Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA KEGIATAN

Penatalaksanaan Pada Balita dengan Resiko Tinggi Diare


Di RT 03 RW 07 Kelurahan Kurao Pagang

Oleh :
Kelas III.C

Riska Oktaviani 173110266

Zakiatu Anissa 173110273

CI Akademik CI klinik

(Hj. Murniarti Muchtar,SKM.M.BIOMED) ( )

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Penatalaksanaan Diare Balita


Sub Bahasan : Demontrasi Pembuatan Oralit LGG
Waktu Pertemuan : 30 menit
Tanggal : 26 Oktober 2019
Tempat : Posko Praktek Lapangan Komunitas Keluarga
Sasaran : Orang Tua dan Balita yang Diare
Metode : Ceramah dan Demontrasi

A. LATAR BELAKANG
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjado karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair
(Suriadi dan yuliani, 2010).
Angka kejadian diare menurut WHO 2017 yaitu 143.680 orang tertanggani sebagian
besar, sedangkan menurut RISKESDAS tahun 2013 diare pada balita sebanyak 4%
dan tahun 2018 sebanyak 13 % di provinsi Sumbar yang tertangani.
Menurut WHO, kejadian diare sering dikaitkan dengan sumber air yang tercemar,
sanitasi yang tidak memadai, praktik kebersihan yang buruk, makanan yang
terkontaminasi dan malnutrisi.Kejadian diare dapat disebabkan beberapa faktor antara
lain : faktor pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi dan faktor makanan dan minuman
yang dikonsumsi, faktor balita seperti umur balita, gizi balita, serta faktor lingkungan
Pengenalan dan penanganan terhadap diare perlu dilakukan mengingat diare yang
mudah menular dan akibat buruk yang diakibatkannya, yaitu diperlukan langkah kita
sebagai seorang perawat untuk menanganinya, dilingkungan RT 03 / RW 07 ini.
Untuk membangun kesadaran anak- anak dan orang tua tentang cara menghindari
diare serta cara penanganannya jika sudah terjadi dengan cara pembuatan oralit
sederhana di RT 03 Rw 07 ini, maka diadakan kegiatan penyuluhan dan demontrasi
penatalaksanaan diare ( LGG ) yang benar sehingga dapat menambah pengetahun
serta wawasan anak balita dan orang tua dan juga dapat mengubah prilaku,
meningkatkan kepedulian terhadap anak balita dan kebersihan lingkungan untuk
mencegah terjadinya diare dan penyebarannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar masyarakat terutama keluarga yang memiliki balita dengan diare
mengetahui dan memahami tentang diare dan penatalaksanaan diare dengan
membuat (LGG) dengan baik.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan orang tua mampu :
a. Menyebutkan pengertian diare
b. Menjelaskan klasifikasi diare
c. Menjelaskan penyebab diare
d. Menjelaskan respon tubuh fisiologis akibat diare
e. Memahami tentang pembuatan LGG yang baik dan benar.
f. Mengulangi demonstrasi LGG yang baik dan benar.

C. Metode
1. Demontrasi
2. Tanya jawab

D. Media/ Alat

1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Power point
4. Gelas
5. Sendok
6. Gula
7. Garam

E. Pengorganisasian
1. Leader (Ketua pelaksana)
Nama : Zakiatu Annisa
2. Co Leader (Wakil ketua pelaksana)

Nama : Riska Oktaviani

3. Fasilitator
Nama : Riska Oktaviani
4. Fasilitator
Nama : Sthepanie Sastra
5. Fasilitator

Nama : Vida Wahyuni

6. Fasilitator

Nama : Salmi Dianita Nasution

7. Fasilitator

Nama : Silfa Murtafi’ah

8. Observer

Nama : Zakiatu Annisa

9. Observer

Nama : Tika Ardeseri

F. Rincian Tugas
1. Leader : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
2. Co Leader : Memberikan penyuluhan
3. Fasilitator : Mengatur jalan kegiatan penyuluhan
4. Observer : Memantau keadaan penyuluhan
G. Setting Tempat

Media
Keterangan:

: Leader

: Co-Leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

H. Materi ( Terlampir )

I. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PESERTA


1. 3 menit PEMBUKAAN
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Melihat respon peserta 3. Merespon positif
4. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Mengemukakan
pendapat
5. Kontrak waktu dan bahasa 5. Memberi respon
6. Apersepsi positif 6. Mendengarkan

