PSUDOFAKIA
Disusun oleh :
Maulidal M. Almahdi
1610070100053
Ramadhan Alayubi
1610070100046
1610070100061
2021
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi.......................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pseudofakia............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi............................................................................................ 5
2.1.2 Gejala............................................................................................... 5
2.2 Katarak ..................................................................................................... 6
2.2.1 Definisi............................................................................................ 6
2.2.2 epidemiologi.................................................................................... 6
2.2.3 klasifikasi......................................................................................... 7
2.2.4 Patofisiologi..................................................................................... 7
2.2.5 Penatalaksanaan............................................................................... 11
2.2.6 Komplikasi....................................................................................... 11
2.2.6 Prognosis.......................................................................................... 11
2.3 Epiphora.................................................................................................... 15
2.3.1 Definisi............................................................................................ 15
2.3.2 Etiologi............................................................................................ 15
2.3.3 Diagnosis......................................................................................... 16
BAB III. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien......................................................................................... 17
3.2 Anamnesis................................................................................................. 17
3.3 Status Generalisata.................................................................................... 17
3.4 Status Oftalmologis.................................................................................. 18
3.5 Diagnosis.................................................................................................. 18
3.6 Penatalaksanaan........................................................................................ 18
i
3.7 Prognosis................................................................................................... 18
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan lensa intraocular untuk mengganti lensa kristal. Lensa intraocular adalah
lensa buatan yang terbuat dari semacam plastic (polimetilmetakrilat) yang stabil,
transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan baik.Lensa ini sangat kecil, lunak
dapat ditoleransi tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untuk seumur
hidup. Lensa intraocular adalah lensa buatan yangterbuat dari semacam plastic
kecil, lunak dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2 mm sehingga dapat
dapat ditoleransi tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untukseumur
hidup. Karena lensa tanam ini menggantikan posis lensa yang telah katarak maka
tidak akan terjadi pembesaran benda yang dilihat, pandangan samping tetap jelas,
tidak perlu buka pasang dan penglihatan terasa lebih nyaman.Lensa tanam ini juga
setelah berusia lebih dari 60 tahun. Perubahan terjadi pada kedua mata, meskipun
bisa salah satu mata mengalami kekeruhan yang lebih parah. Katarak diperburuk
oleh beberapa faktor seperti usia lanjut, cedera pada lensa mata, pemaparan yang
3
berlebihan oleh sinar ultraviolet, radang mata, obat-obatan tertentu, alkohol, rokok
atau komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus. Hingga saat ini
pengobatan katarak hanya bisa dilakukan dengan cara operasi. Belum ada obat-
obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindarkan atau
prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan
meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak
traumatik dan katarak jenisjenis lain lebih jarang ditemukan. Katarak dapat terjadi
sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma, inflamasi,
metabolisme atau kelainan nutrisi, dan radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah
dan fisiologinya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pseudofakia
2.1.1 Definisi
Pseudofakia adalaa suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah
operasi katarak . Lensa ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik. Lensa
intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk
seumur hidup. Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang terbuat dari semacam
plastik (polimetilmetakrilat) yang stabil, transparan dan ditoleransi oleh tubuh
dengan baik. Lensa ini sangat kecil, lunak dengan diameter anatar 5-7 mm dan
tebal 1-2 mm sehingga dapat menggantikan posisi lensa mata manusia yang telah
keruh atau katarak.
Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi intraokuler,
dimana sebagian besar berasal dari :
2.1.2 Gejala
Penglihatan kabur
Visus jauh dengan optotype snellen
Dapat merupakan myopia atau hipermetropia tergantung ukuran lensa
yang ditanam (IOL )
Terdapat bekas insisi atau jahitan
Pada bilik mata depan, yang ditempatkan di depan iris dengan kaki
penyokokngnya bersandar pada sudut bilik mata
5
Pada daerah pupil, dimana bagian ini meliuti lenda pada pupil dengan
fiksasi pupil
Pada bilik mata belakang, yang terletak pada kedudukan lensa normal di
belakamg iris. Lensa di keluarkan dengan ekstraksi lensa kapsular.
Pada kapsul lensa
Gambar 1. Pseudofakia
2.2 Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif.
2.2.2 Epidemiologi
6
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab katarak samapai saat ini masih tidak diketahui secara pasti.
Tetapi penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko sepertiPenyakit lokal pada mata misal uveitis,
glaukoma, cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang
tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala
seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut
sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya
peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat
terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes
mellitus.
Katarak umumnya merupakan peyakit pada usia lanjut, akan tetapi katarak
dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun misalnya
seperti glaukoma, uveitis, retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat disebabkan
bahan toksis khusus atau mungkin obat-obatan seperti kortikosteroid, ergot dan
antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat
menimbulkan katarak adalah diabetus mellitus, galaktosemia.
2.2.4 Klasifikasi
1. Katarak Kapsular
2. Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain “glare” dan
penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan
lensa disini dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid,
peradangan, atau pajanan radiasi pengion.
