Oleh :
Kelompok 46
Pembimbing Pembimbing
( ) ( )
A. LATAR BELAKANG
Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan dinegara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations Internationa lChildren’s
Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalami stunting. Sekitar 40% anak di
daerah pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF
mendukung sejumlah inisiasi untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk
gizi melalui peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) di mana
program ini mencangkup pencegahan stunting (Putra, 2016).
Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada Indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek
adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur bila
dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z-scorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, RI 2016).
Prevalensi stunting secara global tahun 2017 adalah 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita didunia mengalami stunting, Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2015 (23,2%), 2010 (26,1%), 2005 (29,3%),
dan tahun 2000 yaitu (32,6%). Pada tahun 2017, Lebih dari setengah balita stunting didunia
berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6
juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi
paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Menurut data World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk kedalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/Sourth-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi stunting di indonesia
tahun 2005-2017 adalah 36,4% (WHO, 2018).
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG), Prevalensi balita pendek di Indonesia
mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017
sedangkan pada tahun 2018 persentase sebesar 37,2% balita di Indonesia memiliki tinggi
badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek), saat ini sekitar 8 juta anak indonesia
mengalami pertumbuhan tidak maksimal (Kemenkes 2018).
Jika stunting tidak diatasi akan berdampak buruk dalam jangka pendek bisa
menyebabkan terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua
Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum
berhasil sepenuhnya, karena adanya faktor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan
tentang stunting pada masyarakat. Untuk membangun kesadaran masyarakat tentang cara
pencegahan stuntimg, maka diadakan kegiatan penyuluhan tentang stunting dan cara
pencegahannya di Jorong Koto.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita mengetahui dan memahami
tentang stunting dan pencegahannya
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan masyarakat mampu:
a. Menyebutkan pengertian stunting
b. Menjelaskan penyebab stunting
c. Menjelaskan dampak stunting
d. Menjelaskan penyebab stunting
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media/ Alat
1. Leaflet
2. Power point
3. Infocus
4. Laptop
5. Pengeras suara
E. Pengorganisasian
1. Leader (Ketua pelaksana)
Nama : Reza Risman
2. Co Leader (Wakil ketua pelaksana)
Nama : Andini Delly Putri
3. Fasilitator
Nama : Arif Rahman
4. Fasilitator
Nama : Numia Amburika
5. Fasilitator
Nama : Insani Aulia Kadri
6. Fasilitator
Nama : Kiki Annisa Rahman
7. Fasilitator
Nama : Suci Ladina Saura
8. Dokumentasi
Nama : Ega Puspita
9. Observer
Nama : Suci Ladina Saura
10. Observer
Nama : Pemila Puisena Gusman
F. Rincian Tugas
1. Leader : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
2. Co Leader : Memberikan penyuluhan
3. Fasilitator : Mengatur jalan kegiatan penyuluhan
4. Observer : Memantau keadaan penyuluhan
5. Dokumentasi : Mengabadikan kegiatan penyuluhan
G. Setting Tempat
Media
Keterangan:
: Leader
: Co-Leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
H. Materi ( Terlampir )
I. Kegiatan Penyuluhan
2. 20 menit PELAKSANAAN
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
stunting
2. Menjelaskan faktor penyebab 2. Memperhatikan
stunting
3. Menjelaskan dampak stunting 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan pencegahan 4. Memperhatikan
stunting.
3. 5 menit PENUTUP
1. Bersama peserta 1. Bersama-sama
menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan
2. Evaluasi tentang materi 2. Menjawab
stunting dengan peserta pertanyaan
penyuluhan. 3. Memperhatikan
3. Melakukan rencana tindak 4. Menjawab salam
lanjut.
4. Melakukan terminasi
5. Memberikan salam untuk
menutup pertemuan
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
1. Pengertian Stunting
Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada Indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek
adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur bila
dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z-scorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, RI 2016).
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal sumber
daya manusia di masa mendatang. Gangguan pertumbuhan yang diderita anak pada awal
kehidupan, dapat menyebabkan kerusakan yang permanen (Anisa, 2012).
Faktor – Faktor Penyebab Stunting
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stunting terbagi atas dua macam yaitu faktor
secara langsung yakni asupan makanan, penyakit infeksi, berat badan lahir rendah dan hamil
dengan KEK. Sedangkan faktor secara tidak langsung yakni status sosial ekonomi, pekerjaan
orang tua, status pendidikan keluarga, jenis kelamin balita, usia balita, asi eksklusif dan
makanan pendamping asi (mp-asi), kondisi sanitasi dan akses air minum..
A. Faktor langsung
1) Defisiensi zat gizi
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan balita ialah
akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi makanan dan hambatan
mengabsorbsi zat gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang
tersedia pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang digunakan oleh
tubuh sebagai pembangun yang berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat
gizi pada disebabkan karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan badan atau adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan
kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun kualitatif (Irianton A, 2015).
Kurangnya Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab langsung
terjadinya stunting pada balita. Kurangnya asupan energi dan protein menjadi penyebab
gagal tumbuh telah banyak diketahui. Kurangnya beberapa mikronutrien juga
berpengaruh terhadap terjadinya retardasi pertumbuhan linear. Kekurangan
mikronutrien dapat terjadi karena rendahnya asupan bahan makanan sumber
mikronutrien tersebut dalam konsumsi balita (Irianton A, 2015).
2) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan bayi lahir kurang dari 2500
gram. Selama masa kehamilan, pertumbuhan embrio dan janin berlangsung sangat
cepat, mulai kurang dari satu miligram menjadi sekitar 3000 gram. Pertumbuhan yang
cepat ini sangat penting untuk janin agar dapat bertahan hidup ketika berada di luar
rahim. Jadi, kecacatan atau kekurangan yang terjadi pada masa janin merupakan
penyebab utama rendahnya kesehatan dan kematian pada bayi (Oktarina, 2012).
BBLR erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin. Keadaan ini dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap pennyakit
kronis di kemudian hari. Pada tingkat populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah
gambaran multi masalah kesehatan masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi
jangka panjang, kesehatan yang buruk, perawatan kesehatan dan kehamilan yang
buruk. Secara individual, BBLR merupakan prediktor dalam kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi baru lahir. Hal ini berhubungan dengan risiko tinggi pada
kematian bayi dan anak (Putra, 2016).
BBLR akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani
dengan baik (Kemenkes,RI 2016). Bayi dengan berat lahir kurang dari 3000 gram
berpeluang 3 kali menjadi stunting dibandingkan dengan bayi berat lahir normal.
Berdasarkan penelitian di Sulawesi menunjukkan proporsi stunting pada anak berat
lahir kurang dari 3000 gram lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting pada anak
yang berat lahirnya lebih dari atau sama dengan 3000 gram. Anak dengan berat lahir
kurang dari 3000 gram memiliki risiko menjadi stunting 1,3 kali dibandingkan anak
dengan berat lahir lebih dari sama dengan 3000 gram (Oktarina, 2012)
3) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya kejadian stunting, akan
tetapi tergantung pada tingkat keparahan, durasi dan kekambuhan penyakit infeksi yang
diderita oleh bayi maupun balita dan apabila ketidakcukupan dalam hal pemberian
makanan untuk pemulihan (WHO, 2012).
Biasanya balita mengalami penyakit infeksi seperti infeksi pada usus, antara lain diare,
enviromental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan (ISPA) dan malaria
menjadikan nafsu makan yang kurang akibat infeksi dan inflamasi. Infeksi bisa
berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu mempengaruhi nafsu
makan, menyebabkan kehilangan bahan makanan karena muntah – muntah/diare, dan
mempengaruhi metabolisme makanan (Oktarina, 2012)
4) Hamil dengan KEK
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Wanita hamil berisiko mengalami KEK
jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm. Ibu hamil KEK berisiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak tertangani dengan baik akan
berisiko mengalami stunting (Kemenkes,RI 2016)
B. Faktor Tidak Langsung
1) Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya kejadian stunting, karena
keadaan sosial ekonomi atau keadaan rumah tangga yang tergolong rendah akan
mempengaruhi tingkat pendidikan rendah, kualitas sanitasi dan air minum yang rendah,
daya beli yang rendah serta layanan kesehatan yang terbatas, semuanya dapat
berkontribusi terkena penyakit dan rendahnya asupan zat gizi sehingga berpeluang
untuk terjadinya stunting (Fikadu, dkk, 2014 dalam Lainua, 2016).