2. 15menit PELAKSANAAN
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
diare
2. Menjelaskan klasifikasi diare
3. Menjelaskan penyebab diare 2. Memperhatikan
4. Menjelaskan respon tubuh
fisiologis akibat diare 3. Memperhatikan
5. Menjelaskan pengertian oralit
( LGG )
6. Menjelaskan manfaat 4. Memberi respon
pembuatan LGG yang baik
dan benar
7. Mendemonstrasikan 5. Memberi respon
carapembuatan LGG baik dan
benar.
8. Memberikan kesempatan
pada peserta untuk
mengulang kembali cara
demonstrasi yang telah
dilakukan

3. 4 menit PENUTUP
1. Bersama peserta 1. Bersama-sama
menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan
2. Evaluasi tentang balita dengan 2. Menjawab
diare pertanyaan
3. Evaluasi tentang cara 3. Memperhatikan
pembuatan LGG 4. Menjawab salam
4. Melakukan terminasi
5. Memberikan salam untuk
menutup pertemuan

J. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Sacaran 80 % anak yang menderita diare hadir


b. Penyuluhan diadakan diposko
c. Undangan disebarkan sehari sebelum penyuluhan dilakukan
d. Alat yang digunakan lebar balik dan infokus
e. Peralatan memadai dan berfungsi.

2. Evaluasi Proses

a. Ketepatan waktu pelaksanaan, dilaksankan 16.00 WIB


b. Peserta penyuluhan yang datang 80 %
c. Penyempaian materi disamoaikan bahasa yang jelas dan lugas
d. Peran serta aktif dari audiens/orang tua.
e. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan.
f. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.

3.Evaluasi Hasil

Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :

a. 80 % peserta kegiatan dapat menyebut pengertian diare


b. 80 % peserta kegiatan dapat menjelaskan klasifikasi diare
c. 80 % peserta kegiatan dapat menjelaskan penyebab diare
d. 80 % peserta kegiatan dapat menjelaskan respon tubuh fisiologi akibat
diare
e. 80% Peserta kegiatan dapat mengerti bagaimana cara pembuatan oralit (
LGG ) yang baik dan benar.
f. 80% Peserta kegiatan dapat memahami manfaat dari pembuatan oralit
LGG secara baik dan benar.
g. 80% Peserta kegiatan dapat mempraktikan bagaimana caramembuat oralit
LGG yang baik dan benar.
Lampiran Materi
Penatalaksaan Balita Diare dan Pembuatan Oralit Sederhana ( LGG )

1. Pengertian
Diare didefenisikan sebagai mencret atau buang air besar berisi air setidaknya tiga
kali perhari atau lebih sering dari biasanya bagi seorang individu (WHO, 2009).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3
kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah
(Hidayat, 2008). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjado karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair (Suriadi dan yuliani, 2010).
Diare atau gastroenteritis akut adalah buang air besar dalam bentuk cair hingga lebih
dari tiga kali sehari, dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare adalah salah
satu gangguan perut yang sering dialami oleh anak, terutama bayi dan balita
(Ardinasari, 2016).

2. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan
faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri : Vibro, E.coli, Salmonella, shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
2. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-
virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
3. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa
(Entamoba histolytica, Giardia lamlia, Trichomonas hominis); jamur
(Candida albicans).
2) Infeksi parenteral
Infeksi ini ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, brokopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjado pada anak yang lebih besar)

3. Klasifikasi
a. Klasifikasi diare berdasarkan volume tinja menjadi dua, yaitu:
1) Diare volume banyak
Dikatakan diare volume banyak jika terdapat lebih dari 1 liter tinja cair per hari.
2) Diare volume sedikit
Dikatakan diare dalam volume sedikit adalah pengeluaran tinja cair per hari
kurang dari 1 liter.

b. Klasifikasi diare berdasarkan durasi, yaitu:


