Anda di halaman 1dari 25

TRAUMA MATA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 6
1. Putri Patresia Sarumaha 190204039
2. Novica Ayu Saputri Pasaribu 190204042
3. Yosevin Sihombing 190204043
4. Nova Andriani Kombih 190204038
5. Klarensia Simanjuntak 190204041
6. Devi Lumbantoruan 190204040

Dosen Pengajar: Ns.Amila, M.Kep., Sp.KMB

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Berkat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah ini
tepat waktu.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik serta saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan
isi makalah ini.
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua yayasan Universitas
Sari Mutiara Medan.
2. Ibu Dr. ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rector Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Sinaga SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan.
4. Ibu Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
5. Bapak Ns.Amila, M.Kep., Sp.KMB selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan Asuhan Keperawatan Anak Jalanan.

Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran Asuhan
Keperawatan Anak Jalanan ini yang namanya tidak kami cantumkan satu persatu,
demikian materi ini di buat semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2021


Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................
2.1 Definisi Trauma Mata.....................................................................
2.2 Etiologi............................................................................................
2.3 Patofisiologi....................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................
2.5 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .........................................................
3.1 Pengkajian.......................................................................................
3.2 Intervensi Keperawatan..................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
4.1 Saran...............................................................................................
4.2 Kesimpulan.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


trauma mata merupakan masuknya benda asing yang keras atau tidak keras
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat, yang pada
umumnya dari tindakan sengaja atau tidak sengaja yang menimbulakan perlakuan
mata yang terjadi pada priadan wanita dan akhirnya dapat menimbulkan kebutaan
kehilangan mata
Trauma mata disebabkan oleh faktor pekerjaan, kimia, dan umur. penyakit
trauma matalama menimbulkan kebutaan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari (Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004).Salah satu upaya penanggulangan
trauma mata yaitu dengan menghindari cedera yang dapat menimbulkan trauma pada
mata. Untuk itu setiap orang harus menjaga keselamatan diri dalam bekerja dan
beraktivitas agar penderita trauma mata menjadi rendah. penanganan medisnya
dengan jalan dioperasi (Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori dari trauma mata?
2. Bagaimana asuhan keperawatan trauma mata?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini adalah sebagai tugas dari “Devinisi asuhan
keperawatan pada klien dengan Trauma Mata” meliputi pengkajian,
diagnosa dan intervensi keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Trauma Mata.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Trauma Mata.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Trauma Mata.
4. Untuk mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Trauma Mata.
5. Untuk mengetahui pengkajian, diagnosa serta intervensi dari trauma
mata
1.4 Manfaat Penulisan
1.Bagi individu
Agar lebih memahami penyakit dari trauma mata serta dapat mengenali tanda
tandanya
2. Bagi masyarakat umum agar masyarakat awam mengetahui apa yang dimaksud
dengan trauma mata.
3.Bagi dunia pendidikan
Sebagai referensi bahan ajar dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
penyakit/trauma mata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Trauma Mata
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan
dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata(Sidarta, 2005).
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik
oleh zat kimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
Klasifikasi traumamata :
1.   Trauma Mekanik
a. Trauma Tumpul:trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma tumpul dapat
menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata
dapat mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva,
kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus
(N.II).
b.Trauma Tajam: trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang
masuk ke mata.
2. Trauma Kimia/Khemis
a.Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.
b.Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.
3.  Trauma Fisis
a.Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
b.Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

2.2 ETIOLOGI
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,
tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau
shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing
yang masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi,
percikan proses pengelasan, dan peluru.

3. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang
masuk ke mata.
a.  Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium (asam
sulfat, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, asam
hidroflorida).
b. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih lantai,
kapur, lem perekat.