2) Pekerjaan Orang Tua
Menurut Marmi (2013) Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Pekerjaan orang tua merupakan kegiatan atau
tindakan yang dilakukan oleh setiap orang tua untuk mendapatkan uang. Pekerjaan
tersebut akan memengaruhi pendapatan keluarga, dan akhirnya akan berpengaruh pada
konsumsi pangan anak. Konsumsi pangan dan gizi pada anak balita yang rendah akibat
tingkat pendapatan keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah dapat
mempengaruhi status gizi pada anak balita
3) Status Pendidikan Keluarga
Menurut Waryana (2010) Tingkat pendidikan keluarga yang rendah akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi serta pentingnya pelayanan kesehatan
lain yang menunjang pertumbuhan pada anak, sehingga berpeluang terhadap terjadinya
stunting. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan
keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga
juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
4) Jenis Kelamin Balita
Menurut Setyawati (2018) masalah stunting lebih banyak diderita oleh anak laki-
laki. Beberapa yang menjadi penyebabnya adalah perkembangan motorik kasar anak
laki-laki lebih cepat dan beragam sehingga membutuhkan energi lebih banyak.
Peningkatan resiko kejadian stunting pada balita laki-laki berkaitan dengan pemberian
makanan tambahan yang terlalu dini dan kejadian diare yang lebih sering daripada
balita perempuan.
5) Usia Balita
Menurut Zottare, Sunil, & Rajaram (2007) dalam Suharni (2017) balita yang
mengalami stunting lebih banyak terjadi pada balita dengan usia ≥12 bulan dibandingan
dengan balita usia <12 bulan. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi usia anak
makan akan semakin meningkat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pembakaran
energi dalam tubuh. Menurut Suharni (2017) anak usia ≥ 24 bulan- 60 bulan paling
banyak mengalami stunting karena pada usia 24 bulan, anak memasuki fase penyapihan
dan masa tingginya keaktifan dalam menjelajahi lingkungan sekitar. Selain itu, motorik
kasar balita juga tumbuh dan berkembang pesat. Ditahap ini, beberapa balita akan
menghadapi beberapa kemungkinan yang menyebabkan kekurangan zat gizi, yaitu
nafsu makan anak yang menurun, asupan gizi rendah, jam tidur yang menurun, mudah
terkena infeksi saat ibu/pengasuh kurang memperhatikan higiene dan sanitasi
(Setyawati, 2018).
6) Kondisi Sanitasi dan Akses Air Minum.
Lingkungan perumahan seperti kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih yang
kurang, dan sanitasi yang tidak memadai merupakan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya stunting . Air dan sanitasi memiliki hubungan dengan
pertumbuhan anak. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak memiliki
fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko mengalami stunting. Sedangkan anak-anak
yang memiliki tinggi badan yang normal pada umumnya berasal dari rumah tangga
yang memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik. Anak-anak yang awalnya mengalami
stunting, jika mereka berasal dari rumah tangga yang memiliki fasilitas air dan sanitasi
yang baik, mereka memiliki kesempatan sebesar 17 % untuk mencapai tinggi badan
yang normal bila dibandingkan dengan anak-anak stunting yang berasal dari rumah
tangga yang meniliki fasilitas air dan sanitasi yang buruk (Oktarina, 2012).
Dampak Stunting
Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti 1 dari 3
anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan
dalam sisa hidup mereka. Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih pada
konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya, termasuk otak (Achadi, 2016).
Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa menyebabkan terganggunya otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, risiko tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi (Kemenkes RI, 2016).
Upaya Pencegahan Stunting
Intervensi gizi saja belum cukup untuk mengatasi stunting, diperlukan intervensi dari
berbagai sektor, antara lain :
A. Pencegahan stunting dengan sasaran ibu hamil
1) Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila mengalami
Kurang Energi Kronis (KEK), perlu diberikan makanan tambahan bagi ibu hamil
tersebut.
2) Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah (TTD), minimal 90 tablet selama
kehamilan.
3) Kesehatan ibu harus selalu dijaga agar tidak sakit.
a. Pencegahan stunting pada saat bayi lahir
1) Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan segera melakukan IMD setelah
bayi lahir
2) Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI secara eksklusif.
b. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
1) Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) dan
ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun.
2) Bayi dan anak memperoleh kapsul Vitamin A dan imunisasi dasar lengkap
c. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga
termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas santasi serta menjaga
kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang
dapat membuat energi untuk perumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh
menghadapi infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan
(Kemenkes RI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, P. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia
25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Skripsi. Depok :FKM UI.
Lainua, M.Y.W. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Balita Stunting di Kelurahan Sidorejo
Kidul Salatiga. Skripsi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wicana Salatiga.
Suharni. 2017. Gambaran Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Mantrijeron Kota
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kebidanan. Vol 7 No.14. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakara.
Setyawati, V.A.V. 2018. Kajian Stunting Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Di Kota
Semarang. Jurnal University Research Colloqium.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan
Oktarina, Z. (2012). Hubungan Berat Lahir dan Faktor-Faktor Lainnya Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan dan Lampung Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Universitas Indonesia.
Putra O. 2016. Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12 – 60 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Pada Tahun 2015. Universitas Andalas.
Achadi, E.L. 2016. Investasi Gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi Indonesia. Disampaikan
pada: Lokakarya dan Seminar Ilmiah “Peran Profesi Dalam Upaya Peningkatan Status
Kesehatan dan Gizi Pada Periode 1000 HPK” 12-13 November 2016. Jakarta.
WHO. (2012). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 30 menit
A. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan kelompok dapat
menjawab pertanyaan tentang :
B. Materi
C. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
D.Media
1. Leaflet
E. Setting Tempat
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
- Kelompok dapat menyebutkan manfaat pemberian ASI ekslusif bagi ibu dan bagi bayi
G. Kegiatan
a. Pendahuluan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Pelaksanan 15 menit
- Mengajukan
pertanyaan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Penutup 10 menit
ASI EKSLUSIF
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan untuk bayi sejak baru lahir sampai 6 bulan
( atau 1-12 bulan ) tanpa makanan pendamping dan minuman pralakteal (air gula, aqua, dan
lainnya).
a. ASI adalah minuman sekaligus makanan yang memiliki kualitas terbaik untuk bayi
karena mudah dicerna dan diserap, higienis, segar dan aman dari segala bahaya
pengawet.
e. Apabila bayi diberikan ASI ekslusif dipercaya akan jarang terkena diare, sembelit,
dan alergi.
f. ASI ekslusif dipercayai sebagai sumber paling efektif untuk mencegah kematian
bayi karena bayi yang di bawah usia 2 bulan apabila tidak disusui adalah enam
kali lebih mungkin untuk meninggal yang diakibatkan oleh diare atau infeksi
a. ASI kolostrum mengandung agen anti bakteri dan anti virus mempunyai komposisi
vitamin A yang tinggi dan mampu melindungi bayi dari serangan berbagai
penyakit.
b. ASI sangat mempunyai guna saat bayi mengalami diare karena mampu
mengurangi tingkat keparahan dan lamanya diare. Hal ini dikarenakan ASI
c. ASI memenuhi kebutuhan air pada bayi karena studi menunjukkan ASI
daripada anak-anak yang tidak menerima ASI ekslusif. Nutrisi yang cukup adalah
e. ASI akan mengurangi kemungkinan obesitas pada bayi karena bayi yang diberi
susu formula 20-30% akan memungkinkan anak lebih besar bobot tubuhnya.
f. Bayi yang diberikan ASI juga memiliki tekanan darah tinggi yang lebih rendah
ASI membantu sang ibu menurunkan bobot tubuhnya setelah prses melahirkan
karena dengan ASI wanita akan membakar banyak kalori selama menyusui yang
ASI membuat hormon (oxytocin) dalam tubuh wanita yang membuat rahim
c. Kontrol Kelahiran
ASI juga melindungi ibu dari jarak hamil yang terlalu cepat karena ASI merupakan
menggunakan kontrasepsi.