1) Diare akut.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu yang
biasanyadisebabkan oleh infeksi bakteri, parasite atau invasi virus serta dapat
disebabkan oleh agen non-infeksi seperti keracunan makanan dan pengobatan.
Diare akut biasanya sembuh dengan sendirinya dan sembuh dengan cepat.
2) Diare kronis.
Diare kronis biasanya terjadi terjadi lebih dari 2 minggu dan dikenal dengan
diare persisten. Diare kronis biasanya sembuh lebih dari 4 minggu. Diare jenis
ini dapat disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, kelainan genetik atau penyakit
berbahaya lainnya.
c. Klasifikasi diare berdasarkan patomekanisme, yaitu:
1) Diare sekretorik.
Diare sekretorik adalah kondisi dimana terdapat jumlah cairan yang berlebihan
di lumen usus yang dapat menyebabkan kemampuan usus untuk reabsorbsi
menurun. Diare jenis ini biasanya disebabkan oleh agen infeksius tetapi dapat
juga disebabkan oleh zat yang dapat membawa cairan ke usus.
a) Agen infeksi
Agen infeksius tersebut seperti Vibrio cholarea, E.coli, Camylobacter jejuni,
Sakmonella, and Clostridium difficile. Agen infeksius tersebut menyekresi
toksin yang menyebabkan vili usus gagal mengabsorbsi natrium, yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit kedalam rongga usus meningkat,
sehingga merangsang usus untuk mengeluarkannya dan terjadilah diare.
b) Agen non infeksi
Agen non infeksi seperti bahan kimia yang diproduksi oleh sel kanker,
produksi prostaglandin pada pasien dengan inflamasi usus dan zat-zat yang
tidak dapat diabsorbsi dengan baik seperti asam lemak dan asam empedu
juga akan menyebabkan peningkatan sekresi air kedalam rongga usus.
Seseorang dengan diare sekretorik akan memiliki volume feses lebih dari 1
liter perhari dengan pH yang normal dan tidak terdapat perbedaan volume
feses meskipun dengan puasa.
2) Diare osmotik
Diare osmotic terjadi ketika adanya gangguan kemampuan usus untuk
mereabsorbsi cairan. Mukosa lumen usus dapat dilewati oleh air dan elektrolit
untuk mempertahankan tekanan osmotic antara isi usus dengan cairan
ektraseluler. Diare ini biasanya disebabkan karena malabsorbsi makanan di usus
yang menyebabkan cairan yang banyak masuk ke usus.
3) Diare motilitas
Gangguan motilitas usus dapat meningkat atau menurun dan keduanya dapat
menyebabkan diare. Peningkatan motilitas usus dapat disebabkan oleh adanya
agen infeksius yang menyebabkan perubahan pada usus karena adanya proses
inflamasi. Peningkatan motilitas usus dapat menyebabkan transport kotoran
dalam usus menjadi lebih cepat sehingga kesempatan untuk reabsorbsi cairan
usus besar menjadi menurun. (Kapti dan Azizah, 2017).
d. Klasifikasi diare berdasarkan MTBS (2015), mengelompokkan diare sebagai
berikut:
1) Diare akut terbagi atas:
1. Diare dengan dehidrasi berat,
2. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang,
3. Diare tanpa dehidrasi.
2) Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas:
1. Diare persisten dengan dehidrasi,
2. Diare persisten tanpa dehidrasi.
3) Disentri apabila terdapat darah dalam tinja

4. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis


Respon tubuh yang muncul menurut Kemenkes (2015) dalam MTBS 2015, dibagi
berdasarkan derajat dehidrasi, yaitu:
a. Diare dengan dehidrasi berat, terdapat 2 tanda atau lebih dari tanda berikut:
1) Letargis/ tidak sadar,
2) Mata cekung,
3) Tidak bisa minum atau malas minum
4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (>2 detik)
b. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang, terdapat 2 atau lebih tanda berikut:
1) Gelisah, rewel atau mudah marah
2) Mata cekung
3) Haus, minum dengan lahap
4) Cubitan perut sangat lambat (crt >2 detik)
c. Diare tanpa dehidrasi, tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare
dehidrasi berat maupun sedang/ ringan.
5. Bahaya Diare

Saat terjadi diare, feses yang dikeluarkan oleh penderita memiliki kandungan air yang
sangat tinggi (sangat encer).Selain itu, frekuensi buang air besar pun meningkat secara
drastis. Dalam sehari penderita bisa kehilangan lima liter cairan tubuh. Penderita juga
dapat kehilangan zat mineral (elektrolit) yang terlarut dalam cairan tubuh.Padahal
bersama cairan tubuh, elektrolit berperan dalam menjaga agar fungsi tubuh senantiasa
normal.

Karena kehilangan cukup banyak cairan tubuh, penderita bisa mengalami


dehidrasi.Dehidrasi berkelanjutan yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat
mengakibatkan kematian.Namun pada orang dewasa, kematian akibat dehidrasi jarang
ditemukan.

Tingkat dehidrasi dapat dilihat dari gejala-gejala yang menunjukkan hilangnya cairan
tubuh. Pada tahap awal dehidrasi, penderita akan merasakan mulut kering dan rasa
haus yang berlebihan. Adapun tanda-tanda dehidrasi selanjutnya tergantung pada
tingkat dehidrasi yang dialami penderita.