7
3. Katarak Kortikal, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan
hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola
radial di sekeliling daerah ekuator.
4. Katarak Supranuklear
5. Katarak Nuklear, proses kondensasi normal dalam nukleus lensa
menyebabkan terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan.
6. Katarak Polar.
8
Gambar 3. Katarak imatur (sumber: sumber: sweetspearls.com)
9
Gambar 5. Katarak morgagni (sumber: sumber: xianide.blogspot.com)
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap
dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah
satu penyebab kebutaan di dunia saat ini. Penyebab katarak senilis sampai saat ini
belum diketahui secara pasti,diduga multifaktorial, diantaranya antara lain.
10
2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi katarak dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein
lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat
sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan
konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan
pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula
proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara
tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan
cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein
nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan
warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak terkait usia juga
menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.
11
Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium
insipien, (b) stadium imatur, (c) stadium matur, dan (d) stadium hipermatur.
2.2.6 Tatalaksana
12
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula
posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zein.
Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan intra ocular
lens (IOL), juga dapat dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai
pembatas antara segmen anteror dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik
ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti
vitreusloss, edema kornea.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat.
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm. Insisi
dibuat 3 tahap seperti terowongan (tunnel incision). Keuntungannya
adalah konstruksi irisan pada sclera kedap air sehingga membuat sistem
katup dan isi bola mata tidak mudah prolaps keluar. Dan karena insisi
yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih ke posterior, kurvatura
kornea hanya sedikit berubah.
13
berkurangnya persepsi warna. Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca
operasi, dengan menggunakan beberapa alat bantu, yaitu :
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat
ini aman, tidak mahal fdan memiliki kualitas optik yang baik. Implantasi
IOL dapat dilakukan setelah pengangkatan lensa pada saat operasi.
Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak dapat mengatasi
masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien
tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat atau membaca.
2. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan
sebesar +10D . Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi
fisik dan optik. Dan masalahnya akan semakin berat bila mata yang afakia
unilateral (mata yang lain normal).
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi
masalah afakia unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk
pasien berusia lanjut kurang efektif.
2.1.6 Komplikasi
Dislokasi lensa dan sublukasi sering ditemukan bersamaan dengan
katarak traumatic
Komplikasi yang lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,
glukoma sudah tertutup
2.2.7 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad cosmeticam : Bonam
2.3 Epiphora
14
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
Lacrimation (hyperlacrimation)
Epiphora
2.3.3 Diagnosis
15
Tes anel bertujuan untuk menentukan fungsi ekskresi sistem lakrimal.
Prosedur tes anel adalah :
BAB III
LAPORAN KASUS
16
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Usia : 77 tahun
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien datang ke poli mata RSAM untuk kontrol ulang setelah operasi
katarak pada mata sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri melihat seperti
jaring. Pasien mengeluhkan mata sering berair 1 bulan. Mata merah (-), gatal
(-),dan nyeri (-).
Riwayat penyakit dahulu :
Katarak pada mata sebelah kiri.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat pemakaian kacamata
Ada, ± 3 bulan setelah opearasi katarak pada mata sebelah kiri. Untuk
mengatasi debu yang masuk.
Riwayat pengobatan
Pasien pernah operasi katarak pada matasebelah kiri.
3.3 Status Generalisata
Kesadaran : Composmentis cooperative
Tekanandarah : 136/90 mmHg
Nadi :75x/menit
17
OD OS
Visus 20/150 Fals 1 1/5/60
Tonometri 15 14
Palpebra superior Normal Normal
3.5 Diagnosis
- Pseudofakia ODS + Epiphora
3.6 Penatalaksanaan
- Polidex
- Cendo non cort
3.7 Prognosis
- Quo ad vitam :bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad sanam :dubia ad bonam
- Quo ad cosmesticam : bonam
BAB IV
KESIMPULAN
18
memiliki keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri melihat seperti jarring.
Pasien juga mengeluhkan mata sering berair 1 bulan. Pasien juga memiliki
riwayat penyakit dahulu katarak pada mata sebelah kiri. Tidak ada keluarga yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien dan pasien memiliki riwayat
pemakaian kacamata ± 3 bulan setelah operasi katarak pada mata sebelah kiri,
untuk mengatasi debu yang masuk. Untuk riwayat pengobatan pasien pernah
operasi katarak pada mata sebelah kiri.
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan apparatus lakrimalis epiphora pada
mata kiri dan kanan. Visus mata kiri 20/150 fals 1 dan kanan 1/1/60. Prognosis
pada penyakit pasien ini baik. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah polidek dan
cendo noncort.
DAFTAR PUSTAKA
19
2. Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit Mata.edisi 3.FKUI.2010
3. Bhupally AK, Ghigiri SS, Swathi M, Rohini M, Shurthi T. Ocular Trauma.
Int J Res Med Sci. 2015;3(12):3714-9.
4. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum/Paul Riordan-Eva, John P.
Whitcher; alih bahasa, Brahm U.Pendit, Diana Susanto.
Ed.17.Jakarta:EGC.2009;5-14
20