Untuk ibu, ASI juga bermanfaat mengurangi risiko osteoporosis. Manusia akan
Ibu yang memberi ASI kepada anaknya selama dua tahun atau lebih jauh
Dengan ASI, Ibu akan semakin intim dengan bayinya sehingga menimbulkan
perasaan yang lebih kuat dengan bayinya. Banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa ikatan ibu menyusui dan anak lebih kuat dibandingkan hubungan dengan
manusia lainnya.
g. Menghemat Uang
ASI pun membuat ibu menghemat uang pengeluaran karena susu formula,
peralatan sterilisasi dan makanan bayi mengeluarkan banyak uang. Selain itu akan
banyak biaya-biaya yang tak terduga seperti mengobati penyakit karena bayi yang
tidak menerima ASI ekslusif biasanya akan jauh lebih rentan terhadap penyakit.
Lampiran 2
EVALUASI
Soal:
Jawaban:
1. Penyuluhan berjalan dengan lancar, peserta antusias dalam diskusi mengenai topik yang
disampaikan.
2. Kelompok mengerti dengan materi yang disampaikan, terlihat ketika peserta/kelompok
dapat menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Respon peserta sangat baik dapat dilihat ketika diskusi, peserta saling bertukar pikiran
dengan sesama.
4. Peserta termotivasi untuk mengatur pola hidupnya menjadi lebih baik.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 50 Menit
2. Tujuan Khusus
PENYULUHAN PESERTA
F. Evaluasi
Pertanyaan:
a. Kapan usia pertma kali meberikan MP-ASI pada anak?
Jawab:
b. Bagaimana cara mengolah MP-ASI?
Jawab:
c. Bagaimana frekuensi pemberian MP-ASI berdasarkan usia?
Jawab:
d. Bagaimana bentuk tekstur pemberian MP-ASI berdasarkan usia?
Jawab:
e. Bagaimana takaran dalam pemberian MP-ASI berdasarkan usai?
Jawab:
f. Sebutkan kandungan zat gizi yang harus dipenuhi dalam membuat MP-ASI!
Jawab:
Lampiran
MATERI MP-ASI
1. Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
diberikan kepada bayi atau anak berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Tujuan pengenalan MP-ASI bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tapi juga
memperkenalkan polamakan keluarga kepada bayi. MP-ASI dini adalah makanan atau
minuman yang diberikan pada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan.
a. Frekuensi
1) Awal MP-ASI saat bayi genap berumur 6 bulan (5 bulan 30 hari) makanan
utama diberikan bertahap 2-3 kali sehari.
2) Usia 6-8 bulan 29 hari makanan utamam diberikan 3 kali sehari, snack seperti
biscuit atau buah matang 1-2 kali
3) Usia 9-11 bulan 29 hari makanan utama diberikan 3-4 kali sehari, snack 1-2
kali sehari
4) Usia 12- 24 bulan makanan utama diberikan 3-4 kali sehari, snack 1-2 kali
sehari
b. Takaran
1) Awal MP-ASI saat bayi genap berumur 6 bulan takaran makanan 2-3 sendok
perkali pemberian
2) Usia 6-8 bulan 29 hari takaran makanan dinaikkan bertahap menjadi setengah
cangkir (125 ml) mangkok perkali pemberian
3) Usia 9-11 bulan 29 hari takaran makanan setengah cangkir (125 ml) mangkok
perkali pemberian
4) Usia 12- 24 bulan takaran makanan ¾ - 1 cangkir (175-250 ml) mangkok
perkali pemberian
c. Tekstur
1) Awal MP-ASI saat bayi genap berumur 6 bulan tekstur makanan lumat atau
halus (bubur saring, makanan yang ditumbuk atau dihaluskan) tidak terlalu cair
atau encer, gunakan sedikit air.
2) Usia 8 bulan tekstur finger food (makanan yang bisa dipegang bayi
3) Usia 9-11 bulan 29 hari tekstur dinaikkan menjadi makanan lembek (nasi tim,
bubur tanpa disaring, makanan di cincang halus atau irisan makanan lunak
4) Usia 12- 24 bulan tekstur makanan yang dicincang kasar, diiris atau dipegang
tangan
4. Jenis MP-ASI
Peningkatan tekstur frekuensi dan porsi makanan secara bertahap seiring dengan
pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan maka sesuaikan tekstur kebutuhan gizi
tersebut terdiri dari:
a. Sumber karbohidrat bermanfaat sebagai penghasil energi misalnya beras. beras
merah, kentang, dapat diberikan sebagai makanan pokok sebaiknya tidak
memberikan ubi jalar karena proses penguraian ubi di dalam saluran pencernaan
akan menghasilkan gas.
b. Sumber protein misalnya daging, ikan, telur, tahu, tempe, atau kacang. Pilihlah
daging ternak yang mengandung lemak, daging ikan tanpa duri, serta daging ayam
tanpa tulang dan kulit berikan dalam bentuk cincang atau giling kebutuhan protein
juga dapat dipenuhi dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang tahu tempe
c. Sumber lemak misalnya minyak sayur santan margarin atau mentega Pilih jenis
lemak atau minyak yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh misalnya
minyak jagung minyak wijen dan minyak bunga matahari
d. Sumber vitamin dan mineral misalnya sayuran dan buah sayuran yang bisa
diberikan antara lain bayam, brokoli, labu kuning, buncis, jagung manis
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pemberian MP-ASI
secara umum pemberian MPASI dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
a. Faktor ekonomi, meliputi pendapatan keluarga dan harga pangan.
b. Faktor sosial budaya, meliputi pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan
tertentu yang lambat laun akan berubah menjadi kebiasaan atau adat
c. Agama, meliputi pantangan yang didasari oleh agama seperti makanan atau
minuman tertentu dari sisi agama yang dianggap membahayakan jasmani dan
rohani.
d. Pendidikan, biasanya dikaitkan dengan pengetahuan yang akan berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan yang akan diberikan untuk bayi atau anak.
e. Lingkungan, meliputi lingkungan keluarga, sekolah ,serta keterpaparan media.
6. Hubungan Pola Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi
Gangguan gizi pada usia bayi dan anak-anak pada umumnya disebabkan oleh mutu
dan pola pemberian makanan yang kurang baik. Gangguan gizi yang berakibat pada
gangguan pertumbuhan anak disebabkan karena kekurangan gizi pada masa janin, tidak
taat terhadap pemberian ASI eksklusif, terlalu dini memberikan makanan pendamping ASI
dan umumnya tidak cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tumbuh Kembang Bayi sangatlah menjadi perhatian utama bagi setiap pasangan
suami istri. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Pada Tahap Awal memanglah
memerlukan perhatian khusus. Salah sedikit dalam menjaga tumbuh kembang bayi, bisa
berdampak buruk bagi perkembangan bayi itu sendiri. Setelah melewati usia 6 bulan,
tentunya pemenuhan Nutrisi Bayi pada usia 0-6 bulan berbeda pada saat bayi menginjak
usia 6-12 bulan. Masa Pertumbuhan Bayi Pada usia 6-12 bulan si bayi sudah mampu
berkomunikasi dengan kedua orang tua meskipun masih sangat terbatas dalam hal
komunikasi ini.(Notoatmodjo, 2007)
Pemberian gizi dan nutrisi pada bayi usia 6-12 Bulan tidak cukup hanya dengan
mengandalkan ASI saja. Disuianya yang sudah menginjak 6-12bulan, si bayi perlu
diperkenalkan dengan beberapa Makanan Pendamping ASi. Seiring dengan pertumbuhan
bayi, maka bertambah pula kebutuhan gizinya, oleh karena itu bayi usia 6 bulan mulai
diberi makanan pendamping ASI (Santoso, 2005). Usia 6 bulan bayi mempunyai refleks
untuk mengunyah dengan penernaan yang lebih kuat. Pemberian MP-ASI perlu
diperhatikan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis bahan makanan, jumlah bahan
makanan, dan cara pembuatannya (Maseko, 2012). Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat
menurunkan volume ASI yang diminum bayi, karena bayi merasa kenyang. Pemberian
MP-ASI yang terlambat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping
ASI (Helmyati, 2007).
