Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA SISTEM


PENGINDERAAN (TRAUMA MATA)

Kelompok 12

Ellen Nur Safitri

Halma Faujiah

Sri Ayu Astuti

Ilham Yoga Pratama

Tingkat II

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN LINTAS JALUR

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Sistem Penginderaan” ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II. Untuk itu kami menyusun makalah ini
dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi tentang Kegawatdaruratan
Sistem Penginderaan untuk memperlancar proses pembelajaran.

Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami memohon maaf
jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cimahi, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1 Definisi..................................................................................................................................7
2.2 Klasifikasi.............................................................................................................................7
2.3 Etiologi..................................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex memejam atau mengedip, mata
masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pad
abo;a mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma
pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penulit yang berat yang
akan mengakibatkan kebutaan .
Kemajuan mekanisme teknik dan bertambah banyaknya kawasan industry, kecelakaan akibat
pekerjaanbertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di
jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat
mengenai mata, pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap
alat dari permaianan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angina, tusukan
dari gagang mainan dan sebagainya.
Keadaan gawatdarurat (emergency) adalah suatu keadaan dimana seseorang membutuhkan
pertolongan medis yang cepat, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera
maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan. Kegawatdaruratan Mata ialah
keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa turunnya ketajaman penglihatan
sampai terjadinya kebutaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma Mata
2. Bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada sistem penginderaan dengan
Trauma mata
1.3 Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Kegawatdaruratan II
2. Tujuan khusus
a. Memperoleh gambaran mengenai Trauma mata
b. Dapat memahami tentang asuhan keperawatan pasien dengan trauma mata
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma mata adalah perlukaan/cedera mata yang dapat terjadi dalam bentuk trauma tumpul,
trauma tajam, trauma kimia, trauma termis dan trauma radiasi. Trauma mata merupakan
kasus kegawatdaruratan, jika tidak segera tertangani dapat menyebabkan penurunan
penglihatan hingga kebutaan. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yang menimbulkan perlukaan mata.Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringansampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Kegawatdaruratan Mata ialah
keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa turunnya ketajaman
penglihatan sampai terjadinya kebutaan 
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan konsep penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat
dikelompokkan menjadi beberapa keadaan :
1) Sight threatening condition
Dalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat yang menetap dengan
penurunan penglihatan yang berat dalam waktu beberapa detik sampai beberapa
menit saja bila tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata
akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis
retina merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok ini.
2) Mayor condition
Dalam situasi ini pertolongan harus diberikan tetapi dengan batasan waktu yang
lebih longgar, dapat beberapa jam sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak
diberikan maka penderita akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada
sight threatening condition.
3) Monitor condition
Situasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan meskipun mungkin menimbulkan
suatu penderitaan subyektif pada pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat masuk
kedalam keadaan ”mayor condition”
2.3 Etiologi

Kegawatdaruratan mata, dikelompokkan menjadi dua :

1) Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :

a. Glaukoma akut
b. oklusi arteria sentralis retina

2) Disebabkan trauma

Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu:

a. trauma langsung terhadap mata


b. trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya :

- trauma kepala dengan kebutaan mendadak


- trauma dada dengan akibat kelainan pada retina

 Trauma dibedakan menjadi :

1) Trauma mekanik

a. Trauma tajam

Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita dan


kelopak mata) dan mengenai bola mata (ruptura konjungtifa, ruptura
kornea). Contohnya terkena pecahan kaca, pensil, pisau, kayu,besi,
terkena kail

b. Trauma tumpul

Fraktura dasar orbita ditandai enoftalmus. Dapat terjadi kebutaan


pasca trauma tumpul pada orbita. Hematoma palpebra biasanya
dibatasi oleh rima orbita, selalu dipikirkan cedera pada sinus
paranasal. Contohnya terkena tonjokan tangan, lemparam batu,
lemparan bola, jepretan ketapel,dan lain-lain.

c. Trauma ledakan/ tembakan: Ada 3 hal yang terjadi, yaitu :

 Tekanan udara yang berubah


 Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang dapat
bersifat mekanik maupun zat kimia tertentu
 Perubahan suhu/ termis

2) Trauma non mekanik

a. Trauma kimia

Dibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma
yang bersifat basa.