2.3  PATOFISOLOGI
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan struktur
mata bagian luar sehingga mengakibatkan hematoma kelopak. Jika trauma
menembus ke bagian konjugtiva, maka kemungkinannya akan terjadi hematoma
subkonjugtiva akibat pecahnya pembuluh darah sebagai akibat terkena hantaman
benda tumpul dan keras.
Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah lagi
karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur dan jaringan mata.
Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan kerusakannya permanen
(dapat disembuhkan hanya melalui operasi). Gangguan mata akibat trauma tajam
juga beragam, tergantung pada organ mata yang terkena dan seberapa besar
kerusakannya.
Sedangkan pada trauma khemis/ kimia, jika traumanya akibat asam biasanya
hanya akan menyebabkan kerusakan pada bagian permukaan/superfisial saja karena
terjadi pengendapan dan penggumpalan bahan protein permukaan. Namun pada
trauma akibat basa/alkali, kerusakan yang diakibatkan bisa gawat karena alkali akan
menembus kornea dengan cepat lalu ke bilik mata depan sampai pada jaringan
retina. Bahan alkali dapat merusak kornea dan retina karena bahan alkali bersifat
mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan jaringan kolagen kornea sehingga
memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.
Pada trauma fisis, kerusakan yang ditimbulkan hanya pada permukaan
karena bahan yang merusak hanya mengenai permukaan dan tidak sampai tembus
dan juga adanya mekanisme proteksi pada mata. Namun, walaupun hanya mengenai
bagian permukaan, trauma fisis akan tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan
walaupun tidak bersifat permanen.

2.4  MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1.      Trauma Tumpul
a. Rongga Orbita: suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang
membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum
dan zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi
fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita,
gangguan gerakan bola mata.
b. Palpebra: Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis
kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos)
akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.
Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema
palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan
sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup
secara sempurna).
c.       Konjungtiva: Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan
oleh sel Goblet.Musin berfungsi membasahi bola mata terutama kornea.
Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah
tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.
d.      Kornea: Kornea (Latin cornum - seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.Dipersarafi oleh banyak
saraf.
Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa
disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi
adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
e.       Iris atau badan silier: merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan
antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus
yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik
dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial
inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini
bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar.Uvae
posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang
menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.
Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya)
merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.
f.       Lensa: Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa
mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan
terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena
diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di tempatnya.
Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata
(perpindahan tempat).
g.      Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
h.      Retina: Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan
koroid. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora
serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber¬diameter 1 - 2 mm yang berperan penting
untuk tajam penglihatan.Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang
merupakan reflek fovea.
Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio
retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.
i.        Nervus optikus: N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan
kebutaan
2.      Trauma Tajam
a. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi
bola mata.
b. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
d. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier
dan koroid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea,
edema.
g. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina.
3. Trauma Kimia
a. Asam.
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.
b. Basa/Alkali.
1) Kebutaan.
2) Penggumpalan sel kornea atau keratosis.
3) Edema kornea.
4) Ulkus kornea.
5) Tekanan intra ocular akan meninggi.
6) Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar.
7) Membentuk jaringan parut pada kelopak.
8)  Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada
kelenjar asesoris air mata.
9) Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata.
10) Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.