Tingkat pengetahuan ibu mengenai MP-ASI memunculkan masalah hubungan
sebab akibat pemberian MP-ASI yang kurang tepat sehingga melahirkan status gizi
kurang (Deba, 2007). Kekurangan gizi dapat disebabkan karena pemilihan bahan
makanan yang tidah benar. Pemilihan makanan dipengaruhi oleh tingkat pegetahuan ibu
mengenai bahan makanan. Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi balita melalui
perbaikan pengetahuan dan perilaku dalam pemberian MP-ASI merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Setiana (2010), menyebutkan bahwa pengetahuan seorang ibu dapat diperoleh
dari berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan pendidikan gizi. Pendidikan gizi
dapat menambah pengetahuan karena pendidikan gizi di masyarakat sebagai pendekatan
edukatif untuk menghasilkan pengetahuan, maka terjadi proses komunikasi antar pemateri dan
masyarakat. Pemilihan ibu balita sebagai subyek dalam pendidikan MP-ASI sangat penting
karena ibu sangat berperan dalam pengaturan menu di dalam rumah tangga.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang ibu membutuhkan pengetahuan yang cukup
untuk dapat mengetahui asi ekslusif. Dengan demikian, maka kelompok akan memberikan
informasi melalui penyuluhan kesehatan tentang “Pemberian MP-ASI ekslusif” kepada ibu
balita Sagar paham dengan pentingnya MP-ASI ekslusif dengan benar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhandiharapkan pasien dapat memahami konsep tentang
Pemberian MP-ASI
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat:
a. Ibu dapat menjelaskan Pengertian makanan pendamping ASI
b. Ibu dapat menjelaskan prinsip pemberian MP ASI pada bayi usia 6 – 12bulan
c. Ibu dapat menjelaskan Tujuan makanan pendampingASI
d. Ibu dapat menjelaskan Manfaat makanan pendamping ASI
e. Ibu dapat menjelaskan Syarat-syarat makanan pendamping ASI
f. Ibu dapat menjelaskan Cara pemberian makanan pendamping ASI
g. Ibu dapat menjelaskan menu dan cara pembuatan makanan pendamping ASI
C. Pokok Bahasan
Pemberian MP-ASI
D. Sub Pokok Bahasan
a.Pengertian makanan pendamping ASI
b.Tujuan makanan pendampingASI
c.Manfaat makanan pendamping ASI
d.Syarat-syarat makanan pendamping ASI
e.Cara pemberian makanan pendamping ASI
f.Contoh menu dan cara pembuatan makanan pendamping ASI
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Media dan Alat
1. Laptop
2. Infokus
3. leaflet
G. Materi : Terlampir
H. Pengorganisasian
Moderator : Numia Amburika
Penyaji : Suci Ladina Saura
Fasilitator : Fetri Anggraini
I. Uraian Tugas
1. Moderator
Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada penyuluhan
Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
Menyepakati bahasa yang akan digunakan selama penyuluhan dengan audien
Menyampaikan kontrak waktu
Merangkum semua audien sesuai kontrak
Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi
2. Penyaji
Bertangung jawab memberikan penyuluhan
Memahami topik penyuluhan
Mengexplore pengetahuan audien tentang pnemonia
Menjelaskan pnemonia sesuai bahasa uang dipahami audiens
Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif audien
3. Fasilitator
Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di awal acara.
Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada moderator jika ada
ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam mengajukan
pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
Membagikan leaflet di akhir acara.
J. Setting Tempat
Keterangan:
= Moderator
= Penyaji
= Fasilitator
= Pembimbing
K. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan peserta
1. 10 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Memperhatikan
b. Memperkenalkan anggota kelompok dan b. Memperhatikan
pembimbing
c. Menjelaskan topik penyuluhan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan penyuluhan d. Memperhatikan
e. Membuat kontrak waktu dan meminta e. Memperhatikan
kerja sama dengan audiens
2. 60 menit Pelaksanaan
a. Menggali pengetahuan klien tentang a. Menjelaskan
pengertian MP-ASI
b. Memberi reinforcementpositif pada b. Memperhatikan
peserta yang menjelaskan
c. Menjelaskan pengertian MP-ASI c. Mendengarkan
danmemperhatikan
d. Menggali pengetahuan klien tentang d. Menjelaskan
tujuan dan manfaat MP-ASI
e. Memberi reinforcement positif pada e. Mendengarkan
peserta yang menjelaskan danmemperhatikan
f. Menjelaskan syarat-syarat MP-ASI f. Mendengarkan dan
Memperhatikan
g. Menggali pengetahuan peserta tentang g. Menjelaskan
cara pemberian MP-ASI
h. Memberi reinforcement positif pada h. Mendengarkan
peserta yang menjelaskan
i. Memberi pengetahuan pada pasien i. Mempraktekkan
tentang contoh menu dan cara
pembuatan makanan MP-ASI
j. Memberi kesempatan pada pasien untuk j. Mengajukan
bertanya pertanyaan
k. Memberikan reinforcement positif pada
peserta yang bertanya k. Mendengarkan
3. 15 menit Penutup
a. Mengevaluasi atau menanyakan kembali a. Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan pada
peserta b. Memperhatikan
b. Menyimpulkan kembali materi yang
telah disampaikan c. Memperhatikan
c. Memberikan motivasi kepada pasien
agar selalu d. Menjawab salam
d. Memberi salam penutup
L. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diharapkan mahasiswa berada pada posisi yang sudah direncanakan
b. Diharapkan tempat dan media serta alat sesuai rencana
c. Diharapkan mahasiswa dan sasaran menghadiri penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Diharapkan waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
d. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai
e. Diharapkan sasaran penyuluhan dan mahasiswa berperan aktif selama kegiatan
berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. 65% peserta mampu menyebutkan pengertian MP-ASI
b. 65% peserta mampu menyebutkan tujuan dan manfaat MP- ASI
c. 60% peserta mampu Syarat-syarat makanan pendamping ASI dan Cara pemberian
makanan pendamping ASI
d. 60% peserta mampu Contoh menu dan cara pembuatan makanan pendamping ASI
MATERI MP-ASI
A. Pengertian makanan pendamping ASI
Menurut Depkes RI 1997, bahwa makanan tambahan adalah makanan yang diberikan
kepada bayi umur 4 bulan keatas untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sedangkan menurut Diah
dan Rina (2000), makanan tambahan adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah berusia
4-6 bulan sampai dengan usia 24 bulan.
Pemberian makanan padat harus diberikan secara bertahap dimulai pada bayi berusia 6
bulan. Karena pada usia ini, kebutuhan bayi akan zat gizi menjadi semakin bertambah dengan
pertumbuhan dan perkembangan bayi, sedangkan produksi ASI mulai menurun. Oleh karena itu,
bayi sangat memerlukan makanan tambahan sebagai pendamping ASI atau minuman pengganti
ASI (PASI). Disamping itu juga bayi telah memiliki reflek mengunyah, sehingga harus mulai
diperkenalkan dan diberi makanan lumat. Untuk menyesuaikan kemampuan bayi terhadap
makanan tersebut maka pemberian makanan pendamping harus dilakukan secara bertahap baik
bentuk, jumlah dan macamnya.
