mampusecara mandiri ikut aktif dalammeningkatkan status
kesehatannya.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) adalah semua
perilakukesehatan yang dilakukan ataskesadaran sehingga anggota keluarga
dapat menolong dirinyasendiri di bidang kesehatan dan dapatberperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa banyak
dari rumah yang belum memiliki menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat di kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan tentang PHBS yang benar guna meningkatkan
kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dan anak di jorong dahlia
untuk meningkatkan PHBS dan Gosok Gigi yang baik dan benar agar
keluarga mengerti dan bisa menjaga kebersihan diri serta dapat terhindar dari
lingkungan yang kumuh dan berbagai penyakit yang berbasis lingkungan.

51
c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Persiapan SAP, lembar balik Leaflet
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Memberikan reinforcement positive pada keluarga dan memberikan
reward
9) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 30.000
2) Tenaga :
a) Mahasiswa
b) Orang tua
c) Anak
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 14 April 2020, pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai
di ruang serba guna jorong dahlia dengan materi penyuluhan tentang cara
merawat gigi dan PHBS.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh kepala jorong dahlia
5) Dukungan Moral
Bapak Kepala jorong dahlia sangat mendukung kegiatan penyuluhan
yang diadakan oleh mahasiswa. Orang tua dan anak yang ikut kegiatan
penyuluhan juga sangat kooperatif mengikuti penyuluhan. Anggota
kelompok PKLT juga ikut berpartisipasi dalam terlaksananya penyuluhan
tentang cara merawat gigi dan PHBS.

52
4.1.4 Kegiatan Demonstarsi Menyikat Gigi yang Benar
a. Latar Belakang Kegiatan
Saat ini tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan semakin tinggi, hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya
pengetahuan, status sosial dan ekonomi masyarakat. Suatu kewajiban bagi
penyedia pelayanan kesehatan untuk berupaya memenuhi tuntutan
tersebut, sehingga masyarakat akan merasa puas dalam memenuhi tuntutan
dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan adalah adanya
sumber daya kesehatan yang profesional.
Anak usia Sekolah Dasar tergolong ke dalam kelompok rawan
penyakit gigi dan mulut. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut,
pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah melakukan berbagai
upaya pendekatan pelayanan kesehatan, yaitu promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan (Herijulianti dkk,
2002). Usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah
dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas dan diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok
UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
(DepKes RI, 1996). UKGS menyelenggarakan program promotif berupa
pelajaran mengenai kesehatan gigi dan mulut dan program preventif
berupa sikat gigi masal (Herijulianti dkk, 2002). Selain itu, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat,
maka Departemen Kesehatan juga membentuk Usaha Kesehatan Gigi
Masyarakat (UKGM). Menurut Astoeti dkk (2006), status kesehatan gigi
dan mulut yang optimal juga dapat dicapai dengan meningkatkan upaya
promotif dan preventif sedini mungkin.
Kegiatan survei kesehatan merupakan suatu penerapan ilmu dan
teknologi oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan
gigi dan mulut masyarakat dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
dan peningkatan status kesehatan masyarakat. Dalam prosesnya
mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, menentukan kualitas
masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah

53
kemudian menyusun rencana kegiatan sesuai dengan keahlian yang
dimiliki dengan memperhatikan segala sumber daya yang ada di
masyarakat.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dan anak di jorong dahlia
tentang demonstrasi gosok gigi yang benar.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Mempersiapkan materi dan media penyuluhan seperti SAP,
Poster.
2) Mempersiapkan tempat
3) Pembukaan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji dan demonstrasi menyikat gigi
yang benar
5) Memberikan kesempatan audience untuk bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Memberikan reinforcement positive pada peserta penyuluhan dan
memberikan reward
8) Penutup dan menyimpulkan materi penyuluhan

d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 25.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Anak di jorong dahlia
c) Orang taua anak
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 10 April 2020, pukul 09.00 WIB sampai dengan
selesai di ruang serba guna jorong dahlia dengan materi penyuluhan
demonstrasi sikat gigi yang benar.
4) Dukungan Politik

54
Penyuluhan ini didukung oleh bapak Kepala jorong dan dibantu
oleh orang tua dari anak
5) Dukungan Moral
Bapak Kepala jorong sangat mendukung kegiatan penyuluhan
yang diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau membantu
mahasiswa bekerjasama dengan orang tua anak untuk melakukan
penyuluhan ini. Sedangkan orang tua anak juga membantu
menyediakan tempat penyuluhan dan mengumpulkan anaknya.
Peserta yang ikut kegiatan penyuluhan juga sangat kooperatif
mengikuti penyuluhan. Anggota kelompok PKLT juga ikut
berpartisipasi dalam terlaksananya demonstrasi sikat gigi yang benar.