2.5    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan menggunakankartu Snellen dan indikator pengukur ketajaman
penglihatan lain seperti cahaya dan gerak anggota tubuh.
2.Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
3.Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan
jelas.
4. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.
5.Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa,
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan
filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan
pH bila ada pengeluaran cairan mata.
7.Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing.
8.Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada
retina.
9. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan
bola mata (normal 12-25 mmHg).
10.  Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari
okuler, papiledema, retina hemoragi.
11.  Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.
12.  Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa trauma asam atau basa.
A. PENATALAKSANAAN TERAPI
Pada kasus trauma matapenatalaksanaan terapi tidak ditentukan, tapi
dilaksanakan berdasarkan kondisi trauma yang dialami pasien dan juga berdasarkan
berat ringannya gejala yang dialami.
Namun, berikut ini adalah beberapa penanganan yang mungkin dapat digunakan
sebagai pada kasus trauma mata akibat trauma mekanik, antara lain :
1.Penatalaksanaan sebelum tiba di RS, antara lain :
a.Mata tidak boleh dibebat dengan tekanandan diberikan perlindungan tanpa
kontak.
b. Tidak boleh dilakukan manipulasi yangberlebihan dan penekanan bola mata.
c.  Benda asing tidak boleh dikeluarkantanpa pemeriksaan lanjutan.
d.  Sebaiknya pasien di puasakan untukmengantisipasi tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan di RS, antara lain :
a.Pemberian antibiotik spektrum luas
b.Pemberian obat sedasi, antiemetik, dananalgetik sesuai indikasi.
c. Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
d. Pengangkatan benda asing di kornea,konjungtiva atau intraokuler.
e. Tindakan pembedahan /penjahitan sesuaidengan kausa dan jenis cedera.
f.Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkandengan aspirasi dan irigasi mekanis
atauvitrektomi.
Sedangkan pada kerusakan yang diakibatkan oleh trauma kimia, penatalaksanaan
yang harus segera dialkukan adalah irigasi daerah yang terkena trauma kimia
untuk menghilangkan dan melarutkan bahan penyebab trauma. Penanganan
sebelum dibawa ke RS dapat dilakukan dengan cara mata diguyur dengan
menggunakan air bersih setelah terkena trauma untuk meghilangkan bahan
penyebab trauma, setelah itu langsung dibawa ke RS untuk penanganan
selanjutnya.

BAB lll
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT KONSEPTUAL


MODEL DOROTHEA OREM

I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 20 Juli 2022
Ruang / Kelas : Melati, Kls lll
Nomor Kamar : 10

 IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny.A
2. Usia : 35 Thn
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Jawa
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
8. Status Perkawinan : Menikah
9. Alamat : Jln,Cerbung N0.102
10. Nomer Telp :-

 RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan Utama : Nyeri Pd kornea atau peningkatan
tekanan jaringan mata
2. Penyakit Yang Diderita : Hipertensi
3. Riwayat kesehatan keluarga : Hipertensi
4. Susunan keluarga : Kepala keluarga

 KEBUTUHAN
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
- Gangguan pernafasan : Tidak
- Alat bantu pernafasan : Tidak menggunakan oksigen
- Sirkulasi udara : Baik
- Letak tempat tinggal : 2 Km dari rumah sakit

2. Pemeliharaan Kebutuhan Air


- Sumber air yang digunakan : Sumur bor
- Konsumsi air : baik
- Kondisi air : Lumayan bersih
- Skala mandi : 2 x/hari

3. Pemeliharaan Kebutuhan Makanan


- Frekuensi makanan : Sedang
- Jenis : Nasi
- Porsi : Normal
- Diet khusus : Tidak Ada
- Makanan yang disukai : Makanan Pedas
- Pantangan : Asin
- Napsu makan : Normal
4. Perawatan Proses Eliminasi dan Ekskresi
- BAB
a. Frekuensi : Normal
b. Konsistensi : Normal
c. Warna : Normal
d. Masalah yang dirasakan : Tidak Ada
- BAK
a. Frekuensi : Lancar
b. Warna : Kuning
c. Masalah yang dirasakan : Tidak Ada

5. Pemeliharaan Keseimbangan Aktivitas dan Istirahat


- Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari : Ibu rumah tangga
b. Rekreasi : Jarang
c. Alat bantu : Kaca Mata
d. Mandi : 2 x/hari
e. Gosok gigi : 2x/hari
f. Keramas : 2 x/ minggu
g. Potong kuku : 1 x/minggu

- Istirahat
a. Waktu tidur : Cukup
b. Jumlah : 8-9 Jam
c. Insomnia : Jarang

6. Pemeliharaan Keseimbangan Privasi dan Interaksi Sosial


- Kegiatan Lingkungan : Baik
- Interaksi Sosial : Cukup Baik
- Keterlibatan Kegiatan Sosial : Jarang
7. Pencegahan Resiko yang mengancam Kehidupandan Kesejahteraan
- Kebersihan kamar mandi : Lumayan Bersih
- Konsumsi vitamin : Jarang
- Olahraga : Jarang
- Upaya keharmonisan keluarga : Sering Komunikasi antar keluarga