6. Penanganan Diare
Diare menyebabkan khilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita harus diberi
cairan sebanyak mungkin untuk mengganti cairan yang hilang. Sebagai pertolongan
pertama, diberi cairan rumah tangga seperti tajin, air sayur, air matang, teh.
Disamping itu, harus diberi cairan elektrolit berupa oralit.Jika tidak ada oralit, bisa
menggunakan larutan gula garam. Cara pembuatannya sebagai berikut : satu sendok
teh munjung gula pasir, seperempat sendok teh muntung garam, dilarutkan dalam satu
gelas air matang (200cc). Selanjutnya penderita diberi minum.

7. Nutrisi bagi penderita Diare


Kondisi peristaltik usus yang tidak memungkinkan, maka perlu diberi makanan yang
lunak untuk membantu peristaltik usus.Bagi bayi yang menyusui, ASI tetap
diberikan dan PASI diencerkan.
Diet BRAT adalah singkatan dari Banana, Rice, Applesuace, and Toast (pisang, nasi,
saus apel, dan roti panggang). Makanan tersebut penting dikonsumsi terutama 24
jam pertama diare yang dapat membantu meringankan diare serta memberikan
vitamin penting, mineral, dan karbohidrat yang mudah dicerna (diserap).

Bisa disimpulkan, makanan yang baik dikonsumsi saat diare antara lain :pisang,
beras, sereal, saus apel, apel, teh, roti dan jelly, yoghurt, kentang rebus, asupan cairan
dan elektrolit (lgg / oralit ).
Menu diatas baik dikonsumsi untuk orang dewasa dan anak-anak, namun mengenai
makanan untuk bayi diare dibawah usia 12 bulan harus berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter.
Hindari makanan berikut ini saat diare, yaitu:
a. Makanan berlemak : gorengan dan makanan yang bersantan kental
b. Susu, mentega, es krim, dan keju
c. Minuman alkohol dan kafein
d. Pemanis buatan
e. Makanan yang menyebabkan gas berlebih : kubis atau kol, kacang-kacangan,
brokoli, dan kembang kol.

8. Pencegahan Diare

Adapun pencegahan diare adalah :

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan


b) Menutup makanan dan minuman
c) Mencuci buah atau sayuran sebelum dimakan atau dimasak
d) Selalu minum air yang sudah dimasak
e) Menjaga kebersihan lingkungan : rumah, aliran air, sampah di buang pada
tempatnya dan ditutup
f) Makan makanan yang sehat dan bergizi

Bila telah dilakukan upaya pertolongan pertama namun diare masih terus berlangsung
segera bawa penderita ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

9. Cara pembuatan dan takaran pemberian oralit ( LGG )


Oralit adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan eletrolit dan
mineral di dalam tubuh akibat dehidrasi yang terjadi akibat diare, muntah kronis,
hingga aktivitas fisik yang berlebihan. Pembuatan oralit sederhana ini sangat
membantu jika tiba-tiba anak diare di rumah untuk pertolongan pertama jika anak
diare

Bahan – bahan yang dibutuhkan untuk membuat oralit ( LGG ) adalah :

 1 sendok teh gula


 Seperempat (1/4) sendok teh garam
 1 gelas air putih (200 ml)

Cara membuatnya adalah dengan melarutkan bahan-bahan di atas yaitu 1 sendok teh
gula dan seperempat sendok teh garam ke dalam 1 gelas air putih (200 ml). Kemudian
aduk perlahan hingga semuanya larut lalu bisa diminum.

Untuk memberian oralitkemasan tentu ada takarannya sehingga tidak terlalu


berlebihan yang malah akan membahayakan. Dan juga jangan terlalu sedikit sehingga
diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Berikut aturannya :
 Untuk anak di bawah 1 tahun, 3 jam pertama diberikan 1,5 gelas oralit.
Selanjutnya 0,5 gelas setiap kali selesai berak/mencret
 Untuk anak di bawah 5 tahun (balita), 2 jam pertama diberikan 3 gelas oralit.
Selanjutnya 1 gelas setiap kali selesai berak/mencret
 Untuk anak di atas 5 tahun, 3 jam pertama diberikan 6 gelas oralit. Selanjutnya
1,5 gelas setiap kali selesai berak/mencret
 Untuk anak di atas 12 tahun dan dewasa, 3 jam pertama diberikan 12 gelas
oralit. Selanjutnya 2 gelas setiap kali selesai berak/mencret.

Itulah cara pemberian oralit untuk menghindari dari dehidrasi akibat diare.

DAFTAR PUSTAKA

Ardinasari, Eiyta. 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak. Jakarta
: Bestari

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Ngastiya. 2005. Keperawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Suriadi, Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV.Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai