Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Yonggiana (190204003)

Kristina Wati Sihombing (190204004)

Fitria Rahmadani (190204002)

Caca Rohali Sinaga (190204025)

Novica Ayu Saputri Pasaribu (190204042)

Klarensia

Dosen Pembimbing :

Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., Sp.KepJ

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

PRODI NERS

1
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang ‘Asuhan
Keperawatan Perilaku Kekerasan

Terima kasih juga di sampaikan kepada teman- teman yang telah terlibat
dalam pembuatan makalah ini, yang sudah meluangkan waktu dalam pembuatan
makalah ini. Dalam penulisannya kami sudah berusaha agar apa yang kami tulis
dapat dimengerti oleh pembaca. Semoga dengan makalah ini juga dapat
menambah wawasan atau pengetahuan kita baik sebagai penulis maupun
pembaca.

Namun sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik maupun saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca agar dapat tercipta suatu kesempurnaan
dalam memenuhi kebutuhan kita sebagai mahasiswa.

Medan, 22 September 2021

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di
ekspresikan dengan
melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka
penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat
dan tepat oleh tenaga-tenaga professional.
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga profesional.Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa
individu yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan
tidak beriman. Pada umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke
rumah sakit jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga
tidak mampu merawat dan terganggu perilaku pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa
yang salah
satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, guna
membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di
hadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana asuhan keperawatan pada perilaku kekerasan

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang askep perilaku kekerasan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan


untuk melukai seseorang secara fisik maupun pskologis.

Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara


verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat berlangsug dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan dan riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan sulit di prediksi.
Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki
resiko tinggi antara lain : pria berusia 15 sampai 25 tahun, subgroup dengan
budaya perilku kekerasan dan peminum alcohol. Kunci penentu perilaku
kekerasan individu adalah riwayat perilaku kekerasan pada masa lampau,
penggunaan aktif alcohol, kekerasan fisik masa kanak, dan beberapa bentuk
trauma otak.

2.2 Rentang Respon Masalah

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif


dan melarikan diri/ respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif – kekerasan. Perilaku
yang ditampakkan di mulai dari yang rencah sampai tinggi yaitu :

a. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati


orang lain dengan ancaman, memberi kata – kata ancaman tanpa melukai.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk melukai orang
lain.

6
b. Kekerasan : Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata – kata mengancam, melukai, disertai melukai tingat ringan
dan paling berat adalah melukai / merusak secara serius. ( Keliat, 1999 ).

2.3 Penyebab

a. Faktor Predisposisi

1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif/ amuk. Masa kanak – kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, di hina, dianiaya, atau saksi penganiayaan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah/ diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam ( positif agresif ) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah – olah perilaku kekerasan di terima.

b.Faktor Presipitasi

1. Klien
Kelemahan fisik , keputusan, ketidakberdayaan
2. Lingkungan
Situasi yang ribut, padat
3. Orang lain
Kritikan yang mengarah pada penghinaan , kehilangan, interaksi sosial
propokatif, konflik.

7
2.4 Tanda dan Gejala

a) Muka merah
b) Pandangan tajam
c) Otot tegang, nada suara tinggi
d) Berdebat, memaksakan kehendak
e) Memukul atau melempar benda jika tidak senang
f) Mengatupkan rahang dengan kuat
g) Mengepalkan tangan
h) Bicara kasar
i) Mengancam secara verbal atau fisik
j) Merusak barang atau benda

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon
terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, pengangan
pasien perilaku kekerasan perlu di lakukan secara tepat dan cepat oleg
tenaga yang profesional. Jelaskan tanda dan gejala klien pada tahap marah,
krisis atau perilaku kekerasan, dan kemungkinan bunuh diri.
Fokus pada pengkajian pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
1. Pengunpulan data
Data yang dikumpulkan yaitu :
a) Aspek biologis
Pada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatuk tangan di kepal,
tubuh kaku dan reflek cepat.
b) Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, menyalahkan dan menuntut.