8. Peningkatan Kesehatan dan Pengemabangan Potensi dalam Hubungan


Sosial
- Konsultasi Dokter : Jarang
- Pelayanan kesehatan lingkungan rumah : Lumayan Baik
- Komunikasi lingkungan : Baik

 PEMERIKSAAN FISIK
- Tinggi badan : 150 cm
- Kondisi fisik : Sedang
- Tabel perkembangan fisik :
Kondisi sebelum Kondisi saat sakit
sakit
1. Tekanan darah 120/90 mmHg 130/90 mmHg
2. Suhu 36,8 ºC 37ºC
3. Denyut nadi 70x / i 75x / i
4. Berat badan 65kg 64 kg

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- USG : -
- CT SCAN : -
- RO : -
 TERAPI

2.2 Universal Self care


Udara
1. Apakah anda pernah mengalami sesak nafas? (Pernah)
2. Apakah anda pernah merokok? (Tidak)
3. Apakah lingkungan di sekitar anda bersih? (Iya)

Air
1. Apakah air yang anda konsumsi higienis? (Belum Tau tapi saya rasa
sudah lumayan)
2. Apakah air yang anda gunakan jernih atau keruh? (Tidak terlalu jernih
atau keruh)
3. Berasal dari mana air yang anda gunakan? (Dari Sumur Bor)

Makanan
1. Apakah makanan yang anda konsumsi sudah mengandung 4 sehat 5
sempurna? (Belum,masih sering belum tercukupi karena nafsu makan
yang tidak menentu)
2. Apakah pola makan anda sudah teratur? (Belum teratur terlalu karena
sering terlupa karena kesibukan)
3. Apakah anda sering makan makanan yang berbahan pengawet? (Klien
mengatakan rasanya tidak)

Proses eliminasi dan ekskresi


1. Apakah air yang anda minum sama dengan yang anda keluarkan?
(Terkadang warnanya berubah)
2. Bagaimana frekuensi BAB dan BAK anda? (BAB Teratur tetapi
frekuensinya yang tak menentu, BAK Sering)
3. Bagaimana warna feses dan air seni anda? (Normal)

Istirahat
1. Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada
waktu anda beristirahat? (Tidak)
2. Apakah anda pernah mengalami insomnia? (Jarang)
3. Berapa jam anda tidur? (8-9 jam)
Interaksi sosial
1. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang lain? (Baik dan
Sopan)
2. Apakah interaksi anda dengan sesama baik? (Iya baik)

Kesehatan
1. Apakah anada mempunyai alergi terhadap obat? (Iya punya)
2. Apakah anda mengonsumsi alkohol? (Tidak)
3. Apa saja penyakit yang pernah anda derita? (Asam Lambung, Asam
Urat, Hipertensi, Rematik, Katarak)

Hubungan sosial
1. Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan masyarakat, keluarga,
kelompok, teman? (Baik dan lumayan sering berinteraksi dalam suatau
kegiatan tertentu)

2.3 Development Self care


1. Bagaimana pemenuhan nutrisi ?
( Pemenuhan nutrisi pasien cukup terpenuhi)
2. Apakah kebutuhan nutrisi anda selama ini tercukupi ?
( Nutrisi tercukupi)
3. Apakah anda lahir sesuai waktunya atau prematur ?
( Pasien lahir sesuai waktunya )

3. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : kulit normal, wajah simetris kiri dan kanan, warna sama dengan tubuh
lain, keadaan mulut yang tidak simetris, tidak ada peradangan pada
mulut, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada perdarahan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema

4. Pemeriksaan kepala dan leher


Inspeksi : Kulit kepala bersih, ukuran kepala normal, tidak ada lesi, denyutan
normal terlihat pada leher.
Palpasi : Tidak adanya benjolan, tidak adanya nyeri saat di palpasi
1. Pemeriksaan toraks atau dada
Inspeksi : dada kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : dapat merasakan getaran saat pasien mengucapkan “ tujuh-tujuh “,
gerakan difragma normal,
Perkusi : suara dada sonor, suara dada kiri dan kanan sama

6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Kulit memiliki warna yang sama dengan bagian tubuh yang lain. Pola
vena pasien normal, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi, pada
abdomen tampak adanya pembengkakan.
Auskultasi : Terdengar bunyi berdeguk (bunyi klik) yang tidak teratur 5-35 x/i,
bising vena terdengar diantara prosesus sifoideus dan umbilikus.
Perkusi : Pada lambung dan usus terdengar bunyi timpani, pada hati, limfa,
pankreas, ginjal dan kandung kemih yang terdistensi terdengar bunyi
pekak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
7. Pemeriksaan rektal anus
Inspeksi : Tidak adanya konsistensi abnormalitas pada anus.
Palpasi : tidak ada
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
( punggung dan tulang belakang pasien tidak ada lesi, kiri dan kanan simetris )

9. Pemeriksaan ektremitas atau muskuloskeletal


( pasien bisa melakukan mobilisasi dengan mandiri tetapi terkadang sedikit
dibantu karena kebas yang terkadang dialami klien )
10. Pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan
Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, warna sama dengan tubuh
yang lain,
( pada telinga tidak ditemukan lesi, pasien dapat mendengar bunyi garputala,
pada hidung, lubang hidung terlihat simetris, pada tenggorokan tidak ada
amandel)
11. Pemeriksaan fungsi penglihatan
( penglihatan pasien mengalami rabun dekat dan menggunakan kacamata )
12. Pemeriksaan fungsi neurologis
13. Pemeriksaan kulit atau integumen

Kebutuhan pasien
1. kebutuhan oksigen
klien bernafas dengan normal
2. kebutuhan cairan
Untuk memenuhi kebutuhan pasien dilakukan dengan pemberian infus.
(saat sakit) dan pasien dapat memenuhi kebutuhan cairan dengan mandiri.
3. kebutuhan nutrisi
Untuk memenuhi kebutuuhan nutrisi pasien diberi makanan sesuai riwayat
penyakitnya
4. kebutuhan eliminasi
Eliminasi normal
5. interaksi sosial
Pasien mampu berinteraksi dengan ligkungan sekitar
6. istirahat dan tidur
Kebutuhan tidur pasien baik
7. konsep diri
konsep diri pasien positif

Penanganan
1. Tindakan preventif yang di lakukan untuk mengatasi masalah
Diberikan obat serta pemeriksaan dan dilanjutkan dengan infus selama 8
mg/jam
2. Halangan untuk melakukan tindakan preventif

c. Pemeriksaan khusus pada mata :


1) Visus (menurun atau tidak ada)
2)  Gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian
pergerakan bola mata)
3) Adanya perdarahan, perubahan struktur konjugtiva, warna, dan memar.
4) Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita.
5)   Pelebaran pembuluh darah perikornea.
6)   Hifema.
7)   Robek kornea
8)  Perdarahan dari orbita.
9)   Blefarospasme.
10) Pupul tidak beraksi terhadap cahaya, struktur pupil robek.
11)  Tes fluoresens positif.
12)  Edema kornea.
13)  Nekrosis konjugtiva/sklera.
14)  Katarak.
d.      Data Penunjang Lain
1) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau
kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
2)   Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa,
trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan
jaringan pembuluh darah akibat trauma.
3)   Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal
tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
4)  Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur
internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan
tekanan intraokular dan kerusakan jaringan mata.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
terhadap interupsi permukaan tubuh.
3. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori /status organ indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.

