Kelompok 12
Halma Faujiah
Tingkat II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Sistem Penginderaan” ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II. Untuk itu kami menyusun makalah ini
dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi tentang Kegawatdaruratan
Sistem Penginderaan untuk memperlancar proses pembelajaran.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah kami ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat. Dengan ini, kami memohon maaf
jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1 Definisi..................................................................................................................................7
2.2 Klasifikasi.............................................................................................................................7
2.3 Etiologi..................................................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................9
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia walaupun mata mempunyai system pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex memejam atau mengedip, mata
masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pad
abo;a mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma
pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penulit yang berat yang
akan mengakibatkan kebutaan .
Kemajuan mekanisme teknik dan bertambah banyaknya kawasan industry, kecelakaan akibat
pekerjaanbertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di
jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat
mengenai mata, pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat kecelakaan terhadap
alat dari permaianan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angina, tusukan
dari gagang mainan dan sebagainya.
Keadaan gawatdarurat (emergency) adalah suatu keadaan dimana seseorang membutuhkan
pertolongan medis yang cepat, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera
maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan. Kegawatdaruratan Mata ialah
keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa turunnya ketajaman penglihatan
sampai terjadinya kebutaan.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma mata adalah perlukaan/cedera mata yang dapat terjadi dalam bentuk trauma tumpul,
trauma tajam, trauma kimia, trauma termis dan trauma radiasi. Trauma mata merupakan
kasus kegawatdaruratan, jika tidak segera tertangani dapat menyebabkan penurunan
penglihatan hingga kebutaan. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak
yang menimbulkan perlukaan mata.Trauma mata merupakan kasus gawat
darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringansampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Kegawatdaruratan Mata ialah
keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa turunnya ketajaman
penglihatan sampai terjadinya kebutaan
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan konsep penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat
dikelompokkan menjadi beberapa keadaan :
1) Sight threatening condition
Dalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat yang menetap dengan
penurunan penglihatan yang berat dalam waktu beberapa detik sampai beberapa
menit saja bila tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata
akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis
retina merupakan keadaan bukan trauma yang termasuk dalam kelompok ini.
2) Mayor condition
Dalam situasi ini pertolongan harus diberikan tetapi dengan batasan waktu yang
lebih longgar, dapat beberapa jam sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak
diberikan maka penderita akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada
sight threatening condition.
3) Monitor condition
Situasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan meskipun mungkin menimbulkan
suatu penderitaan subyektif pada pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat masuk
kedalam keadaan ”mayor condition”
2.3 Etiologi
a. Glaukoma akut
b. oklusi arteria sentralis retina
2) Disebabkan trauma
1) Trauma mekanik
a. Trauma tajam
b. Trauma tumpul
a. Trauma kimia
Dibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma
yang bersifat basa.
b. Trauma termik
Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair,
diperlukan sama seperti trauma kimia
c. Trauma radiasi
2.4 Patofisiologi
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris,
akar iris dan badan sillier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. iris
bagian perifer merupakan bagian paling lemah. suatu trauma yang mengenai mata akan
menimbulkan kekuatan hidraulis yang menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek
lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan nonreaktif. Tenaga yang timbul dari
suatu trauma diperkirakan akan terus kedalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior
sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral sesuai
dengan garis ekuator, hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena
adanya prosess homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan
menjadi jernih kembali.
2. Oedema
3. Ruptura kornea (kornea pecah)
4. Hifema atau perdarahan dalam okuli interior yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris
5. Iridoparese- Iridoplegia yaitu adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi
midriasis
6. Iridodialis yaitu iris pada suatu tempat terlepas dari pangkalnya
7. Irideremia yaitu keadaan dimana iris lepas secara keseluruhan
8. perubahan visus
9. adanya benda asing di mata
10. Adanya zat kimia
2.6 Komplikasi
1. Mengancam penglihatan
a) glaukoma kronik
b) perdarahan vitreus
c) eksoftalmus unilateral
d) kelainan saraf
2. Kerusakan permanen
a) benda asing (kornea atau intra okuler)
b) Abrasi kornea
c) Laserasi bola mata
d) Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
e) Penyumbatan arteri
f) Pengelupasan retina
g) Ensoftalmus
3. Mengancam penglihatan
e) glaukoma kronik
f) perdarahan vitreus
g) eksoftalmus unilateral
h) kelainan saraf
4. Kerusakan permanen
h) benda asing (kornea atau intra okuler)
i) Abrasi kornea
j) Laserasi bola mata
k) Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
l) Penyumbatan arteri
m) Pengelupasan retina
n) Ensoftalmus
2.8 Penatalaksanaan
1. Pertolongan pertama pada mata dengan trauma mekanik
a. Hindari manipulasi area luka (mengompres, membalut, menekan
luka)
2. Trauma oftalmik
Jangan lakukan penekanan, bila ada kecurigaan adanya laserasi, cedera tembus, ruptur
bola mata, penekanan dapat diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki,letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah orbita jika
robekan kelopak mata
3. Cedera bola mata
Hindari manipulasi mata sampai saat perdarahan, pasang balutan ringan (tanpa tekanan)
dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita diplester kedahi dan pipi, jaga jarak
bola mata minimal, pembalutan bilateral, antibiotik, analgesik, anti tetanus dll,
kolaborasi bila ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain dapat dilakukan,
penjahitan jika Laserasi kelopak mata
4. Benda asing
Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas, sehingga memungkinkan
kelopak mata bawah menyapu benda asing untuk keluar dan angkat kelopak mata atas
keatas kelopak mata bawah , hati-hati jangan sentuh kornea selanjutnya Lakukan irigasi
rujuk, tutup mata, jika benda asing gagal keluar . Irigasi benda asing supervisial kornea ,
pembedahan. Benda asing tertanam alat berujung tumpul hindari gunakan aplikator
beraujung kapas karena dapat bergesek epitel terlalu banyak lalu ambil benda asing .
5. Abrasi kornea
Mengimobilisasi kelopak mata, beri balut tekan mata . Kolaborasi pemberian antibiotik,
anastesi, dll. Jika terlambat penyembuhan maka monitor efeki anastesi penyembuhan
tanpa jaringan parut (24 s/d 48 jam). Untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian bawah
tidak terkena 24 jam lakukan. Pembalutan sebelah dan monitor epitelisasi dan
penyembuhan
6. Luka bakar kimia
Irigasi segera dengan air bersih atau larutan NaCl, Cuci mata dibawah aliran air keran
kemudian mengejap-ngejapkan mata dan memasukkan mata kekemudian dalam air
kemudian bilas terus selama 20 mnt atau sampai bersih dan kolaborasi kemudian balut
mata bilateral
7. Ruptur bola mata
Jangan buat bahaya atau cedera lain pasang perisai tapi hindari manipulasi gunakan
spekulum mata saat pemeriksaan mata, tekanan vertikal bukan kedepan dan Jangan beri
tetes mata dan tutup dan lindungi bola mata
8. Trauma tumpul
Kompres es, istirahatkan jika kontusio orbita dilakukan bedah kamera pada posisi tegak,
dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan Hifema anterior penurunan dosis pada anemia sel
sabit dan penggunaan obat anti koagulan,waspadai
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas pasien/klien
b. penanggung
jawab
Nama : Tn Mino
Umur : 50
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandung rt 2 rw 3
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Hub. dengan klien :.Suami
a. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama (saat masuk Rumah Sakit)
Pasien datang dengan keluhan Nyeri pada kedua matanya
Selama kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasa nyeri
pada kedua matanya, Kemudian suami klien member obat tetes tetapi tidak
ada efeknya juga. Sehingga suami klien
memutuskan untuk membawa klien kerumah sakit pada tanggal 4 mei 2022
jam 11.00 WIB melalui IGD.
3. Riwayat penyakit dahulu
b. Pengkajian Fungsional
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit, intake makanan : frekuensi 3x sehari dan minum : 6-8 gelas
/hari tetapi selama sakit, intake makanan berkurang menjadi : 2x sehari
dengan syarat bebas lemak/kolesterol dan Minum : 5-7 gelas /hari
3. Pola eliminasi
Eliminasi Buang Air Besar (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) tidak ada
perubahan yaitu Frekuensi BAK : 4-5x sehari dan BAB : 2x sehari. Tidak ada
keluhan terkait dengan pola eliminasi
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien Tidur jam 21.00-05.00 WIB Lama tidur 8 jam, siang hari
2 jam dan Selama sakit klien Tidur jam 23.00-03.00 WIB Lama tidur hanya 4
jam, siang hari 1 jam.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
ROM
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
Klien mengatakan penglihatannya berkurang karena nyeri pada mata, pendengaran baik
Pasien mengatakan meras sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa,
8. Pola seksual-reproduksi
hubungan dengan anak-anaknya, suami dan dengan pasien lain serta perawat lain baik
2. Terapi invasif
f. Data Fokus
analisa Data
dating
tertentu
O : klien terlihat
bingung atau
tidak paham atas
informasi
yang diberikan
1. Pegang alat
penetes agak jauh dari
mata.
2. Ketika
meneteskan,hindari
kontak antara
mata, tetesan
dan alat
penetes.
Beritahu
dokter tentang semua
drainase yang terlihat
mencurigakan.
Kolaborasi dengan
dokter dengan pemberian
antibiotika dan steroid..
Sutawijaya, bagus risang. 2009. Gawat darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.
Yogyakarta : Aulia Publishing(file:///C:/Users/Halma/Downloads/toaz.info-askep-gadar-trauma-mata-
pr_c3b59696c00418d6d0259a6288d80940%20(1).pdf)
Ilyas, Sidarta. 2005. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta
https://dinkes.surakarta.go.id/kegawatdaruratan-mata/#
PPNI, 2018, Standar diagnosa keperawatan Indonesia: Definisi diagnosa. Edisi 1, Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, 2018, Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi intervensi keperawatan: Edisi 1,
Jakarta: DPP PPNI.