B. Tujuan makanan pendamping ASI
Dengan memperhatikan tujuan pemberian makanan tambahan terhadap anak, orang tua dapat
memahami dari tujuan tersebut, diantaranya adalah:
· Sebagai komplemen terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi
lain (vitamin dan mineral), untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Deddy, 2002:73)
· Sebagai pelengkap makanan tambahan untuk melatih dan membiasakan anak terhadap makanan
yang akan dimakannya dikemudian hari, disamping sebagai tambahan atas kebutuhan yang
meningkat sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi makanan tambahan
diharapkan dapat menambah energi, protein, vitamin, mineral serta menambah serat makanan
(Riady, 1992:53)
C. Manfaat makanan pendamping ASI
1. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan
berbagai macam rasa dan bentuk
3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi
D. Syarat-syarat makanan pendamping ASI
Menurut Diah dan Rina. 2018, makanan tambahan untuk anak sebaiknya memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Nilai energi dan kandungannya yang tinggi
2. Proteinnya tinggi
3. Memiliki nilai suplementasi yang balk, vitamin dan mineral
4. Dapat diterima oleh-alat pencernaan anak dengan baik
5. Harganya relatif murah
6. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal
7. Bersifat padat gizi
E. Cara pemberian makanan pendamping ASI yaitu:
1.Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dalam bentuk encer kemudian lebih kental secara
berangsur-angsur
2.Makanan diperkenalkan secara satu persatu sampai bayi benar-benar dapat menerimanya
3. Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir dan harus dicoba sedikit
demi sedikit misalnya telur. Cara pemberiannya yaitu kuning telurnya terlebih dahulu setelah
tidak ada reaksi alergi maka pada hari berikutnya dapat diberikutnya boleh diberikan putih
telurnya.
4. Pada pemberian makanan jangan dipaksa sebaiknya diberikan pada saat bayi lapar
F. Jadwal pemberian makanan untuk bayi
Pemberian
Umur (bulan) Macam Makanan Jam Pemberian
dalam Sehari
0-6
Diberikan
(0-3 minggu
ASI 12 atau lebih maksimal setiap
ASI diberikan
2 jam
sekehendak)
ASI 4 atau 5 6,10,14,18,21
Buah 1 16
6-8
Bubur Susu 1 8
Nasi tim disaring 1 12
ASI 3 atau 4 6,10,14,18,21
Buah 1 16
8-10
Bubur Susu 1 8
Nasi Tim Dilembutkan 1 12,18
ASI 3 atau 4 6,10,14,18,21
10-12 Buah 1 16
Nasi tim 1 8,12,18
ASI
Buah 2 atau 3 6,14,21
>12 Nasi tim 1 16
Makanan kecil (biscuit, 3 8,12,18
bubur kacang hijau) 2 10
DAFTAR PUSTAKA
1. Pembukaan
- Perkenalan - 2 menit Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan
- Persepsi
2. Menjelaskan materi
tentang :
- Pentingnya konsumsi
buah dan sayur bagi
balita Poster 6 menit Mendengarkan
- Buah dan sayur yang
baik dikonsumsi bagi
balita
Total 16 menit
H.Evaluasi
a. Bentuk : Lisan
b. Prosedur : Langsung
c. Soal dan jawaban
Soal
1. Apakah penting untuk mengkonsumsi buah dan sayur bagi anak ?
2. Sebutkan contoh buah dan sayur yang aman bagi anak ?
Jawaban :
1. Sangat penting karena dalam buah dan sayur terdapat zat yang sangat
penting bagi balita dan manfaat yang didapatkan seperti melancarkan pencernaan
dan mencegah sariawan.
2. Jeruk, pisang, tomat, wortel, dan lainnya
1.Kesimpulan dan saran
Kesimpulan :Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan
anak balita dan anak usia sekolah untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak
300-400 gram per hari. Manfaat sayur dan buah bagi anak untuk
mencegah insiden sobesitas serta penyakit degeneratif kronis seperti penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, dan kanker. Belum ada acuan kecukupan serat
pada bayi di bawah usia 1 tahun dan untuk rekomendasi buah dan sayur yang
tepat bagi anak sebaiknya memperkenalkan terlebih dahulu untuk sayuran
kemudian baru buah - buah
Saran : dengan ibu balita yang telah diberikan penyuluhan diharapkan ibu
balita dapat mengaplikasikannya dalam makanan sehari hari anak
J.Uraian materi
1. Pentingnya konsumsi buah dan sayur bagi anak
Tidak semua anak suka dengan sayur dan buah menurut riskesdas tahun
2013 menyebutkan bahwa 93,5 persen penduduk berusia di bawah 10 tahun, tidak
mengkonsumsi sayur dan buah sesuai anjuran. Padahal, konsumsi sayur dan buah,
sangat penting untuk gizi seimbang Si Kecil. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
secara umum menganjurkan anak balita dan anak usia sekolah untuk
mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 300-400 gram per hari. Sedangkan,
remaja hingga dewasa sebanyak 400-600 gram per orang per hari. Sekitar dua-
pertiga dari jumlah anjuran konsumsi tersebut disarankan dalam porsi sayur.
Sayur dan buah memang bukan makanan favorit anak-anak pada umumnya.
Secara statistik, perilaku ini tidak hanya menjadi fenomena di Indonesia,
namun di negara lainnya juga. Salah satu alasannya adalah rasa pahit atau asam
pada buah dan sayur yang disebabkan oleh kandungan vitamin C dan serat.
Berbeda dengan orang dewasa, rasa pahit adalah rasa yang asing bagi anak-anak.
Rasa manis dan asin lebih akrab karena hal itu ada pada rasa ASI ataupun asupan
MP (Makanan Pendamping) ASI. Berbagai penelitian meta-analisis telah
menunjukkan manfaat positif sayur dan buah untuk mencegah insiden sobesitas
serta penyakit degeneratifkronis seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, dan kanker. Belum ada acuan kecukupan serat pada bayi di bawah usia 1
tahun.
Buah dan sayuran penting untuk anak karena berbagai manfaat yang
dimilikinya. Manfaat buah dan sayur untuk anak ada 6, diantaranya:
1. Memperbaiki gizi
Agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik maka
menjaga tubuh agar tetap sehat juga dibutuhkan. Tubuh yang sehat memerlukan
asupan nutrisi yang baik seperti sayuran dan buah karena dapat meningkatkan gizi
sang anak. Untuk meningkatkan atau memperbaiki gizi anak contoh buah dan
sayuran yang bisa dikonsumsi yaitu buah stroberi dengan kandungan yang kaya
akan vitamin C yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, anda juga bisa
mendapatkan vitamin A dari wortel, buah apel juga bisa karena mengandung 16
macam polifenol yang mengandung antioksidan serta bayam yang merupakan
sayuran dengan zat besi. Zat besi mampu mencegah anemia pada anak.
2. Mengurangi obesitas
Anak yang gemuk mungkin mengemaskan, namun anda perlu hati-hati
karena obesitas tidak baik untuk anak. Maka dari itu perlu mengonsumsi sayuran
dan buah karena dapat mengurangi risiko obesitas pada anak. Hal itu terjadi
karena buah dan sayur kaya akan serat namun rendah lemak dan kalori sehingga
risiko obesitas pada anak anda akan lebih kecil dibanding dengan anak yang
sering mengonsumsi junk food.
3. Baik untuk akademik anak
Pada anak yang suka mengonsumsi buah dan sayur ia akan memiliki
prestasi akademik yang baik dibandingkan anak yang tidak mau makan buah dan
sayur. Hal itu dibuktikan pada penelitian sebuah Journal of School Health edisi
April 2008, menyatakan bahwa anak dengan pola makan sehat dan banyak
mengonsumsi buah dan sayuran lebih sukses secara akademis dibandingkan anak
yang jarang mengonsumsi buah dan sayuran.
4. Menjaga kesehatan sistem pencernaan
Jika anak anda sering mengalami masalah pada sistem pencernaan seperti
diare dan lain-lain. Maka dengan mengonsumsi buah dan sayur masalah
pencernaan akan menjadi sehat. Hal itu karena buah dan sayuran memiliki
kandungan serat tinggi untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Risiko diare
atau konstipasi dan masalah lainnya akan menurun dengan konsumsi buah dan
sayuran.
5. Mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat
Konsumsi makanan tidak sehat atau junk food terlalu sering merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak terkena obesitas dan penyakit
lainnya. Sehinnga perlu dikurangi atau bahkan menghindari makanan tidak sehat
dengan menggantinya menjadi buah dan sayuran.
6. Mendukung pembentukan sel baru da pembangunan jaringan tubuh
Sayur mengandung kandungan yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk
sel baru dan pembangunan jaringan seperti pro-vitamin A yang dirubah menjadi
vitamin A sehingga sayur bermanfaat dalam pembentukan sel baru dan jaringan
tubuh.
2. Buah dan sayur yang baik dikonsumsi balita
1. Jeruk
2. Tomat
3. Wortel
4. Alpukat
Alpukat adalah buah yang kaya akan lemak baik yang bisa membantu
perkembangan otak bayi. Bahkan, komposisi lemak pada alpukat juga mirip
dengan komposisi lemak di dalam ASI. Teksturnya juga lembut sehingga mudah
dicerna oleh bayi. Oleh karenanya selain sayur, buah yang satu ini juga sangat
direkomendasikan untuk bayi.
5. Brokoli
Brokoli bukan hanya sayuran tinggi serat, tapi juga kaya akan folat dan
kalsium. Rasanya yang khas juga dianggap baik sebagai sayuran pertama bayi,
yang jika dibiasakan akan membuatnya senang makan sayur sampai ia dewasa.
6. Ubi
Ubi dikenal sebagai karbohidrat kompleks yang baik bagi semua usia. Bagi
bayi, ubi tak hanya mudah dicerna karena teksturnya yang lembut, tapi juga
cenderung disukai karena rasanya yang manis. Ubi jalar mengandung beta-
karoten, vitamin C, dan berbagai mineral seperti zat besi.
MALARIA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penyuluh : Mahasiswa
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan
No. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Kegiatan Keluarga A
Penyuluhan Kesehatan
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Keluarga A membalas salam
(5 menit) b. Memperkenalkan diri / nama b. Keluarga A menerima
anggota dan asal kehadiran mahasiswa dengan
c. Menjelaskan maksud dan baik.
tujuan c. Keluarga A memahami tujuan
d. Menggali dan mengkaji tingkat dengan baik
pengetahuan keluarga A d. Keluarga A ikut
tentang penyakit malaria berpartisipasi dalam diskusi
awal
MATERI
PENYAKIT MALARIA
A.Latar Belakang
Hidup sehat adalah hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang,
mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat banyak, mulai dari konsentrasi
kerja, kesehatan dan kecerdasan anak sampai dengan keharmonisan keluarga.
Menciptakan hidup sehatpun sangatlah mudah serta murah, mengingat biaya yang
harus dikeluarkan untuk pengobatan apabila mengalami gangguan kesehatan
cukup mahal.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini memerlukan lingkungan yang bersih
dan sehat agar dapat memberikan kenyamanan hidup. Oleh karena itu, manusia
wajib peduli terhadap lingkungan dengan cara menjaga, memelihara dan
menciptakan lingkungan hidup yang baik.
Perilaku merupakan wujud tindakan seseorang berdasarkan pemahaman dan
kemauan terhadap sesuatu yang dihadapi. Sedangkan lingkungan hidup
merupakan wahana dimana mahluk dapat bertahan dan berkembang biak.
Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang lebih sehat, masyarakat diajak
berkomitmen untuk melakukan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan
sehat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support)
dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Sehingga keluarga dan
masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup
yang bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada
seluruh anggota keluarga. Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang kunci
utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. Karena jika keluarga
sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, Sehat harus
diawali dari dalam rumah sendiri.
Dengan menerapkannya terlebih dahulu di lingkungan rumah tangga, maka
otomatis akan lebih mudah menerapkan ke lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu
masyarakat. Karena kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari
yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di
rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan
oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara
keseluruhan (totalitas)
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari PHBS?
2. Apa saja tatanan PHBS?
3. Apa manfaat dari PHBS?
4. Apa tujuan dari PHBS?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pengertian PHBS
2. Untuk Mengetahui 10 Tatanan PHBS
3. Untuk Mengetahui Manfaat PHBS
4. Untuk Mengetahui Tujuan PHBS
BAB II
PEMBAHASAN
Tahun 2020/2021
Sasaran : Keluarga
Waktu : 45 menit
A. Latar Belakang
Metode
✓ Ceramah
✓ Tanya Jawab
✓ Demonstrasi
Media
✓ Video
✓ Poster
Setting Tempat
Media
Media
Media
Keterangan :
= Presenter
= Fasilitator
= Observer
= Moderator
Pengorganisasian
✓ Presenter :
✓ Moderator :
✓ Fasilitasor :
✓ Observer :
Rincian Tugas
✓ Presenter : Memberikan penyuluhan
✓ Moderator:Mengatur jalannya penyuluhan, pembukaan, menutup acara
✓ Fsilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan
✓ Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan
Penyuluh Sasaran
1. Membuka acara 1. Sasaran Menjawab salam
dengan mengucapkan 2. Mendengarkan penyuluh
salam kepada sasaran menyampaikan topik dan
2. Menyampaikan topik tujuan
5 Menit Pembukaan
dan tujuan Penyuluhan 3. Menyetujui kesepakatan
kesehatan kepada waktu pelaksanaan
sasaran Penyuluhan Kesehatan
1. Menyampaikanpengetahu
20 Kegiatan Pelaksanaan :
annya tentang materi
Menit Inti 1. Menjelaskan materi
penyuluhan
penyuluhan secara
2. Mendengarkan penyuluh
teratur dan berurutan
menyampaikan materi
a. Pengertian cuci
3. Memperhatikan penyuluh
tangan pakai sabun
selama demonstrasi
(CTPS)
4. Menanyakan hal – hal
b. Tujuan mencuci
yang tidak dimengerti dari
tangan
materi penyuluhan
c. Alasan mencuci
tangan harus di air
yang mengalir
d. Waktu yang tepat
mencuci tangan
e. 7 Langkah cuci
tangan dengan sabun
2. Memberikan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal – hal
yang belum dimengerti
dari materi yang
dijelaskan penyuluh
1. Memberikan 1. Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh
sasaran tentang materi 2. Mendengarkan
yang sudah penyampaian kesimpulan
disampaikan penyuluh 3. Mendengarkan penyuluh
2. Menyimpulkan menutup acara dan
Evaluasi / materi penyuluhan menjawab salam
5Menit
Penutup yang telah disampaikan
kepada sasaran
3. Menutup acara
dengan mengucapkan
salam serta terimakasih
kepada sasaran
F. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Peserta hadir 30 orang
b. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Rumah Keluarga dalam
kasus
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta konsentrasi mendengar penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara lebgkap dan benar
d. Peserta dapat mendemonstrasikan dengan benar
3. Kriteris Hasil
a. Menjelaskan pengertian apa itu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
b. Menjelaskan tentang tujuan mencuci tangan
c. Menjelaskan tentang alasan mengapa cuci tangan di lakukan pada
air yang mengalir
d. Menjelaskan waktu- waktu yang tepat dalam mencuci tangan
e. Menjelaskan tentang langkah- langkah mencuci tangan yang baik
dan benar
LAMPIRAN MATERI
Mencuci tangan adalah membasuh kedua telapak tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan tujuan untuk
menghilangkan kuman. Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan
langkah awal untuk mencegah masuknya kuman dan resiko tertularnya
penyakit. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk
menjadi bersih
Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan lepas
kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar. Nah inilah
waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan.
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni
7 lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah. Bisa dilihat pada gambar
untuk lebih jelasnya.
1. Basuh tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung tangan
4. Gosok sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya.
5. Gosokan kedua buku jari secara bergantian
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
7. Gosok dan putar Ujung-ujung Jari secara bergantian.
8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan lap tangan atau tissue
H. Evaluasi:
Bentuk : Lisan
Prosedur : Langsung
Soal:
1) Jelaskan tujuan menyikat gigi!
2) Sebutkan syarat sikat gigi yang baik dan waktu menyikat gigi yang
tepat !
3) Jelaskan serta praktikkan teknik menyikat gigi yang baik dan
benar!
Jawaban:
1. Tujuan menyikat gigi adalah:
Membersihkan permukaan gigi dari sisa makanan/minuman
yang tertinggal.
Mencegah terjadinya penyakit gigi.
Menjaga agar gigi menjadi bersih dan sehat.