C.  INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
1. Nyeri akut berhubungan SIKI
dengan imflamasi pada kornea 1. Observasi :
atau peningkatan tekanan  Kaji Kemampuan penglihatan
intraokular dan kerusakan pasien
jaringan mata.  Kaji drajat nyeri pada pasien
sesering mungkin
 Monitor factor atau tindakan yang
dapar memprovokasi nyeri pada
Penyebab : trauma mata
-pecahnya pembuluh darah akibat  Monitor gejala nyeri lanjutan pada
terkena hantaman benda tumpul pasien
dan keras serta kerusakan akibat
trauma mengenai kelopak mata 2. Teraupetik :
dan struktur mata bagian luar  Atur lingkungan sekeliling pasien
 Atur pencahayaan pada ruangan
Gejala Dan Tanda:
pasien
Subjektif : Tersedia

3. Edukasi
Objektif : Terlihat pasien
 Jelaskan tujuan dan prosedur gejala
mengalami penurunan pada
nyeri imflamasi pada kornea
penglihatan 
4. Kolaborasi
 pemberian analgesik.
 Kompres air hangat

Manajemen Trauma Mata


Observasi : Monitor gejala nyeri kembali
Teraupetik : Monitor/kaji kembali gejala
nyeri lanjutan

2. Risiko tinggi infeksi SIKI


berhubungan dengan peningkatan 1. Observasi :
kerentanan sekunder terhadap  Kaji perilaku Klien dalam
interupsi permukaan tubuh. penjagaan daerah luka.
 Monitor apakah terdapat tanda
infeksi selama fase perawatan.
Penyebab :
Tindakan mungkin tidak disadari 2. Teraupetik :
oleh klien sebagai hal yang dapat  Atur lingkungan sekeliling pasien
menyebabkan infeksi, seperti  Atur pencahayaan pada ruangan
menggosok atau memegang mata pasien

Gejala Dan Tanda: 3. Edukasi


Subjektif : Tersedia  Ajarkan perilaku yang baik untuk
mengurangi resiko infeksi
Objektif : Terlihat pasien  Ajarkan berbagai tanda infeksi.
mengalami infeksi serta
kemerahan akibat trauma mata
4. Kolaborasi
 pemberian analgesik.
 Kompres air hangat

Manajemen Trauma Mata


Observasi : Monitor terus gejala infeksi
pada klien
3. Gangguan Sensori Perseptual : SIKI
Penglihatan berhubungan 1. Observasi :
dengan gangguan penerimaan  Kaji ketajaman penglihatan klien.
sensori /status organ indera.  Kaji derajat kecemasan, faktor
Lingkungan secara terapetik yang menyebabkan kecemasan,
dibatasi. tingkat pengetahuan dan
ketakutan klien akan penyakit.
2. Teraupetik :
 Atur lingkungan sekeliling pasien
Penyebab : yang dapat mengganggu proses
Ketidakmampuan klien dalam pemulihan klien
mengontrol stress lingkungan  Berikan pencahayaan cukup.
yang dibatasi.  Hindari cahaya menyilaukan.

3. Edukasi
 Ajarkan Klien mengidentifikasi
faktor-faktor yang
memperngaruhi fungsi
penglihatan.
 Ajarkan Klien mengidentifikasi
dan menunjukan pola-pola
alternatif untuk menigkatkan
penerimaan rangsang penglihatan.

4. Kolaborasi
 Beri dukungan psikologis.
Manajemen Trauma Mata
Observasi : Monitor terus gejala
kecemasaan yang dialami oleh klien.
BAB III
PENUTUP

A. SARAN
Bagi mahasiswa diharapkan mampu mempelajari dan memahami tentang Trauma
pada mata, untuk masyarakat diharapkan mampu memahami tentang trauma pada mata
sehingga dapat melakukan pencegahan.

B. KESIMPULAN
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat mata.Perlukaan yang ditimbulkan
dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata(Sidarta,
2005).
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik oleh zat
kimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1.    Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,
tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,
membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2.      Trauma tajam ( Penetrating Injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang
masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan
proses pengelasan, dan peluru.
3.    Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang masuk
ke mata.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id/ › ...PDF BAB II KAJIAN TEORI A. Anak Jalanan 1.


Pengertian Anak Jalanan Istilah anak .
https://www.scribd.com/doc/393775151
http://eprints.ums.ac.id/ › BAB_I_P...PDF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Masalah Anak jalanan

Anda mungkin juga menyukai