b. Trauma termik
Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair,
diperlukan sama seperti trauma kimia

c. Trauma radiasi

Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet

2.4 Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris,
akar iris dan badan sillier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. iris
bagian perifer merupakan bagian paling lemah. suatu trauma yang mengenai mata akan
menimbulkan kekuatan hidraulis yang menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek
lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan nonreaktif. Tenaga yang timbul dari
suatu trauma diperkirakan akan terus kedalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior
sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai
dengan garis ekuator, hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena
adanya prosess homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan
menjadi jernih kembali.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Lebam atau hematoma

2. Oedema
3. Ruptura kornea (kornea pecah)

4. Hifema atau perdarahan dalam okuli interior yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris
5. Iridoparese- Iridoplegia yaitu adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi
midriasis
6. Iridodialis yaitu iris pada suatu tempat terlepas dari pangkalnya
7. Irideremia yaitu keadaan dimana iris lepas secara keseluruhan
8. perubahan visus
9. adanya benda asing di mata
10. Adanya zat kimia
2.6 Komplikasi
1. Mengancam penglihatan
a) glaukoma kronik
b) perdarahan vitreus
c) eksoftalmus unilateral
d) kelainan saraf
2. Kerusakan permanen
a) benda asing (kornea atau intra okuler)
b) Abrasi kornea
c) Laserasi bola mata
d) Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
e) Penyumbatan arteri
f) Pengelupasan retina
g) Ensoftalmus
3. Mengancam penglihatan
e) glaukoma kronik
f) perdarahan vitreus
g) eksoftalmus unilateral
h) kelainan saraf
4. Kerusakan permanen
h) benda asing (kornea atau intra okuler)
i) Abrasi kornea
j) Laserasi bola mata
k) Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
l) Penyumbatan arteri
m) Pengelupasan retina
n) Ensoftalmus

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata
2. Tes fluoresin digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedeera terlihat jelas
3. Tonometri untuk mengetahui tekanan bola mata
4. Tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. tes ini dilakukan
dengan cara memberi anastesi Pada mata yang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip
fluorescein steril. penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga
akan terlihat perubahan warna akibat perubahan PH bila ada pengeluaran cairan mata.
5. Pemeriksaan Ct-Scan dan USH B-scan digunakan untuk mengetahui posisi benda asing
6. Elektroretinography(ERG) untuk mengetaui ada tidaknya degenerasi pada retina
7. Kartu snellen : pemeriksaan pnglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada system suplai
untuk retina.
8. Pngukuran tekanan IOL dengan tonography : mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25mmhg)
9. Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnose terutama bila ada benda asing
10. Kertas lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnos
trauma asam atau basa.

2.8 Penatalaksanaan
1. Pertolongan pertama pada mata dengan trauma mekanik
a. Hindari manipulasi area luka (mengompres, membalut, menekan
luka)

b. Hindari merimbang atau mencuci luka mata dengan air sumur/air


mentah/air sirih/ cairan apapun 
c. Segera bawa ke dokter spesialis mata atau rs yang mempunyai
fasilitas dokter spesialis mata
d. Bilas mata dengan air steril / air matang

2. Trauma oftalmik
Jangan lakukan penekanan, bila ada kecurigaan adanya laserasi, cedera tembus, ruptur
bola mata, penekanan dapat diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki,letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah orbita jika
robekan kelopak mata
3. Cedera bola mata
Hindari manipulasi mata sampai saat perdarahan, pasang balutan ringan (tanpa tekanan)
dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita diplester kedahi dan pipi, jaga jarak
bola mata minimal, pembalutan bilateral, antibiotik, analgesik, anti tetanus dll,
kolaborasi bila ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain dapat dilakukan,
penjahitan jika Laserasi kelopak mata
4. Benda asing
Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas, sehingga memungkinkan
kelopak mata bawah menyapu benda asing untuk keluar dan angkat kelopak mata atas
keatas kelopak mata bawah , hati-hati jangan sentuh kornea selanjutnya Lakukan irigasi
rujuk, tutup mata, jika benda asing gagal keluar . Irigasi benda asing supervisial kornea ,
pembedahan. Benda asing tertanam alat berujung tumpul hindari gunakan aplikator
beraujung kapas karena dapat bergesek epitel terlalu banyak lalu ambil benda asing .
5. Abrasi kornea
Mengimobilisasi kelopak mata, beri balut tekan mata . Kolaborasi pemberian antibiotik,
anastesi, dll. Jika terlambat penyembuhan maka monitor efeki anastesi penyembuhan
tanpa jaringan parut (24 s/d 48 jam). Untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian bawah
tidak terkena 24 jam lakukan. Pembalutan sebelah dan monitor epitelisasi dan
penyembuhan
6. Luka bakar kimia
Irigasi segera dengan air bersih atau larutan NaCl, Cuci mata dibawah aliran air keran
kemudian mengejap-ngejapkan mata dan memasukkan mata kekemudian dalam air
kemudian bilas terus selama 20 mnt atau sampai bersih dan kolaborasi kemudian balut
mata bilateral
7. Ruptur bola mata
Jangan buat bahaya atau cedera lain pasang perisai tapi hindari manipulasi gunakan
spekulum mata saat pemeriksaan mata, tekanan vertikal bukan kedepan dan Jangan beri
tetes mata dan tutup dan lindungi bola mata
8. Trauma tumpul
Kompres es, istirahatkan jika kontusio orbita dilakukan bedah kamera pada posisi tegak,
dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan Hifema anterior penurunan dosis pada anemia sel
sabit dan penggunaan obat anti koagulan,waspadai
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Identitas pasien/klien

Pasien / Klien Nama


Umur : Ny Siti
jenis kelamin : 45 tahun
: perempuan
TB, : 160 cm
BB, : 54 kg
Alamat : Bandung rt 2 rw 3
status perkawinan : kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

b. penanggung
jawab

Nama : Tn Mino

Umur : 50
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandung rt 2 rw 3
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Hub. dengan klien :.Suami

a. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama (saat masuk Rumah Sakit)
Pasien datang dengan keluhan Nyeri pada kedua matanya

2. Riwayat Kesehatan sekarang

Selama kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasa nyeri
pada kedua matanya, Kemudian suami klien member obat tetes tetapi tidak
ada efeknya juga. Sehingga suami klien
memutuskan untuk membawa klien kerumah sakit pada tanggal 4 mei 2022
jam 11.00 WIB melalui IGD.
3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien belum pernah menderita penyakit tersebut

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak memiliki penyakit seperti yang di alami klien

b. Pengkajian Fungsional
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan

Ketika pasien merasa pusing,sesak nafas,jantung berdebar-debar pasien


langsung pergi berobat ke pukesmas
2. Pola nutrisi dan metabolic

Sebelum sakit, intake makanan : frekuensi 3x sehari dan minum : 6-8 gelas
/hari tetapi selama sakit, intake makanan berkurang menjadi : 2x sehari
dengan syarat bebas lemak/kolesterol dan Minum : 5-7 gelas /hari
3. Pola eliminasi

Eliminasi Buang Air Besar (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) tidak ada
perubahan yaitu Frekuensi BAK : 4-5x sehari dan BAB : 2x sehari. Tidak ada
keluhan terkait dengan pola eliminasi
4. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien Tidur jam 21.00-05.00 WIB Lama tidur 8 jam, siang hari
2 jam dan Selama sakit klien Tidur jam 23.00-03.00 WIB Lama tidur hanya 4
jam, siang hari 1 jam.

5. Pola aktivitas latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting
Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

ROM

0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total

6. Persepsi sensorik / perceptual

Klien mengatakan penglihatannya berkurang karena nyeri pada mata, pendengaran baik

7. Pola konsep diri

Pasien mengatakan meras sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa,

8. Pola seksual-reproduksi

Pasien mengatakan mempunyai 3 orang anak dan selama berkeluarga tidak


pernah menggunakan alat kontrasepsi
9. Pola hubungan dan peran

hubungan dengan anak-anaknya, suami dan dengan pasien lain serta perawat lain baik

10. Pola koping dan stress

Pasien selalu terbuka atas segala masalah pasrah kepada petugas


kesehatan dan juga menyerahkan kesembuhannya pada tuhan YME
11. Pola nilai dan keyakinan