2. Syarat sikat gigi yang baik adalah
Gagang sikat harus lurus
Kepala sikat tidak lebar dan membulat
Bulu sikat dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi
Waktu yang tepat dalam menyikat gigi adalah pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur
3. Teknik menyikat gigi yang baik dan benar yaitu:
Untuk permukaan gigi sebelah ke pipi dimana gigi bagian atas
dan bawah dalam keadaan rahang tertutup maka gerakan
sikatnya adalah memutar.
Untuk permukaan gigi bagian depan dimana gigi bagian atas
dan bawah dalam keadaan rahang tertutup maka gerakan
sikatnya naik dan turun.
Untuk permukaan gigi bagian ke lidah gerakan sikatnya ke atas
dan bawah dimana mulut dalam keadaan mulut terbuka.
Untuk gigi bagian ke langit-langit gerakan sikatnya ke atas dan
ke bawah dimana mulut dalam keadaan mulut terbuka.
Untuk permukaan kunyah gerakan sikatnya maju dan mundur.
I. Kesimpulan dan saran :
a) Kesimpulan
Menyikat gigi merupakan salah satu cara yang umum dianjurkan
untuk membersihkan permukaan gigi agar bersih dari kotoran. Tujuan
menyikat gigi yaitu membersihkan permukaan gigi dari sisa
makanan/minuman yang tertinggal, mencegah terjadinya penyakit gigi
serta menjaga gigi agar tetap bersih dan sehat. Dalam menyikat gigi, sikat
gigi yang digunakan haruslah memiliki sikat gigi yang memiliki gagang
sikat yang lurus, kepala sikat yang tidak lebar serta bulu sikat yang
lembut. teknik menyikat gigi hendaknya sesuai dengan prosedur
menyikat gigi yang baik dan benar agar terhindar dari berbagai masalah
penyakit gigi dan mulut. Dan waktu yang tepat dalam menyikat gigi yaitu
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
b) Saran
Diharapkan kepada sasaran setelah dilakukan penyuluhan dapat
mengerti dan memahami tentang tujuan menyikat gigi, syarat sikat gigi,
teknik menyikat gigi yang baik dan benar serta waktu yang tepat dalam
menyikat gigi.
J. Uraian Materi
Menyikat gigi merupakan salah satu cara yang umum dianjurkan untuk
membersihkan permukaan gigi agar bersih dari kotoran. Tujuan menyikat gigi
adalah untuk membersihkan permukaan gigi dari sisa makanan/minuman yang
tertinggal, mencegah terjadinya penyakit gigi, menjaga agar gigi menjadi bersih
dan sehat. (Erwana, Agam Ferry. 2013. Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut..
Yogyakarta:Rapha Publishing)
Syarat sikat gigi yang baik digunakan untuk membersihkan yaitu gagang
sikat gigi yang digunakan harus lurus, agar mudah dalam mengontrol gerakan
penyikatan. kepala sikat gigi tidak lebar dan tidak membulat agar tidak melukai
jaringan lunak lain seperti pipi saat menyikat gigi bagian belakang dan bulu sikat
dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan mudah masuk kedalam sela-sela
gigi. Waktu yang tepat dalam menyikat gigi yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur(Depkes RI. 1995. Tata Cara Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI)
Teknik menyikat gigi yang baik dan benar yaitu:
1) Untuk permukaan gigi sebelah ke pipi dimana gigi bagian atas dan bawah
dalam keadaan rahang tertutup maka gerakan sikatnya adalah memutar.
2) Untuk permukaan gigi bagian depan dimana gigi bagian atas dan bawah
dalam keadaan rahang tertutup maka gerakan sikatnya naik dan turun.
3) Untuk permukaan gigi bagian ke lidah gerakan sikatnya ke atas dan bawah
dimana mulut dalam keadaan mulut terbuka.
4) Untuk gigi bagian ke langit-langit gerakan sikatnya ke atas dan ke bawah
dimana mulut dalam keadaan mulut terbuka.
5) Untuk permukaan kunyah gerakan sikatnya maju dan mundur.
(Erwana, Agam Ferry. 2013. Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut..
Yogyakarta:Rapha Publishing)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
H. Evaluasi
a. Bentuk : Lisan
b. Prosedur : Langsung
c. Pertanyaan :
1. Sebutkan penyebab dari lubang gigi !
2. Apa akibat dari lubang gigi ?
3. Bagaimana cara mencegah terjadinya lubang gigi ?
d. Jawaban :
1. Penyebab dari lubang gigi :
Bakteri yang menempel pada gigi
Malas menyikat gigi
Malas makan buah dan sayur
Suka makan makanan yang manis dan melekat
2. Akibat lubang gigi / karies adalah :
Gigi terasa ngilu dan lama lama terasa sakit
Bau mulut
Susah makan dan minum, susah berbicara
jika dibiarkan, lama lama gigi habis dan ompong
3. cara mencegah lubang gigi :
a. Pola makan
Mengantur pola makan dengan sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan
mengandung air seperti buah-buahan dan sayuran . serta
mengurangi makanan manis dan melekat.
b. Kebersihan mulut
Pembersihan gigi dengan cara rutin menyikat gigi
minimal 2 kali sehari yaitu setelah sarapan pagi dan malam
sebelum tidur. Dan berkumur setelah mengkonsumsi
makanan. Serta periksakan gigi minimal 1x6 bulan ke
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
I.Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Lubang gigi atau karies adalah suatu penyakit infeksi dimana terjadi
kerusakan jaringan keras gigi yang di tandai oleh aktivitas bakteri dalam
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Penyebab dari lubang gigi adalah
bakteri dalam mulut, kebersihan mulut yang buruk, suka mengkonsumsi
makanan yang mnais dan melekat serta jarang mengkonsumsi buah dan
sayur, Akibat dari lubang gigi adalah bau mulut, gigi terasa ngilu dan
bahkan sakit, tergangguya aktivirtas sehari-hari seperti makan dan minum,
tidur, berbicara. Cara mencegah lubang gigi dengan menjaga kesehatan
umum, mengatur pola makan dengan sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat dan mengandung banyak air seperti buah-buahan dan
sayuran. Kurangi makanan manis dan melekat. Menjaga kebersihan gigi
dan mulut dengan rutin menyikat gigi minimal 2 kali sehari setelah
sarapan pagi dan malam sebelum tidur.
B. Saran
a. Setelah penyuluhan ini sasaran diharapkan dapat memelihara
kesehatan gigi dan mulut
b. Sasaran diharapkan menyikat gigi setelah makan dan mengurangi
makanan yang manis dan melekat
c. Sasaran diharapkan untuk menyikat gigi 2x sehari pagi setelah
makan dan malam sebelum tidur
d. Memperbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
dan mengandung air seperti buah-buahan dan sayuran
e. Memeriksakan gigi minimal 1x6 bulan ke unit pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
J. Konsep Materi
Lubang gigi atau karies adalah suatu penyakit infeksi dimana terjadi
kerusakan jaringan keras gigi yang di tandai oleh aktivitas bakteri dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Penyebab dari lubang gigi adalah adanya
bakteri yang menempel pada permukaan gigi, kebersihan mulut yang buruk yaitu
waktu dan cara menyikat gigi yang salah, kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang manis dan melekat, kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur.
Akibat dari lubang gigi adalah bau mulut, terasa ngilu bila terkena makanan
yang panas dan dingin, tidak bisa tidur / aktifitas terganggu, kalau tidak dicabut
menyebabkan gusi bengkak, hilang gigi dan penyakit lainnya. Cara mencegah
lubang gigi dengan menjaga kesehatan umum, mengontrol saliva (air ludah ) di
dalam mulut, mengatur pola makan dengan sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat dan mengandung banyak air seperti buah-buahan dan sayuran.
Kurangi makanan manis dan melekat. Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan
rutin menyikat gigi minimal 2 kali sehari setelah sarapan pagi dan malam sebelum
tidur, berkumur-kumur setelah mengkonsumsi makanan, banyak mengkonsumsi
air putih dan periksa gigi minimal 1x6 bulan ke klinik gigi.