2.2.4 Kegiatan Penyuluhan Bahaya Rokok dan Totok Rokok


a. Latar Belakang Kegiatan
Rumah sehat merupakan kondisi rumah yang memenuhi syarat fisik
dan non fisik seperti ada ventilasi, letak rumah tidak dekat dengan pusat
polusi udara, memiliki jamban sehat, luas rumah sesuai, tidak terdapat
asap rokok/ polusi udara lokal, tersedia air bersih serta mampu mengolah
sampah dengan benar.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan saat kunjungan rumah
ke rumah didapatkan masih banyak masyarakat jorong perrtemuan yang
mempunyai kebiasaan merokok.Untuk itu sangat diperlukan pendidikan
kesehatan mengenai bahaya merokok.

b. Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
bahaya merokok.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


1) Persiapan SAP, lembar balik, dan Leaflet
2) Mempersiapkan waktu dan tempat
3) Pembukaan penyuluhan oleh moderator
4) Penyampaian materi oleh penyaji

55
5) Memberikan kesempatan bertanya
6) Menjawab pertanyaan
7) Menanyakan kembali tentang materi yang disampaikan
8) Mendemostrasikan totok rokok
9) Memberikan reinforcement positive pada masyarakat
10) Menutup dan menyimpulkan materi kesehatan
d. Resouces / Partisipasi
1) Biaya : Rp 15.000
2) Tenaga
a) Mahasiswa
b) Pemuda jorong
c) Bapak di jorong dahlia
3) Waktu dan Material
Pada tanggal 13 April 2020, pukul 17.00 WIB sampai dengan
selesai di gedung serbaguna dengan materi penyuluhan tentang
bahaya merokok.
4) Dukungan politik
Penyuluhan ini didukung oleh Kepala Jorong dahlia dan dibantu
oleh pemuda Jorong.
5) Dukungan Moral
Kepala Jorong Pertemuan mendukung kegiatan penyuluhan yang
diadakan oleh mahasiswa yang mana beliau membantu mahasiswa
bekerjasama dengan pemuda setempat untuk melakukan penyuluhan
ini. pemuda juga membantu menyediakan tempat penyuluhan dan
mengumpulkan pemuda dan bapak-bapak terutama yang merokok,
masyarakat yang ikut kegiatan penyuluhan sangat kooperatif
mengikuti penyuluhan.

56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
PKLT IPE-CP yang dilakukan di Jorong Dahlia, Nagari Lubuk Jantan, Kec.
Lintau Buo Utara, Kab. Tanah Datar yang diikuti oleh berbagai profesi dibidang
kesehatan. Pada Jorong Dahlia sendiri umumnya semua program yang
direncanakan berjalan dengan baik.
Mahasiswa melakukan pemecahan masalah sesuai dengan metode problem
solving cicle yang mana setelah mengetahui prioritas masalah dan merancang
intervensi, selajutnya dilaksanakan sesuai dengan dengan intervensi yang telah
dirancang oleh mahasiswa berbagai lintas profesi. Setelah itu intervensi yang telah
dilaksanakan akan dievaluasi. Pada umumnya permasalahan yang didapatkan
adalah stunting, kurangnya PHBS, tidak ASI eksklusif, jarak kelahiran yang
dekat, kurang pengetahuan mengenai Bronkopneumonia, rumah tidak sehat, gizi
kurang, dan masalah gigi dan mulut.
Intervensi yang dilakukan sangat membantu tenaga kesehatan diwilayah
tersebut dikarenakan intervensi yang dilakukan sesuai dengan program kesehatan
diwilayah tersebut. Partisipasi masyarakat dan tokoh masyarakat sangat
membantu sehingga intervensi bisa berjalan sesuai dengan rencana.

5.2 Saran
Untuk semua permasalahan yang didapat di Jorong Dahlia, Nagari Lubuk
Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, kami memberikan saran :
a. Kepada Puskesmas untuk lebih
mengoptimalkan lagi fungsi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dan
bisa mengaktifkan kader posyandu balita.
b. Kepada masyarakat yang aktif dalam setiap
kegiatan untuk lebih memberdayakan warga lainnya sehingga terbentuklah
suatu kerjasama dalam menanggulangi masalah yang berhubungan dengan
kesehatan.

57
DAFTAR PUSTAKA
Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012.
Interprofessional Communication Guideline using principle of “Greet-
Invite-Discuss”

Homsan, Ali. 2009. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.

Kemenkes. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta:


Kemenkes RI.

Mitchell, A. M., Fioravanti, M., Founds, S., Hoffmann, R. L., & Libman, R.,
2010. Using Simulation to Bridge Communication and Cultural Barriers
in Health Care Encounters: Report of an International Workshop. Clinical
Simulation in Nursing,

Mitchell, M., Groves, M., Mitchell, C., & Batkin, J., 2010. Innovation in learning
– An interprofessional approach to improving communication. Nurse
education in practice.

Reed, S. K. 2000. Problem Solving. Washington DC: Oxford University.

Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011.
Interprofessional Teamwork for Health and Social Care.

Siregar,Eveine dan hartini Nara. 2010. Mencetak Balita cerdas dan Pola Asuh
Orang Tua. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011. Developing interprofessional


communication skills. Teaching and Learning in Nursing,

World Health Organisation., 2010. Framework for Action on Interprofessional


Education & Collaborative Practice.

Yuliana, Wahida dkk. 2019. Darurat Stunting Dengan Melibatkan Keluarga.


Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

58

Anda mungkin juga menyukai