9
c) Aspek intelektual
Perawat perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab
kemarahan bagimana informasi di proses, di klarifikasi dan di
integrasikan.
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
e) Aspek spiritual
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dimanefestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang di
dapat. Diagnosa keperawatan risiko perilaku kekerasan dirumuskan jika
pasien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah
melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan
mencegah / mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan, seperti :
1. Resiko perilaku mencederai b.d perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d defisit perawatan diri
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d
ketidakefektifan keluarga

3.2 Intervensi/Implementasi Keperawatan

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang


muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana keperawatan dilihat pada
tujuan khusus sebagai berikut:
DIAGNOSA Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

10
berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk
TUJUAN UMUM Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
TUJUAN Rencana Tindakan:
KHUSUS 1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
Klien dapat empati, sebut nama dan jelaskan tujuan interaksi
membina hubungan 2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
saling percaya 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tapi sering
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
kekerasan 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
tanda-tanda perilaku dirasakan saat jengkel/kesal
kekerasan 2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal
yang dialami klien
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan biasa dilakukan
yang biasa 2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan: apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?

11
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian
Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Kapten Muslim, Medan
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 September 2021
Sumber Data : Klien, keluarga dan status klien

Alasan Masuk
Klien dibawa ke Puskesmas karena bicara-bicara sendiri, mengurung diri,
mendengar suara yang menyuruhnya memukul dirinya sendiri dan membenturkan
kepala ke dinding, memukul istri, susah tidur, merusak dan melempar-lempar
barang.

12
Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu, sudah pernah
dibawa berobat namun pengobatannya kurang berhasil karena klien tidak teratur
minum obat di rumah. Dan klien datang kembali berobat ke Puskesmas. Tidak ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dalam keluarga hanya klien
yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Regiment terapeutik inefektif

Fisik
1. Tanda vital: TD:120/70 mmHg HR: 80x/i
Temp: 360c RR: 20x/i
2. Ukur: TB : 160 cm BB: 64 kg
3. Klien tidak memiliki keluhan tentang fisiknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien menyukai bentuk tubuhnya dan tidak ada yang istimewa
b. Identitas
Klien anak ke empat dari lima bersaudara
c. Peran
Klien berperan sebagai suami dan ayah untuk anak-anaknya
d. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh
e. Harga diri
Klien merasa dirinya tidak berharga karena tidak bisa bekerja

Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien adalah istri dan anak. Klien tidak
pernah ikut dalam kegiatan kelompok di masyarakat. Penyakit klien menyebabkan
klien lebih memilih menyendiri.

13
Spiritual
Klien beragama Kristen dan klien menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa

Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai fungsinya dan tidak terbalik.
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema
yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar.
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak gelisah dan bingun, terkadang mondar-mandir
4. Alam perasaan
Alam perasaan klien saat ini sedih karena merasa tidak berguna karena sakit
yang dialaminya
5. Afek
Labil karena klien mudah marah, mudah emosi bila ditanya tentang
masalahnya secara berulang-ulang.
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien dapat diajak kerja sama dengan perawat dan kontak
mata sepenuhnya.
7. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
dirinya sendiri
8. Proses pikir
Selama wawancara klien dapat menjawab pertanyaan secara lancar dan
sesuai.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak ada perasaan curiga kepada orang lain.

10. Tingkat kesadaran

14
Klien sadar penuh (compos mentis) dan konsentrasi saat sedang di
wawancarai.
11. Memori
Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang (saat dibawa
ke Puskesmas dan diantar oleh keluarga dan klien dapat mengingat nama
perawat saat berkenalan).
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara sederhana
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik dan buruk
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya

1.1.3. Kebutuhan Persiapan Pulang


Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan malam. Klien BAB 1x sehari dan
BAK kurang lebih 5x sehari, dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik. Klien tidak mengetahui
tentang pemakaian obat-obatan, klien mandi 2x sehari dengan mandiri.

Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien merasa terasingkan diantara keluarga dan lingkungan karena
penyakit yang dialami klien saat ini.
Masalah dengan dukungan lingkungan: sebelum dibawa ke Puskesmas
klien mau mengikuti kegiatan di lingkungan, namun orang-orang tidak menerima
kehadirannya karena emosinya yang tidak terkendali.

4.2 Analisa Data


No Analisa Data Masalah
1 DS: Resiko perilaku
- Klien mengatakan mendengar suara-suara kekerasan

15
yang menyuruhnya untuk memukul dirinya
sendiri
- Keluarga klien mengatakan pernah
membenturkan kepalanya ke dinding
- Klien mengatakan saat marah tidak bisa
mengontrol emosinya
- Klien mengatakan pernah memukul istrinya
- Keuarga mengatakan di rumah klien sering
merusak dan melempar-lempar barang.
DO:
- Wajah klien tampak tegang
- Wajah memerah
- Tangan mengepal
- Pandangan mata tajam
2 DS: Gangguan persepsi
- Klien mengatakan mendengar suara-suara sensori: halusinasi
yang menyuruhnya untuk memukul dirinya pendengaran
sendiri
DO:
- Klien tampak berbicara sendiri
3 DS: Isolasi sosial: Menarik
- Klien mengatakan malas berinteraksi Diri
dengan orang-orang di sekitarnya
- Klien mengatakan lebih senang hidup
menyendiri
- Keluarga mengatakan sewaktu di rumah
klien sering mengurung diri di kamar
DO:
- Klien tampak menyendiri
- Klien sering mengurung diri di kamar
4 DS: Gangguan Konsep
- Klien mengatakan bahwa dirinya tidak Diri: Harga Diri

16
berguna karena sakit Rendah
DO:
- Klien tampak sedih
- Wajah klien tampak murung
5 DO : Penatalaksanaan
- Klien mengatakan saat di rumah tidak Regiment Terapeutik
teratur minum obat Inefektif
DS:
- Obat yang diberikan tidak diminum teratur
oleh klien
- Penyakit klien kambuh lagi
- Klien kembali berobat ke Puskesmas

1.2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


Resiko Perilaku Kekerasan

17
4.3 Rencana Tindakan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN
1 Resiko perilaku Tujuan Keperawatan: 1. Klien 1. Bina hubungan saling  Kepercayaan
kekerasan Klien dapat menunjukkan percaya dengan dari klien
mengontrol atau tanda-tanda menggunakan prinsip merupakan hal
mengendalikan percaya kepada komunikasi teraupetik yang mutlak
perilaku kekerasan perawat  Sapa klien dengan ramah serta akan
 Ekspresi wajah baik verbal maupun memudahkan
Tujuan Khusus: bersahabat nonverbal dalam
- Klien dapat  Menunjukkan  Perkenalkan nama melakukan
membina hubungan rasa senang lengkap, nama pendekatan dan
saling percaya  Ada kontak panggilan, dan tujuan tindakan
- Klien dapat mata perawat berkenalan keperawatan
mengenal perilaku  Mau berjabat  Tanyakan nama lengkap kepada klien
kekerasan yang tangan dan nama panggilan  Menentukan
dilakukannya  Mau yang disukai klien mekanisme
- Klien dapat menyebutkan  Buat kontrak yang jelas koping yang

18
mengidentifikasi nama  Tunjukkan sikap jujur dimiliki klien
tanda-tanda perilaku  Mau duduk dan menepati janji setiap dalam
kekerasan berdampingan kali berinteraksi menghadapi
- Klien dapat dengan perawat  Tunjukkan sikap empati masalah serta
mengidentifikasi  Bersedia dan menerima apa sebagai
perilaku kekerasan mengungkapkan adanya langkah awal
yang pernah masalah yang  Beri perhatian kepada dalam
dilakukan dihadapi klien dan masalah yang menyusun
- Klien dapat 2. Klien dihadapi klien strategi
mengidentifikasi menceritakan  Dengarkan dengan berikutnya
perilaku kekerasan penyebab perilaku penuh perhatian  Melihat
yang pernah kekerasan yang 2. Bantu klien mekanisme
dilakukan dilakukannya: mengungkapkan perasaan koping klien
- Klien dapat  Menceritakan marahnya: dalam
mengidentifikasi penyebab  Motivasi klien untuk menyelesaikan
akibat perilaku perasaan menceritakan penyebab masalah yang
kekerasan jengkel/marah, rasa kesal atau dihadapi
- Klien dapat baik dari diri jengkelnya  Membantu
mengidentifikasi sendiri maupun  Dengarkan tanpa klien melihat

