Oleh kelompok 6 :
2. Trauma Kimia/Khemis
a.Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
b.Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
3. Trauma Fisis
a.Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b.Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.
Etiologi
1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul, keras
maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol
tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang masuk ke
mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan proses pengelasan,
dan peluru.
3. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang masuk ke mata.
Patofisiologi
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur mata bagian luar
sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma menembus ke bagian konjugtiva,
maka kemungkinannya akan terjadi hematoma subkonjugtiva akibat pecahnya pembuluh
darah sebagai akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras.
Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi karena melibatkan
kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai
merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen (dapat disembuhkan hanya melalui
operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam juga beragam, tergantung pada organ mata
yang terkena dan seberapa besar kerusakannya.
Lanjutan….
Sedangkan pada trauma khemis/ kimia, jika traumanya akibat asam biasanya hanya akan
menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan/superfisial saja karena terjadi pengendapan dan
penggumpalan bahan protein permukaan. Namun pada trauma akibat basa/alkali, kerusakan yang
diakibatkan bisa gawat karena alkali akan menembus kornea dengan cepat lalu ke bilik mata
depan sampai pada jaringan retina. Bahan alkali dapat merusak kornea dan retina karena bahan
alkali bersifat mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan jaringan kolagen kornea
sehingga memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.
Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan karena bahan yang
merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus dan juga adanya mekanisme
proteksi pada mata. Namun, walaupun hanya mengenai bagian permukaan, trauma fisis akan
tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan walaupun tidak bersifat permanen.
Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut
1. Trauma Tumpul
a. Rongga Orbita
b. Palpebra
c. Konjungtiva
d. Kornea
e. Iris atau badan silier
f. Lensa
g. Korpus vitreus
h. Retina.
i. Nervus optikus
Lanjutan….
2. Trauma Tajam
a. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola mata.
b. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
d. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan koroid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan
iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea, edema.
g. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus vitreus dan ablasi retina.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN Identitas pasien
KEBUTUHAN
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
Gangguan pernafasan : Tidak
Alat bantu pernafasan : Tidak menggunakan oksigen
Sirkulasi udara : Baik
Letak tempat tinggal : 2 Km dari rumah sakit
LANJUTAN…..
Istirahat
Waktu tidur : Cukup
Jumlah : 8-9 Jam
Insomnia : Jarang
6. Pemeliharaan Keseimbangan Privasi dan Interaksi Sosial
Kegiatan Lingkungan : Baik
Interaksi Sosial : Cukup Baik
Keterlibatan Kegiatan Sosial : Jarang
7. Pencegahan Resiko yang mengancam Kehidupandan Kesejahteraan
Kebersihan kamar mandi : Lumayan Bersih
Konsumsi vitamin : Jarang
Olahraga : Jarang
Upaya keharmonisan keluarga : Sering Komunikasi antar keluarga
8. Peningkatan Kesehatan dan Pengemabangan Potensi dalam Hubungan Sosial
Konsultasi Dokter : Jarang
Pelayanan kesehatan lingkungan rumah : Lumayan Baik
Komunikasi lingkungan : Baik
LANJUTAN…..
PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi badan : 150 cm
Kondisi fisik : Sedang
Tabel perkembangan fisik
:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• USG : -
• CT SCAN : -
• RO : -
TERAPI
LANJUTAN…..
3. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : kulit normal, wajah simetris kiri dan kanan, warna sama dengan tubuh lain, keadaan mulut yang tidak
simetris, tidak ada peradangan pada mulut, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada perdarahan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema
4. Pemeriksaan kepala dan leher
Inspeksi : Kulit kepala bersih, ukuran kepala normal, tidak ada lesi, denyutan normal terlihat pada leher.
Palpasi : Tidak adanya benjolan, tidak adanya nyeri saat di palpasi.
5. Pemeriksaan toraks atau dada
Inspeksi : dada kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : dapat merasakan getaran saat pasien mengucapkan “ tujuh-tujuh “, gerakan difragma normal,
Perkusi : suara dada sonor, suara dada kiri dan kanan sama.
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Kulit memiliki warna yang sama dengan bagian tubuh yang lain. Pola vena pasien normal, tidak ada
jaringan parut, tidak ada lesi, pada abdomen tampak adanya pembengkakan.
LANJUTAN…..
Auskultasi : Terdengar bunyi berdeguk (bunyi klik) yang tidak teratur 5-35 x/i, bising vena terdengar diantara
prosesus sifoideus dan umbilikus.
Perkusi : Pada lambung dan usus terdengar bunyi timpani, pada hati, limfa, pankreas, ginjal dan kandung kemih
yang terdistensi terdengar bunyi pekak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
Penanganan
Tindakan preventif yang di lakukan untuk mengatasi masalah
Diberikan obat serta pemeriksaan dan dilanjutkan dengan infus selama 8 mg/jam
Halangan untuk melakukan tindakan preventif
Pemeriksaan khusus pada mata :
1. Visus (menurun atau tidak ada)
2. Gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bola
mata)
3. Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan memar.
4. Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.
5. Pelebaran pembuluh darah perikornea.
6. Hifema.
7. Robek kornea
8. Perdarahan dari orbita.
9. Blefarospasme.
10. Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.
11. Tes fluoresens positif.
12. Edema kornea.
13. Nekrosis konjugtiva/sklera.
14. Katarak.
Data Penunjang Lain
1. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari
kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
2. Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis
atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.
3. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
4) Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina
hemoragi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular dan kerusakan
jaringan mata.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan
tubuh.
3. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori /status organ
indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau SIKI
peningkatan tekanan intraokular dan kerusakan jaringan mata. 1. Observasi :
Kaji Kemampuan penglihatan pasien
Kaji drajat nyeri pada pasien sesering mungkin
Monitor factor atau tindakan yang dapar memprovokasi nyeri pada trauma
Penyebab : mata
-pecahnya pembuluh darah akibat terkena hantaman benda tumpul Monitor gejala nyeri lanjutan pada pasien
dan keras serta kerusakan akibat trauma mengenai kelopak mata dan 2. Teraupetik :
struktur mata bagian luar Atur lingkungan sekeliling pasien
Atur pencahayaan pada ruangan pasien
Gejala Dan Tanda: 3. Edukasi
Subjektif : Tersedia Jelaskan tujuan dan prosedur gejala nyeri imflamasi pada kornea
4. Kolaborasi
Objektif : Terlihat pasien mengalami penurunan pada penglihatan pemberian analgesik.
Kompres air hangat
Manajemen Trauma Mata
Observasi : Monitor gejala nyeri kembali
Teraupetik : Monitor/kaji kembali gejala nyeri lanjutan
SIKI
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan 1. Observasi :
peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi Kaji perilaku Klien dalam penjagaan daerah luka.
Monitor apakah terdapat tanda infeksi selama fase perawatan.
permukaan tubuh.
2. Teraupetik :
Penyebab : Atur lingkungan sekeliling pasien
Tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai Atur pencahayaan pada ruangan pasien