F. Skenario Penyuluhan :
1 Pembukaan :
a) Perkenalan Ceramah - 1Menit Mendengarkan
b) Menyampaikan
maksud dan Ceramah 1Menit Mendengarkan
tujuan
c) Apresiasi ceramah 1Menit Mendengarkan
2 Penyampaian Materi :
a) Apa saja Ceramah 1Menit Mendengarkan
makanan yang dan menyimak
menyehatkan leaflet yang
untuk gigi disampaikan
2Menit
b) Manfaat yang penyuluh
menyehatkan
untuk gigi
3 Penutup :
Evaluasi Tanya - 4 Menit Mendengarkan
Jawab dan menjawab
Kesimpulan&Saran dan 1Menit pertanyaan
ceramah dari penyuluh
Jumlah 11Menit
H. Evaluasi
a) Bentuk : lisan
b) Prosedur :langsung
c) Pertanyaan :
1. Sebutkan apa saja makanan yang menyehatkan gigi
2. Manfaat makanan yang menyehatkan untuk gigi
d) Jawaban :
1. makanan yang menyehatkan gigi
a. Makanan berserat yang mempunyai daya pembersih gigi, seperti
apel, jeruk, jambu air, nanas, pisang dan sebagainya. Sayur-sayuran
seperti bayam, wortel, sawi, dan berbagai jenis sayuran lainnya.
a. Makanan yang mengandung protein seperti tahu, tempe, telur, ikan,
daging, kacang-kacangan, dan susu.
b. Makanan yang mengandung kalsium, fosfor, dan vitamin seperti susu,
buah-buahan, dan telur
2. Manfaat makanan yang menyehatkan untuk gigi
A. Manfaat buah: apel, jeruk jambu air nanas, dan pisang hal ini
karena buah apel dapat menghilangkan noda pada mulut sehingga bebes
dari gigi berlubang memutihkan gigi, buah Jeruk dapat mencegah sariawan
dan memutihkan gigi, buah jambu selain buahnya, jus daun jambu biji
juga telah dikenal untuk menyembuhkan sakit gigi, gusi bengkak atau
sariawan, dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka saat dioleskan
secara eksternal. buah nanas mencegah bau mulut dan dapat memutihkan
gigi, pisang mengandung vitamin, mineral, dan kalium yang kaya dengan
manfaat kesehatan yang positif. Untuk memutihkan gigi menggunakan
kulit pisang sangat aman dan sehat. Kulit pisang adalah sumber mineral
dan vitamin yang baik. Ambil bagian dalam kulit pisang dan gosokkan
pada gigi Anda secara lembut selama 2 menit. Mineral yang luar biasa
dalam kulit pisang seperti kalium, magnesium dan mangan menyerap ke
gigi dan memutihkannya. Manfaat bayam menjaga kekuatan tulang gigi
dan gusi yang mengandung kalsium sehingga tidak mudah keropos dan
juga sakit gigi. Wartel bermanfaat untuk kanker mulut, tenggorokan
B. Manfaat protein seperti tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, dan keju Itu kaya akan kalsium. Dan sebagai tambahan, keju
rendah tingkatan asam dalam mulut anda yang dibenci oleh plak. Apa lagi
mengunyah keju keras dapat meningkatkan produksi air liur yang mana
akan menyingkirkan beberapa bakteri dalam mulut. Susu adalah minuman
terbaik untuk gigi anda. Susu kaya akan kalsium dan zat penting lainnya.
Susu juga rendah tingkat asam didalam mulut yang akan membantu
melawan kerusakan gigi. Ikan (ikan berlemak, salmon liar dan tuna) kaya
akan mineral dan vitamin penting seperti vitamin D, ikan adalah bagian
terpenting dari diet sehat apapun. Daging baik untuk kesehatan mulut.
Mereka sepaket dengan beberapa nutrisi penting yang sudah disebutkan
diatas. Daging merah dan daging organ pun sangat bermanfaat, kacang -
kacang penuh dengan manfaat kesehatan untuk gigi anda. Mereka terpaket
dengan banyak zat penting seperti kalsium dan fosfor. Yang paling spesial
manfaatnya adalah kacang almond, kacang brazil dan mete yang akan
membantu anda melawan bakteri yang berpotensi pada kerusakan gigi.
1. Pembukaan
- Perkenalan
- 2 menit Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2. Menjelaskan materi
tentang :
- Pengertian karang
karang Flipchar 6 menit Mendengarkan
- Penyebab terjadinya
karang gigi
- cara mencegah
terjadinya karang gigi
3. Penutup - 8 menit
Total 16 menit
H. Evaluasi :
d. Bentuk : Lisan
e. Prosedur : Langsung
f. Soal dan jawaban
Soal
a) Sebutkan pengertian dari karang gigi?
b) Sebutkan penyebab terjadinya karang gigi?
c) Sebutkan cara – cara pencegahan terjadinya karang gigi?
Jawaban
1. karang gigi adalah lapisan kerak bewarna kuning yang menempel
pada gigi dan terasa kasar,yang dapat menyebabkan masalah pada gigi
2. Penyebab terjadinya karang gigi
Adanya sisa makanan yang melekat pada gigi seperti permen dan
coklat
Jarang menyikat gigi dengan bersih dan benar
Sering memakan makanan yang manis dan melekat
3. Cara mencegah terjadinya karang gigi
Kurangi mengkosumsi makanan manis dan melekat
Menggosok gigi secara teratur dan benar
Periksa dan lakukan scalling kepuskesmas atau klinik gigi
I.Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan :
Karang gigi adalah lapisan bewarna kuning yang menempel pada gigi dan
terasa kasar,yang dapat menyebabkan masalah pada gigi. Karang gigi disebabkan
karena sering melakukan makanan yang manis dan melekat,serta menyikat gigi
yang tidak bersih dan tidak benar. Untuk pencegahan nya adalah dengan
mengurangi kosumsi makanan manis dan melekat dan menggosok gigi secara
benar,serta lakukan scalling.
Saran :
Setelah penyuluhan ini sasaran diharapkan dapat memelihara kesehatnan
gigi dan mulutnya. Sasaran diharapkan mengurangi makanan yang manis dan
melekat.sasaran diharapkan menyikat gigi 2 kali sehari,pagi setelah sarapan pagi
dan malam sebelum tidur. Sasaran diharapkan mengontrol gigi minimal 6 kali
sebulan untuk menghindari adanya penyakit gigi dan mulut.
J. Uraian materi
a. Pengertian karang gigi
Kalkulus disebut dengan karang gigi atau tartar adalah lapisan kerak
bewarna kuning yang menempel pada gigi dan terasa kasar yang dapat
menyebabkan masalah pada gigi. Kalkulus merupakan suatu massa yang
mengalami klasifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada pada permukaan gigi
dan objek solid lainnya didalam mulu, misalnya restorasi dan gigi-gigi geligi
tiruan. Kalkulus adalah plak terklasifikasi. Tahap-tahap pembentuknya dapat
dipantau dengan mengamati vener plastik yang terpasang pada gigi geligi atau
gigi geligi tiruan. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering
ditemukan pada gigi permanen anak usia muda. Meskipun demikian pada anak
usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut
dan hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.
b. Penyebab terjadinya karang gigi
Kalkulus terbentuk dari dental plak yang mengeras pada gigi dan menetap
dalam waktu yang lama. Dental plak merupakan tempat ideal bagi
mikroorganisme mulut,karena terlindung dari pembersih alami oleh lidah maupun
saliva. Untuk menghilangkan dental plak dan kalkulus perlu dilakukan scalling
atau root planing. Penyebab kalkulus adalah adanya kotoran pada gigi atau plak
terbentuk aktivitas bakteri yang mengubah sisa gula diatas permukaan email
gigi,namun jika dibiarkan menumpuk dan memicu gangguan kesehatan mulut
yang lain.karang gigi terjadi karena kebiasaan buruk tidak menyikat gigi dengan
bersih dan benar
c. Cara – cara pencegahan terjadinya karang gigi
Karang gigi bisa terjadi karena adanya plak yang menempel pada gigi dan tidak
bersihkan sehingga lama kelamaan plak tersebut terklasifikasi menjadi keras
sehingga menjadi karang gigi. Untuk mencegahnya bisa dilakukan dengan rutin
membersihkan gigi dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Serta kurangi makanan
manis dan melekat.