19
cara konstruktif lingkungannya menyela atau memberi dampak yang
dalam 3. Klien penilaian setiap ditimbulkan
mengungkapkan menceritakan ungkapan perasaan klien akibat perilaku
kemarahan tanda-tanda saat 3. Bantu klien kekerasan yang
- Klien dapat terjadi perilaku mengungkapkan tanda- dilakukan klien
mendemonstrasikan kekerasan. tanda perilaku kekerasan  Menurunkan
cara mengontrol  Tanda sosial: yang dialaminya: perilaku
perilaku kekerasan bermusuhan  Motivasi klien untuk destruktif yang
- Klien mendapatkan yang dialami menceritakan kondisi akan
dukungan dari saat terjadi fisik saat perilaku mencederai
keluarga untuk perilaku kekerasan terjadi klien dan
mengontrol perilaku kekerasan  Motivasi klien lingkungan
kekerasan  Tanda menceritakan kondisi sekitar
- Klien menggunakan emosional: emosionalnya saat terjadi  Keinginan
obat sesuai program perasaan marah, perilaku kekerasan untuk marah
yang telah jengkel dan  Motivasi klien tidak tahu
ditetapkan bicara kasar menceritakan hubungan kapan
 Tanda fisik: dengan orang lain saat munculnya,
mata merah, terjadi perilaku serta siapa

20
tangan kekerasan yang akan
mengepal, 4. Diskusikan dengan klien memicunya
ekspresi tegang perilaku kekerasan yang  Meningkatkan
dan lain-lain dilakukannya selama ini: kepercayaan
4. Klien menjelaskan  Motivasi klien untuk diri klien serta,
 Jenis-jenis menceritakan jenis-jenis asertifitas klien
ekspresi tindak kekerasan yang saat
kemarahan yang selama ini pernah marah/jengkel
selama ini dilakukannya  Meningkatkan
dilakukannya  Motivasi klien untuk asertifitas klien
 Perasaan saat menceritakan perasaan dalam
melakukan setelah tindakan tersebut menghadapi
kekerasan  Diskusikan apakah marah
 Efektivitas cara dengan tindakan tersebut  Keluarga
yang dipakai masalah yang dialami merupakan
dalam dapat teratasi system
menyelesaikan 5. Diskusikan dengan klien pendukung
masalah akibat negatif yang utama bagi
5. Klien menjelaskan dilakukan kepada/pada: klien

21
akibat tindakannya  Diri sendiri  Menyukseskan
bagi:  Orang lain program
 Diri sendiri  Lingkungan pengobatan
 Orang lain 6. Diskusikan dengan klien: klien
 Lingkungan  Apakah klien mau
2. Klien menjelaskan mempelajari cara baru
cara yang sehat untuk mengungkapkan
untuk marah yang sehat
mengungkapkan  Jelaskan berbagai
marah alternatif pilihan untuk
3. Klien mengungkapkan
memperagakan kekerasan yang diketahui
cara mengontrol klien
perilaku kekerasan:  Jelaskan cara-cara sehat
 Fisik: tarik untuk mengungkapkan
napas dalam- marah:
dalam, Cara fisik: napas dalam,
memukul pukul bantal atau kasur,
bantal/kasur olahraga

22
 Verbal: Cara verbal:
mengungkap Mengungkapkan bahwa
kan perasaan dirinya sedang kesal
kesal/jengkel kepada orang lain
kepada orang Cara sosial: Latihan
lain tanpa asertif dengan orang lain
menyakiti Cara spiritual:
 Spiritual: sholat/berdoa, zikir,
berdoa sesuai meditasi dan lain-lain
agam 7. Diskusikan cara yang akan
4. Keluarga: dipilih dan anjurkan klien
 Menjelaskan memilih cara yang
cara merawat memungkinkan untuk
klien dengan mengungkapkan kemarahan
perilaku 8. Latih klien memperagakan
kekerasan cara yang dipilih:

 Mengungkap  Peragakan cara yang


kan perasaan dipilih
puas dalam  Jelaskan manfaat cara

23
merawat klien tersebut
5. Klien menjelaskan  Anjurkan klien
 Manfaat minum menirukan peragaan
obat yang sudah dilakukan
 Kerugian tidak  Beri penguatan kepada
minum obat klien, perbaiki cara yang
 Nama obat masih belum sempurna
 Bentuk dan 9. Anjurkan klien
warna obat menggunakan cara yang
 Dosis yang sudah dilatih saat
diberikan marah/jengkel

 Waktu 10. Diskusikan pentingnya

pemakaian peran dan dukungan

 Cara pemakaian keluarga sebagai


pendukung klien untuk
 Efek yang
mengatasi perilaku
dirasakan
kekerasan
 Klien
11. Diskusikan potensi keluarga
menggunakan
untuk membantu klien
obat sesuai

24
program mengatasi perilaku
kekerasan
12. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilakukan oleh keluarga
13. Peragakan cara merawat
klien
14. Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
15. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
16. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih
17. Jelaskan kepada klien
 Manfaat minum obat
 Kerugian tidak minum

25
obat
 Nama obat
 Bentuk dan warna obat
 Dosis yang diberikan
 Waktu pemakaian
 Cara pemakaian
 Efek yang dirasakan
18. Anjurkan klien
 Meminta dan
menggunakan obat tepat
waktu
 Melapor kepada
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat

26
4.4 Implementasi dan Evaluasi Pada Pasien Perilaku Kekerasan
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1. Senin, Resiko S:
20 perilaku Fase orientasi teraupetik - Klien mengatakan sudah mengerti
September kekerasan - Menyapa klien cara mengungkapkan rasa marah
2021 - Memperkenalkan nama lengkap, nama panggilan dengan cara fisik: relaksasi napas
dan tujuan berkenalan dalam
Fase Evaluasi Validasi - Kasien mengatakan perasaanya lebih
- Menanyakan kabar klien tenang dan rileks setelah
- Menanyakan keluhan klien saat ini memperagakan cara yang telah dilatih
Fase Kontrak
- Membuat kontrak yang jelas dengan klien untuk O:
membincangkan tentang apa yang dirasakan klien - Klien menunjukkan tanda-tanda
Fase Kerja percaya kepada perawat
- Membantu klien mengungkapkan perasaan - Ekspresi wajah klien bersahabat
marahnya - Ada kontak mata
- Memotivasi klien untuk menceritakan rasa kesal - Klien mau berjabat tangan dan mau
- Mengidentifikasi masalah klien (penyebab, tanda, menyebutkan nama

27
akibat dari perilaku kekerasan) - Klien mau duduk berdampingan
- Mendiskusikan dengan klien apakah klien mau dengan perawat
mempelajari cara baru untuk mengungkapkan - Klien mau mengungkapkan masalah
marah yang sehat yang dihadapi
- Menjelaskan kepada klien berbagai alternatif - Klien mau menceritakan penyebab
pilihan untuk mengungkapkan kekerasan klien perasaan marah
- Menjelaskan cara-cara sehat untuk - Klien mau menceritakan kembali cara
mengungkapkan marah yang dilakukan untuk mengungkap
 Cara fisik: napas dalam, pukul bantal kasur rasa kesal atau marah secara sehat
dan olahraga sesuai dengan cara yang telah diajari
 Cara verbal: mengungkapkan dirinya perawat
sedang kesal kepada orang lain - Klien mengungkapkan perasaanya
 Cara sosial: latihan asertif dengan orang setelah memperagakan cara yang
lain telah diajarkan
 Cara spiritual: berdoa - Klien mau mendiskusikan kontrak
- Memperagakan cara yang dipilih klien untuk yang jelas dengan perawat (lokasi dan
mengungkapkan kemarahan waktu)
- Menjelaskan manfaat cara tersebut
- Menganjurkan klien menirukan peragaan yang A:

28
sudah dilakukan Masalah teratasi, klien mampu
- Menganjurkan klien untuk menggunakan cara mengungkapkan rasa kesal atau marah
yang sudah dilatih saat marah/jengkel dengan cara yang telah diajari perawat
Fase terminasi tentang mengungkapkan rasa kesal atau
Evaluasi Validasi marah dengan cara sehat dan baik yaitu
- Menanyakan perasaan setelah cara pertama, cara fisik.
memperagakan cara yang telah diajarkan
Evaluasi objektif P:
- Menganjurkan klien untuk memperagakan Intervensi dilanjutkan dengan SP 2
kembali cara yang telah dilatih
Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara
yang dilatih saat marah/jengkel
Kontrak yang akan datang
- Membuat kontrak yang jelas untuk klien
berlatih cara yang lain
- Mendiskusikan lokasi, tempat, waktu dan
durasi untuk pertemuan selanjutnya
-
4 Rabu, 22 Resiko S:

29
September perilaku Fase Orientasi - Klien mengatakan senang mendengar
2021 kekerasan Salam terapeutik penjelasan perawat mengenai minum
- Menyapa klien dengan ramah obat secara teratur
- Klien mengatakan sudah mengetahui
Evaluasi validasi manfaat minum obat secara teratur ,
- Menanyakan kabar klien jenis-jenis obat, dosis, pemakaian obat
- Mengevaluasi kembali cara-cara yang telah dan efek jika tidak minum obat yang
diajarkan kepada klien cara mengungkapkan rasa telah dijelaskan oleh perawat
kesal atau marah (cara fisik, verbal, spiritual)
Fase kontrak O:
- Memberitahukan dan menjelaskan kontrak - Klien tampak bersahabat
selanjutnya kepada klien sesuai dengan kontrak - Klien mampu menyebutkan kembali
yang telah disepakati bersama manfaat minum obat secara teratur ,
Fase kerja jenis-jenis obat, dosis, pemakaian
- Menjelaskan cara ke empat (SP 4) yaitu dengan obat dan efek jika tidak minum obat
meminum obat dengan teratur dengan prinsip yang telah dijelaskan oleh perawat
lima benar
- Menjelaskan prinsip lima benar cara minum obat, A:
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar Masalah teratasi

30
cara dan benar waktu.
- Menanyakan kepada klien apakah sudah P:
mengenal obat-obat Intervensi dihentikan
- Menjelaskan nama-nama obat, warna obat, efek
samping dan manfaat obat
- Menjelaskan cara mengatasi mulut kering, mata
berkunang-kunang sebagai efek samping dari
minum obat
- Menjelaskan manfaat dari teratur minum obat
- Menjelaskan akibat dari tidak teratur minum obat
- Menganjurkan kepada klien agar selalu ingat dan
teratur minum obat
- Membuat jadwal kegiatan klien
Fase Terminasi
Evaluasi subjektif
- Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-
bincang tentang cara dan prinsip minum obat
yang baik dan benar
Evaluasi objektif

31
- Menyuruh kembali klien untuk mengungkapkan
tentang minum obat yang benar dan teratur
dengan 5 prinsip minum obat
Kontrak yang akan datang
- Membuat kontrak untuk melihat sejauh mana
klien melaksanakan kegiatan dan sejauh mana
klien bisa mencegah rasa kesal atau marah

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan ditemukan data bahwa klien
mengalami gejala-gejala perilaku kekerasan: halusinasi pendengaran. Klien
mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
dirinya sendiri, klien berbicara bicara sendiri, klien mengalami isolasi sosial
menarik diri, klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya, klien mengatakan lebih senang hidup menyendiri, klien tampak
menyendiri, klien sering mengurung diri di kamar, klien mengalami
gangguan konsep diri: harga diri rendah, klien mengatakan bahwa dirinya
tidak berguna karena sakit, klien tampak sedih dan murung.
2. Diagnosa keperawatan meliputi: Perilaku Kekerasan, Gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran, Isolasi sosial: Menarik Diri, Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah, Penatalaksanaan Regiment Terapeutik
Inefektif.
3. Intervensi/Implementasi, penulis fokus pada masalah utama yaitu perilaku
kekerasan. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien perilaku kekerasan
4. Evaluasi, diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengungkapkan rasa marah yang dialaminya serta dampak pada penurunan
gejala perilaku kekerasan yang dialami

1.2. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pelaksanaan 1 s/d 4 pada klien dengan perilaku kekerasan sehingga
dapat mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan

42
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa keperawatan
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien-pasien yang mengalami perilaku kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Tristiadi Ardi, (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa; Bandung: Karya
Putra Darwati.

Dermawan, Deden,dkk, (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa; penerbit Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Efendi, Feri, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik


Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Faija & Sidik Abubakar, (2012). Penerapan Strategi Pelaksanaan Keperawatan


Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Ruang Merpati RS Ernadi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

Fitria, Nita, (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan; Jakarta: Salemba Medika.

43

Anda mungkin juga menyukai