Klien sering mengikuti pengajian di musola di tempat tinggalnya dan juga


setiap sholat kadang- kadang membaca al quran, sekarang hanya bisa berdoa
dengan tiduran di tempat tidur
c. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Bentuk kepala : mesosopal
Rambut : hitam, tidak berketombe, sedikit beruban
Mata : konjungtiva, sclera putih, dan tidak anemis
Hidung : tidak ada polip, bersih
Mulut : mukosa kering dan pecah-pecah, tidak berbau, dan tidak Caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : sebelah kiri terjadi pembesaran, dan tidak ada kelainan
Abdomen : terdapat asites, nyeri abdomen
Ekstremitas : terpasang kateter, tidak ada udem Anusbersih, tidak ada haemorhoid
Tanda-tanda Vital :
T : 110/70 MMhG
N : 75x/MENIT
RR : 20x/MENIT
S : 37ºC

d. Data Penunjang Lain


1. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan
pada sistem suplai untuk retina.

2. Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa,


trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan
pembuluh darah akibat trauma.
3. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan
bola mata (normal 12-25 mmHg).
4. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur
internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
e. Program Terapi
1. Terapi farmakologi

2. Terapi invasif

f. Data Fokus

TGL/JAM DATA FOKUS

5 mei 2022 S : Klien mengatakan matanya sakit


jam 09.00 WIB O : klien terlihat menahan sakit dan menutupi matanya dengan
telapak tangan

S : klien mengatakan pusing pada bagian dalam mata


O : klien terlihat mengeluarkan air mata saat nyeri dating

S : klien mengatakan pandangannya kabur atau tidak jelas pada


jarak tertentu
O : klien tidak merespon gerakan lawan bicara
S : klien mengatakan pendidikannya hanya smpai sekoah dasar
O : klien terlihat bingung atau tidak paham atas informasi yang
di
Berikan

analisa Data

tgl dan jam data Etiologi probl


em

5 mei 2022 S : Klien mengeluh nyeri Agen pencedera fisiologis Nye


Jam 09.00 sakit imflamasi pada kornea atau ri
WIB O : klien terlihat peningkatan tekanan akut
menahan sakit intraokular.
dan menutupi
matanya
dg telapak tangan

S : klien mengatakan peningkatan kerentanan Risiko infeksi


pusing sekunder terhadap interupsi
pada bagian dalam permukaan tubuh.
mata
O : klien terlihat
mengeluarkan
air mata saat nyeri

dating

S : klien mengatakan gangguan penerimaan sensori Gangguan

pandangannya / status organ indera. Persepsi sensori

kabur atau Lingkungan secara terapetik penglihatan

tidak jelas pada jarak dibatasi.

tertentu

O : klien tidak merespon


gerakan lawan bicara

S : klien mengatakan Ketiadaan atau kurangnya Defisit

pendidikannya informasi kognitif yang pengetahuan

hanya smpai berkaitan dengan penyakit

sekoah dasar yang di alami

O : klien terlihat
bingung atau
tidak paham atas
informasi
yang diberikan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai prioritas)


1. Nyeri akut berhubungan dengan imflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan intraokular.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder


terhadap interupsi permukaan tubuh.
3. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ
indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber informasi
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
DX

1 Nyeri Nyeri berkurang atau Lakukan tindakan Tindakan penghilan yang


akut hilang. penghilangan nyeri yang non non inva
berhub Kriteria hasil : Klien invasif dan non farmakologi, nonfarmakologi memungkinkan
ungan akan : seperti berikut kli
dengan Melaporkan penurunan Posisi : Tinggikan bagian memperoleh rasa terhadap
inflama nyeri progresif dan kepala tempat tidur, berubah- nyeri.
si pada penghilangan nyeri ubah antara berbaring pada Klien k
kornea setelah intervensi. punggung dan pada sisi yang mempunyai pengeta mendalam
atau Klien tidak gelisah. tidak sakit. tentang dan tindakan pen nyeri
pening 2. Distraksi yang efektif.
katan Untuk beberapa kl farmakologi
3. Latiha
intraok diperlu memberikan pen nyeri
n relaksasi
ular yang efektif.
 Bantu klien dalam
Tanda ini me
mengidentifikasi tindakan
peningkatan intraokularatau
penghilangan nyeri yang
lain.
efektif.
 Berikan dukungan
tindakan penghilangan nyeri
dengan analgesik yang
diresepkan.

2 Risiko Tidak terjadi infeksi. Tingkatkan penyembuhan  Nutrisi dan yang


infeksi Kriteria hasil : luka: optimal men kesehatan secara
berhub Klien akan : 1. Berikan ke yang men
ungan  Menunjukkan dorongan penyembuhan pembedahan.
dengan penyembuhan untuk pelindung mata men
pening tanpa gejala mengikuti diet penyembuhan menurunkan
katan infeksi. yang seimbang kekuata
kerenta  Nilai dan asupan cairan yang  Tehnik
nan adekuat. meminimalkan
Labotratorium : SDP
sekund 2. Instruksikan
normal, kultur negatif.
er klien untuk
terhada tetap menutup
p mata sampai
interup diberitahukan untuk
si
permuk
aan
tubuh.

dilepas. mikroorganisme mengurangi risiko in

 Gunakan  Drainase memerlukan evalua dan

tehnik aseptik untuk kemungkinan penanganan farmako

meneteskan tetes mata :  Mengurangi radang, dengan ste

Cuci tangan sebelum memulai. menghalangi bakteri, dengan antib

1. Pegang alat
penetes agak jauh dari
mata.

2. Ketika
meneteskan,hindari
kontak antara
mata, tetesan
dan alat
penetes.

 Beritahu
dokter tentang semua
drainase yang terlihat
mencurigakan.
 Kolaborasi dengan
dokter dengan pemberian
antibiotika dan steroid..

3 Gangg Hasil yang diharapkan / Tentukan ketajaman Dengan m


uan kriteria evaluasi – pasien penglihatan, catat apakah satu ketajaman dan penglihatan dapat lang
perseps akan : atau kedua mata terlibat. intervensi Pendekatan pasie dapat
i Orientasikan pasien terhadap mendorong ke Tetes mata yang tid resep d
Sensori lingkungan, staf, orang lain di dapat kabur dan iritasi mat
Meningkatkan ketajaman
areanya.
penglihatan dalam batas
: Observasi tanda – tanda dan
situasi
Penglih gejala-gejala disorientasi:
atanb/d individu. pertahankan pagar tempat tidur

ganggu Mengenal gangguan sampai benar-benar sembuh

an sensori dari anestasia.

peneri dan Pendekatan dari sisi yang tak

maan berkompensasi terhadap dioperasi, bicara dan

sensori perubahan. menyentuh sering, dorong

/ Mengidentifikasi orang tedekat tinggal dengan

status memperbaiki potensial


organ bahaya
indera.
Lingku dalam
ngan
secara
terapeti
k
dibatasi
.
lingkungan. pasien.

4 Defisit Pasien dan keluarga Jelaskan kembali tentang Mengurangi stress,


pengetahuan di memiliki pengetahuan keadaan pasien, rencana kabur dan iritasi mat
tandai dengan yang memadai tentang perawatan dan prosedur tindakan Mengurangi rasa
ketidaktauan perawatan. yang akan di lakukan. mengurangi resiko
menemukan Jelaskan pada pasien agar tidak pada mata
sumber informasi menggunakan obat tetes mata
secara senbarangan.
Anjurkan pada pasien gara
tidak membaca terlebih
dahulu, “mengedan”, “buang
ingus”, bersin atau merokok.
Anjurkan pasien untuk tidur
dengan meunggunakan
punggung, mengtur cahaya
lampu tidur.
Observasi kemampuan pasien
dalam melakukan tindakan
sesuai dengan anjuran
petugas.
DAFTAR PUSTAKA

Sutawijaya, bagus risang. 2009. Gawat darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.
Yogyakarta : Aulia Publishing(file:///C:/Users/Halma/Downloads/toaz.info-askep-gadar-trauma-mata-
pr_c3b59696c00418d6d0259a6288d80940%20(1).pdf)
Ilyas, Sidarta. 2005. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta
https://dinkes.surakarta.go.id/kegawatdaruratan-mata/#
PPNI, 2018, Standar diagnosa keperawatan Indonesia: Definisi diagnosa. Edisi 1, Jakarta: DPP
PPNI.

PPNI, 2018, Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi intervensi keperawatan: Edisi 1,
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai