Anda di halaman 1dari 21

Case Report Session

PSUDOFAKIA

Disusun oleh :

Maulidal M. Almahdi

1610070100053

Ramadhan Alayubi

1610070100046

Ariska Mega Sari

1610070100061

FAKULTAS KEDOKTERAN BAITURRAHMAH

RUMAH SAKIT AHMAD MOCHTAR

2021
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi.......................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pseudofakia............................................................................................... 5
2.1.1 Definisi............................................................................................ 5
2.1.2 Gejala............................................................................................... 5
2.2 Katarak ..................................................................................................... 6
2.2.1 Definisi............................................................................................ 6
2.2.2 epidemiologi.................................................................................... 6
2.2.3 klasifikasi......................................................................................... 7
2.2.4 Patofisiologi..................................................................................... 7
2.2.5 Penatalaksanaan............................................................................... 11
2.2.6 Komplikasi....................................................................................... 11
2.2.6 Prognosis.......................................................................................... 11
2.3 Epiphora.................................................................................................... 15
2.3.1 Definisi............................................................................................ 15
2.3.2 Etiologi............................................................................................ 15
2.3.3 Diagnosis......................................................................................... 16
BAB III. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien......................................................................................... 17
3.2 Anamnesis................................................................................................. 17
3.3 Status Generalisata.................................................................................... 17
3.4 Status Oftalmologis.................................................................................. 18
3.5 Diagnosis.................................................................................................. 18
3.6 Penatalaksanaan........................................................................................ 18

i
3.7 Prognosis................................................................................................... 18
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pseudoafakia adalah sebuah kondisi dimana mata aphakia telah dilengkapi

dengan lensa intraocular untuk mengganti lensa kristal. Lensa intraocular adalah

lensa buatan yang terbuat dari semacam plastic (polimetilmetakrilat) yang stabil,

transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan baik.Lensa ini sangat kecil, lunak

dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2 mm sehingga dapat

menggantikan posisi lensa mata manusia yang telah keruh/katarak.Karena

dapat ditoleransi tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untuk seumur

hidup. Lensa intraocular adalah lensa buatan yangterbuat dari semacam plastic

(polimetilmetakrilat) yang stabil, transparan dan ditoleransi. Lensa ini sangat

kecil, lunak dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2 mm sehingga dapat

menggantikan posisi lensa mata manusia yang telah keruh/katarak.Karena

dapat ditoleransi tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untukseumur

hidup. Karena lensa tanam ini menggantikan posis lensa yang telah katarak maka

tidak akan terjadi pembesaran benda yang dilihat, pandangan samping tetap jelas,

tidak perlu buka pasang dan penglihatan terasa lebih nyaman.Lensa tanam ini juga

dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi intraokuler.

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

menyebabkan gangguan penglihatan. Kebanyakan lensa mata menjadi agak keruh

setelah berusia lebih dari 60 tahun. Perubahan terjadi pada kedua mata, meskipun

bisa salah satu mata mengalami kekeruhan yang lebih parah. Katarak diperburuk

oleh beberapa faktor seperti usia lanjut, cedera pada lensa mata, pemaparan yang

3
berlebihan oleh sinar ultraviolet, radang mata, obat-obatan tertentu, alkohol, rokok

atau komplikasi dari penyakit lain seperti diabetes melitus. Hingga saat ini

pengobatan katarak hanya bisa dilakukan dengan cara operasi. Belum ada obat-

obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindarkan atau

menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Pada penelitian yang dilakukan

di Amerika Serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan

prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan

meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak

traumatik dan katarak jenisjenis lain lebih jarang ditemukan. Katarak dapat terjadi

sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh faktor herediter, trauma, inflamasi,

metabolisme atau kelainan nutrisi, dan radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah

nuleus cortical, dan posterior subcapsular. Epifora didefinisakan sebagai

luapan berlebih dari air mata. Epifora disebabkan oleh gangguan

dalam keseimbangan antara produksi air mata dan drainase mata.

Sistem drainase lakrimal merupakan channelmembran yangbersambung

dan kompleks dimana fungsinya tergantung pada interaksi antara anatomi

dan fisiologinya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pseudofakia

2.1.1 Definisi

Pseudofakia adalaa suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah
operasi katarak . Lensa ini akan memberikan penglihatan yang lebih baik. Lensa
intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk
seumur hidup. Lensa intraokuler adalah lensa buatan yang terbuat dari semacam
plastik (polimetilmetakrilat) yang stabil, transparan dan ditoleransi oleh tubuh
dengan baik. Lensa ini sangat kecil, lunak dengan diameter anatar 5-7 mm dan
tebal 1-2 mm sehingga dapat menggantikan posisi lensa mata manusia yang telah
keruh atau katarak.

Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi intraokuler,
dimana sebagian besar berasal dari :

 Cairan yang tercemar


 Konjungtivitis menahun atau infeksi pinggir kelopak mata menahun
atau dacriocysitis menahun.
 Pembedahan yang memakan waktu yang terlalu lama

2.1.2 Gejala

Gejala dari pseudofakia :

 Penglihatan kabur
 Visus jauh dengan optotype snellen
 Dapat merupakan myopia atau hipermetropia tergantung ukuran lensa
yang ditanam (IOL )
 Terdapat bekas insisi atau jahitan

Letak di lensa di dalam bola mata dapat bermacam-macam1

 Pada bilik mata depan, yang ditempatkan di depan iris dengan kaki
penyokokngnya bersandar pada sudut bilik mata
5
 Pada daerah pupil, dimana bagian ini meliuti lenda pada pupil dengan
fiksasi pupil
 Pada bilik mata belakang, yang terletak pada kedudukan lensa normal di
belakamg iris. Lensa di keluarkan dengan ekstraksi lensa kapsular.
 Pada kapsul lensa

Gambar 1. Pseudofakia

2.2 Katarak

2.2.1 Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif.

2.2.2 Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh


belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan
dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh
juta.Penelitian-penelitian mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai dengan sekitar 50%
untuk mereka yang bruise antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk
mereka yang bruise lebih dari 75 tahun. Sama halnya diIndonesia, katarak juga
merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan.

6
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab katarak samapai saat ini masih tidak diketahui secara pasti.
Tetapi penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko sepertiPenyakit lokal pada mata misal uveitis,
glaukoma, cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang
tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala
seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut
sebagai katarak congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya
peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat
terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes
mellitus.

Katarak umumnya merupakan peyakit pada usia lanjut, akan tetapi katarak
dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun misalnya
seperti glaukoma, uveitis, retinitis pigmentosa. Katarak juga dapat disebabkan
bahan toksis khusus atau mungkin obat-obatan seperti kortikosteroid, ergot dan
antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat
menimbulkan katarak adalah diabetus mellitus, galaktosemia.

2.2.4 Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan


morfologi, maturitas atau yang dikenal dengan stadium katarak, dan berdasarkan
onsetnya.

Berdasarkan morfologinya, katarak dibagi menjadi:

1. Katarak Kapsular
2. Katarak Subkapsular Posterior, terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral. Gejala-gejala yang umum, antara lain “glare” dan
penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan
lensa disini dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid,
peradangan, atau pajanan radiasi pengion.

7
3. Katarak Kortikal, merupakan kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan
hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola
radial di sekeliling daerah ekuator.
4. Katarak Supranuklear
5. Katarak Nuklear, proses kondensasi normal dalam nukleus lensa
menyebabkan terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan.
6. Katarak Polar.

Berdasarkan maturitasnya, katarak dibagi menjadi:

- Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut,


kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior
dan posterior (katarak kortikal). Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.

Gambar 2. Katarak isipien (sumber: sumber: sweetspearls.com)


- Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma.
- Katarak imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

8
Gambar 3. Katarak imatur (sumber: sumber: sweetspearls.com)

- Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh


lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa
akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan
terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif.

Gambar 4. Katarak matur (sumber: sumber: sweetspearls.com)


- Katarak hipermatur. Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering.
- Katarak morgagni . Bila proses katarak berlanjut disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.

9
Gambar 5. Katarak morgagni (sumber: sumber: xianide.blogspot.com)

Berdasarkan onsetnya katarak dapat dikalsifikasikan berdasarkan usia :

- Katarak kongenital : katarak yang sudah terlihat dibawah usia 1 tahun


- Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
- Katarak senilis : katarak setelah usia 50 tahun
- Katarak Senilis

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap
dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah
satu penyebab kebutaan di dunia saat ini. Penyebab katarak senilis sampai saat ini
belum diketahui secara pasti,diduga multifaktorial, diantaranya antara lain.

a) Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik


b) Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
c) Faktor imunologik
d) Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan
nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya
matahari.
e) Gangguan metabolisme umum (DM, Galaktosemia).

10
2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi katarak dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein
lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat
sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan
konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan
pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula
proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara
tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan
cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein
nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan
warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak terkait usia juga
menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.

11
Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu (a) stadium
insipien, (b) stadium imatur, (c) stadium matur, dan (d) stadium hipermatur.

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis1


Insipien Immatur Matur Hipermatur
Ringan Sebagian Seluruh Masif
Kekeruhan
Besar lensa Normal Lebih Besar Normal Kecil
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
( Air masuk) (Air + massa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit - Glukoma - Uveitis,glaucoma
Visus (+) < << <<<
- (++) - (+/-)
Bayangan Iris

2.2.6 Tatalaksana

Ada dua teknik pembedahan katarak, menurut Vaughan yaitu:


1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya dengan menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.
2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)

12
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula
posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zein.
Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan intra ocular
lens (IOL), juga dapat dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai
pembatas antara segmen anteror dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik
ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti
vitreusloss, edema kornea.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat.
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm. Insisi
dibuat 3 tahap seperti terowongan (tunnel incision). Keuntungannya
adalah konstruksi irisan pada sclera kedap air sehingga membuat sistem
katup dan isi bola mata tidak mudah prolaps keluar. Dan karena insisi
yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih ke posterior, kurvatura
kornea hanya sedikit berubah.

Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang


menyebabkan hipermetropia tinggi, astigmatisma, hilangnya daya akomodasi dan

13
berkurangnya persepsi warna. Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca
operasi, dengan menggunakan beberapa alat bantu, yaitu :
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat
ini aman, tidak mahal fdan memiliki kualitas optik yang baik. Implantasi
IOL dapat dilakukan setelah pengangkatan lensa pada saat operasi.
Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak dapat mengatasi
masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien
tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat atau membaca.
2. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan
sebesar +10D . Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi
fisik dan optik. Dan masalahnya akan semakin berat bila mata yang afakia
unilateral (mata yang lain normal).
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi
masalah afakia unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk
pasien berusia lanjut kurang efektif.
2.1.6 Komplikasi
 Dislokasi lensa dan sublukasi sering ditemukan bersamaan dengan
katarak traumatic
 Komplikasi yang lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,
glukoma sudah tertutup
2.2.7 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad cosmeticam : Bonam

2.3 Epiphora

14
2.3.1 Definisi

Epiphora adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan mata


berair dan merupakan salah satu gelajadalam optalmik yang paling umum.
lakrimasi terjadi terus menerus hal ini terjadi disebabkan karena produksi air mata
yang berlebih atau drainase yang tidak adekuat atau tersumbat.

2.3.2 Etiologi

keluarnya air mata secara berlebihan dapat menandakan terdapatnya


hiperlacrimasi atau epiphora.

 Lacrimation (hyperlacrimation)

Disebabkan oleh reflek hipersekresi lakrimalis yang disebabkan secara


sekunder oleh inflammasi okuler atau  penyakit pada permukaan. Pada kasus
kasus tersebut mata berair berhubungan dengan gejala gejala dari penyebab dan
penanganan biasanya menggunakan obat.

 Epiphora

Disebabkan oleh terganggunya drainase lakrimalis. keadaan ini diperparah


oleh atmosfir dingin dan berangin dan terjadi lebih sedikit pada ruangan hangat
dan kering. Hal ini dapat disebabkan oleh :

1. Malposisi dari punctum lakrimalis disebabkan oleh ectopion secara


sekunder
2. Obstruksi di daerah manapun disepanjang system drainase lakrimal dari
punctum hingga duktus lakrimalis.
3. Kegagalan pompa lakrimalis yang dapat terjadi secara sekunder  akibat
lemahnya otot orbicularis (contoh akibat paralisis saraf  wajah)
 Obstruksi di daerah sistem lakrimal terbagi menjadi acquired obstruction
dan obstruksi congenital. Macam- macam acquired obstruction yang dapat
menyebabkan terjadinya epiphora

2.3.3 Diagnosis

15
Tes anel bertujuan untuk menentukan fungsi ekskresi sistem lakrimal.
Prosedur tes anel adalah :

1. pasien dipersilahkan duduk atau berbaring lalu mata pasien ditetesi


anestetik local  
2. Ditunggu sampai rasa perih hilang
3. Pungtum lakrimal diperlebar dengan dilatators
4. Jarum anel dimasukkan horizontal melalui kanalikuli lakrimal sampai
masuk sakus lakrimal
5. Garam fisiologis dimasukkan dalam sakus
6. Pasien ditanyakan apakah pasien merasa pahit atau asin pada tenggorokan
atau reaksi menelan setelah penyemprotan garam fisiologis pada  pasien
dilihat.
7. Reaksi normal pada tes anel adalah adanya reaksi menelan pada  pasien
atau pasien merasa sesuatu yang asin atau pahit melewati tenggorokan
8. Bila duktus nasolakrimal tertutup maka tidak ada reaksi menelan seperti
pada penyakit dakriosistitis akut.

BAB III
LAPORAN KASUS

16
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. K

Usia : 77 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Pasien datang ke poli mata RSAM untuk kontrol ulang setelah operasi
katarak pada mata sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri melihat seperti
jaring. Pasien mengeluhkan mata sering berair 1 bulan. Mata merah (-), gatal
(-),dan nyeri (-).
Riwayat penyakit dahulu :
Katarak pada mata sebelah kiri.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat pemakaian kacamata
Ada, ± 3 bulan setelah opearasi katarak pada mata sebelah kiri. Untuk
mengatasi debu yang masuk.
Riwayat pengobatan
Pasien pernah operasi katarak pada matasebelah kiri.
3.3 Status Generalisata
Kesadaran : Composmentis cooperative
Tekanandarah : 136/90 mmHg
Nadi :75x/menit

3.4 Status Oftalmologis

17
OD OS
Visus 20/150 Fals 1 1/5/60
Tonometri 15 14
Palpebra superior Normal Normal

Palpebra inferior Normal Normal

Konjungtiva Epiphora Epiphora

Kornea Normal Normal

Iris Normal Normal


Pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih Jernih
Kedudukan bola mata Normal Normal

3.5 Diagnosis
- Pseudofakia ODS + Epiphora

3.6 Penatalaksanaan
- Polidex
- Cendo non cort
3.7 Prognosis
- Quo ad vitam :bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad sanam :dubia ad bonam
- Quo ad cosmesticam : bonam

BAB IV
KESIMPULAN

Seorang pasien perempuan berumur 77 tahun datang ke poli mata RSAM


untuk kontrol rutin setelah operasi katarak pada mata sebelah kanan. Pasien

18
memiliki keluhan penglihatan kabur pada mata sebelah kiri melihat seperti jarring.
Pasien juga mengeluhkan mata sering berair 1 bulan. Pasien juga memiliki
riwayat penyakit dahulu katarak pada mata sebelah kiri. Tidak ada keluarga yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien dan pasien memiliki riwayat
pemakaian kacamata ± 3 bulan setelah operasi katarak pada mata sebelah kiri,
untuk mengatasi debu yang masuk. Untuk riwayat pengobatan pasien pernah
operasi katarak pada mata sebelah kiri.
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan apparatus lakrimalis epiphora pada
mata kiri dan kanan. Visus mata kiri 20/150 fals 1 dan kanan 1/1/60. Prognosis
pada penyakit pasien ini baik. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah polidek dan
cendo noncort.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku Ajar Oftalmologi.


Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.

19
2. Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit Mata.edisi 3.FKUI.2010
3. Bhupally AK, Ghigiri SS, Swathi M, Rohini M, Shurthi T. Ocular Trauma.
Int J Res Med Sci. 2015;3(12):3714-9.
4. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum/Paul Riordan-Eva, John P.
Whitcher; alih bahasa, Brahm U.Pendit, Diana Susanto.
Ed.17.Jakarta:EGC.2009;5-14

20

Anda mungkin juga menyukai